31.7 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Sempat Mau Pensiun Dini

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia Sempat Mau Pensiun Dini Pemain Indonesia yang merumput di Malaysia sudah bukan hal asing. Tetapi, kalau pemain Malaysia mengais rezeki di sini, itu baru mengejutkan. Hanya Safee Sali yang melakukannya.

AKHIR 2010, Safee Sali sempat menjadi perbincangan hangat di sejumlah media masa. Tidak hanya media di negerinya, Malaysia, media Indonesia pun tak luput memberitakan sepak terjang pemain bertubuh gempal tersebut.

Itu terjadi setelah dia berhasil mengu kuhkan diri sebagai pencetak gol terbanyak, lima gol, pada Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF).

Kontribusinya membuat Malaysia menjadi juara dengan mem permalukan Indonesia di laga final.

”Itu sebuah keistimewaan bagi saya. Selain menjadi pencetak gol terbanyak, negara kami berhasil membawa pulang trofi juara,” jelas Safee saat ditemui di sebuah hotel di Surabaya setelah membela Pelita Jaya melawan tuan rumah Deltras di pentas Indonesia Super League (ISL) 19 Desember lalu.

Anak kedelapan di antara 12 bersaudara itu mengungkapkan, keberhasilannya diraih berkat perjuangan keras sejak kecil. Safee memang menggandrungi olahraga kulit bundar sejak duduk di bangku sekolah kebangsaan atau setara dengan sekolah dasar (SD) di Indonesia.

Pemain kelahiran Kajang, Selangor, yang dibesarkan di Tapah, Perak, itu bermain bola sejak berusia delapan tahun. ”Saya dan adik (Mohd. Norli, Red) selalu bermain bola tanpa mengenal waktu. Kadang, meski sudah masuk rumah, kami masih bermain bola,’’ kenang nya.

Namun, lanjut Safee, olahraga yang pertama dia gandrungi bukan sepak bola, melainkan atletik. Nomor jarak pendek adalah spesialisasinya.

Tidak sekadar hobi, Safee juga mampu mengukir banyak prestasi dari sana. ’’Saya masih simpan koleksi medalinya, cukup banyak di rumah saya,” ucapnya.

Safee mulai serius di sepak bola saat berusia 12 tahun.

Ini terjadi setelah dia setiap sore melihat lapangan yang tak jauh dari rumahnya ramai dengan pertandingan sepak bola.

”Menarik. Sebab, ternyata lebih banyak yang menonton sepak bola daripada atletik. Dari situ saya tertarik belajar sepak bola,” lanjut Safee tentang alasannya me ninggalkan atletik dan mendalami sepak bola.

Nah, dengan modal berlari cepat tersebut, Safee mon cer di sepak bola. Bahkan, dalam setiap kejuaraan antarsekolah, Safee tidak lagi mewakili sekolahnya di cabang atletik, tetapi sepak bola.

Bahkan, di usianya yang sangat muda, Safee sudah dipercaya sebagai pemain inti Negeri Perak dalam kejuaraan nasional sepak bola anak di Malaysia.

Karirnya di lapangan hijau pun terus menanjak.

Memasuki usianya yang ke-15, Safee kembali mendapat kepercayaan yang lebih tinggi. Yakni, memperkuat timnas Malaysia U-15 dalam salah satu kejuaraan di kawasan Asia Tenggara yang disponsori oleh salah satu produk alat olahraga terkenal. ’’Kami waktu itu tidak juara, tetapi berhasil menjadi finalis,’’ kata suami Sabarina Binti Yusuf tersebut.

Dari situ, Safee yakin bakat olahraganya adalah sepak bola. Dengan latihan keras secara otodidak di rumah, Safee tumbuh menjadi pemain tangguh di tengah lapangan.

Kendati demikian, dia pernah mengalami masa sulit dalam meniti karir. Pengelaman pahit itu terjadi pada 2000. Saat itu, tanpa alasan jelas, Safee diberhentikan dari akademi sepak bola paling terkenal di negeri jiran. Safee berusaha mempertanyakan pe mecatannya kepada pihak pelatih dan manajemen.

Namun, jawaban yang mereka berikan tidak memuaskan. Bahkan, anak pasangan Mohd. Sali bin Mi’an dan Maripah binti Hussain tersebut disuruh angkat koper dari mes akademi secepatnya.

Peristiwa kelam itu membuat semangat Safee untuk bermain bola merosot. Dia memutuskan pensiun dini dari olahraga yang paling disukai sejagat tersebut.

Untung, Safee memiliki keluarga yang terus memberikan semangat.

Ini membuat dia bangkit kem bali.

’’Ayah dan saudara saya mendorong saya untuk tetap latihan. Seperti mendapat hidayah, saya mulai menemukan kembali jati diri sebagai pemain bola,’’ ucap Safee.

Dengan tekad kuat, Safee mulai melakukan pembuktian. Perlahan tetapi pasti, setahun kemudian, Safee bergabung dengan klub professional, Kuala Lumpur FA, salah satu tim professional peserta Malaysia Super League. Saat itu Safee masih bergabung dengan tim U-19.

Jenjang karirnya di kelompok umur berlanjut di timnas U-21. Setelah itu, dia dipercaya mengenakan kostum timnas senior Malaysia.

Untuk mengasah kemampuannya mengolah bola, Safee tidak hanya berlatih di dalam negeri. Dia juga meluangkan waktunya berlalang buana ke Eropa untuk menimbah ilmu. Beberapa waktu lalu, dia merasakan atmosfer latihan di klub level II di Liga Inggris (Championship Division) Cardiff City. (sidik maulana tualeka/c8/diq)

—-

Ingin Jajal Kompetisi Belgia

PIKIRAN Safee Sali saat ini sedang kalut. Itu seiring dengan konflik sepak bola Indonesia yang tak berujung.

Dengan gonjang-ganjing yang ada, seluruh pemain timnas yang berlaga di Indonesia Super League (ISL) musim 2011-2012 akan mendapat sanksi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional). Sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi pemain Indonesia, tetapi juga pemain timnas negara lain.

Safee Sali, salah satunya. Tak mau mengambil risiko dengan kontroversi sepak bola Indonesia, Safee berusaha mengambil jalan aman. ’’Sebab, pelatih dan pengurus sepak bola nasional di Malaysia juga risau dengan kontroversi ini. Mereka berkali-kali menghubungi saya untuk segera mengambil sikap,’’ ucap ayah Nur Syaza Syaqina, 4, dan Nur Syasya Sofirna, 2, itu.

Safee tidak segan meninggalkan Pelita Jaya, tim yang dibelanya sejak awal 2011. Menurut dia, timnas Malaysia jauh lebih penting daripada membela Pelita Jaya yang berada di kompetisi ilegal versi PSSI.

’’Saya tinggal menunggu keputusan resmi dari PSSI dan FIFA soal sepak bola Indonesia. Kalau memang ISL ini positif ilegal, saya siap keluar,’’ tegasnya.

Lantas, tim mana yang akan menjadi tujuan? ’’Saya belum memikirkannya. Mungkin saya akan kembali ke Malaysia sebelum memberikan keputusan,’’ tuturnya.

Namun, bila diberi kesempatan, Safee ingin merumput di Australia. ’’Tetapi, sangat mungkin saya juga bergabung bersama CS Visse Belgia (tim Divisi II Liga Belgia milik keluarga Bakrie),” ucap pria yang sangat mengidolakan David Beckham tersebut.

Batas akhir kontrak Safee dengan Pelita Jaya akan berakhir seiring dengan pergantian tahun. Namun, Safee belum tahu kontrak tersebut akan diperpanjang atau tidak. (dik/c8/diq)

Tak Bawa Keluarga ke Indonesia

KESUKSESAN Safee Sali di lapangan sepak bola menyita banyak pengorbanan. Salah satunya, menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak normal. Safee tinggal di Indonesia karena memperkuat Pelita Jaya dalam Indonesia Super League (ISL). Sang istri, Sabarina binti Yusuf, beserta dua anaknya, Nur Syaza Syaqina (4 tahun), dan Nur Syasya Sofirna (2), tinggal di Malaysia. Berat memang. Tetapi, itu adalah risiko yang harus dijalani seorang profesional seperti Safee.

’’Saya sengaja tidak mengajak keluarga ke Indonesia. Sebab, anakanak saya mulai bersekolah di Malaysia. Jadi, mau tidak mau istri saya harus menjadi pendamping anak-anak saat ini,’’ tutur pemain yang mengantarkan timnas Malaysia juara Piala AFF 2010 itu.

Bagi pemain dengan tinggi badan 171 cm tersebut, awalnya sulit menjalani hubungan seperti itu.

Saat pertama masuk Indonesia pertengahan 2010, Safee terpaksa memboyong semua keluarganya ke Indonesia dan tinggal di sebuah apartemen di Jakarta.

’’Namun, karena rumah kami di Malaysia tidak ditempati, saya dan istri memutuskan berbagi tugas.

Saya tetap bermain bola di Indonesia, sementara istri saya kembali ke Malaysia dengan anakanak.

Untung, meski masih kecil, dua anak saya bisa menerima,’’ ucap pemain yang suka memakai nomor punggung 10 itu.

Meski begitu, setiap ada waktu libur panjang, Safee langsung mengemas pakaiannya dalam sebuah koper.

Dia lantas mencari tiket de ngan tujuan Malaysia. Harapannya, dia bisa mengunjungi anak dan istri.

”Jadi, setiap bulan saya bisa lima kali pulang pergi Malaysia–In donesia,” ungkapnya Nah, bila jadwal kompetisi padat, satu-satunya jalan untuk mengobati rasa rindu kepada keluarga adalah telepon atau saling mengirim pesan singkat. ’’Itu hukumnya wajib. Bahkan, sebelum pertandingan atau setelah pertandingan, saya selalu mengabari mereka,’’ terangnya.

Bisa jadi, telepon atau pesan singkat tersebut membuat Safee selalu tampil garang di lapangan. Aksinya setiap kali membela Pelita Jaya tak pernah mengecewakan.

Penyerang berusia 27 tahun tersebut membuat lini belakang lawan kocar-kacir. Tembakan, tandukan, atau gerakan tanpa bolanya membikin suporter lawan dag-dig-dug. Apalagi, di Pelita Jaya dia mempunyai tandam yang tak kalah lincah, Greg Nwokolo.

Pemain naturalisasi tersebut ikut memudahkan Safee mencari ruang kosong dan menggedor gawang lawan. Saat melawan Persiram Raja Ampat di Stadion Singaperbangsa, Karawang, 7 Desember lalu, Safee mencetak gol pada menit ke-45.

Sayang, saat dijamu Deltras di Gelora Delta, Sidoarjo, pada 19 Desember lalu, dia dikawal ketat. Para pemain belakang The Lobster, julukan Deltras, tak mau penyerang Malaysia ini merajalela. Akibatnya, Pelita Jaya pun harus takluk dua gol tanpa balas. (dik/c8/diq)

Kakek Berasal dari Mojokerto

KEPUTUSAN Safee Sali berkompetisi di Indonesia bisa dibilang pilihan yang tepat. Secara silsilah, Safee masih memiliki darah Indonesia.

Menurut cerita, sang kakek, Mi’an, berasal dari suku Jawa.

’’Safee masih memiliki darah Indonesia. Ayahnya, Sali bin Mi’an pernah bercerita bahwa kakek Safee berasal dari Mojokerto. Jadi, Safee ini bukan orang asing untuk Indonesia, apalagi bagi orang Jawa Timur,’’ ungkap I Made Pasek Wijaya, asisten pelatih Pelita Jaya.

Mendengar pernyataan Pasek tersebut, Safee mengangguk tanda setuju. Sayang, Safee tidak begitu tahu secara detail perjalanan nenek moyangnya hingga bisa menjadi warga negara Malaysia.

’’Ayah saya juga bercerita bahwa keluarga kami memiliki darah Indonesia. Tetapi, saya tidak tahu Indonesia mana. Sebab, itu sudah lama sekali,’’ jelasnya.

Menurut Safee, dirinya sangat ingin menemui sanak keluarganya di Indonesia. Sayang, dia tak mengetahui garis keturunannya dari sang kakek.

Selain itu, Safee punya misi mulia di balik kedatangannya ke Indonesia.

Yakni, memperbaiki hubungan antara Malaysia dan Indonesia yang sering memanas, terutama dalam sengketa perbatasan.

’’Tetapi, herannya, problem seperti itu tidak terselesaikan lewat jalur perundingan dengan maksimal. Bahkan, sebagian besar kasus menguap tanpa solusi. Maka, saya mencoba mengambil jalan lain untuk menemukan solusi strategis lewat sepak bola,’’ ung kapn ya.

Safee optimistis, langkah baiknya akan menuai hasil maksimal.

Sebab, sepak bola di In donesia begitu populer.

Du kungan dan apre siasi dari warganya sangat kuat.

’’Apalagi, saat ini saya dipercaya sebagai duta perdamaian oleh duta besar Malaysia di I n d o n e s i a ,’’ pungkasnya. (dik/ c8/diq)

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia

Safee Sali, Pemain Malaysia Pertama di Kompetisi Indonesia Sempat Mau Pensiun Dini Pemain Indonesia yang merumput di Malaysia sudah bukan hal asing. Tetapi, kalau pemain Malaysia mengais rezeki di sini, itu baru mengejutkan. Hanya Safee Sali yang melakukannya.

AKHIR 2010, Safee Sali sempat menjadi perbincangan hangat di sejumlah media masa. Tidak hanya media di negerinya, Malaysia, media Indonesia pun tak luput memberitakan sepak terjang pemain bertubuh gempal tersebut.

Itu terjadi setelah dia berhasil mengu kuhkan diri sebagai pencetak gol terbanyak, lima gol, pada Piala Federasi Sepak Bola Asia Tenggara (AFF).

Kontribusinya membuat Malaysia menjadi juara dengan mem permalukan Indonesia di laga final.

”Itu sebuah keistimewaan bagi saya. Selain menjadi pencetak gol terbanyak, negara kami berhasil membawa pulang trofi juara,” jelas Safee saat ditemui di sebuah hotel di Surabaya setelah membela Pelita Jaya melawan tuan rumah Deltras di pentas Indonesia Super League (ISL) 19 Desember lalu.

Anak kedelapan di antara 12 bersaudara itu mengungkapkan, keberhasilannya diraih berkat perjuangan keras sejak kecil. Safee memang menggandrungi olahraga kulit bundar sejak duduk di bangku sekolah kebangsaan atau setara dengan sekolah dasar (SD) di Indonesia.

Pemain kelahiran Kajang, Selangor, yang dibesarkan di Tapah, Perak, itu bermain bola sejak berusia delapan tahun. ”Saya dan adik (Mohd. Norli, Red) selalu bermain bola tanpa mengenal waktu. Kadang, meski sudah masuk rumah, kami masih bermain bola,’’ kenang nya.

Namun, lanjut Safee, olahraga yang pertama dia gandrungi bukan sepak bola, melainkan atletik. Nomor jarak pendek adalah spesialisasinya.

Tidak sekadar hobi, Safee juga mampu mengukir banyak prestasi dari sana. ’’Saya masih simpan koleksi medalinya, cukup banyak di rumah saya,” ucapnya.

Safee mulai serius di sepak bola saat berusia 12 tahun.

Ini terjadi setelah dia setiap sore melihat lapangan yang tak jauh dari rumahnya ramai dengan pertandingan sepak bola.

”Menarik. Sebab, ternyata lebih banyak yang menonton sepak bola daripada atletik. Dari situ saya tertarik belajar sepak bola,” lanjut Safee tentang alasannya me ninggalkan atletik dan mendalami sepak bola.

Nah, dengan modal berlari cepat tersebut, Safee mon cer di sepak bola. Bahkan, dalam setiap kejuaraan antarsekolah, Safee tidak lagi mewakili sekolahnya di cabang atletik, tetapi sepak bola.

Bahkan, di usianya yang sangat muda, Safee sudah dipercaya sebagai pemain inti Negeri Perak dalam kejuaraan nasional sepak bola anak di Malaysia.

Karirnya di lapangan hijau pun terus menanjak.

Memasuki usianya yang ke-15, Safee kembali mendapat kepercayaan yang lebih tinggi. Yakni, memperkuat timnas Malaysia U-15 dalam salah satu kejuaraan di kawasan Asia Tenggara yang disponsori oleh salah satu produk alat olahraga terkenal. ’’Kami waktu itu tidak juara, tetapi berhasil menjadi finalis,’’ kata suami Sabarina Binti Yusuf tersebut.

Dari situ, Safee yakin bakat olahraganya adalah sepak bola. Dengan latihan keras secara otodidak di rumah, Safee tumbuh menjadi pemain tangguh di tengah lapangan.

Kendati demikian, dia pernah mengalami masa sulit dalam meniti karir. Pengelaman pahit itu terjadi pada 2000. Saat itu, tanpa alasan jelas, Safee diberhentikan dari akademi sepak bola paling terkenal di negeri jiran. Safee berusaha mempertanyakan pe mecatannya kepada pihak pelatih dan manajemen.

Namun, jawaban yang mereka berikan tidak memuaskan. Bahkan, anak pasangan Mohd. Sali bin Mi’an dan Maripah binti Hussain tersebut disuruh angkat koper dari mes akademi secepatnya.

Peristiwa kelam itu membuat semangat Safee untuk bermain bola merosot. Dia memutuskan pensiun dini dari olahraga yang paling disukai sejagat tersebut.

Untung, Safee memiliki keluarga yang terus memberikan semangat.

Ini membuat dia bangkit kem bali.

’’Ayah dan saudara saya mendorong saya untuk tetap latihan. Seperti mendapat hidayah, saya mulai menemukan kembali jati diri sebagai pemain bola,’’ ucap Safee.

Dengan tekad kuat, Safee mulai melakukan pembuktian. Perlahan tetapi pasti, setahun kemudian, Safee bergabung dengan klub professional, Kuala Lumpur FA, salah satu tim professional peserta Malaysia Super League. Saat itu Safee masih bergabung dengan tim U-19.

Jenjang karirnya di kelompok umur berlanjut di timnas U-21. Setelah itu, dia dipercaya mengenakan kostum timnas senior Malaysia.

Untuk mengasah kemampuannya mengolah bola, Safee tidak hanya berlatih di dalam negeri. Dia juga meluangkan waktunya berlalang buana ke Eropa untuk menimbah ilmu. Beberapa waktu lalu, dia merasakan atmosfer latihan di klub level II di Liga Inggris (Championship Division) Cardiff City. (sidik maulana tualeka/c8/diq)

—-

Ingin Jajal Kompetisi Belgia

PIKIRAN Safee Sali saat ini sedang kalut. Itu seiring dengan konflik sepak bola Indonesia yang tak berujung.

Dengan gonjang-ganjing yang ada, seluruh pemain timnas yang berlaga di Indonesia Super League (ISL) musim 2011-2012 akan mendapat sanksi dari FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional). Sanksi tersebut tidak hanya berlaku bagi pemain Indonesia, tetapi juga pemain timnas negara lain.

Safee Sali, salah satunya. Tak mau mengambil risiko dengan kontroversi sepak bola Indonesia, Safee berusaha mengambil jalan aman. ’’Sebab, pelatih dan pengurus sepak bola nasional di Malaysia juga risau dengan kontroversi ini. Mereka berkali-kali menghubungi saya untuk segera mengambil sikap,’’ ucap ayah Nur Syaza Syaqina, 4, dan Nur Syasya Sofirna, 2, itu.

Safee tidak segan meninggalkan Pelita Jaya, tim yang dibelanya sejak awal 2011. Menurut dia, timnas Malaysia jauh lebih penting daripada membela Pelita Jaya yang berada di kompetisi ilegal versi PSSI.

’’Saya tinggal menunggu keputusan resmi dari PSSI dan FIFA soal sepak bola Indonesia. Kalau memang ISL ini positif ilegal, saya siap keluar,’’ tegasnya.

Lantas, tim mana yang akan menjadi tujuan? ’’Saya belum memikirkannya. Mungkin saya akan kembali ke Malaysia sebelum memberikan keputusan,’’ tuturnya.

Namun, bila diberi kesempatan, Safee ingin merumput di Australia. ’’Tetapi, sangat mungkin saya juga bergabung bersama CS Visse Belgia (tim Divisi II Liga Belgia milik keluarga Bakrie),” ucap pria yang sangat mengidolakan David Beckham tersebut.

Batas akhir kontrak Safee dengan Pelita Jaya akan berakhir seiring dengan pergantian tahun. Namun, Safee belum tahu kontrak tersebut akan diperpanjang atau tidak. (dik/c8/diq)

Tak Bawa Keluarga ke Indonesia

KESUKSESAN Safee Sali di lapangan sepak bola menyita banyak pengorbanan. Salah satunya, menjalani kehidupan rumah tangga yang tidak normal. Safee tinggal di Indonesia karena memperkuat Pelita Jaya dalam Indonesia Super League (ISL). Sang istri, Sabarina binti Yusuf, beserta dua anaknya, Nur Syaza Syaqina (4 tahun), dan Nur Syasya Sofirna (2), tinggal di Malaysia. Berat memang. Tetapi, itu adalah risiko yang harus dijalani seorang profesional seperti Safee.

’’Saya sengaja tidak mengajak keluarga ke Indonesia. Sebab, anakanak saya mulai bersekolah di Malaysia. Jadi, mau tidak mau istri saya harus menjadi pendamping anak-anak saat ini,’’ tutur pemain yang mengantarkan timnas Malaysia juara Piala AFF 2010 itu.

Bagi pemain dengan tinggi badan 171 cm tersebut, awalnya sulit menjalani hubungan seperti itu.

Saat pertama masuk Indonesia pertengahan 2010, Safee terpaksa memboyong semua keluarganya ke Indonesia dan tinggal di sebuah apartemen di Jakarta.

’’Namun, karena rumah kami di Malaysia tidak ditempati, saya dan istri memutuskan berbagi tugas.

Saya tetap bermain bola di Indonesia, sementara istri saya kembali ke Malaysia dengan anakanak.

Untung, meski masih kecil, dua anak saya bisa menerima,’’ ucap pemain yang suka memakai nomor punggung 10 itu.

Meski begitu, setiap ada waktu libur panjang, Safee langsung mengemas pakaiannya dalam sebuah koper.

Dia lantas mencari tiket de ngan tujuan Malaysia. Harapannya, dia bisa mengunjungi anak dan istri.

”Jadi, setiap bulan saya bisa lima kali pulang pergi Malaysia–In donesia,” ungkapnya Nah, bila jadwal kompetisi padat, satu-satunya jalan untuk mengobati rasa rindu kepada keluarga adalah telepon atau saling mengirim pesan singkat. ’’Itu hukumnya wajib. Bahkan, sebelum pertandingan atau setelah pertandingan, saya selalu mengabari mereka,’’ terangnya.

Bisa jadi, telepon atau pesan singkat tersebut membuat Safee selalu tampil garang di lapangan. Aksinya setiap kali membela Pelita Jaya tak pernah mengecewakan.

Penyerang berusia 27 tahun tersebut membuat lini belakang lawan kocar-kacir. Tembakan, tandukan, atau gerakan tanpa bolanya membikin suporter lawan dag-dig-dug. Apalagi, di Pelita Jaya dia mempunyai tandam yang tak kalah lincah, Greg Nwokolo.

Pemain naturalisasi tersebut ikut memudahkan Safee mencari ruang kosong dan menggedor gawang lawan. Saat melawan Persiram Raja Ampat di Stadion Singaperbangsa, Karawang, 7 Desember lalu, Safee mencetak gol pada menit ke-45.

Sayang, saat dijamu Deltras di Gelora Delta, Sidoarjo, pada 19 Desember lalu, dia dikawal ketat. Para pemain belakang The Lobster, julukan Deltras, tak mau penyerang Malaysia ini merajalela. Akibatnya, Pelita Jaya pun harus takluk dua gol tanpa balas. (dik/c8/diq)

Kakek Berasal dari Mojokerto

KEPUTUSAN Safee Sali berkompetisi di Indonesia bisa dibilang pilihan yang tepat. Secara silsilah, Safee masih memiliki darah Indonesia.

Menurut cerita, sang kakek, Mi’an, berasal dari suku Jawa.

’’Safee masih memiliki darah Indonesia. Ayahnya, Sali bin Mi’an pernah bercerita bahwa kakek Safee berasal dari Mojokerto. Jadi, Safee ini bukan orang asing untuk Indonesia, apalagi bagi orang Jawa Timur,’’ ungkap I Made Pasek Wijaya, asisten pelatih Pelita Jaya.

Mendengar pernyataan Pasek tersebut, Safee mengangguk tanda setuju. Sayang, Safee tidak begitu tahu secara detail perjalanan nenek moyangnya hingga bisa menjadi warga negara Malaysia.

’’Ayah saya juga bercerita bahwa keluarga kami memiliki darah Indonesia. Tetapi, saya tidak tahu Indonesia mana. Sebab, itu sudah lama sekali,’’ jelasnya.

Menurut Safee, dirinya sangat ingin menemui sanak keluarganya di Indonesia. Sayang, dia tak mengetahui garis keturunannya dari sang kakek.

Selain itu, Safee punya misi mulia di balik kedatangannya ke Indonesia.

Yakni, memperbaiki hubungan antara Malaysia dan Indonesia yang sering memanas, terutama dalam sengketa perbatasan.

’’Tetapi, herannya, problem seperti itu tidak terselesaikan lewat jalur perundingan dengan maksimal. Bahkan, sebagian besar kasus menguap tanpa solusi. Maka, saya mencoba mengambil jalan lain untuk menemukan solusi strategis lewat sepak bola,’’ ung kapn ya.

Safee optimistis, langkah baiknya akan menuai hasil maksimal.

Sebab, sepak bola di In donesia begitu populer.

Du kungan dan apre siasi dari warganya sangat kuat.

’’Apalagi, saat ini saya dipercaya sebagai duta perdamaian oleh duta besar Malaysia di I n d o n e s i a ,’’ pungkasnya. (dik/ c8/diq)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/