30 C
Medan
Tuesday, December 23, 2025
Home Blog Page 14137

Jadikan Medan Persinggahan

7 Icons

Girl band yang terkenal dengan single Playboy, 7 Icon, datang ke Sumatera Utara.

Ketujuh dara cantik untuk merayakan ulang tahun ke 60 sebuah perusahaan besar di Kota Siantar.

“Mereka hanya singgah di Medan, setelah makan (siang, Red) langsung berangkat ke Siantar untuk mengisi acara di sana,” ujar perwakilan anggota event organizer yang mendatangkan 7 Icon, Zuhrin, di Hotel Garuda Plaza Medan, Minggu (7/1).

Kedatangan Angela Tee, Grace Wohangara, Linzy, Mezty, Natly, Pj, dan Vanilla merupakan yang pertama di Siantar. “Mereka terlihat antusias untuk datang, karena yang pertama kali ya,” tambah Zuhrin.

Sebelum berangkat ke Siantar, 7 personil ini menikmati kuliner di daerah Perbaungan, dan begitu sampai, langsung melakukan gledi resik. “Karena jadwal tampil mereka sekitar pukul 8 malam, jadi semuanya harus serba instan,” ungkap sang narasumber.

Rencananya, girl band ini akan menyanyikan sekitar 4 hingga 5 lagu. “Pasti gugup la, tapi semoga tidak mengecewakan, karena mereka sering tampil off air,” tambah sang narasumber.

Kedatangan para wanita cantik ini nantinya akan disambut dengan berbagai kebiasaan artis yang berkunjung ke Medan, yaitu menikmati buah durian.

“Seperti pada umumnya, kita akan mengadakan durian party, tapi itu juga bila mereka mau, karena tidak semua artis menyukai buah durian,” tambahnya.

Direncanakan, band wanita ini akan kembali ke Medan usai konser, menginap di Medan untuk mengejar pesawat pagi ke Jakarta.(ram)

Minimalkan Penggunaan Talang

ADA beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat atap rumah agar terhindar dari kebocoran saat musim hujan. Berikut kiat-kiatnya: Perhatikan sudut kemiringan atap. Ini menjadi penting karena dengan kemiringan yang tepat akan memudahkan air mengalir ke bawah. Umumnya kemiringan atap di Indonesia 30-40 derajat.

Namun untuk beberapa kasus, ada atap dengan kemiringan landai.

Minimalkan sambungan. Atap dengan sambungan minim dapat akan mengurangi kebocoran.

Jika terdapat titik-titik pertemuan antar material atap, maka pastikan titik pertemuan itu rapat dan tidak bercelah. Celah dapat menimbulkan kebocoran pada atap.

Pilihlah material atap berkualitas. Ada banyak bahan pembentuk atap. PVC, tanah liat, bitumen, metal adalah diantaranya. Dari kesemua material atap, pilih yang tidak mudah retak, tahan akan panas ataupun terpaan angin. Satu lagi, atap yang baik adalah yang mudah dalam pemasangan, dan tidak menyisakan celah.

Minimalkan penggunaan talang. Talang juga merupakan elemen atap yang berpotensi menimbulkan kebocoran. Entah karena sistem penyambungnya yang tak baik atau karena materialnya rusak termakan usia. Semakin minim jumlah talang, semakin minim juga potensi kebocorannya.

Gunakan cat pelapis antibocor (water proofing).

Dapat diaplikasikan untuk mencegah air merembes melalui pori-pori material atap atau celah-celah kecil yang terdapat pada titik sambungan.(net/jpnn)

Persema Ancam Pecat Bachdim

MANAJEMEN Persema malang tampaknya sudah tak tahan dengan aksi indisipliner Irfan Bachdim.

Bachdim kembali bikin ulah dengan mangkir dari pemusatan latihan di Batu, Malang, tanpa pemberitahuan apapun, baik kepada manajemen maupun pelatih Slave Radovski.

CEO Persema Didied Purnawan Affandi mengakui, sanksi tegas harus diterima Irfan jika terbukti mangkir dari latihan dan TC Persema di Batu. “Irfan tidak bisa bersikap seenaknya karena dia terikat kontrak dengan Persema selama dua tahun. Apapun kegiatannya harus sepengetahuan manajemen,” katanya.

Jika Irfan sudah di Malang, pihaknya akan memanggil pemain blasteran Indonesia-Belanda itu untuk mempertanggungjawabkan sikapnya.

Selain terancam dicoret dari tim Irfan juga harus rela dipotong gajinya sebagai denda sebesar satu juta rupiah per hari. Sejak menjadi model iklan, catatan kedisiplinan Irfan Bachdim cukup memprihatinkan.

Sebelumnya Irfan juga pernah dicoret dari Timnas U-23 yang dipersiapkan untuk menghadapi SEA Games XXVI di Palembang juga mangkir dari pemusatan latihan. (net/jpnn)

Kado

Kau adalah permaisuri baru dalam istana kayu saat usiaku genap 6 tahun. Usia yang masih terlalu belia untuk dapat menyetubuhimu dengan sempurna. Tapi aku tidak sedikitpun menggerutu saat Ibu menghadiahkan kau di hari ulang tahunku. Aku begitu bersemangat merobek-robek pakaianmu. Menelanjangimu. Lalu dengan mata birahi aku memelukmu, menciumimu, melumurimu dengan minyak kayu putih agar kau tak masuk angin.

Cerpen Ilham Wahyudi  

LENGANMU yang jenjang, tubuhmu yang sintal, dan kulitmu yang halus sering membuatku berahi; rasanya aku ingin cepat-cepat besar.

Tapi aku tidak ingin lebih besar darimu! Sehingga saat jari-jariku mulai meraba tubuhmu, kau tidak perlu merasa takut atau kesakitan saat memeluk tubuhku. Tubuh yang mulai berotot dan berbau laki-laki.

Memang—sewaktu Ibu menghadiahkanmu— saat itu aku langsung saja menyetubuhimu tanpa bertanya lebih dulu dari mana asal-muasalmu.

Tetapi hal itu belumlah cukup membuatku merasa yakin bahwa kau memang belum pantas aku setubuhi.Sehingga bila malam mulai menampakkan taring gelapnya, sering aku mengendap-endap menyusup menjumpaimu dalam ruangan yang mirip kotak lemari es itu: meraba-raba lenganmu atau sekedar menciumimu sebagai ganti obat tidurku.

Maka biarlah ruangan gelap mirip kotak lemari es itu yang kini mengurungmu.

Menjagamu dari kejamnya matahari. Sinisnya hujan pagi dan runcingnyaanginmalam, sampaiaku benar-benar telah siap dan pantas menyetubuhimu. Membawamu ke hadapan teman-temanku, saudara-saudaraku, acara tahun baru, dan pesta-pesta ulang tahun yang penuh dengan orang-orang sombong.

Aku akan tetap bersabar menunggu waktu itu tiba. Kuharap kau pun demikian, sayang! Merawat kulit halusmu dari pengapnya ruangan mirip kotak lemari es itu. Menjaga tubuh sintalmu dari godaan serangga yang gatal. Sehingga persetubuhan kita yang kedua nanti tidak seincipun bergeser dari saat pertama kali aku menggagahimu dengan kasar. Ah, aku berahi membayangkan itu, sayang!
***
Dan detikm enjelma menjadi menit.

Menit menelurkan jam. Jam merangkak mendekati hari. Hari berjalan menemui minggu. Minggu berlari mengejar bulan. Dan bulan pun terbang menuju tahun-demi-tahun.

Bulu-bulu halus yang aku tidak tahu datangnya dari mana kini memenuhi kedua kakiku, bibirku, ketiakku, dan, ya…di situ.

Aku besar! Ya, kini usiaku sudah 15 tahun. Suaraku sudah pula berubah seiring perubahan pada fisikku. Tanganku pun mulai kuat meremas mimpi- mimpiku. Mimpi-mimpi yang selalu menggangu waktu-waktuku menyusuri lorong-lorong ilmu pengetahuan.

Tapi untunglah aku masih selalu memberikan mutiara kebanggaan pada bening mata Ibuku; saat dia dengan tenang berjalan ke depan kelas di antara barisan-barisan orang tua murid yang berdebar menunggu pengumuman yang melesat dari rongga mulut wali kelasku yang lebar: mewakiliku menerima penghargaan, piagam-piagam prestasi, atau sekedar berbicara tentang resep mendidikku di hadapan orang tua murid-murid.

Aku memang selalu ingin Ibu yang mengambilkannya untukku. Menjadikannya orang pertama yang menggenggam setiap kebahagian yang tumpah dari langit. Bukannya aku manja sebagai anak satu-satunya atau malu berdiri sendiri di depan kelas. Tetapi aku merasa Ibulah yang lebih pantas merasakan kebahagiaan itu lebih dulu. Sebab melalui jari-jari lembutnya aku tumbuh menjadi laki-laki yang bersumpah akan selalu mengharumkan nama keluarga.

Keluarga? Ya, walaupun hanya aku dan Ibuku yang berlindung di dalam istana kayu itu. Tapi tidak pernah sekalipun aku merasa kalau kami bukanlah sebuah keluarga. Mungkin bagi sebagian orang, sebuah keluarga haruslah lengkap dengan ayah, ibu, dan anak (barulah dapat dikatakan sebagai sebuah keluarga yang sempurna).

Tapi bagiku, tidak! Syarat-syarat seperti itu sudah tidak berlaku lagi dan sangat ketinggalan jaman.

Kuno! Sebenarnya kalau mau jujur di zaman yang mencemaskan ini sering kita jumpai orang-orang yang berprestasi dan sukses adalah orang-orang yang lahir dari keluarga-keluarga yang tidak sempurna (tanpa ayah, tanpa ibu, atau tanpa keduanya). Bahkan kalau kita lebih peka lagi melihat atau sudi meluangkan sedikit waktu untuk singgah ke panti-panti asuhan; maka percayalah kita bahwa prestasi dan kesuksesan itu juga dapat kita capai tanpa ketiadaan orang tua. Namun, begitupun, sebagai manusia pada umumnya, tentu aku juga mendambakan keutuhan tersebut.

Dan apa yang kudapati saat ini, bagiku tetaplah sebuah kesempurnaan yang sepantasnya harus aku syukuri.

***
Baru tiga hari yang lalu aku merayakan ulang tahunku yang ke 15. Tidak ada pesta di istana kayu ini. Apalagi kado yang biasanya dibungkus dengan kertas warna-warni. Namun, tidak senodapun aku kekurangan kebahagian saat gerbang keremajaan itu menghampiriku.

Tengah malam. Setelah jam tetangga kami berdentang 12 kali di telinga Ibuku. Ibu melangkah menghampiriku yang sedang pulas tertidur di lantai istana kayu. Membangunkanku; mengajakku berdoa bersama untuk masa depan kami yang lebih cemerlang benderang. Dan kau tahu, kawan? Bagiku itulah kado terindah yang pernah kudapatkan dari Ibuku—perempuan yang telah menggadaikan seluruh hidupnya pada sang maut saat menerbitkanku ke dunia yang mencemaskan ini— selain permaisuri yang dia hadiahkan padaku saat aku genap berusia ke 6 tahun.

***
“Permaisuriku!” Tiba-tiba mulutku menyebutnya.

Sudah 9 tahun dia aku kurung dalam ruangan gelap mirip kotak lemari es itu.

Apakah dia masih seperti dulu? Entahlah! Sebenarnya hampir setiap hari aku berjumpa dengannya. Namun tidak pernah aku perhatikan dia dengan serius. Hanya saja pada malam ulang tahunku yang ke 10, aku sempat berhasrat ingin menyetubuhinya.

Tapi lagi-lagi aku merasa belum pantas melakukannya. Kuurungkan niat.

Sesak dadaku.

Tadi pagi-pagi sebelum pergi ke sekolah aku menjumpainya. Sejenak kulampiaskan kerinduanku padanya.

Lengan jenjangnya kuelus-elus dari ujung ke pangkal-dari pangkal ke ujung. Malu-malu aku menciumi dadanya. Dia bergeming. Lalu dengan seluruh rasa cinta yang kumiliki; kupeluk dia dan berbisik padanya kalau aku sedang menunggu waktu yang tepat untuk menuntaskan janji kami dulu. Dia masih juga bergeming.

Tapi aku percaya kalau dalam hatinya, dia begitu bergembira mendengar berita dariku.

Di sekolah sebelum masuk kelas, Ribka menghampiriku. Dia mengundangku datang ke pesta ulang tahunnya.

Ahai, betapa senangnya aku diundangnya Bagaimana tidak? Ribka adalah salah satu murid yang paling cantik, pintar, dan paling kaya di sekolah. Wajarlah kalau aku begitu bergembira saat dia mengundangku secara langsung tanpa perantara.

Walaupun dua hari yang lalu aku sudah melihat pengumuman ulang tahunnya terpampang besar di mading sekolah.

Sepulang dari sekolah aku terus saja teringat pada Ribka. Aku masih belum percaya kalau dia mengundangku secara langsung; bicara lemah lembut padaku. Seolah aku adalah salah satu calon tamu penting pada pesta ulang tahunnya. Kalau kuhitung-hitung, baru dua kali aku berbicara dengan Ribka. Pertama, saat kami satu kelompok dalam MOS (Masa Orientasi Siswa). Dan kedua, saat dia tanpa sengaja menjatuhkan buku pelajaranku sewaktu kami berpapasan di koridor sekolah. “Maaf, aku buru-buru! Buku fisikaku tertinggal di kelas.” Sambil membantu kumenyusun buku-buku yang berai di lantai, dan dia terus saja bicara. Aku diam tak menjawab. Entah karena tidak ada yang perlu kujawab atau memangaku yang tak tahu harus berbicara apa padanya.

Sejak saat itu aku jadi sering mengundangnya datang dalam tidur-tidurku.

Mengajaknya berdiskusi tentang Newton dan buah apel atau sekedar mencicipi manisnya jambu air yang gelisah di depan rumahku.

Sayang, aku hanya berani mengundangnya dalam tidur saja. Sebab setiap kali aku terbangun dari tidur, kembali kutemui wajah dunia yang mencemaskan—aku tak sampai hati mengajaknya ke istanaku. Lagi pula istana kayu ini terlampau “mewah” untuk ukuran orang sepertinya.

***
Entah kenapa, kemudian, aku bangun lebih cepat dari biasanya. Padahal hari itu libur sekolah. Entah kenapa pula, sebelum mandi aku tiba-tiba saja ingin sekali menjumpai permaisuriku.

Seperti biasa sejenak kucumbui dia. Kulihat dia tampak lebih anggun.

Mungkin dia bahagia mendengar berita dariku.

Setelah puas, kubawa dia kehadapan Ibu. Memamerkannya pada Ibu setelah 9 tahun dia tidak pernah kubawa keluar dari ruangan gelap mirip kotak lemari es itu.

“Aku akan membawanya, Bu! Akan kukenalkan dia pada teman-temanku, pada Ribka!” Lantang suaraku.

Ibu bergeming. Kulihat senyuman memuai di bibirnya. Sebenarnya hampir setiap hari Ibu tersenyum padaku. Tapi hari itu Ibu tersenyum lebih lebar, lebih manis dari madu.

***
Malam jatuh tanpa bulan. Tanpa bintang. Udara dingin mencengkram tubuhku. Jalan-jalan masih dipenuhi klakson kecemasan. Tak lama lagi aku akan sampai di rumah Ribka. Aku bisa merasakan betapa bahagianya permaisuriku malam itu, karena dia akan kukenalkan pada teman-temanku.

Pada Ribka.

Dari kejauhan kudengar suara dentang musik menyala-nyala seperti sedang menarik setiap orang untuk menggoyangkan pinggul atau sekadar menggelengkan kepala. Aku mempercepat langkah, menyahuti panggilan pesta yang semakin gemeriah. Namun entah mengapa beberapa langkah sebelum tanganku menyentuh pagar rumah Ribka, tiba-tiba saja terbit keraguan dalam hatiku.

“Apakah Ribka nanti menyukaimu?” Bisikku pada permaisuriku.

Dia diam. Seolah pasrah.

Aku mondar-mandir di depan pagar rumah Ribka sambil berusaha mengumpulkan kembali seluruh keberanianku yang seketika lenyap.

Kulihat di kejauhan Rino dan Angga sedang menujuku. Sejujurnya aku takut sekali kalau mereka tahu aku sedang meragu. Untuk itu aku berusaha bersikap wajar. Berpura-pura seolah tak melihat mereka.

“Hei, kok nggak masuk?” Angga menepuk punggungku.

“Ee…e…e, aku memang sedang menunggu kalian.” Jawabku sekenanya.

“Tapi kenapa kamu keringat dingin, Zam?” Angga mendesakku.

“Tidak! Aku tidak keringat kok.” “Ya sudahlah. Ayo kita masuk!” Rino menarik lenganku.

Syukur, bisik batinku. Sepertinya mereka tahu kegelisahanku. Tapi untungnya mereka tak berniat menggodaku lebih lama. Dengan sisa gugup yang masih bersarang di dada, aku berjalan memasuki halaman rumah Ribka.

Di depan pintu, Ribka terlihat sumringah menyambut kedatangan kami. Dia terlihat anggun dan begitu memesona dengan gaun putih yang dikenakannya. Kalung yang menggantung di jenjang lehernya menambah kesan dewasa. Padahal usianya baru menyentuh remaja. Pelan kurasakan aliran darahku maju-mundur.

Hatiku seakan terbentur rasa kagum padanya. Ini kali pertama aku melihat Ribka di luar sekolah, di rumahnya.

“Bagus kemeja batik kamu, Zam.

Serasi sekali dengan celana kamu.” Ribka menyenggol kekagumanku.

“Ee…ee…, terima kasih. Kamu juga sangat cantik dengan gaun itu.” Aku membalas pujiannya.

“Ah, kamu bisa saja, Zam.” Sekarang ak upula yang salah tingkah melihat bahasa tubuhnya.

Ia mengulurkan tangan, mengajakku berjalan ke tengah pesta. Aku berjalan menunduk.

Sesekali ekor mataku mengamati sekeliling. Mata-mata sinis memandangiku dengan cibiran yang sesekali jelas terdengar ditelingaku.

“Aneh, ya, si Ribka, pakaian kuno begitu kok dibilang bagus.” Celetuk salah seorang tamu. Ternyata mereka ada yang mendengar Ribka memujiku.

Lalu yang lain pula menyambar celetukan itu, seolah tak sabar ingin menyuarakan pendapatnya. “Iya, kok bisa, ya, orang udik seperti dia hadir di pesta seperti ini. Merusak suasana saja.” Aku mengelus dada sambil terus berjalan di samping Ribka dengan pikiran yang berkecamuk dan detak jantung yang tak normal.

Rasa-rasanya aku tak sanggup melanjutkan langkah. Di tengah pikiranku yang berkecamuk, tiba-tiba saja Ribka menghentikan ayunan langkahnya yang teratur bak puteri raja itu.

Pelan wajah Ribka menyusup di antara pundak dan telingaku. Seketika aroma blueberry yang memancar dari tubuhnya pecah di lubang hidungku.

Ia berbisik, “Kamu kelihatan makin tampan kalau pakai baju batik itu, Zam. O, ya, sudah berapa kali kamu mengundangku dalam mimpimu?” Tanyanya polos.

Gila! Aku mau pingsan rasanya.

Bagaimana dia bisa tahu kalau aku hampir setiap malam memimpikannya.

Aku berkeringat. Betul-betul berkeringat, kawan! Ternyata benar apa yang dikatakan Ibu sebelum aku ke pesta Ribka.

“Nizam, kamu tampan sekali malam ini, Nak. Kamu mirip sekali dengan Ayahmu. Dulu Ayahmu juga memakai kemeja batik saat pertama kali datang ke rumah orang tua Ibu.” Ibu mengusap-usap pundakku.

Kurasakan kehangatan cintanya menyebar ke sekujur tubuhku. Cinta yang tak terukur dalamnya. Cinta yang terus mengalir seperti mata air zam-zam.

“Pasti nanti Ribka terkagum-kagum melihatmu,” sambung Ibu menggodaku.

“Jelas itu, Bu. Siapa yang tak kagum nanti dengan permaisuriku.” Jawabku bangga. Cepat kuraih tangan Ibu, menciumnya, kemudian pamit pergi.

“Nizam…Nizam…Zam!? Lho, kenapa kamu diam?” Ribka merubuhkan lamunanku pada Ibu.

“Ee…e…tidak. O, ya, kamu tidak mengajakku makan?” Aku berkelit.

Ribka tertawa kecil.
Kami pun menuju meja makan.

Medan, 2010- 2011 (*)

Rp600 Juta Jasa Medis Jamkesmas tak Jelas

MEDAN- Dua bulan dana insentif jasa medis Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) yang seharusnya diperoleh para pegawai RSU dr Pirngadi Medan tak jelas keberadaannya. Tak hanya itu, para pegawai juga mengkhawatirkan dana tersebut akan mengalami pemutihan (tidak dibayarkan) dan tak jelas mengenai pembagiannya.

“Dana insentif jasa medis Jamkesmas yang seharusnya kami peroleh untuk bulan November dan Desember 2011 seharusnya sudah bisa kami terima awal Januari ini. Tapi, nyatanya uang dana jasa medis Jamkesmas itu belum juga kami terima.

Yang parahnya, dana itu dua bulan bang,” kata SMPR (32), salah seorang pegawai Lantai I RSU dr Pirngadi Medan, Sabtu (7/1) pagi.

Lebih lanjut, diterangkannya, itu merupakan hak mereka sebagai pegawai dan perawat dimana mereka mendapatkan dana jasa Jamkesmas itu sesuai dengan peraturan yang berlaku dalam rumah sakit. “Kami khawatir, dana tersebut akan mengalamipemutihan(tidakkeluar) denganalasan tutup buku. Selalu dengan alasan yang sama seperti tahun-tahun kemaren dimana kami tidak mendapatkan dananya sejak dua tahun terakhir ini. Terus kemana dana yang seharusnya kami peroleh itu hilangnya,” ujarnya.

HalsenadadiucapkanSNDG(40), pegawailainnya di Lantai I. Diterangkannya, jika mereka meminta apa yang menjadi hak mereka kepada pimpinan langsung, bisa-bisa mereka kena peringatan.

“Tidak hanya itu, kami juga sudah pernah mempertanyakan hal itu pada tahun-tahun sebelumnya tapi yang kami terima justru temantemanharusdipindahkanke bagianlain,” paparnya.

Ditegaskannya, dana insentif jasa medis Jamkesmas itu jumlahnya Rp250.000 sebulan. Namun, terangnya, bukan masalah nilainya tapi itumemanghakmereka.“SebulannyaRp250.000 dan itu dana dua bulan dengan jumlah Rp500.000. Jika dikalikan dengan 1200 orang pegawai maka total dananya itu Rp600 juta. Lalu kemana dananya dua tahun terkahir ini hilang?” ujarnya.

Kasubbag Hukum dan Humas RSU dr Pirngadi Medan, Edison Perangin-angin SH MKes mengaku, pihaknya akan membicarakan hal tersebut dengan sesama pimpinan rumah sakit. Tambah Edison, pihaknya juga akan mencoba mencari tahu kenapa dana tersebut tidak keluar. “Dananya memang keluar dan akan kita cari tahu kenapa belum keluar. Pihak rumah sakit akan membicarakan hal ini dengan para pegawai dan memberikan pengertian kepada para pegawai. Tidak perlu takut karena kalau keluar, pasti dana itu akan dibagikan,” sebutnya.

Sekretaris Komisi B DRPD Kota Medan, Khairuddin Salim mengaku, pihak rumah sakit dimana Dirut RSU Pirngadi, Dewi Syahnan harus mengeluarkan dana itu secepatnya karena itu memang hak pegawai. “Gaji mereka tidak seberapa dan mereka hanya dapat dana jasa medis Jamkesmassebagaitambahan. Itupuntidakdikeluarkan oleh rumah sakit, jelas-jelas rumah sakit sudah melakukan pembunuhan karakter. Kalau dana sebesar Rp600 juta tak jelas kemana, lalu sama siapa dana itu,” pungkasnya.

Khairuddin mengatakan, jangan dipermainmainkan apa yang menjadi hak orang susah dan orang bawah karena itu jelas-jelas melanggar ketentuan agama dan sangat bertentangan dengan undang-undang. “Ini jelas-jelas pelanggaran dan Komisi B DPRD Kota Medan akan mempertanyakan hal ini kepada Dirut RSU Pirngadi Medan dalam waktu dekat,” ungkapnya.(jon)

Perkokoh dominasi

Real Madrid V Granada

MADRID-Bagi Real Madrid, laga menjamu Granda di Santiago Bernabeu dini hari nanti akan menjadi ajang pembuktian atas dominasi Los Merengues di ajang La Liga Primera, sekaligus memperpanjang rekor tak terkalahkan Merengues atas Granada.

Betapa tidak, terakhir Merengues kalah atas Granada di Bernabeu adalah pada 20 Januari 1974. Artinya, sudah 38 tahun sang tamu tak pernah mengalahkan Merengues di Bernabeu.

Peluang Merengues untuk memperkokoh dominasi atas Granada terlihat semakin besar jika melihat hasil tiga  hari lalu, tatkala Ronaldo dkk menang 3-2 atas Malaga di ajang Copa del Rey.
“Kemenangan atas mereka membuktikan jika mental pemain sangat kuat untuk mewujudkan  ambisi kami,” bilang  Jose Mourionho, antrenador Real Madrid.

Optimisme Mourinho ini didukung fakta kembalinya bek tangguh Sergio Ramos usai pulih dari cedera. Kehadiran punggawa timnas Spanyol ini pun terasa sangat berguna di saat Pepe tak dapat dimainkan karena cedera.

“Sergio (Ramos, Red) bisa menjadi tandem ideal bagi Raul Albiol. Ini sesuatu yang menggembirakan karena dengan kahadiran mereka kami tak perlu ragu untuk menerapkan strategi permainan menyerang,” bilang Mourinho.

Selain kedua pemain tadi, Los Merengues pun kembali dapat mengandalkan Sami Khedira, Mesut Ozil dan Karim Benzema yang mulai menemukan bentuk permainan terbaiknya.
Sementara itu di tempat terpisah pelatih Granada Fabri mengatakan bahwa dirinya telah mengingatkan seluruh pemain untuk menimalisir kesalahan untuk menghindarkan tim dari kekalahan.

Lebih lanjut Fabri mengatakan bahwa banyaknya pemain bintang yang ada di kubu Real Madrid tak seharusnya membuat pemain gugup hingga akhirnya melakukan banyak kesalahan.
“Mereka tim yang benar-benar mapan. Mereka menjadi seperti itu bukan setahun atau dua tahun. Lebih dari itu, sejak lama mereka telah menjelma menjadi salah satu kekuatan sepak bola Eropa. Jadi tak ada yang harus dikhawtirkan atas mereka. Semuanya harus berjalan normal,” bilang Fabri lagi.

Pada laga nanti Fabri akan saling bahu membahu dengan Inigo Lopez di lini pertahanan Granda guna mendukung kinerja para striker seperti Odion Ighalo, Gonzalo Jara dan Ikechukwu Uche. (jun)

Kasus Aceh Bukan Kriminal Biasa

Anggota DPR RI: Polri Butuh Paranormal

JAKARTA-Pergantian tahun yang kelam bagi Nanggroe Aceh Darussalam tak dapat dihindari. Korban terus berjatuhan. Penembakan oleh Orang Tak Dikenal (OTK) seolah tidak bisa dihentikan.
Imparsial dan Aceh Judicial Monitoring Institute (AJMI) mencatat sepanjang tahun 2011 hingga 2012 di Aceh telah terjadi kasus penembakan sebanyak 17 kali. Sementara korban meninggal sebanyak 15 orang, dan luka-luka 17 orang. Sebanyak 14 kasus dilakukan oleh orang tidak dikenal, satu kasus dilakukan oleh warga Aceh, dan dua kasus dilakukan oleh oknum TNI dan Polri.

Kenyataan ini menimbulkan begitu banyak spekulasi, mulai dari situasi yang dikondisikan karena menjelang Pemilukada hingga kembali menggeliatnya Gerakan Aceh Merdeka (GAM) “Belum tentu bekas anggota GAM karena senjata bisa dipakai oleh siapa pun kan,” kata Menteri Pertahanan, Purnomo Yusgiantoro di Kantor Presiden, Jakarta, Jumat (6/1).

Menurut dia, pelaku penembakan di Aceh menggunakan senjata AK-47. Jenis senjata itu pula yang dulu digunakan oleh kelompok GAM untuk bergerilya di Aceh. “Memang kita tahu di Aceh masih banyak senjata yang harus diserahkan kepada kita,” kata Purnomo.

Jika memang bukan mantan anggota GAM, siapa lagi yang bermain di Serambih Mekkah itu? Pasalnya, hingga kini pihak Polri belum juga memaparkan hasil uji balistik proyektil dari senjata yang digunakan. “Apakah itu dari TNI, Polri atau senjata gelap,” kata Peneliti Imparsial, Swandaru, di Kantor Imparsial, Jalan Slamet Riyadi, Jakarta Pusat,  kemarin.

Menurut dia, jika polisi mengungkap hasil uji balistik, maka penembak misterius itu akan terungkap. Senada dengan Swandaru, peneliti senior Imparsial, Otto Syamsudin Ishak menganggap sejumlah kasus penembakan di Aceh mengalami perubahan. “Arah penembakan berubah dari OTK ke Petrus (yang jelas targetnya) yang teratur menjadi tidak teratur ke suatu etnis tertentu kebanyakan pendatang,” kata Otto.

Otto juga membantah pernyataan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menkopolhukam) Djoko Suyanto yang menyatakan penembakan di Aceh terkait masalah kecemburuan sosial dan ekonomi. “Ini jelas bukan kecemburuan sosial walaupun adanya kegagalan perkembangan ekonomi di Aceh,” ungkapnya.

Sebab, lanjut dia, bila dilihat hal itu bermotif ekonomi, dalam kasus penembakan ini para korban yang ditembak tidak kehilangan harta bendanya. “Hal ini berbeda sekali dengan tahun 1999 yang dituju transmigran, bukannya migran (bermukim sementara selama proyek berjalan),” paparnya.
Dia juga menjelaskan kasus penembakan ini, tidak terkait dengan Pemilukada Aceh. “Pelaku penembakan hanya memanfaatkan kondisi Pemilukada di Aceh yang kacau, karena tidak ada payung hukum,” tutupnya.

Kunci penyelesaian masalah ini tampaknya bergantung pada kinerja Polri. Sayangnya, Polri terkesan lambat. Bahkan, Wakil Ketua Komisi III DPR RI asal Provinsi Aceh, Nasir Djamil sampai memberi sindirian pada lembaga yang dipimpin Jenderal Pol Timur Pradopo itu. “Polri bisa menggunakan jasa paranormal untuk menangkap penembak masyarakat di Aceh. Kumpulkan saja paranormal,” kata Nasir, di Jakarta.

Ia menyebutkan, rentetan peristiwa penembakan yang terjadi di Aceh sudah bukan kriminal biasa lagi. “Tapi sudah masuk kategori terorisme karena telah menebar teror,” kata Nasir.
Nasir khawatir akan timbulnya konflik horisontal antarwarga pascapenembakan tersebut. “Tak pernah ada kejadian yang beruntun di daerah lain selain di Aceh. Saya khawatir akan terjadi konflik horisontal antara Jawa dan Aceh,” ungkap Nasir.

Menyikapi kegelisahan wakil rakyat itu, Gubernur Aceh Irwandi Yusuf malah sekan ‘buang badan’. Dia mengatakan soal jaminan keamanan pekerja yang bekerja di Aceh dan bukan warga lokal, agar tidak menjadi korban lagi, merupakan tugas kepolisian. “Soal jaminan keamanan, ya, itu, kan, tugas polisi,” kata Irwandi Yusuf.

“Kalau perlu petugas polisi harus mendeteksi sejak dini di mana saja ada pemukiman atau barak-barak pekerja warga pendatang,” tambahnya usai menjenguk ketiga korban penembakan Aceh Besar di RSUD dr Zainoel Abidin Lampriet (RSUZA) Kota Banda Aceh, Kamis (5/6) malam.
Menurutnya ini penting, agar dapat memfokuskan penjagaan atau meningkatkan pengamanan di dekat titik-titik tersebut. Sebelumnya, Kapolda Aceh, Irjen Pol Iskandar Hasan mengatakan polisi sangat serius untuk menarik senjata api yang beredar di masyarakat Aceh. Polda Aceh dan jajarannya gencar melakukan razia. “Peluru yang berhasil kita kumpulkan ada 7.000 butir, granat puluhan buah. Mungkin saja para pelaku kriminal ini membeli senjata zaman konflik untuk melakukan aksinya,” ujarnya.

Dari Medan, Persatuan Pemuda Jawa (Pendawa) Sumut dan Putra Jawa Kelahiran Sumatera (Pujakusuma) langsung mengecam peristiwa menyedihkan tersebut. ‘’Kami menyesalkan sampai saat ini tidak ada tokoh, baik yang di Aceh ataupun di luar Aceh yang mengutuk atas tindakan penembakan terhadap warga Jawa.

Bahkan tidak ada tindakan rasa keprihatinan tokoh ataupun pejabat Aceh terhadap korban penembakan dan pembunuhan yang dilakukan terhadap warga Jawa,’’ ujar Ketua Pendawa Sumut Ruslan didampingi Wakil Ketua PP Pujakusuma Abdi Yanto dan Dewan Penasehat Pendawa Sumut Redwin SH, pada wartawan di Mesjid Agung Jalan Dipenogoro Medan.

Ketua Pendawa Sumut ini juga mendesak agar Kapolda Aceh dan Pangdam Iskandar Muda, untuk bertindak cepat melakukan penangkapan terhadap kelompok bersenjata yang saat ini sedang mengincar warga Jawa. ‘’Kalau tidak bisa melindungi warga Jawa dan warga suku lainnya, Kapolda dan Pangdam harus mundur,’’ tegas Ruslan.

Sedangkan Ketua Koordinator Bidang Infokom Pujakesuma Sumut, Abdiyanto, mengaku pada dasarnya tidak yakin jika peristiwa penembakan itu terjadi karena kebencian etnis Aceh terhadap etnis Jawa. “Etnis Jawa dan Aceh itu sudah hidup berdampingan sejak dahulu kala. Bahkan, sudah terjadi perkawinan silang antarkeduanya. Tidak masuk akal kalau tiba-tiba etnis Aceh membenci etnis Jawa,” tukas Abdiyanto.

“Kita tidak tahu motif penembakan yang terjadi di Aceh. Kami juga tak ingin mempolitisinya. Yang pasti, kami tak ingin konflik merebak dengan persoalan kesukuan. Makanya, begitu Pujakusuma mengajak masyarakat Aceh melalui Aceh Sepakat, kami sangat senang demi meredakan situasi agar persoalan tidak semakin keruh,” sambung Wakil Sekretaris DPP Aceh Sepakat, Dinar Nyak Idin Waly, saat dihubungi wartawan koran ini.

Sebagai warga Aceh, lanjutnya, Dinar tak ingin ada pihak-pihak yang sengaja ingin memecah belah masyarakat Aceh demi kepentingan politik atau lainnya.
“Saya sangat prihatin dengan masalah ini. Jangan sampai masyarakat Aceh ikut terprovokasi kesukuan sehingga menjadi bentrok. Marilah kita bersatu karena kita ini adalah bersaudara,” harap Dinar.

Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Satro melalui Dirbimas Polda Sumut Kombes Pol Heri Subiansauri mengatakan, Polda Sumut sudah membuat pos pemeriksaan setiap orang yang masuk ke Sumatera Utara di perbatasan Aceh-Sumut.

Heri mengimbau kepada warga Kota Medan agar jangan mudah terprovokasi dengan kejadian di Aceh. “Apabila ada hal-hal yang mencurigakan yang dianggap bisa merusak kantibmas di Sumut segera dilaporkan ke polisi terdekat,” ujar Heri.

Hingga kemarin, polisi baru menetapkan dua orang tersangka terkait kasus teror penembakan yang terjadi 4 dan 23 Desember 2011 di Aceh. Keduanya merupakan petani dan joki pelaku penembakan. “Tersangka M alias T bin AR 20 tahun, tani alamat Kuta Belang, Bireuen. Dia sebagai joki sepeda motor yang membawa pelaku penembakan. Dan, Saudara D bin M 29 tahun, tani, alamat Sawang, Aceh Utara,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Saud Usman Nasution, di Mabes Polri, Jakarta.
Dari kedua tersangka tersebut, pihaknya menyita 1 unit sepeda motor Yamaha RX King yang digunakan pelaku dalam aksi penembakan, serta jaket dan helm hitam. “DPO yang kita kejar berinisial W,” tambah Saud.

Sementara itu, dua dari tiga korban penembakan Aneuk Galong, Aceh Besar, dilaporkan mulai membaik. Mereka adalah Agus Swetnyo (35) dan Sotiku Anas (25). Mereka, masing-masing, terkena di bagian dada dan perut. “Setelah mendapat operasi, keadaan mereka mulai membaik,” kata Wakil Direktur Bidang Pelayanan RSUZA dr Andalas, kemarin.

Sedangkan satu lainnya, yakni, Gunoko (30), meninggal dunia.Tim dokter yang menanganinya menyebutkan, kondisi Gunoko memburuk setelah peluru yang bersarang di kepala korban tak mungkin dioperasi. Kondisi korban kian melemah dan akhirnya menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 17.00 WIB kemarin. (bbs/ian/jpnn/rud/ila/mag-5)

Pengganti Solar Cuma Ada di Mini Market

MEDAN-Soal pembatasan subsidi terus menjadi polemik masyarakat Sumatera Utara (Sumut). Selain soal antisipasi premium menuju pertamax, konsumen solar juga mulai kasak-kusuk.
Begitulah, pembatasan subsidi minyak bukan hanya untuk premium, solar juga akan dicabut subsidinya. Jika pengguna premium disarankan menyeberang ke pertamax, konsumen solar disarankan beralih ke Pertamina DEX. Masalahnya, seperti pertamax, DEX juga masih belum familiar di Sumut.

Menyikapi hal itu, Assistant Manager External Relation Pertamina Region I, Fitri Erika, mengatakan konsumen untuk tidak panik. Selain pembatasan BBM subsidi baru dilaksanakan 2013 mendatang untuk Sumatera, DEX pun sudah tersedia di Sumut. “Pertamina DEX dijual di mini market yang ada di SPBU, sistem penjualannya dengan menggunakan jerigen ukuran 10 liter dengan harga eceran di kisaran Rp120 ribu,” jelasnya, Jumat (6/1).

Dia mengakui, selama ini DEX belum dikenal dikarenakan belum ada SPBU yang memasang pompanya di Sumut, tapi untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya sudah diberlakukann
“Karena pencabutan nonsubsidi ini nantinya baru akan diberlakukan mulai wilayah Jawa, selanjutnya menyisir ke daerah lainnya,” sebutnya.

Seperti diketahui, selama 2011, kuota subsidi yang disalurkan Pertamina Sumbagut ke Sumatera Utara mengalami over (berlebih). Untuk premium, subsidi yang ditawarkan 1.426.455 Kl, dengan realisasi 1.464.810 kl atau over sekitar 3 persen. Sedangkan untuk Solar, kuota yang diberikan sekitar 1.013.433 Kl dengan realisasi 1.057.913 kl atau over sekitar 4 persen.

Lalu, bagaimana dengan 2012? Untuk pertanyaan ini Erika tak mampu memastikan karena masih menunggu regulasi pemerintah. “Sedangkan Januari ini, kuota yang kita jalankan, peraturan dan penetapannya masih sama dengan Januari 2011 yang lalu,” ujarnya.

Terlepas dari itu, soal pembatasan BBM subsidi ini harus diakui bisa menimbulkan panic buying. Hal ini diungkapkan Direktur Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen Medan, Farid Wajdi. Dosen Universitas Muhammdiyah Sumatera Utara Ini mengatakan panic buying merupakan budaya masyarakat Indonesia saat mendengar akan adanya kenaikan suatu barang.

Budaya yang rela mengantri selama berjam-jam demi mendapatkan harga murah ini telah mendarah daging di masyarakat. Dan budaya inilah yang harus diantisipasi bila sebuah kebijakan dari pemerintah keluar. “Panic buying ini yang harus menjadi perhatian khusus, sebelum menjadi petaka,” ujarnya, kemarin.

Masalah lain yang akan timbul adalah akan timbulnya gejolak atau gesekan sosial yang juga dipicu dari harga. Harga pertamax ditentukan dunia internasional, sedangkan pendapatan masyarakat kita tidak secara internasional. Hal ini secara tidak langsung akan mengakibatkan siapa yang mampu akan mendapatkan kesempatan lebih, sedangkan yang tidak hanya dapat melihat saja. “Ini dia sering terjadi gesekan yang akhirnya masyarakat hanya akan saling melihat,” ungkapnya.

Karena itu, seharusnya yang diperhatikan oleh pemerintah sebelum mengaminkan sebuah kebijakan adalah psikologi dan fasilitas yang ada. “Bayangkan betapa hebohnya peraturan ini nantinya, ketika kita dipaksa untuk sesuatu, tetapi uang dan fasilitas tidak ada,” tambahnya.

Psikologi masyarakat dan fasilitas yang ada harus disiapkan dengan matang. Kalau bisa memandang ke beberapa tahun yang lalu, saat kenaikan harga BBM mulai didengungkan, pemandangan jalanan macet karena adanya antrean panjang di berbagai SPBU menjadi dilema. Bahkan dalam antrean akan terlihat berbagai jerigen yang dibawa untuk stok BBM. “Budaya kita, mana yang murah itu yang dibeli,” tambahnya.

Sedangkan untuk fasilitas, yang seharusnya dilengkapi adalah SPBU. Terbukti tidak semua SPBU menjual Pertamax. Sedangkan masyarakat dipaksa untuk menggunakan pertamax. “Hanya ada beberapa titik untuk yang jual, bayangkan saat jam sibuk, SPBU tersebut akan menimbulkan kemacetan, sedangkan di SPBU lain sepi. Ini tidak adil bagi masyarakat, mereka dipaksa untuk beli, tapi beli juga dengan perjuangan, anehkan?” ungkapnya.

Karena itu, sebelum kejadian yang tidak memuaskan ini terjadi, menurut Farid, pemerintah harus fokus pada harga. “Jangan buang badan seperti kasus elpigi 3 Kg, yang banyak meledak. Ditanya yang ini, jawabnya yang sana bertanggung jawab. Ditanya yang sana, dijawab silahkan ke sini untuk lebih detail,” tambahnya.

Soal harga BBM tetap menjadi poin penting bagi kehidupan warga. Setidkanya beberapa warga mulai gelisah dengan pengeluaran yang meningkat. Seperti yang diungkapkan oleh Dosen Ekonomi Universitas Harapan, Zuwina. Selama ini, dia menggunakan BBM bersubsidi untuk menunjang kegiatannya. “Seminggu, saya akan mengeluarkan lebih dari Rp100 ribu untuk bahan bakar mobil, nah kalau diganti Pertamax, berarti saya keluarkan 2 kali lipat, berarti lebih dari Rp800 ribu per bulan,” tambah Zuwina.

Sementara itu, Edwin, pegawai Bank CIMB Niaga menyatakan lebih memilih membeli BBM di Petronas dibandingkan dengan Pertamina. “Dengan harga yang sama, tetapi kualitas yang berbeda, saya beli di Petronas Primax 88, harga sama dengan premium, tetapi primax 88 lebih bagus untuk mesin, lebih irit, pokoknya lebih dari hemat dari premium lah,” ujar Edwin.

Kalau pembatasan BBM ini, menurutnya hanya tinggal waktu saja dan belum yakin akan siap. “Belum tahu ya, yang pasti harus mengeluarkan lebih banyak lagi untuk transportasi, paling pilihannya lari ke sepeda motorlal,” tambahnya sambil tersenyum. (ril/ram)

Polisi Suruh Berdamai Biar Selesai

Kasus Perkelahian Bocah 12 Tahun

MEDAN- Meskipun polisi sudah menetapkan status tersangka kepada Fahmi (12) dan Rinto Hutajulu (12), dan orangtuanya Iptu Hutajulu dan Sumihar, polisi terus mendorong agar berdamai supaya kasusnya selesai. Namun, jika tidak ada kata sepakat polisi akan memproses secara hukum.
“Kita mencoba untuk mendamaikan kedua belah pihak mengingat pelaku nya anak di bawah umur. Tapi, kalau tidak ada kata perdamaian kita proses,” kata Kasat Reskrim Polresta Medan, Kompol Yoris Marzuki, Jumat (6/1).

Menurut Yoris, hingga Jumat (6/1) kasus yang kini ditangani Unit Perlindu ngan Perempuan dan Anak (PPA) Satuan Reskrim Polresta Medan itu belum ada perdamaian dari kedua belah pihak. Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Saud Usman Nasution juga menjelaskan untuk saat ini polisi berupaya mencarikan jalan damai, agar tidak sampai dibawa ke proses hukum selanjutnya.

‘’Kapolresta Medan sedang mencoba mendamaikan,’’ ujar Saud Usman Nasution kepada wartawan koran ini di Mabes Polri, Jumat (6/1).
Berkali-kali Saud mengatakan, dalam kasus seperti ini solusi terbaik adalah mendamaikan pihak-pihak yang bertikai. Pasalnya, jika salah satu pihak terus ngotot, maka justru malah bisa bergulir hingga peradilan.

Berdasarkan laporan yang diterimanya, orangtua Fahmi dan Rinto sama-sama ngotot. ‘’Kalau mereka berdamai ini bisa selesai, ini dua-duanya sama-sama keras,’’ tambah Saud.
Karena itulah tambah Saud, pihaknya  mengimbau agar kedua pihak berdamai. Terlebih masih di bawah umur yang seharusnya mendapatkan penyampingan kasus.

‘’Anak di bawah umur ada perintah untuk dikesampingkan di luar jalur hukum,’’ imbuhnya.
Namun demikian, papar Saud, jika masih ada pihak yang melapor dan keberatan, polisi tidak bisa mengkesampingkan kasus tersebut.
Sementara Ketua Komisi Perlindungan Anak Daerah (KPAID) Sumut, Zahri Piliang, keberatan dengan status tersangka yang diberikan oleh Polresta Medan kepada Fahmi.

“Polisi dalam hal ini Polresta Medan dinilai telah melanggar aturan yang tertulis dalam UU Perlindungan Anak No 23 Tahun 2033. Anak tidak boleh ditetapkan statusnya sebagai tersangka. Ini kasus perkelahian anak-anak, jadi harus diselesaikan dengan memperhatikan kondisi dan segala hal. Yang harus diproses itu kasus pemukulan yang dilakukan orangtua Rinto Hutajulu terhadap Fahmi,” kata Zahri Piliang, Jumat (6/1).

Menurutnya, polisi dinilai tidak tanggap dalam menjalankan hukum. “Harus dilihat dulu duduk perkaranya terlebih dahulu. Jangan main tetapkan anak sebagai tersangka, karena yang jelas anak masih di bawah umur. Ada apa semua ini?” ujarnya.

Menurutnya, polisi lamban dan diskrimatifdalam menangani kasus tersebut. Disinggung mengenai keterangan polisi yang meminta agar kedua belah pihak berdamai, Zahri Piliang menegaskan, ini tidak bisa diselesaikan dengan berdamai.

“Ini harus diproses dan tidak ada kata damai dimana seorang anak bersama dengan adiknya dianiaya oleh oknum petugas Polri. Jangan jadikan seragamnya menjadi alat untuk menganiaya orang susah. Harus dipahami terlebih dahulu, bahwa seragamnya itu merupakan uang orang susah juga,” pungkasnya.

Pengamat Hukum Pidana Umum dan Kriminolog dari Fakultas Hukum UMSU, Nursariani Simatupang mengatakan seharus polisi melakukan mediasi dengan kedua belah pihak untuk melakukan perdamaian. Alasannya, seorang anak harus dibimbing dan dibina sehingga hal tersebut tidak terulang dan menghindari pemusuhaan.

Nursariani menjelaskan berbicara hukum, hukum tak bisa membina seorang anak yang tidak mengetahui hukum, yang bisa membina anak itu orangtuanya.
“Jadi kembalikan saja kepada orangtuanya biar orangtuanya yang membina,” ujarnya.
Sementara, Ali Nur, orangtua Fahmi tetap tak terima dengan perlakuan orangtua Rinto Hutajulu.
“Tidak hanya Fahmi, adik Fahmi juga sempat mendapatkan penganiayaan. Akibatnya, anak saya menjadi takut pergi ke sekolah,” ungkapnya.

Apalagi, sejak ditetapkan sebagai tersangka, Fahmi tidak semangat untuk sekolah.
“Namanya jadi tersangka. Saya wajib membawa dia melapor ke polisi. Sehingga tak sekolah.Kalau anak sama anak berkelahi itu memang sudah biasa. Tapi kalau sampai orangtuanya ikut-ikutan dan memukul anak saya itu sudah kelewatan,” beber Ali Nur.

Seperti diketahui, pasca aksi pukul-pukulan antara kedua bocah ini orangtua masing-masing saling melaporkan. Fahmi ditetapkan sebagai tersangka oleh Polsek Patumbak atas laporan orangtua Rinto, Iptu Hutajalu. Sementara Rinto dan orangtuanya ditetapkan sebagai tersangka atas laporan Ali Nur orangtua Fahmi di Polda Sumatera Utara. (gus/sam/jon/mag-11)

Alhamdulillah YAH Hadir di Medan

Syahrini di Imlek Fair 2012

Imlek Fair 2012 kembali digelar di Central Bisnis Distrik (CBD) Medan Polonia. Pembukaan even ini berlangsung meriah. Artis ibukota, Syahrini, tampil memukau dengan membawakan enam lagu.
Dalam penampilannya, tak jarang Syahrini turun dari panggung dan bernyanyi ria dengan para pengunjung. Dan, tentu saja menya pa warga Medan dengan sapaan khasnya.
“Horas Medan. Alhamdulliah yah saya bisa hadir kembali di Medan ini. Mana suaranya orang Medan,” katanya.

Pada pembukaan tadi malam, selain Syahrini, acara diisi dengan tarian etnis Tionghoa, Tangan Seribu Dewi Kwan Im, Dinamik Band dan Barongsai. Selain itu, Menteri UKM dan Koperasi, Dr H Syarief Hasan, juga hadir untuk membuka Imlek Fair 2012.

“Datang dan perhatikanlah, Sumut khususnya Medan merupakan miniatur Indonesia. Dan, keberagaman di Medan ini terjaga dengan erat,” ucap Syarief Hasan.

Syarief Hasan menuturkan, pertumbuhan ekonomi di Sumut ini memberikan dampak yang lebih positif. “Kepada rakyat Medan marilah bersama menjalankan dan memberdayakan UKM  dan Koperasi di Sumut khususnya di Medan ini,” ujarnya.

Wakil Wali Kota Medan, Dzulmi Eldin, saya sangat bangga dengan apa yang diungkapkan menteri tadi. Tak lupa Eldin memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu dalam terlaksananya acara Imlek Fair kali ini. “Saya berharap wahana Imlek Fair 2012 ini sebagai wahana kreativitas masyarakat untuk memperkenalkan pariwisata Provinsi Sumut khususnya Medan agar tercapai Visit 2012,” ucapnya.

Sedangkan Ketua Panitia CBD  Polonia Medan, Jhon Henri, menuturkan, kegiatan Imlek Fair 2012 bertujuan membangun kesejahteraan ekonomi dan yang utama UKM. “Tema Imlek Fair kali adalah Kebersamaan Untuk Membangun Indonesia Sejahtera Bersamaan Dengan Majunya UKM  di Medan ini,” ujar Jhon Henri.

Selain Menteri UKM  dan Koperasi, pembukaan Imlek 2012 juga dihadiri anggota DPR RI dari Fraksi Partai Demokrat di antaranya Ruhut Sitompul, Sutan Bhatoegana, Ingrid Kansil, Komandan Lapangan Udara TNI  AU Kol Pnb  A Rasyid, Direktur Bank Sumut Gus Irawan, Ketua DPRD  Kota Medan Amiruddin, dan sejumlah pejabat lainnya. (jon)