26 C
Medan
Tuesday, December 30, 2025
Home Blog Page 14203

Nekat Kawin Lari

Aurelie Moeremans

Lama menghilang, artis belia Aurelie Moeremans bikin sensasi dengan kabar telah menikah dengan kekasih yang baru dikenalnya, Robby Tremonti. Aurelie mengaku telah menikah back street dan tanpa diketahui orangtuanya pada Oktober lalu Awalnya, hubungan kekasih terpaut usia jauh ini tak mendapat restu orang tua Aurelie. Bahkan saat pacaran pun Robby pernah diusir ayah Aurel.
Hal ini lah jadi penyebab Aurelie memilih pergi meninggalkan orang tua, demi Robby. Setelahnya, mereka bahkan nekat tinggal seatap.

Jean Marc, Ayah Aurelie menjelaskan masalah perbedaan usia jadi salah satu alasan dia melarang putrinya melanjutkan hubungan. Apalagi Robby dianggap membawa banyak perubahan besar pada anaknya. Hal ini dirasakan setelah dia bertemu langsung dengannya.

Aurelie dan Robby bertemu dan mulai dekat sejak berpartner dalam iklan provider, Simpati. Sejak itu, mereka kian akrab dan sering jalan bareng.
Usia Aurelie dengan bintang sitkom Police 86 itu berbeda 13 tahun. Aurelie saat ini usianya baru 18 tahun.

“Aku tahu pernikahan beda 13 tahun ini pasti ada pro-kontranya. Tapi kita toh bisa saling mencintai dan bahagia hidup bersama. Jadi buat kalian, tak usah repot-repot mengganggu rumah tangga kami, “ ucap Aurelie.

Dia pun meminta dihentikan tuduhan bahwa sang suami telah menculik, mencuci otak, dan memanfaatkan popularitasnya di dunia hiburan. “Aku mohon buat siapa pun, tolong maafkan suamiku. Kami lakukan ini (nikah) karena sama-sama cinta. Aku juga minta supaya tuduhan atas namanya segera dihapus dan nama dibersihkan. Dia bukan seperti itu, lagi pula alasan aku keluar dari rumah karena kemauanku sendiri.”

Pemeran film Sweetheart juga minta maaf kepada orangtua atas tindakan kawin larinya.
“Aurelie minta maaf sama papa-mama buat nikah diam-diam ini. Aku kangen dan rindu sama kalian. Aku belum berani pulang, karena belum siap. Aku juga mohon agar pernikahan kami dan kehadiran Robby diterima dengan ikhlas,” tutupnya. (rm/jpnn)

Keuangan Pemkab Simalungun Harus Diaudit Ulang

MEDAN-Pengalihan dana insentif guru non PNS senilai Rp1,2 miliar di Kabupaten Simalungun tidak usai menjadi perbincangan. Apalagi, setelah pengakuan Humas Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI Sumut yang menyatakan soal dana itu tertera di Laporan Hasil Pertanggungjawaban (LHP) BPK RI 2010 Kabupaten Simalungun. Tak pelak, kenyataan ini dinilai menjelaskan adanya penyelewengan.

Hal itu dikemukakan anggota DPRD Simalungun yang juga pelapor dugaan korupsin
penyelewengan APBD Simalungun sebesar Rp48 miliar, yang diduga dilakukan Bupati Simalungun JR Saragih yakni, Bernhard Damanik.

“Pernyataan Humas BPK RI Sumut yang menyatakan benar adanya pengalihan dana insentif guru non PNS Tahun 2010 untuk pembelian mobil mengundang pertanyaan. Karena dalam LHP BPK RI Tahun 2010, tidak ada opini pengalihan dan temuan BPK RI terhadap pengalihan dana insentif ini.

Pengalihan dana juga tidak hanya insentif guru non PNS yang bersumber dari Pemprovsu, tapi juga sumber dana dari pusat juga ada yang dialihkan yaitu, Dana Insentif Daerah (DID) sebesar Rp827 juta. Juga Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp14 miliar. Tapi yang sangat mengherankan adalah mengapa hal ini tidak menjadi temuan yang dituangkan dalam LHP BPK RI terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kabupaten Simalungun?” tegasnya kepada kepada Sumut Pos melalui layanan pesan singkat, Kamis (1/12).

Menurutnya, semua itu telah melanggar undang-undang dan bisa diberikan sanksi pidana penjara sesuai dengan undang-undang yang ada. “Karena hal ini juga telah melanggar Undang-undang No.17 Tahun 2003 tentang keuangan negara pasal 34 yang sanksinya adalah pidana penjara di mana juga terjadi penyalahgunaan wewenang dalam menjalankan roda pemerintahan,” tambahnya.
Mengenai hal itu, Humas BPK RI Wilayah Sumut Mikael Togatorop yang dikonfirmasi, Jumat (2/12) menyatakan, adanya mis persepsi yang telah terjadi berdasarkan pernyataan anggota DPRD Simalungun, Bernhard Damanik tersebut.

“Ini lah yang harus disatukan. Harus ada pemahaman yang sama dalam kaitannya dengan laporan BPK RI dan mengenai kerugian negara itu. Apa anggota DPRD Simalungun itu membaca detil LHP BPK RI itu? Di dalam LHP itu, bukan hanya pengalihan dana insentif guru itu yang tertera, melainkan apa yang dikemukakan tersebut juga ada,” terangnya.

Lebih lanjut Mikael Togatorop menuturkan, dalam konteks LHP BPK RI untuk Kabupaten Simalungun Tahun 2010 tersebut, dijelaskan pengalihan-pengalihan yang terjadi itu menunjukkan bahwa Kabupaten Simalungun tidak tertib dalam adiministrasi anggaran atau adminitrasi keuangan. Dari kondisi dan kenyataan yang ada, maka BPK RI memberi nilai atau predikat Wajar Dengan Pengecualian (WDP).

“Artinya, ada catatan-catatan yang diberikan dan harus dijadikan rujukan untuk perbaikan ke depan,” tegasnya.
Ketika ditanya apakah dalam persoalan itu ada sinyalemen kerugian negara? Terkait hal itu, Mikael menyatakan, BPK RI memiliki kewenangan dalam melakukan audit terhadap keuangan pemerintahan yang ada.

“BPK memiliki tugas dalam melakukan audit keuangan. Institusi penegak hukum biasanya bisa menjadikan hasil audit itu menjadi rujukan, dari banyak rujukan lainnya yang bisa dijadikan barang bukti bagi institusi penegak hukum baik kepolisian, kejaksaan maupun Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK),” katanya.

Dengan kata lain, BPK bisa mengaudit ulang keuangan Pemkab Simalungun? “Nah, ketika institusi penegak hukum tersebut menemukan adanya indikasi kerugian negara untuk kebutuhan penyidikan, dan meminta agar BPK melakukan audit ulang dan menghitung kerugian negaranya, maka BPK siap untuk melakukan hal itu,” sambungnya.

Sebelumnya pengamat anggaran Sumut, Elfenda Ananda, mengatakan apa yang dilakukan pihak Pemkab Simalungun di bawah kepemimpinan JR Saragih serta pengesahan yang dilakukan DPRD Simalungun merupakan hal yang ngawur dan nyeleneh.  Dan apa yang dilakukan dua institusi tersebut, mengarah pada akan kembali terjadinya penyelewengan anggaran. Untuk membuktikan itu, maka sebaiknya segera dilakukan audit oleh BPK RI.

“Harusnya dana yang ada, langsung dialokasikan sesuai dengan nomenklatur yang ada. Ini aneh, dana yang ada dialihkan kemudian untuk menggantinya dimasukkan ke anggaran yang baru. Ini sarat dengan administrasi keuangan yang ngawur dan menjurus pada penyelewengan. Untuk mempertegas itu, BPK RI sebaiknya segera melakukan audit atas hal itu,” tegas Elfenda kepada Sumut Pos, Rabu (30/11) lalu. (ari)

Jadi Supir Taksi, Baru Raih Penghargaan pada 2011

Marina Segedi, Mantan Juara Silat ASEAN yang Puluhan Tahun Terlupakan

Untuk menghidupi empat anak sendirian, Marina Martin Segedi harus gonta-ganti pekerjaan. Prestasinya baru dikenali setelah mengangkut penumpang dari Kemenpora.

MUHAMMAD AMJAD, Jakarta

REZEKI itu datang dari kliping koran yang telah berusia hampir tiga dekade. Isi beritanya, keberhasilan Marina Martin Segedi menjadi juara Kejuaraan ASEAN Pencak Silat Kelas A Putri pada 1983 di Singapura. Marina yang sangat bangga ketika itu langsung melaminating potongan surat kabar tersebut.

“Saya memang sengaja melaminating biar awet. Saya tak menyangka itu bermanfaat dan membuat saya mendapatkan penghargaan,” ucap Marina yang dilahirkan di Jakarta pada 7 Mei 1964 itu.
Penghargaan yang dimaksud datang dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) pada September lalu. Yakni, berupa rumah dengan nilai uang Rp125 juta yang diberikan kepada mantan atlet berprestasi. Realisasinya berbarengan dengan pemberian bonus bagi para atlet peraih medali di SEA Games 2011 pada Kamis, 24 November lalu.

“Saya bersyukur, akhirnya uangnya sudah di tangan,” ujar Marina yang beberapa kali juga menyabet gelar di kejuaraan nasional dan daerah itu. Wajar kalau perempuan 47 tahun itu bahagian
Sebab, hampir tiga puluh tahun berlalu, sepak terjangnya yang telah mengharumkan nama bangsa terlupakan. Padahal, keberhasilan menjadi jawara pencak silat ASEAN pada 1983 itu bisa dibilang setara dengan meraih emas di SEA Games saat ini. Sebab, saat itu silat belum dipertandingkan di ajang olahraga antarnegara Asia Tenggara tersebut.

Beruntung nasib mempertemukan Marina dengan Karsono, pelanggan taksinya yang bekerja di Kemenpora. Dari obrolan di atas taksi yang berlangsung pada April 2011 lalu, single parent yang harus menghidupi empat anak (dua di antaranya anak angkat) itu menemukan jalan untuk menerima penghargaan mantan atlet.

“Tapi, itu pun tidak mudah. Soalnya, saya masih disuruh memberikan pembuktian-pembuktian kalau saya benar-benar atlet berprestasi dulu,” terangnya.

Marina pun menyerahkan semua bukti kesuksesannya. Mulai medali sampai piagam prestasi. Namun, pihak Kemenpora belum sepenuhnya yakin. Beruntung, perempuan 47 tahun itu masih menyimpan kliping koran tadi yang di dalamnya juga dilengkapi foto dirinya saat juara ASEAN pada 1983 itu.

Akhirnya uang Rp125 juta tadi pun berhak dia miliki. Tapi, Kemenpora mewajibkan uang itu diwujudkan menjadi rumah. Kalau ada kekurangan, si penerima yang mesti menambahi.
Karena itulah, meski baru menerima rezeki dalam jumlah tidak sedikit, Marina tak lantas meninggalkan profesinya selama ini: sopir taksi.

Ya, pekerjaan yang sehari-hari memberinya penghasilan sekitar Rp100 ribu itulah yang dia jalani sejak bercerai dari sang suami yang menikahinya pada 1983 dan memberinya dua putri, Rayner Nurdin, pada 1989.

“Ketika itu, setelah bercerai, mau silat terus tidak mungkin karena saya harus menghidupi anak-anak. Karena itu, saya memutuskan untuk bekerja,” terang ibunda Ayu Yulina Sari dan Rima Afriany Caroline itu.

Pada awalnya, perempuan yang tinggal bersama ibunya di kawasan Bintara, Bekasi, sejak bercerai itu membuka warung kecil-kecilan. Sayang, usaha itu tidak berjalan lancar sehingga dia banting setir untuk mencari pekerjaan lain.

Marina akhirnya diterima menjadi sopir taksi. Sebuah pilihan yang kurang lazim, sebenarnya. Sebab, sampai sekarang pun jarang ditemui kaum hawa yang menekuni pekerjaan tersebut.

Namun, wanita berdarah Jerman-Jawa itu justru bersyukur karena menjadi sopir taksi telah menyelamatkan dia dan keluarga. “Apa yang saya dapatkan cukup untuk menghidupi keluarga dan untuk biaya pendidikan anak-anak. Apalagi, masih ada beasiswa Supersemar yang saya terima meskipun tidak banyak,” katanya.

Sebenarnya, sebelum bercerai, Marina mendapatkan tawaran cukup menarik untuk melatih seni pencak silat di Belanda. Namun, setelah berkonsultasi dengan orangtua dan suami, dia batal berangkat karena anaknya saat itu masih kecil dan butuh dekat dengan dirinya.

Tawaran itu tentu didasarkan pada kegemilangan sepak terjang Marina di silat. Marina mulai mengenal bela diri ini dari sang ayah yang berdarah Jerman, Martin Segedi. Meski asli Jerman, latar belakang Martin adalah pejuang. Dia turut bergabung di daerah militer Siliwangi (kini Kodam Siliwangi).

“Saya sangat tertarik pada silat karena mendengar cerita dari ayah. Mulai kelas VI SD saya ikut perguruan Padjajaran,” kata Marina yang beribu perempuan asal Malang, Soekartin, itu.
Keterampilan yang terasah dari ketekunannya berlatih memikat ketua Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) saat itu, Eddie Mardjoeki Nalapraya. Apalagi, saat di kejurnas dia nyaris menjadi juara sebelum akhirnya dibatalkan karena tidak memperkuat DKI Jakarta sebagai daerah asalnya, melainkan Bogor.

Namun, Marina tetap dipanggil ke Pelatnas IPSI untuk kejuaraan ASEAN dan mampu menaklukkan juara kejurnas kala diadu dalam pelatnas. Alhasil, dia dipercaya turun sebagai wakil Indonesia di Kejuaraan ASEAN 1983 yang diikuti tiga negara, yaitu Indonesia, Malaysia, dan Singapura.

Setelah tampil di kejuaraan ASEAN itu, Marina sebenarnya masih berhasrat menggeluti silat. Namun, statusnya sebagai istri dan ibu memaksanya mengurangi frekuensi latihan dan bertanding. Bahkan, dia sempat berhenti total kala hamil dan pada masa awal kelahiran.

Perceraianlah yang akhirnya benar-benar membuat silat harus minggir dari kehidupan Marina. Sebagai orangtua tunggal, tenaga dan konsentrasinya tercurah untuk mencari uang. Berbagai kesempatan mendapatkan nafkah pun terus dia coba.

Tiga tahun setelah menjadi sopir taksi, dia pergi ke Sulawesi untuk bekerja. Tapi, belum genap tiga tahun bekerja, dia kembali ke Jakarta dan mulai mencari peluang bekerja di dunia layar lebar. Kebetulan, film berbau silat saat itu booming. Dia pun kecipratan peran kecil sebagai pendekar perempuan di sejumlah film.

Di antaranya dalam Warisan Ilmu Karang, Pendekar Tapak Sakti, dan Pendekar Naga Emas. Sayang, karirnya di dunia layar lebar tidak langgeng seiring merosotnya industri perfilman nasional pada 1990-an. Mulai awal 2000-an, Marina kembali menjadi sopir taksi hingga kini.

Berkat kerja kerasnya, dua anaknya bisa menyelesaikan pendidikan dan kini telah memberinya dua cucu. Yang mengagumkan, di tengah kondisi perekonomian yang serba terbatas, Marina masih mau menjadi orangtua angkat bagi Tya Oktaviany dan Jello Christoper. “Orangtua mereka teman-teman saya dan kondisinya jauh lebih buruk dari saya,” terangnya.

Dengan tambahan beasiswa dari manajemen Taksi Bluebird tempat dia bekerja, Marina juga bisa membesarkan Tya dan Jello dengan baik. Tya telah kuliah, sedangkan Jello yang masih di bangku sekolah dasar kini mulai serius menekuni pencak silat.

Lewat Jello ini pula Marina mencanangkan ambisi mencetak pesilat nasional. Untuk itu, pada saat anak-anaknya telah dewasa sehingga dia punya waktu cukup, Marina pun mulai meneruskan perguruan Padjajaran yang dulu menjadi tempatnya bernaung. Bahkan, dia menjadi pendekar utama yang menjadi instruktur para murid perguruan Padjajaran.

Tentu, fasilitasnya masih minim untuk 40-an murid dewasa dan 30-an anak-anak. Marina hanya melatih mereka di lapangan belakang kompleks rumahnya, di kawasan Bintara, Bekasi, dua kali dalam seminggu, setiap Minggu malam dan Kamis malam.

Meski demikian, dia yakin, dari kesederhanaan itu bakal lahir juara seperti dirinya. Dia pun tak lupa menitipkan harapan kepada PB IPSI agar tak melupakan para mantan atlet seperti dirinya. Tak muluk-muluk, sekadar dilibatkan dalam kepanitiaan sebuah kejuaraan atau menjadi asisten dalam pertarungan pun cukup. (*/c2/jpnn)

RS Pirngadi dan Adam Malik Kategori Merah

Pendirian Rumah Sakit akan Dievaluasi

JAKARTA–Industri layanan kesehatan atau rumah sakit harus lebih perhatian terhadap kesehatan lingkungan. Begitulah hasil penilaian kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan hidup yang dilansir Kementerian Lingkungan Hidup (KLH).

Laporan ini menyebutkan, dua rumah sakit yang berada di Medan, RS Pirngadi dan RS Adam Malik, mendapat kategori merah Kedua rumah sakit yang ada di Medan ini bersama 25 rumah sakit lainnya (lihat grafis) dianggap masih buruk dalam mengelola limbah. Menariknya, selain 27 rumah sakit itu, dalam penilaian kinerja atau sering disebut Proper tersebut disebutkan ada satu rumah sakit yang masuk kategori hitam dalam mengelola limbah. Rumah sakit yang bakal diperiksa intensif ini adalah, RSUD Dr Moewardi di Kota Surakarta, Jawa Tengah.

Ketua Dewan Pertimbangan Proper Surna T Djajadiningrat menjelaskan, kategori hitam adalah kelompok terburuk sebuah industri dalam mengelola lingkungan hidup di sekitar lokasi kerjanya. Sedangkan kategori merah adalah, kelompok industri yang tingkatannya berada satu strip di atas kelompok hitam. “Khusus untuk rumah sakit, pengelolaan lingkungan hidup sangat penting,” tegas pria yang akrab disapa Surnaya itu. Pengelolaan lingkungan hidup di sekitar industri rumah sakit cukup penting karena limbah yang dihasilan rumah sakit tergolong limbah infeksi.

Di tengah banyaknya rumah sakit yang masuk kategori hitam dan merah, Surna mengatakan Kemen LH yang mencetuskan program Proper akan mengavaluasi perizinan pendirian rumah sakit. Sebab, kata dia, saat mengajukan izin pendirian, seluruh rumah sakit wajib mengajukan kajian analisis mengenai dampak lingkungan (amdal). Rata-rata, dalam kajian amdal seluruh rumah sakit merumuskan sistem pengelolaan limbah yang baik. “Tapi setelah ikut Proper, akhirnya ada yang bolong dalam pengelolaan limbah,” katanya.

Surna menuturkan, di balik banyaknya rumah sakit yang masuk kategori merah dan hitam ini, muncul fenomena yang positif. Yaitu, mulai tumbuhnya kesadaran rumah sakit untuk ikut program Proper. Dia tidak menutup kemungkinan, masih banyak rumah sakit nakal dalam mengelola limbah yang belum terbongkar. Sebab, rumah sakit nakal ini belum ikut dalam program Proper.

“Menteri LH berharap, setiap tahun jumlah rumah sakit yang ikut proper naik,” tegasnya.
Posisi rumah sakit dalam program proper ini masih baru. Sebelumnya, rumah sakit tidak masuk dalam kategori industri yang harus ikut program Proper. Tapi, karena rumah sakit dinilai erat dengan layanan masyarakat dan mengeluarkan limbah yang berbahaya, maka rumah sakit harus ikut program Proper.

Bidang baru industri yang harus ikur program Proper adalah industri makanan, minuman, dan jamu. Celakanya, dalam Proper 2011 ini, ditemukan ada sepuluh nama industri jenis ini yang masuk daftar hitam.

Surna menegaskan, industri-industri yang masuk kategori hitam ini tidak boleh tinggal diam. “Harus segera memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan hidup,” jelasnya. Jika dalam pengelolaan ini terdapat pelanggaran pengelolaan lingkungan hidup, dia mengatakan tidak menutup kemungkinan perusahaan-perusahaan ini akan diseret ke meja pengadilan.

Di bagian lain, Men-LH Balthasar Kambuaya mengatakan, pihaknya menarget setiap tahun ada peningkatan industri yang mengikuti Proper. Dia menuturkan, industri di Indonesia yang bisa ikut Proper mencapai delapan ribu lebih. “Jika mereka ikut semua, pasti yang masuk daftar perusahaan hitam semakin bertambah. Bisa-bisa 60 persen,” ujar mantan rektor Universitas Cendrawasih itu.

Pengganti Gusti Muhammad Hatta itu menjelaskan, hukuman berat menunggu dijatuhkan ke perusahaan-perusahaan kategori hitam. Selain itu, perusahaan ini juga bakal dicap negatif oleh masyarakat. “Apalagi masyarakat sudah cukup perhatian terhadap kesehatan lingkungan,” tandas Kambuaya. Dia mengatakan, proses penilaian Proper cukup terbuka karena melibatkan unsur pemerintah pusat dan daerah, akademisi, LSM, serta media massa. (wan/jpnn)

Ambisi Imbang

Aston Villa vs Man United

BIRMINGHAM-Meski sulit menang namun Aston Villa memiliki ambisi, yang menurut mereka pantas untuk diusung saat menjamu Manchester United pada lanjutan English Premier League matchday ke-14 di Stadion Villa Park malam ini.

Memang, jika dilihat secara keseluruhan, rekor pertemuan antara Aston Villa versus Manchester United terasa njomplang. Betapa tidak, dari 156 pertemuan yang terjadi, Aston Villa hanya menang 41 kali, ketika  Manchester United justru sudah menang sebanyak 78 kali, dengan 37 pertandingan lainnya berakhir imbang.

Namun ada satu catatan menarik menatap laga ini. Apa itu? Jika ditelaah lebih dalam, sudah tiga musim lamanya Manchester United tidak pernah meraih poin sempurna jika bertandang ke Villa Park.

Terakhir kali anak asuh Sir Alex Ferguson memetik kemenangan di kandang The Villans pada 20 Oktober 2007. Saat itu satu gol Gabriel Agbonlahor (12’) berbalas empat gol anak asuh Fergie yang dilesakkan Wayne Rooney (36′, 44′), Rio Ferdinand (45′) dan Ryan Giggs (75′).

Bos The Villans Alex McLeish optimis jika malam ini anak asuhnya mampu mengimbangi The Red Devils  karena dua pemain pilarnya Jermaine Jenas dan Barry Bannan sudah pulih dari cedera.
“Jermaine (Jenas) akan dimainkan sejak menit pertama, demikian juga dengan Barry (Bannan). Semoga hari baik mereka juga membawa kebaikan untuk tim ini,” harap McLeish.

Sementara itu di tempat terpisah, kubu The Red Devils benar-benar sedang limbung pasca dibekuk Crystal Palace dengan skor 1-2 di pentas Carling Cup.
Apalagi pada pertandingan itu Dimitar Berbatov serta si kembar Rafel dan Fabio da Silva mengalami cedera.

Selanjutnya Fergie mengatakan bahwa kondisi tak menguntungkan yang dialami timnya saat ini takkan menyurutkan tekadnya untuk meraih tiga angka dalam lawatan ke Villa Park.
“Sebuah kerugian ketika kami ditahan imbang Newcastle United (1-1). Tapi kami masih bisa memulainya lagi yakni dengan mengalahkan Aston Villa,” tandas Fergie.

Kesimpulannya, dua tim yang akan berlaga di Villa Park, mala ini memiliki kepentingan yang berbeda. Tuan rumah Aston Villa hanya bertekad mempertahankan prestasi pada tiga musim sebelumnya, dengan tidak kalah atas The Red Devils, sedangkan sang  tamu justru ingin meraih tiga angka agar bisa mendekat ke pemuncak klasemen yang ditempati Manchester City. Lantas, bagaimana hasilnya? (jun)

Kian Terusik Oleh City

SEPAK terjang Manchester City musim ini benar-benar membuat kubu Manchester United kelimpungan. Betapa tidak, selain unggul lima angka atas pasukan Sir Alex Ferguson, di sisi lain The Citizens pun masih terlalu perkasa atas semua lawannya, hingga tak sekalipun tersentuh kekalahan.

Ironisnya, ketika Fergie masih pusing memikirkan kondisi ini, kubu The Citizens pun terus melakukan berbagai gebrakan, termasuk memperkuat tim dengan mendatangkan pemain yang mereka anggap berpotensi mendongkrak kehebatan mereka di ajang Premier League.

Parahnya, bukan pemain bintang saja yang menjadi target Roberto Mancini. Pemain muda milik The Red Devils pun kini menjadi incaran mereka juga. Artinya, The Citizens benar-benar ingin memploroti kekuatan sang juara bertahan English Premier League itu.

Menurut The Independen, saat ini kubu Manchester United sedang gusar karena tawaran menggiurkan yang dilontarkan kubu City kepada pemain muda mereka Paul Pogba.
Pemain berusia 18 tahun, yang dua tahun lalu didatangkan Manchester United dari Le Havre memang menjadi incaran banyak klub besar seperti Arsenal, AC Milan dan Inter Milan.

“Kami memiliki banyak pemain muda berpotensi yang sama sekali belum pernah merasakan atmosfir Liga Primer. Namun, itu bukan berarti kami tak ingin mempergunakan mereka. Ini hanya masalah waktu. Jadi, kami takkan menjual mereka kepada tim manapun,” tandas Fergie.

Akankah Roberto Mancini surut dengan pernyataan Fergie yang secara tegas telah mengatakan takkan menjual pemain mudanya, termasuk Paul Pogba? (jun)

Abraham Samad Ketua KPK Termuda

Yunus Husein dan Abdullah Hehamahua Tersingkir

JAKARTA – Komposisi Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) jilid III akhirnya terbentuk. Empat calon pimpinan KPK baru Abraham Samad, Bambang Widjojanto, Adnan Pandu Praja, dan Zulkarnain akhirnya dipilih oleh 56 anggota Komisi III DPR melalui sistem voting (pengambilan suara terbanyak, red). Abraham kemudian memenangkan voting sebagai Ketua KPK terpilih dengan kemenangan sebesar 43 suara anggota dewan. Sedangkan Yunus Husein dan Abdullah Hehamahua tersingkir.

Terpilihnya empat sosok pimpinan KPK baru itu praktis memutarbalikkan hasil rangking seleksi capim yang disusun panitia seleksi (pansel). BW- sebutan akrab Bambang Widjojanto- bersama Abraham meraih suara mutlak 55 suara. Disusul Adnan yang meraih 51 suara dan Zulkarnain yang meraih 37 suara. Satu suara dianggap tidak sah karena hanya mencantumkan tiga nama pilihan capim KPK.

“Karena tidak ada yang keberatan, maka capim KPK terpilih ini bisa disahkan,” ujar Benny K Harman, Ketua Komisi III DPR mengetok palu tanda pengesahan.
Jika merujuk hasil rangking pansel KPK, hanya Bambang yang berada di empat besar. Sementara Abraham, Zulkarnain dan Adnan berturut-turut berada di rangking kelima hingga ketujuh. Tiga jagoan pansel KPK di empat besar, Yunus Husein, Abdullah Hehamahua dan Handoyo Sudrajat tidak mendapat suara signifikan.

Yunus misalkan, pada awal penghitungan suara bersaing ketat dengan Zulkarnain. Namun, Yunus harus berhenti pada angka 20 suara. Ironisnya, Abdullah yang menjabat Penasihat KPK hanya mendapat dua suara, kalah banyak dengan purnawirawan Polri Aryanto Sutadi dengan tiga suara. Sementara, Handoyo sama sekali tidak mendapat dukungan alias nol suara.

Setelah proses pemilihan capim KPK menggenapi komposisi bersama Busyro Muqoddas, Komisi III melanjutkan proses voting untuk memilih Ketua KPK baru. Sebelumnya, Busyro sebagai Ketua KPK diundang oleh Komisi III DPR, untuk mempertanyakan kesediaannya untuk dipilih sebagai Ketua KPK kembali atau tidak. “Apakah saya bersedia menjadi Ketua KPK, jawaban saya, saya siap menerima amanah apapun, baik ketua atau wakil ketua,” ujar Busyro.

Dalam proses voting, sosok Busyro dan Bambang yang diunggulkan sebagai Ketua KPK ternyata tidak mampu meraih suara signifikan. Dibandingkan Abraham, Busyro hanya mendapatkan dukungan lima suara, sementara Bambang hanya mendapat satu suara. “Ditetapkan bahwa saudara Abraham Samad menjadi Ketua KPK baru, dengan demikian saudara Busyro yang sebelumnya Ketua, diturunkan menjadi Wakil Ketua,” ujar Benny.

Ditetapkannya Abraham sebagai Ketua KPK terpilih, menjadikan pria asal Makassar itu sebagai ketua KPK termuda. Saat ini, Abraham baru berusia 45 tahun. Umur Abraham berbeda jauh saat Taufiqurrahman Ruki dilantik sebagai Ketua KPK tahun 2003. Ketika itu, Ruki sudah berumur 57 tahun. Sosok Antasari Azhar ditetapkan menjadi Ketua KPK pada usia 54 tahun. Sementara Busyro menjadi yang paling senior, dengan dilantik menjadi Ketua KPK saat berusia 58 tahun.

Berbagai spekulasi lantas muncul pasca terpilihnya Abraham sebagai Ketua KPK. Ditengarai, dipilihnya Abraham dianggap sebagai jalan tengah, munculnya perbedaan antar fraksi untuk memilih Busyro ataupun Bambang. Dalam hal ini, Abraham dinilai layak dibandingkan sosok Zulkarnain yang hanya meraih dukungan terendah diantara pimpinan KPK lainnya.

Wakil Ketua Komisi III DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Nasir Jamil menyatakan, dipilihnya Abraham tidak terlepas dari janji yang dikeluarkan untuk penuntasan kasus Century. “Abraham berjanji untuk menuntaskan kasus Century dalam waktu satu tahun. Jika tidak terealisasi, dia bersedia mundur dari jabatannya,” kata Nasir.

Hal itu, kata Nasir membuat fraksi yang dulu mendukung opsi C di panitia khusus (pansus) Bank Century bersemangat untuk memilih Abraham. Namun, pada prinsipnya, semua pilihan yang menuju kepada Abraham merupakan pandangan masing-masing fraksi. (bay/jpnn)

Saya Tak Takut, Sudah Biasa Diteror…

Untuk mengisi waktu luang di rumahnya, istri Ketua KPK Abraham Samad, Indriana Kartika mengisinya dengan hal-hal positif. Wanita berjilbab tersebut menerima order jahitan, seperti mukena, taplak meja, tas kain atau sarung bantal sofa.

Indriana yang ditemui detikcom di kediamannya, di Jalan Mapala Raya Blok E29 No 30, Makassar, Jumat (2/12), mengaku hobi menjahit yang ia tekuni untuk mengusir rasa sepi ketika ditinggal suaminya yang sibuk menjalankan profesinya sebagai pengacara dan aktivis antikorupsi.
“Hobi saya menjahit dari dulu, selain mengurus anak, saya menerima pesanan jahitan seperti mukena atau sarung bantal, rata-rata yang memesan dari teman sendiri,” ujar Indriana yang diperistri Abraham sejak 13 tahun silam.

Indriana mengaku tidak takut tinggal di rumahnya, meski seringkali ia mendapat teror dari orang yang tidak dikenal yang tidak suka dengan aktivitas suaminya. “Bapak kan sudah lama jadi aktivis antikorupsi, kami sudah cukup banyak pengalaman diteror, kami tidak takut, ada Allah yang menjaga kami, selama bapak menjalankan amanah dari rakyat, kami pasti mendukungnya,” pungkas Indriana.

Abraham bersama Indriana dan dua anaknya, Nasya Thahira (12 tahun) dan Syed Yasin Rantisi (6 tahun) tinggal di rumah besar peninggalan mertuanya, Brigjen (Purn) Djuritno, yang pernah menjabat Bupati Mamuju, Sulawesi Barat, periode tahun 1989-1994.
Indriana Kartika mengaku bangga atas terpilihnya suaminya sebagai Ketua KPK. Dia pun siap terhadap segala risiko sebagai istri dari Ketua KPK.

“Kalau dibilang khawatir ya khawatir, tapi kalau teror itu sudah biasa kami terima sudah sejak lama, dan hal itu tidak membuat takut,” kata Indriana Kartika.

“Sebagai istri sudah menemani sejak 13 tahun berkeluarga saya senang bapak terpilih, saya berdoa mudah-mudahan Allah menjaga dia dan mudah-mudahan dia bisa bersikap amanah,” imbuh Indriana.

Dia bercerita, tak jarang Abraham Samad dan keluarganya mendapatkan teror oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab. (net/bbs)

Abraham: Saudara Saya Kalau Korupsi Saya Gantung Sampai Mati

Abraham saat ditemui di Jakarta mengaku optimistis akan bisa membawa KPK ke arah yang lebih baik. “Melihat empat orang pimpinan KPK lainnya yang terpilih saya sangat optimis. Mereka adalah orang-orang hebat,” kata Abraham dengan nada tegas.

Namun pria kelahiran Makassar itu mengaku akan lebih memprioritaskan untuk menggungkap kasus-kasus korupsi yang besar dan berdampak pada ekonomi masyarakat luas. Sebab, menurutnya KPK adalah lembaga antikorupsi yang seharusnya menitik beratkan pada kasus-kasus besar lantaran memiliki keterbatasan tenaga, infrastruktur dan lainnya. Jadi apabila tidak fokus, maka semuanya hanya membuang energi.

Apakah kasus Bank Century, Bantuan Likuiditas Bank Indonesia (BLBI), dan Nazaruddin berani Anda tuntaskan? “Siapa yang tidak berani. Pokoknya semua kasus besar akan kami tuntaskan,” imbuhnya. Namun saat dipancing-pancing kasus mana sajakah yang diprioritaskannya, Abraham enggan menjawab. Dia hanya menjawab diplomatis, “Pokoknya kasus yang nilai nominal kerugiannya besar dan berdampak besar pada masyarakat.”

Nah, ketika disinggung apakah dirinya cukup bernyali ketika banyak para petinggi negeri yang seperti mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Wapres Boediono disebut-sebut terlibat dalam kasus tersebut, Abraham pun langsung menjawabnya dengan nada tinggi. “Jangankan nama-nama itu. Saudara saya sendiri kalau korupsi akan saya gantung sampai mati,” ujar pria kelahiran 27 November 1966 itu.

Selain itu Abraham sepertinya juga akan ngotot merampungkan kasus-kasus lama yang ditinggalkan para pimpinan KPK terdahulu.(kuh/jpnn)

Siap Jualan e-Toll Card dan e-Pass

Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan menuturkan, dirinya bersedia untuk turut memasarkan e-Toll Card agar dapat mendorong peningkatan penggunaan kartu praktis itu di Indonesia.

“e-Toll Card itu sudah menjadi gaya hidup, dan tak hanya peralatan saja. Saya bersedia ikut jualan karena ini harus di-drive. Nanti tentukan tanggal untuk rekrut saya, jadi bersama Dirut Jasarmarga dan Dirut Bank Mandiri turut memasarkan. Bila perlu undang Luna Maya dan artis lain,” ujar Dahlan, Rabu (30/11).

Menurut Dahlan, e-Toll Card dapat menjadi bagian gaya hidup. Ia mengharapkan, penggunaan e-Toll Card bahkan yang terbaru e-Pass dapat diterima baik oleh masyarakat. Hal itu dilakukan untuk memasuki dunia modern dan teknologi berkembang. Memang perlu usaha keras untuk memasyarakat e-Toll Card tersebut.

“Bangsa ini jangan menjadi ejekan. Kalau e-Pass ini berhasil maka bangsa ini bisa menyombongkan diri, dan kita jangan kalah dari Malaysia,” tutur Dahlan. Ia mengharapkan, Bank Mandiri dapat memenuhi target penggunaan e-Toll Card. “Bila tidak mencapai target maka harus dibuka peluang kepada bank lain untuk e-Toll Card dan e-Pass,” tegas Dahlan.

Dahlan menilai penggunaan e-Toll Card bukan hanya dilihat dari peningkatan transaksi dan penerbitan kartu tetapi juga dapat meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.
Seperti diketahui, Bank Mandiri dan Jasa Marga mengembangkan implementasi layanan transaksi pembayaran tol menggunakan e-Toll Card tanpa berlu berhenti dan membuka kaca mobil. (net/bbs)