28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14275

Warga Serbu Rumah Ketua PAC LMP

Tunggurono Kembali Bergolak

BINJAI- Konflik sengketa lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN 2 Sei Semayang, tepatnya di Kelurahan Tunggurono, Kecamatan Binjai Timur, kembali bergejolak. Ratusan warga dengan penuh emosi menyerang dan menduduki rumah Parlin yang juga Ketua PAC Laskar Merah Putih (LMP) Binjai Timur, Sabtu (10/12) pukul 10.00 WIB. Puncak emosi ratusan warga yang tinggal di Lingkungan VIII itu, setelah Parlin, yang sebelumnya diminta warga untuk meninggalkan rumahnya karena dinilai meresahkan, malah kembali ke rumahnya bersama istri serta puluhan anggotanya.

Ratusan warga pun berkumpul untuk melakukan penyerangan ke rumah Parlin. Setelah itu, ratusan warga ini pun langsung menuju rumah Parlin. Setibanya di rumah Parlin, warga yang sudah dilengkapi bermacam senjata sempat ingin membakar rumah Parlin. Sementara, Parlin bersama istri dan puluhan anggotanya berada di dalam rumah.

Beruntung aksi nekat warga ini diketahui petugas Polsek Binjai Timur yang berpatroli menjaga kemanan di wilayah tersebut. Berselang beberapa menit, puluhan personel Polres Binjai tiba di lokasi. “Kami nggak mau dia di kampung kami. Selama dia ada di sini, kami tak tenang. Sebab, setiap hari anggotanya selalu menakut-nakuti kami dengan klewang,” teriak warga yang sudah mengepung rumah Parlin.

Melihat situsai semakin tegang, petugas terpaksa mengamankan istri Parlin, guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah mengamankan istri Parlin, petugas juga mengamankan Parlin beserta puluhan anggotanya. Parlinsempatmenolakdanmengaku siap mati di rumahnya. “Saya tidak mau Pak. Kami mau berjuang, Allahu Akbar….. biarkan saya mati di rumah ini. Tolong Pak, saya hargai upaya petugas yang mau menjaga keamanan saya. Tapisaya minta, tinggalkan saya di rumah ini, biar saya mati di rumah ini,” ujar Parlin tegar.

Namun setelah mendapat pengarahan dari Kapolsek Binjai Timur AKP Ismui dan sejumlah petugas lainnya, Parlin beserta puluhan anggotanya bersedia ikut. Hanya saja, Parlin meminta kepada Kapolsek untuk menjaga rumahnya agar tidak dirusak warga. Menanggapi permintaan Parlin itu, Kapolsek Binjai Timur AKP Ismui, setuju untuk menjaga rumahnya agar tidak dirusak. “Oke, rumah ini kami jaga,” kata Ismui. Selanjutnya, puluhan anggota Parlin diangkut menggunakan mobil polisi.

Sementara, Parlin ingin mengendarai mobil pribadinya, tetapi dilarang oleh petugas, karena dapat membahayakan dirinya sendiri. Lagi-lagi, petugas terpaksa membujuk Parlin untuk ikut ke mobil polisi. Setelah dibujuk, barulah Parlin masuk ke mobil polisi dan dibawa ke Polres Binjai. Meski Parlin sudah diamankan, tapi situasi di rumah Parlin tetap tegang. Sebab, ratusan warga yang sudah emosi ingin tetap merusak rumah Parlin. Bahkan , rumah Parlin yang dijaga petugas, tetap dirusak oleh ratusan warga. (dan)

Diarak Pakai Sepeda Ontel

Komandan CPM Kapten Abdul Karim Tinggalkan Tebing Tinggi

ADA yang unik dari acara pelepasan Komandan CPM Kapten Abdul Karim yang telah berakhir masa tugasnya di Kota Tebing Tinggi. Untuk melanjutkan tugasnya di Sumatera Barat, Kapten Abdul Karim diarak pakai sepeda ontel hingga ke perbatasan Kota Tebing Tinggi, Kamis (8/12) lalu. Terlihat Kapolres Tebing Tinggi AKBP Andi Rian Djajadi Sik dengan gagahnya mengayuh sepeda ontel dari halaman Mapolres Tebing Tinggi menuju ke perbatasan. Tak ketinggalan , Bapak Pembina Ontel Sumatera Utara yang juga Waka Polres Tebing Tinggi Kompol Safwan Khayat Mhum mengayuh sepeda ontel dengan penuh senyum.

Kapten CPM Budi Arianto, komandan yang baru juga tidak mau ketinggalan. Dia pun menyusul, mengayuh sepeda ontel mendampingi rekan-rekan lainnya. Ada juga komunitas sepeda ontel Tebing Tinggi yang tergabung dalam Sepakat (Sepeda Antik Kota Tebing Tinggi) yang dipimpin Ketua Ontel Tebing Tinggi Suhu Darma Surya turut melepas Kapten Abdul Karim. Puluhan sepeda ontel menyusuri jalan inti di Kota Tebing Tinggi sejauh empat kilometer, mulai dari Jalan Suprapto hingga ke Jalan Sudirman Kota Tebing Tinggi. Ini menjadi kenangan yang tidak terlupakan oleh Kapten CPM Abdul Karim. Bahkan, saat memberikan salam perpisahan, dia tak mampu menahan tetesan air matanya.

“Semenjak saya kenal sepeda ontel ini, banyak pengalaman kita dapatkan. Sepeda ontel ini juga sebagai wujud jalinan silatuhrami, ada ikatan batin kuat didalamnya, seakan semangat kekelurgaan tidak bisa terpisahkan,” ucap Abdul Karim. Kapolres Tebing Tinggi AKBP Andi Rian Djajadi Sik merasa bangga dengan keberhasilan Polri dan TNI dalam menjalin kerjasama dan membuat suasana kondusif di Kota Tebing Tinggi hanya dengan sepeda ontel.(mag-3)

Perempuan Harus Bisa Hargai Diri Sendiri

KASUS kekerasan terhadap perempuan baik secara fisik, maupun psikologis di Indonesia ternyata masih cukup tinggi. Dari kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga, sampai kekerasan yang dialami para TKW di luar negeri. Aktivis-aktivis perempuan pun banyak bermunculan untuk menuntut persamaan hak dan keadilan, misalnya dengan melakukan demo. “Menurut saya, itu bukan cara yang paling tepat untuk mendapatkan persamaan hak untuk perempuan,” ungkap Melanie Subono, saat peluncuran buku ketiganya, Cerita Segelas Kopi, di Toko Buku Gramedia, Grand Indonesia, Jakarta, baru-baru ini. Bagi Mel, begitu ia biasa disapa, banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi berbagai permasalahan perempuan, salah satunya melalui musik, menulis blog, sampai edukasi.

“Namun yang paling penting untuk mengatasi hal ini adalah adanya penghargaan terhadap diri perempuan itu sendiri,” ungkap perempuan yang sejak tahun 2009 menjadi Duta Sahabat Peduli Perempuan dari Komnas Perempuan. Menurutnya, sampai saat ini kekerasan terhadap perempuan masih sering terjadi karena perempuan pada dasarnya masih kurang menghargai dirinya sendiri. Banyak perempuan Indonesia yang belum mau berjuang mempertahankan dan mendapatkan keadilan untuk dirinya sendiri, sehingga masih bergantung pada orang lain untuk memperjuangkan nasib mereka. “Salah seorang teman saya seorang yang aktivis perempuan yang selalu berjuang untuk menentang poligami, dan ia ada di barisan depan ketika berdemo.

Namun ternyata ketika suaminya akhirnya berpoligami, dia hanya bisa pasrah dan nrimo saja karena takut tidak ada yang menjamin hidupnya lagi jika bercerai. Ini membuktikan bahwa perempuan masih kurang menghargai dirinya sendiri,” tukasnya. Kurangnya penghargaan perempuan terhadap diri sendiri berdampak pada sikap menerima setiap perlakuan buruk yang diterima. Bentuk perlakuan yang kurang menghargai diri juga terlihat dari kurangnya kemampuan para perempuan menerima kondisi fisik atau kehidupan mereka. Misalnya, melakukan operasi plastik untuk mengubah bentuk wajah, sampai memutihkan kulit. “Satu yang saya ingin tegaskan pada semua perempuan, bahwa kalian semua cantik apa adanya kalian, jadi nggak perlu melakukan itu semua,” tegasnya.

Namun, bukankah semua perempuan berhak untuk tampil cantik dan merawat diri? “Itu benar, namun ada batas-batas dimana para perempuan ini sudah kelewat batas untuk mencoba mengubah dan mengingkari jati diri mereka sebenarnya untuk menutupi berbagai kekurangan fisik mereka. Kulit Indonesia ciri khasnya berwarna coklat, walau pakai pemutih apapun juga akan tetap coklat. Jadi tidak usah ngoyo untuk jadi putih,” tambahnya. Penerimaan terhadap semua kondisi yang dialami, dan penghargaan atas diri sendiri, menurut Mel bisa mengurangi berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan. Sebab perempuan sudah berani bersuara, dan berani melawan jika mengalami kekerasan untuk membela diri, dan kemudian menuntut keadilan. “Kalau kita ingin dihargai orang lain, kita seharusnya menghargai diri sendiri dulu,” pungkasnya. (ila/net)

Motif Perebutan Lahan HGU PTPN 2

Bentrok Dua Kelompok Warga di Batangkuis

LUBUK PAKAM- Bentrokan antara kelompok penggarap Pujasena dan kelompok organisasi kepemudaan di Dusun IV, Desa Sena, Batangkuis, Deli Serdang, diduga dilatarbelakangi perebutan 350 Ha lahan HGU PTPN 2. Akibat bentrokan itu, tiga orang terluka. Dari tiga korban yang terluka, satu diantaranya Kopda Parlindungan Harianja (43), bukan Pardomuan Harianja seperti yang diberitakan sebelumnya, anggota TNI AD Yonif Kav 6/Serbu Asam Kumbang, MedanSunggal. SampaiSabtu (10/12), korban masih menjalani perawatan di RSU Mitra Sejati Jalan A Haris Nasution, Medan Johor.

Informasi menyebutkan, bentrokan itu berawal ketika kelompok penggarap Pujasena menebangi pohon sawit produktif di lahan HGUPTPN2diDusunVDesaSena Kecamatan Batangkuis, Selasa (6/ 12) lalu. Aksipenebanganitudihentikan kelompok OKP meski sempat terjadi perdebatan. Lalu pada Jumat (9/12) pukul 10.30 WIB, kelompok Pujasena berjumlah20orangkembalimeninjau lahan itu dengan mengendarai sepedamotor dan melintas di depan rumah ketua organisasi kepemudaan Warsito alias Anto Lembu di Dusun 4.

Di depan rumah Warsito, mereka mengeraskan suara deru mesinnya. Tak terima dengan aksi itu, sorenya pukul 15.30 WIB, sekira 50 orang bersenjata tajam menyerbu posko Pujasena dan terjadi bentrok. Sialnya, Kopda Parlindungan Harianja bersama temannya yang duduk di warung milik Titin tepat di samping posko II Pujasena turut menjadi korban penganiayaan. Bahkan mobil Kijang LGX BK 1679 CN milik Sabar Taringan turut menjadi sasaran. Pantauan di lokasi kejadian pascabentrok, Sabtu (10/12), kedua kelompok saling berjaga-jaga. Posko utama Pujasena dijaga sekitar lima anggotanya. Demikian juga rumah Warsito, sejumlah pemuda juga berjaga di sana.(btr)

Turis Meningkat, Rute Indonesia-Rusia Dibuka

NUSA DUA – Wisatawan Eropa, khususnya Rusia, yang hendak ke Bali akan semakin mudah. Menteri Luar Negeri (Menlu) Marty Natalegawa mengungkapkan, antara Rusia dan Indonesia sudah sepakat untuk membuka rute penerbangan langsung dari Negeri Beruang Merah itu ke Bali. “Jumlah turis dari Rusia makin meningkat, tapi saat ini tidak ada pesawat langsung Rusia dan Bali. Yang ada carter flight,” kata Marty usai penyelenggaraan Bali Democracy Forum (BDF) IV di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua.

Di sela BDF, 8-9 Desember, Marty melakukan pertemuan bilateral dengan Wakil Ketua Parlemen Rusia Ilyas Umakhanov untuk membahas kerjasama kedua negara. Diantaranya, menindaklanjuti pembicaraan mengenai rute penerbangan langsung Rusia-Bali. “Sudah disepakati. Sudah ada persetujuan di bidang perhubungan udara antara Indonesia dan Rusia, tapi sekarang belum ada jalur penerbangan yang regular,” paparnya. Jumlah wisatawan dari Rusia yang berkunjung ke Indonesia cenderung meningkat.

Tahun 2010, jumlahnya mencapai 79.100 orang atau naik sekitar 15 persen dari tahun sebelumnya. Sementara periode Januari-Juni 2011, jumlahnya 46.181 wisatawan dan ditargetkan bisa menyentuh angka 90 ribu orang pada akhir 2011. Selama ini, turis dari Rusia ke Indonesia banyak yang menggunakan jasa penerbangan carter, misalnya dari Moskow, St. Petersburg, Yekaterinburg, dan Novosibirsk. Jika menggunakan penerbangan regular, turis melalui Singapura, Doha, Dubai, Abu Dhabi, Frankfurt, atau Amesterdam.

“Hubungan RI dan Rusia sangat erat, sudah 61 tahun. Tentu masih banyak peluang agar bisa lebih meningkat,” kata Marty. Saat pertemuan, keduanya juga membahas mengenai APEC, di mana Rusia menjadi ketua pada 2012, sementara Indonesia tahun 2013. Selain dengan Rusia, kerjasama pariwisata juga dibahas saat Marty melakukan pembicaraan dengan Menlu Bosnia-Herzegovina Sven Alkalaj. “Dengan Bosnia, kami berbicara mengenai pemberian visa on arrival bagi wisatawan dari Indonesia dan Rusia,” tutur mantan dubes RI untuk PBB itu. (fal/nw/jpnn)

Nyawa Sondang tak Tertolong

Demonstran yang Bakar Diri di Depan Istana

JAKARTA – Upaya tim dokter Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) merawat pelaku bakar diri di depan istana gagal. Kemarin petang sekitar pukul 17.50 Sondang Hutagalung, mahasiswa Universitas Bung Karno yang bakar diri di depan istana itu, meninggal dunia. “Kami sudah berupaya maksimal. Namun, luka bakarnya mencapai 98 persen,” kata Direktur RSCM Dr Akmal Taher kemarin.

Rekan-rekan Sondang dari Universitas Bung Karno dan beberapa gerakan mahasiswa tampak terpukul. Mereka menangis di depan unit pelayanan teknis luka bakar RSCM menunggu jenazah Sondang. Satu per satu di antara mereka berdiri dan memberikan kesaksian kehidupan Sondang selama hidup. “Saya selaku wakil keluarga meminta maaf jika adik saya ada kesalahan semasa hidup.

Ini semua sudah menjadi rencana Tuhan,” kata Bob Crispianza Hutagalung, kakak Sondang. Ibu Sondang Dame Saur tampak tak kuasa berbicara. Dia menangis tersedu-sedu. Berselang setengah jam, jenazah Sondang dikeluarkan menuju ruang pulasara jenazah. Puluhan mahasiswa lantas berdiri dan menyanyikan lagu Gugur Bunga. Mereka juga beberapa kali memekikkan “hidup Sondang, hidup rakyat”. Di ruang jenazah, lilin dinyalakan di sela-sela foto Sondang semasa hidup. Bunga mawar ditaburkan di sekitar foto-foto itu.

“Kita kehilangan aktivis yang berdedikasi,” kata Crisbiantoro, staf advokasi Kontras yang juga rekan Sondang. Sondang dikenal sebagai pribadi yang rajin dan tekun belajar. Meski hanya anak seorang sopir taksi dengan rumah kaveling sederhana, Sondang membanting tulang untuk bisa kuliah.

Dia pernah bekerja sebagai staf bongkar muat sebuah supermarket di Bekasi. “Tiap hari dia jalan empat kilometer dari rumahnya sampai jalan angkot. Pergi pulang seperti itu,” katanya. Selain aktif kuliah, Sondang sering ikut diskusi-diskusi soal penegakan hak asasi manusia di Kontras dan beberapa komunitas yang lain. “Dia bukan pribadi yang nekat. Karena itu, kita juga shock mendengar Sondang bakar diri,” katanya.(rdl/c4/nw/jpnn)

Manjakan Lidah dengan Rasa Manis-Pedas

Lopo Iga Foodcourt Kemangi

Menu olahan iga sapi tentu tak asing lagi. Apalagi iga bakar yang kaya akan aroma bumbu dan rasa. Penggila masakan yang satu ini, umumnya tahu di mana saja cafe dan restauran yang menghidangkan menu iga super lezat itu. SATU diantaranya, Lopo Iga Foodcourt Kemangi Palladium di Jalan Kapten Maulana Lubis. Di foodcourt itu tersaji iga bakar ricarica, sop iga, soto iga, nasi goreng iga, steak iga, hingga miesop iga. Keistimewaan rasa paprika hijau (buah manis dan sedikit pedas dari suku terong-terongan) ditambah rempah dan kecap manis menjadikan iga bakar ala Lopo Iga terasa maknyus di lidah.

Tidak hanya itu, penyesuaian waktu dan proses pembakaran iga semakin menambah gurih cita rasa. “Untuk pembakaran iga sapi sebagai bahan dasar pembuatannya, tidak diperlukan waktu lama yakni hanya sekitar satu menit saja. Ini untuk menjaga cita rasa iga, agar tetap lembut dan tidak pahit,” ujar Elli koki masak Lopo Iga Foodcourt, saat disambangi Sumut Pos di resto yang berada di lantai III, Kemangi Paladium, kemarin.

Untuk cita rasa, Elli mengaku hampir seluruh masakan bernuansa manis mewakili cita rasa sang pemilik yang berasal dari pulau Jawa. Namun untuk menyesuaikan selera para penikmat kuliner Medan yang gemar pedas, Lopo Iga menyiasatinya dengan menyediakan sambal hijau dalam hidangan. “Walaupun citarasanya manis, namun kita juga menyediakan sambal hijau untuk menambah rasa pedas,” ungkapnya. Untuk harga ternyata Lopo Iga sangat peduli dengan pelanggannya.

Cukup dengan merogoh kocek Rp20 ribu, Anda bisa memanjakan lidah dengan sepiring iga bakar plus nasi dan lalapan. Sedangkan hidangan lain hanya berkisar 17 ribu hingga 20 ribuan saja. Menemani iga bakar dalam memuaskan pelanggan, Logo Iga juga menawarkan aneka hidangan penutup dan minuman menyegarkan. Beberapa sajian antara lain, es kolding, es teler, es buah, es logan jagung,es cingcau, aneka juice dan milk shake. Semuanya itu bisa dinikmati dengan menyediakan anggaran yang tak lebih dari 13 ribuan saja. Bagi pecinta kuliner khususnya berbahan dasar iga sapi tidak ada salahnya mencicipi citarasa yang diramu oleh koki handalan Lopo Iga. (uma)

Sajian Cepat Chicken Teriyaki

SELAIN memilki hidangan istimewa, iga bakar rica-rica, ternyata memiliki hidangan istimewa di Lopo Iga Foodcourt Kemangi lantai III Palladium Medan. Untuk memanjakan lidah para pecinta kuliner berbahan ayam, Lopo Iga Foodcourt juga menyediakan menu chicken teriyaki. Elli sang koki mengatakan, untuk proses pembuatan chicken teriyaki selain mudah diramu, juga menggunakan waktu yang cukup singkat. Sehingga pengunjung tidak perlu berlama lama menunggu hidangan. “Untuk citarasanya sama seperti masakan yang lainnya yakni bernuansa manis. Hanya saja kita juga tetap menyediakan sambal sesuai selera pelanggan,” papar Elli. Untuk menambah kenikmatan rasa chicken teriyaki, Lopo Iga Food Court juga menyediakan minuman sop buah khas ala resto Lopo Iga.

Perpaduan beragam jenis buah seperti apel, melon, semangka, anggur dan agar-agar yang dicampur santan gula dan susu putih, menambah klop sop buah yang dihidangkan dengan makanan chicken teriyaki. Penasaran dengan nikmatnya sajian Lopo Iga Food Court?.Tak ada salahnya untuk membawa keluarga ataupun orang spsesial untuk bisa bersantap ria ala Lopo Iga Foodcourt. Selain suasananya yang bersih dan nyaman serta jauh dari keributan jalan raya, iringan alunan musik ikut manambah kehangatan dalam menikmati santapan kuliner Anda. (uma)

Pesawat Jatuh Tewaskan 13 Penduduk

MANILA – Satu pesawat ringan jatuh di daerah kumuh di dekat bandar udara internasional di ibu kota Filipina, Manila, Sabtu (10-12). Dalam kejadian itu menewaskan 13 orang, termasuk tiga anak kecil. Tiga orang belum ditemukan dan sebanyak 10 orang lagi cedera setelah pesawat dua-mesin dengan empat-kursi jatuh tak lama setelah lepas landas, kata Inspektur Polisi Enrique Sy kepada wartawan.

Semua tiga orang di dalam pesawat tersebut tewas.”Sejauh ini, kami telah menemukan 13 mayat yang terbakar di lokasi kejadian, termasuk satu mayat di dekat puing pesawat,” kata Inspektur Polisi itu sebagaimana dikutip Reuters.

Ditambahkannya, tak mungkin untuk mengidentifikasi semua korban. Wali Kota Paranaque, Florincio Bernabe, mengatakan ratusan warga kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran yang disebabkan oleh kecelakaan tersebut. Kecelakaan itu menghancurkan puluhan rumah kumuh dan sebagain dari bangunan sekolah yang berlantai tiga. (net/jpnn)

Mari Berpesta tanpa Ada Cela

Ramadhan Batubara

Mari bicara soal pesta; baju warna-warni, musik hingar-bingar, hingga dana tak terkira. Tentu hal ini menjadi sesuatu yang ditunggu, seperti anak SD yang dijanjikan sepeda baru; siang malam menjadi mimpi baginya Terus terang, lantun kali ini menyinggung Pesta Danau Toba yang akan digelar beberapa pekan lagi.

Sejatinya saya banyak berharap pada even yang katanya bertaraf nasional itu; setelah tinggal di Medan, ada rasa enggan untuk menyaksikannya. Padahal, ketika masih beraktivitas di Pulau Jawa, target saya adalah menyaksikan pesta ini. Saya bayangkan pesta seperti Festival Kebudayaan Yogyakarta atau sekadar persis dengan Oktoberfest di Jerman sana. Dalam dua even tadi, ada semacam situasi yang menarik. Contohnya di Festival Kebudayaan Yogyakarta, sebagai kota yang dikenal sebagai kawasan budaya tentunya even ini sangat dinanti.

Bahkan, kala even ini digelar, saat itulah kesempatan saya untuk berbincang dengan seniman asal daerah lain. Acaranya malah tidak muluk-muluk hingga butuh persiapan yang luar biasa dengan dana yang tak terhitung. Ya, biasa saja namun memberikan pengaruh besar pada penikmatnya. Contohnya adalah pembentukan kampung budaya Nitiprayan. Di desa ini beberapa acara digelar, mulai dari pementasan teater, musik, hingga pameran lukisan. Konsep acaranya adalah dengan melibatkan masyarakat setempat. Para seniman kaliber nasional bahkan internasional dibaur dengan masyarakat.

Saat itu, semua adalah seniman. Lalu, para penikmat, dibebaskan untuk menyaksikan yang mana; tinggal datang ke kampung itu dan langsung menikmatinya tanpa harus capek menunggu kata-kata sambutan dari pejabat terkait selesai. Ya, tinggal melihat agenda kegiatan, langsung datang dan langsung menikmati. Menariknya selain Nitiprayan, Yogya juga menciptakan desa-desa budaya lainnya. Memang, ada juga , acara yang dipusatkan di Taman Budaya Yogyakarta. Lalu, bagaimana dengan kraton? Secara kasar, kraton malah tidak begitu berperan. Kraton sepertinya membiarkan warganya untuk berkreasi tanpa harus memaksakan diri memunculkan karya adiluhung kraton. Begitu pun pemerintah setempat, kesan yang didapat, mereka tidak begitu terlibat.

Kalaupun ada, mungkin sebatas penyedia izin dan dana saja. Soal dana, menariknya, tidak semata wilayah pihak pemerintah saja; founding dari luar negeri hingga sponsor seakan berebut untuk even tersebut.Tapi sudahlah, itu di Yogyakarta yang notebene sudah melek budaya.

Jadi, membuat festival atau budaya sudah semacam kegiatan sehari-hari saja. Yang harus digarisbawahi dari Yogyakarta adalah keberhasilan mereka menciptakan sesuatu yang baru dengan konsep tersendiri hingga mendarah daging. Lalu, bagaimana dengan festival atau pesta yang ada di Jerman sana. Fiuh… kalau yang ini tidak usah repot. Pasalnya agenda tahunan ini sudah seperti darah daging bagi mereka. Oktoberfest mungkin sudah seperti momen unjuk diri. Di bulan Oktober, dari sejarahnya, warga Jerman memang saling memamerkan hasil karya mereka (baca bir).

Di saat itu, warga lain bebas minum bir sesuka hati karena saat itulah para pengusaha bir berpromosi: saling bersaing soal rasa. Nah, menariknya, Jerman berhasil menjadikan even tahunan itu sebagai festival yang berbeda. Mereka setia dalam upaya menjaga tradisi tersebut. Hingga, sampai saat ini, setiap Oktoberfest digelar, busana dan kesenian yang dimunculkan adalah persis dengan pertama kali Oktoberfest ada. Maka, gaya Bavarian adalah wajib di festival ini. Jadi tidak mengherankan kalau wisatawan asing yang hadir di sana pun wajib berkostum semacam itu.

Tidak ada keharusan memang, namun adalah lucu dan terkesan tak pantas jika tidak menyesuaikan diri bukan? Dua pesta di atas jelas menunjukkan sesuatu yang menarik. Pertama yang di Yogyakarta, di festival itu, warga non-Yogya, seakan berebut untuk mencari dan melihat apa yang akan disuguhkan. Ya, sebuah even baru yang bukan lahir dari tradisi, namun mampu mencuri perhatian khalayak. Kedua yang di Jerman, warga dunia seakan ingin larut dalam suasana yang terus dijaga keasliannya. Nah, bagaimana dengan Pesta Danau Toba yang dibanggakan Sumatera Utara? Kalau soal ini, Bupati Samosir Mangidar Simbolon malah sempat mengkritisi.

Katanya, festival ini ‘payah’ karena panitianya terus berganti hingga tak ada perkembangan dari tahun ke tahun. Dengan kata lain, ketika panitia terus berganti, maka kekurangan di tahun sebelumnya jadi terbiarkan. Dari tahun ke tahun yang ada hanya mengulang dan yang sebelumnya tak tuntas, ya, tetap tak tuntas. Bayangkan, seorang bupati yang wilayahnya dijadikan lokasi Pesta Danau Toba saja mengatakan semacam itu. Fiuh… Saya jadi teringat dengan pernikahan kawan saya.

Begini, dia dan istrinya itu beraktivitas di Yogya. Nah, ketika resepsi pernikahannya, malah digelar di kampung keluarga sang istri yang ada di Sulawesi. Emamng, acaranya cukup mewah, tapi adakah pesta itu terasa nikmat bagi yang dating dan juga yang sedang dipestakan? Hal seperti inilah yang saya rasakan terhadap rencana Pesta Danau Toba. Seniman lokal (dalam artian wilayah karena banyak seniman Sumatera Utara berlevel nasional dan internasional) kurang dilibatkan.

Yang dihadirkan adalah seniman-seniman nasional (dalam artian tinggal di Pulau Jawa, namun prestasinya biasa saja) tanpa seleksi yang transparan dari panitia. Baiklah jika yang dipanggil itu memiliki darah Toba, namun apakah dia masih kental dengan suasana Sumatera Utara dan khususnya Danau Toba? Tapi sudahlah, itukan urusan panitia – yang kata Mangindar tadi selalu berubah-ubah itu. Kegelisahan saya hanya pada konsep Pesta Danau Toba yag membingungkan.

Maksud saya, mau di bawa ke mana pesta yag menjadi even tahunan itu? Adakah terpikir oleh pengambil kebijakan agar even itu menjadi sesuatu yang khas, yangmemilikikonsepmatang dan bukan sekadar pesta semata. Seperti kata orang bijak, pesta di mana saja ada, tapi bagaimana pesta bisa berkesan. Hm, kita tunggu sajalah. (*)

Siswa SMA Lhokseumawe Gelar Pesta Seks

LHOKSEUMAWE-Usia boleh saja muda, tapi untuk urusan seks, Re (18) tak perlu lagi diajari. Siswa SMA ini pun diketahui sudah berkali-kali, menggagahi teman wanita sebayanya, Ti (16). Bahkan mereka rela berangkat dari Lhokseumawe ke Medan, demi menggelar pesta seks di kamar hotel. Alasan keduanya klise saja, di kota Metropolis tersebut tak ada yang menggerebek.

Perbuatan mesum tersebut terungkap, setelah kemarin malam sekira pukul 20.00 WIB, mereka digerebek warga Blang Nameuh, Kecamatan Muara Satu, Lhokseumawe. Keduanya terlihat berdua-duaan dalam gelap. Sehingga Re dan Ti selanjutnya digelandang, dari belakang gedung SD di TKP untuk mempertanggungjawabkan perbuatan, di hadapan penyidik .(smg)