25 C
Medan
Friday, December 19, 2025
Home Blog Page 14410

Main Saham dan Tanah

Tina Toon

Bukan hal baru jika sejumlah selebriti tanah air memiliki bisnis sampingan. Pada umumnya, mereka memilih bisnis restoran atau butik. Namun, tidak demikian halnya dengan mantan penyanyi cilik Tina Toon. Meski usianya masih belia, Tina justru tertarik bermain di pasar saham.

“Kayaknya menarik dan pastinya untuk investasi jangka panjanglah. Mudah-mudahan naik karena ini baru penawaran saham perdana,” ujar Tina saat ditemui di Epicentrum Walk, Senin (14/11).

Sebagai langkah awal, penyanyi 18 tahun tersebut sudah berani membeli saham senilai puluhan juta rupiah. Tina yang pernah tenar dengan goyang ngebor ala Inul Daratista itu pun rajin melihat perkembangan sahamnya. Menurut dia, bermain saham cukup mengasyikkan.

“Main saham itu, ibaratnya, ada sisi gambling, tapi ada perhitungannya juga. Dan ada faktor luck (keberuntungan) juga. Makanya, belinya pelan-pelan. Kalau bagus, terusin. Kalau nggak, ya beli yang lain,” katanya. Selain bermain saham, Tina ternyata mengasah insting bisnisnya lewat investasi tanah. Dia memilih investasi tanah karena sudah dikenalkan investasi semacam itu sejak kecil. “Sekarang lebih serius lagi di investasi ini. Kalau buka butik atau resto, belum berani dan belum ada partner juga,” imbuhnya. (ken/c3/nw/jpnn)

Ada Lima Jenis Kucing Unik di Riau

PEKANBARU- Hutan belantara di Riau ternyata masih menyimpan lima jenis kucing liar yang unik. Empat di antaranya kucing tersebut masuk dalam status dilindungi. Karenanya diperlukan penyelamatan kawasan hutan.

Penemuan lima kucing liar itu terekam dalam kamera otomatis milik WWF Indonesia. Lima kucing itu kini hidup di kawasan hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh (TNBT) dan Suaka Marga Satwa Rimbang Baling (SMSRB), di Riau. Lima jenis kucing tersebut adalah harimau Sumatera (Panthera tigris Sumatrae), macan dahan (Neofelis Diardi), kucing batu (Pardofelis marmorata), kucing emas (Catopuma temmincki), dan kucing congkok (Prionailurus bengalensis).

Lokasi habitat kucing tersebut berada di daerah yang dikenal sebagai koridor atau jalur perlintasan satwa yang menghubungkan TNBT ke SMSRB. Satu sisi kondisi kedua kawasan hutan itu saat ini tidak terlepas ancaman degradasi hutan akibat perambahan dan penebangan hutan alam dalam skala besar. “Selain kucing congkok, semua jenis kucing liar tersebut, adalah satwa dilindungi berdasarkan Peraturan Pemerintah No 7/ 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa,” kata Koordinator Tim Riset Harimau, WWF Indonesia, Karmila Parakasi, Rabu (16/11).(net/bbs)

Pesawat Membawa Siswa Penerbang Hilang

Pilotnya Kapten Partogi Sianipar

Jakarta- Pesawat latih Cessna milik Nusa Flying School jatuh di sekitar Cirebon, Jawa Barat. Pesawat yang ditumpangi tiga orang itu hilang kontak pada pukul 11.45 WIB.

“Iya, betul ada pesawat Cessna diduga hilang terakhir hilang kontak saat itu di sekitar Cirebon,” kata Humas Basarnas Gagah Prokoso saat dihubungi, Rabu (16/11).

Menurut Gagah, hingga kini, apa yang terjadi pada pesawat tersebut belum diketahui pasti.
Pesawat yang terbang dari Halim Perdana Kusuma itu ditumpangi oleh tiga orang. “Pesawat ditumpangi tiga orang,” kata Gagah Prokoso.

Tiga orang yang berada di dalam pesawat itu adalah Kapten Partogi Sianipar, pilot. Sementara dua lainnya adalah siswa Nusa Flying School bernama Fikri dan Agung.

“Kapten pilotnya Partogi dan siswanya Fikri dan Agung,” kata Gagah. Danlanud Cakrabuana Kapten Edi mengaku, pesawat tersebut seharusnya mendarat di Lanud Cakrabuana pada pagi tadi. Namun hingga kini, tak ada kejelasan soal nasib pesawat.

“Harusnya di Cakrabuana jam 09.00 WIB. Kita masih menunggu lebih jauh,” terangnya.

Posisi pesawat itu masih dicari oleh helikopter Basarnas dan pesawat Nusa Flying School dikerahkan. Pencarian dipusatkan pada koordinat 06 31’30″ dan 107 52’50″. Pencarian pesawat tersebut dihentikan dan akan dilanjutkan Kamis (17/11) hari ini. Faktor cuaca diduga menjadi penyebab hilangnya pesawat berawak 3 orang tersebut.
“Pada saat hilang kontak cuaca cerah, namun punya kecenderungan ada angin dari utara ke selatan yang jelek,” kata Kepala Sekolah PT Nusa Flying School Kapten Sugeng Triyono di Bandara Halim Perdanakusumah, Jakarta, Rabu (16/11).

Sugeng menjelaskan, pesawat latih itu berangkat dari Halim sekitar pukul 07.40 WIB untuk melakukan training cross country. Pukul 08.19 WIB, pesawat yang berisi seorang instruktur dan dua siswa penerbang itu melakukan kontak dengan check point Viran di Purwakarta ke tower Cirebon. (net/bbs)

Teller Menyudutkan, Malinda Diperlakukan Spesial

JAKARTA- Terdakwa penggelapan dana nasabah dan money laundering Inong Malinda Dee semakin tersudut. Dalam sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan kemarin (16/11), Dwi Herawati sebagai teller menyebutkan bahwa dirinya tak berdaya dengan perintah Malinda untuk mentransfer. Alasannya, Malinda selalu mengklaim telah seizin nasabah.
“Saya menerima form transfer dari Malinda sudah ada tanda tangan nasabah,” kata Dwi. Saat itu, perempuan berambut panjang itu lantas bertanya kepada Malinda di mana nasabah yang bersangkutan. Sosialita 49 tahun itu menyebutkan bahwa nasabah ada di ruangannya.

Dwi mengakui, memproses permohonan transfer tanpa nasabah yang bersangkutan sejatinya melanggar aturan. Namun, karena dia mempercayai Malinda, Dwi tetap memprosesnya. Apalagi tanda tangan yang dibubuhkan di form juga cocok. Terkadang istri siri Andhika Gumilang itu meyakinkan dirinya bahwa nasabah sudah ditelepon dan setuju.
Jaksa penuntut umum (JPU) Helmi lantas bertanya kepada Dwi, apakah dia melihat Malinda menelpon? Dwi menggeleng. “Saya tidak melihatnya. Malinda mengatakan sudah menelpon nasabah itu saja,” kata Dwi. Dwi merupakan salah seorang dari tiga teller Citibank yang ditetapkan sebagai tersangka karena dianggap berkongkalikong dengan Malinda.

Dwi mengaku curiga dengan Malinda. Sebab, perempuan kelahiran Pangkal Pinang, Kepulauan Riau, itu berkali-kali melakukannya. Dia tahu karena dirinya sangat mengenal betul tulisan Malinda. “Di Citibank terkadang itu sudah biasa jika ada nasabah Citigold mempercayakan transfer kepada AO (Account Officer, Red.),” katanya.

Namun, Dwi mengakui bahwa dirinya kerap menerima duit dari Malinda. Jumlahnya sekitar Rp1 juta. Tapi, Malinda tidak pernah mengatakan apa-apa. “Katanya sih bonus,” ujar Dwi.

Dalam persidangan kemarin, Malinda tampaknya merasa tidak cukup dikawal para jaksa. Dia menyewa delapan bodyguard yang mendampinginya saat berjalan dari ruang tahanan pengadilan menuju ruang sidang. Para pengawal itu tak jarang menghardik wartawan yang terlalu lama memotret Malinda.

Mantan Relationship Manager Citibank cabang Landmark itu juga mendapat perlakuan spesial saat ditahan menunggu sidang dimulai. Dia tidak ditempatkan di sel umumnya terdakwa yang kecil dan pengap. Malinda menempati ruang kantor Badan Pemasyarakatan (Bapas) yang lebih bersih dan ber-AC.

Meskipun begitu, Malinda bukan satu-satunya orang yang pernah ditempatkan di situ.

Jaksa dulu juga pernah menahan terpidana pembunuhan berencana Antasari Azhar di ruangan tersebut. Pengacara Malinda, Batara Simbolon, mengakui pihaknya meminta ditempatkan di ruangan tersebut.
“Ini alasan kemanusiaan. Sebab, dia bisa bermasalah lagi bila terlalu kepanasan,” kata Batara. “Kalau dia sakit, persidangan juga akan terhambat kan. Lagi pula, itu secara resmi kami ajukan ke Kejaksaan Negeri,” imbuhnya. (aga/jpnn)

Dua Meninggal, 4 Luka Berat

Pulang dari Tempat Pesta, Mobil Avanza Dihantam Truk

TEBING TINGGI- Bermaksud hendak pulang kampung ke Medan, mobil Toyota Avanza warna biru BK 1808 KV membawa rombongan undangan pernikahan dari Wamkamuning, Provinsi Jambi, laga kambing dengan mobil Truk Kontainer BK 9443 YI di Jalan Medan-Kisaran, tepatnya di Dusun II, Desa Binjai, Kecamatan Tebing Syahbandar, Kabupaten Serdang Bedagai, Rabu (16/11) sekira pukul 04.30 WIB.

Rombongan pesta sebanyak sembilan orang ini ternyata masih satu keluarga, dua orang bernama Rini Novi Nanda (23) dan Alisa (66) warga Jalan Gelugur Bypass No.5, Kelurahan Siagul, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, meninggal ditempat kejadian setelah mengalami pecah kepala dan patah kaki.

Semua korban meninggal dan luka patah dirawat di Rumah Sakit (RS) Bhayangkara, Kota Tebing Tinggi. Adapun korban mengalami luka patah kaki dan luka robek di bagian kepala, Mulyadi (34) sopir dan istrinya Nuraini (30) warga Jalan Sederhana, Pasar VII, Tembung, Kabupaten Deliserdang. Sedangkan dua anaknya, Ramadan Sadiwa (10) dan Andini (9) tidak mengalami luka sedikitpun, tetapi shok berat.

Sementara, Paulus Tarigan (50) warga Jalan Gelugur Bypass, Kecamatan Medan Barat, Kota Medan, menderita luka remuk bagian kaki dan tangan. Dia dilarikan ke rumah sakit di Medan. Istrinya, Eda Rafni (46) mengalami luka patah kaki sebelah kiri dan patah tangan kanan serta muka luka robek. Anaknya, Andika Prabuana (21) menderita luka robek di kepala sehingga harus mendapat 25 jahitan.

Cerita yang berhasil dihimpun dari Nuraini, salah seorang korban kepada Sumut Pos di RS Bhayangkara Kota Tebing Tinggi mengatakan, mereka hendak pulang menuju Kota Medan usai merayakan pesta pernikahan kerabatnya di Jambi, Senin (14/11) malam.  Setelah berakhir pesta, mereka hendak pulang ke Medan dengan mengendarai mobil Avanza yang mereka rental dari Kota Medan.

Diperjalanan, kata Nuraini, sopir berulangkali berhenti di rumah makan. “Sopirnya suami saya (Muliyadi), sudah dibilangi kalau mengantuk berhenti istirahat. Tetapi dia tetap membawa mobil sembari mengatakan, kalau dia sudah sering membawa mobil jurusan Jambi-Medan pulang pergi sendiri tanpa ada sopir serap,” beber Nuraini.

Lanjut Nuraini, saat terjadi tabrakan, dia dan penumpang lainnya, sedang tidur. mereka tersadar saat masyarakat menggotong ke dalam ruang unit gawat darurat RS Bhayangkara, Kota Tebing Tinggi.

“Enggak tahu kejadiaannya, saat sadar sudah berada di rumah sakit. Tetapi kedua anak ku mengalami syok melihat tragedi tabrakan tersebut,” ujar Nuraini sambil menangis menanyakan kondisi suaminya.

Terpisah, sopir truk Kontainer BK 9443 YI diketahui bernama Sarjan (46) warga Desa Adil Makmur, Kecamatan Bosar Maligas, Kabupaten Simalungun, diamankan pihak kepolisian untuk dimintai keterangnya.

Keterangan didapat dari Sarjan, pagi itu dirinya datang dari arah Medan-Rantau Parapat. Saat di TKP, tiba-tiba dari arah berlawanan datang mobil pribadi menyelip sebelah kanan dengan kecepatan tinggi dan langsung menghantam mobil truk bagian depan.  “Mobil Avanza BK 1808 KV menyelip jalan sebelah kanan dan langsung menghatam mobil truk kami,” kata Sarjan.

Kasat Lantas Polres Tebing Tinggi AKP Juliani Prihatini membenarkan kejadian tersebut. (mag-3)

Warga Minta Poldasu Usut Kasus Penganiayaan

MEDAN- Ratusan massa yang tergabung dalam Himpunan Penggarap Lahan Kosong Negara (HPPLKN) Eks HGU PTPN II, melakukan aksi ke Markas Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Mapoldasu), Rabu (16/11).
Dalam orasinya, msasa meminta Kapoldasu segera mencopot Kapolres KP3 Belawan AKBP Endro Kiswanto, karena diduga membekingi para mafia tanah yang seenaknya melakukan penganiayaan terhadap warga.

Informasi yang berhasil dihimpun dari para demonstran, latar belakang pemukulan dan penculikan tersebut merupakan buntut dari perlawanan para penggarap terhadap lahan yang mereka pertahankan di kawasan Helvetia Medan.

Massa yang terdiri dari orang tua dan ibu-ibu rumah tangga tersebut, membawa poster bertuliskan tangkap mafia tanah Tamin Sukardi, yang diduga menjadi aktor intelektual penculikan Saifal Bahri.
“Mana Polisi. Kapolda tangkap Mafia Tanah. Tangkap para preman yang membekingi mafia tanah,” teriak demonstran dengan suara lantang.

Koordinator aksi Manda, meminta Kapoldasu Irjen (Pol) Wisjnu Amat Sastro, menindak oknum-oknum polisi yang terlibat membekingi para mafia tanah dan pembiaran kasus pemukulan dan penculikan terhadap ketua HPPLKN, Saifal Bahri.

“Kapoldasu harus menindak tegas setiap anggotanya yang bermain dan  membekingi para mafia tanah di kawasan Helvetia. Itu kan tanah negara, jangan main preman, tapi harus diselesaikan secara hukum negara,” kata Manda.
Manda juga menyayangkan, atas tindakan aparat Kepolisian Resort (Polres) KP3 Belawan, karena tidak menanggapi laporan masyarakat, sampai saat ini  pelaku penculikan dan penganiayaan selama 4 jam oleh Jorek dan kawan-kawannya yang diduga suruhan Tamin Sukardi, belum juga diproses.

“Ini berakibat fatal bagi masyarakat. Masyarakat bakal tidak percaya lagi dengan hukum di negara ini,” kata Manda. (mag-5)

AP II Rusak Sarana Jalan

Demo di Gerbang Kualanamu

LUBUK PAKAM- Warga yang bermukim di area proyek Bandara Kualanamu, mengelar aksi unjuk rasa di depan gerbang pintu masuk bandara, Rabu (16/11).

Warga memprotes tindakan PT Angkasa Pura (AP) II, melalukan penggalian tanah sehingga memutuskan akses jalan dan merusak tanaman warga.

Dalam protes tersebut, warga menyertakan anak-anak berpakaian seragam sekolah serta ibu-ibu. Sembari menyuarakan protesnya, warga juga menyanyikan lagu Indonesia Raya dalam aksi yang berlangsung 15 menit tersebut.

“Woi, kenapa kalian memutus akses jalan kami, belum puas kalian menindas kami, gara-gara kalian, anak cucu kami susah untuk sekolah. Kami ini warga Indonesia, bukan penjajah,” teriak Sumadi, bersama warga lainnya.

Disebutkan, PT AP II melakukan pengerukan akses jalan yang berada dilokasi pemukiman warga, Selasa (15/11). Sehingga terdapat lubang selebar 2 meter dan dalam sekitar 1 meter sepanjang 200 meter.
PT AP II mengerahkan alat berat berupa eskavator untuk mengeruk tanah yang menyebabkan akses jalan disana tidak dapat dilintasi.

Saat ditemui dilokasi unjuk rasa, Kepala Seksi Hukum Umum PIU Kualanamu, Wisnu Budi Setianto menyebutkan, aktivitas pengerukan tanah dilokasi jalan yang ada dipemukiman warga untuk saluran air. Saluran itu berfungsi mengatasi genangan air yang kerab menyebabkan banjir saat hujan turun.

“Pengerukan dilakukan untuk mengantisipasi banjir yang ada di dalam proyek. Tidak benar PT AP II melakukan pengerusakan tanaman warga. Areal ini juga sudah jadi lahan PT AP II. Jadi wargalah yang menghambat pembangunan Bandara Kualanamu dengan cara menanam lahan bandara,” ujar Wisnu.

Lebih lanjut disebutkan Wisnu, para demontrasi merupakan  keluarga eks karyawan PTPN 2. Tetapi selama ini, para pemukim tetap bertahan di bekas perumahan milik PTPN 2. “Disana masih tinggal 37 kepala keluarga lagi,” sebutnya.
PT AP II, tambah dia, berkewajiban meminta warga disana keluar dari lokasi bandara.
Pun demikian, PT AP II akan memberikan uang pindah, bukan uang ganti rugi. Soalnya, bila uang ganti rugi, warga pemukim tidak berhak menerimanya, karena uang ganti rugi telah diberikan
PTPN 2 kepada warga.

Terkait uang pindah, lanjutnya, PT AP II menawarkan uang Rp12 juta. Dana itu berasal dari PT AP II Rp4juta ditambah pemberian PTPN 2 Rp8 juta.

Kembali kerencana pengosongan areal pemukiman, Wisnu Budi Setianto menyatakan, pihaknya bersama Pemkab Deliserdang berencana menargetkan akhir tahun ini, warga disana akan pindah.
“Soalnya, bila tidak diminta pindah, maka warga disana akan penghambat pembangunan Bandara Kualanamu,” jelasnya. (btr)

Dir Narkoba Poldasu Gerebek Lapas Binjai

BINJAI- Ratusan narapidana (napi) di Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas II A Binjai, Jalan Gatot Subroto, Kecamatan Binjai Barat, dan Kalapas Binjai Surung Pasaribu, dikejutkan dengan kedatangan petugas Dir Narkoba Poldasu, saat melakukan pengembangan tersangka sabu-sabu, Rabu (16/11) sekitar pukul 10.30 WIB.

Pengambangan tersangka yang dilakukan di Lapas Binjai ini, juga dilakukan secara tertutup. Sehingga, para wartawan tidak dapat meliput langsung ke dalam LP untuk melihat situasi atau suasana pemeriksaan. Untuk itu, para insan pers inipun harus rela menunggu beberapa jam untuk mengetahui pasti hasil pengembangan tersangka narkoba tersebut.
Setelah petugas Dir Narkoba selesai melakukan pemeriksaan sekitar pukul 12.00 WIB, Kasubid I Dir Narkoba Poldasu, AKBP Suhadi, kepada sejumlah wartawan menerangkan, penggerebekan dilakukan pihaknya untuk mencari Syahrial, yang disebut-sebut sebagai bandar narkoba di LP Binjai.

“Kedatangan kita ke LP ini untuk melakukan pengembangan terhadap tersangka narkoba yang sudah kita amankan. Dimana, dari keterangan tersangka yang sudah kita amankan sebelumnya, kalau barang bukti yang turut kita amankan dari tersangka diambil dari Syahrial, yang berada di LP ini. Makanya kita lakukan pemeriksaan untuk mencari nama yang bersangkutan,” ujar AKBP Sahudi.

Namun kata Suhadi, setelah melakukan pemeriksaan di dalam LP, tidak ditemukan orang bernama Syahrial, seperti yang dikatakan tersangka. “Kata tersangka yang sudah kita amankan, Syahrial ada di LP. Tapi kenyataannya tidak ada,” kata Suhadi.

Dijelaskannya, dua orang tersangka narkoba yang sudah diamankan pihaknya yakni, Suriansyah dan Budi, yang diamankan satu bulan lalu di Jalan Medan-Binjai KM 17, dengan barang baktui 7,9 gram sabu-sabu.
Sementara itu, Kalapas Binjai Surung Pasaribu, kepada wartawan Sumut Pos mengaku, kedatangan petugas Dir Narkoba Poldasu memang secara tiba-tiba. “Iya, mereka datang tiba-tiba. Meskipun begitu, tetap kita layani dengan baik,” ujarnya. (dan)an Budi,” ucapnya singkat via SMS.(dan)

Ditusuk 7 Liang, Dibuang di Sungai Mati

LUBUK PAKAM- Sesosok mayat pria tanpa identitas (Mr X) ditemukan membusuk di Sungai Sei Mati, tepatnya dibelakang restoran Putra Deli, Kecamatan Batang Kuis, Rabu (16/11), sekitar pukul 10.30 WIB.

Saat ditemukan, kondisi mayat Mr X dengan wajah tertutup lakban hitam, tangan diikat kebelakang, serta menggenakan kaos kaki warna merah dan kolor warna coklat. Kemudian, disekujur tubuhnya terdapat bekas tikaman sebanyak 7 liang. Diperkirakan, usia Mr X sekitar 40 tahun.

Kondisi Mr X telah membusuk, sehingga menebarkan bau. Diperkirakan meninggal sekitar 2 hari silam. Ketika ditemukan, mayat Mr X mengambang dipingiran sungai. Lantas, warga setempat mengangkatnya ke lokasi pengambilan pasir yang berada disana.

Atas penemuan itu, warga melaporkanya ke Mapolsek Beringin. Tempo beberapa menit, petugas datang ke lokasi, selanjutnya memboyong jasad Mr X ke RSU Pirgadi Medan untuk kepentingan penyelidikan.

Kanit Reskrim Polsekta Batang Kuis, Ipda Martualesi Sitepu SH, mengaku, korban pertama kali ditemukan seorang warga bernama Rusli.(btr/jon)

Miranda Lima Jam Diperiksa

KPK Genjot Lagi Penyelidikan Century

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menggenjot penyelidikan kasus dugaan korupsi pada pemberian dana talangan (bailout) Rp 6,7 triliun untuk Bank Century. Setelah beberapa waktu lalu memeriksa Deputi Gubernur BI Budi Mulya, kemarin (15/11) KPK memeriksa mantan Deputi Gubernur Senior BI, Miranda Gultom.

JAKARTA-Pemeriksaan atas Miranda itu bukan yang pertama kali. Sebelumnya Miranda pernah diperiksa.
Sementara pada pemeriksaan kemarin, KPK memeriksa Miranda sejak pukul 10.00 hingga pukul 15.00. Usai menjalani pemeriksaan, Miranda mengaku ditanyai tentang peran salah satu Deputi Gubernur BI, Budi Mulya.

“Diperiksa mengenai Pak Budi Mulya. Tapi saya tidak banyak tahu karena saya tidak di BI lagi,” ujar Miranda yang mengenakan stelan blazer warna krem.

Apakah KPK juga bertanya soal Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP) dari BI untuk Bank Century? Miranda langsung menepisnya.

“Tidak ada mengenai FPJP. Ditanyai mengenai Budi Mulya,” tandas Miranda yang dalam kesempatan itu didampingi seorang staf Biro Hukum BI. Usai diperiksa, Miranda pun meninggalkan KPK dengan sedan Toyota Royal Saloon bernomor polisi B 196 MG.

Seperti diketahui, saat ini Budi Mulya nonaktif dari kursi Deputi Gubernur BI. Budi disebut menerima Rp1 miliar dari mantan pemilik Century, Robert Tantular. Namun uang itu diklaim sebagai pinjaman.

Namun Juru Bicara KPK, Johan Budi, justru mengungkapkan bahwa KPK perlu memeriksa Miranda terkait FPJP. “Ada yang perlu kita dalami terkait FPJP,” ucap Johan.

Hanya saja Johan tak bersedia merincinya. Alasannya, karena kasus itu masih dalam tahap penyelidikan. Karenanya Johan juga menegaskan, KPK sejauh ini memang belum menetapkan tersangka dalam kasus itu.
“Kalau ada alat bukti yang cukup tentu kita naikkan ke penyidikan dan kita umumkan tersangkanya. Tapi harus diingat bahwa penyelidikan kasus ini sama sekali belum berhenti,” pungkasnya. (ara/jpnn)

Timwas Seriusi Surat Sri Mulyani ke Presiden
Terungkapnya surat mantan menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjadi perhatian tim pengawas kasus bank Century DPR RI. Timwas Bank Century merencanakan akan segera melakukan pembahasan terkait keberadaan surat yang isinya menginformasikan adanya bailout Bank Century dalam kurun waktu 2008-2009.

“Merespon perkembangan yang ada, surat Sri Mulyani kepada Presiden juga dibahas di dalam rapat,” ujar Taufik Kurniawan, Wakil Ketua DPR RI usai rapat internal timwas bank Century di gedung parlemen, Jakarta, kemarin (16/11).
Menurut Taufik, keberadaan surat Sri Mulyani kepada Presiden tersebut sangat penting untuk diperiksa. Namun, rapat internal timwas kemarin belum membahas lebih lanjut seperti apa pemeriksaan yang akan dilakukan. “Ada pandangan untuk membahas surat tersebut. Kami mengharapkan ada kejelasan status,” kata Taufik.

Seperti diketahui, ada tiga surat Sri Mulyani yang disampaikan kepada Presiden SBY, di saat proses bailout Bank Century berlangsung.

Berturut-turut surat Sri Mulyani selaku ketua Komite Stabilitas Sektor Keungan (KSSK) kepada SBY adalah surat bernomor S-01/KSSK.01/2008 tanggal 25 November 2008, surat kedua bernomor SR-02/KSSK.001/2009 tanggal 4 Februari 2009, dan surat terakhir bernomor SR-36/KMK.01/2009 tertanggal 29 Agustus 2009.

Selain membahas surat Sri Mulyani, timwas Century kemarin juga membahas tindak lanjut audit forensik yang kini tengah disusun oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Taufik menyatakan, rencananya pekan depan timwas Century akan memanggil BPK. Diharapkan, hasil akhir audit forensik Century sudah bisa dibacakan pada pertemuan itu. “Kita sengaja undang segera, supaya BPK bisa mempersiapkan,” kata Taufik.

Sesuai masa tugasnya, ujar Taufik, timwas Century akan mengakhiri kerjanya pada akhir masa sidang ini. Timwas Century saat ini diburu waktu untuk segera menyampaikan laporan akhir kepada Badan Musyawarah (Bamus) DPR. Dari Bamus, laporan timwas Century akan disampaikan ke dalam sidang paripurna DPR.

Setelah melaporkan hasil kerja nanti, kata Taufik, bukan berarti timwas Century akan berakhir. Bisa saja nanti masa kerja timwas Century akan diperpanjang. Ini mengingat masih banyak problem dalam penuntasan kasus Century. “Soal tindak lanjut proses hukum, penyelamatan aset, antaboga. Semua belum diselesaikan,” kata Taufik. Meski begitu, opsi untuk menyelesaikan atau memperpanjang masa kerja timwas Century hingga kini belum menjadi rekomendasi. “Semuanya masih situasional,” tandasnya. (bay/jpnn)