26 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 14544

Pemusnahan Trenggiling Disoal

Pantauan Sumut Pos, puluhan massa tersebut datang menggunakan anguktan kota (Angkot) dan langsung mendatangi kantor Bea Cukai meminta data trenggiling yang dimusnahkan pihak Kejari Belawan. Pada saat puluhan massa ingin masuk ke dalam Kantor Bea Cukai, sempat terjadi aksi saling dorong antara massa dan petugas keamanan setempat.
Namun, tak lama berselang, pihak Bea Cukai mengizinkan beberapa perwakilan massa duduk bersama membicarakan tuntutan mereka.

Dalam pertemuan itu, pihak Bea Cukai mengaku, sudah menyerahkan sepenuhnya data tangkapan atau kasus penemuan trengiling kepada Kejari Belawan.

“Sesuai pernyatan Kabid Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Kanwil Sumut Imron, hasil tangkapan trenggiling sudah diserahkan seluruhnya kepada pihak Kejari Belawan sesuai BAP,” Kata Ketua PMMU Syaharuddin, kepada wartawan usai digelarnya pertemuan dengan Bea Cukai Belawan.

Kemudian, setelah mendapatkan jawaban dari pihak Bea Cukai, puluhan massa melanjutkan aksi demo ke Kantor Kejaksaan Negeri Belawan menuntut hal serupa. Pasalnya, saat pemusnahan dilakukan Kejari Belawan, warga menilai sebagian besar barang bukti telah dihilangkan pihak Kejari Belawan, karena saat pemusnahan barang bukti hanya sedikit daging trenggiling yang dimusnahkan. Bahkan, untuk kulit trenggiling sendiri, tidak terlihat sama sekali.  Sayangnya, tak ada satupun pihak Kejari Belawan yang bersedia memberikan keterangan
Terpisah, Pihak Direktorat Polisi Air Daerah Sumatera Utara (Ditpolairdasu) berhasil menggagalkan penyelundupan hewan trenggiling. Penyelundupan trenggiling melalui jalur laut tersebut berhasil digagalkan petugas Ditpolair saat melakukan patroli rutin, Rabu (28/9) sekitar Pukul 17.30 WIB.(mag-11)

sayangnya, tak ada satupun pihak Kejari Belawan yang bersedia memberikan keterangan prihal hilangnya daging dan kulit trenggiling seperti disuarakan pendemo. Sementara itu, Kasi Intel Kejari Belawan Dedi P Rajagukguk, yang dikonfirmasi mengatakan, pihaknya akan melaporkan tuntutan massa kepada atasannya, “Saya tidak berani memberikan komentar, karena tidak ada petunjuk dari atasan,” katanya.(mag-11)

Puluhan Pelajar SMA Negeri 3 Binjai Kesurupan

Menjerit, Meronta, Hingga tak Sadarkan Diri

BINJAI- Puluhan pelajar SMA kembali kerasukan makhluk halus. Kali ini terjadi di SMA Negeri 3 Binjai, Jalan Padang Sidimpuan, Kelurahan Rambung Barat, Kecamatan Binjai Selatan, Rabu (28/9) pukul 08.30 WIB.
Setidaknya ada 20 pelajar yang kerasukan di SMAN 3 saat berlangsungnya proses belajar mengajar di sekolah tersebut. Akibatnya, sejumlah guru panik dan melarikan siswa yang kerasukan ke ruangan guru.

Keterangan yang dihimpun wartawan Sumut Pos di lokasi kejadian menyebutkan, kesurupan pertama kali dialami seorang siswi kelas XI. Secara spontan, siswi tersebut menjerit-jerit dan pingsan. Para guru berusaha mengangkat siswi yang kesurupan tadi, namun disaat bersamaan, pelajar lain ikut kesurupan sehingga membuat para guru semakin panik.

Guna mengatasi persoalan itu, pihak sekolah memanggil orang pintar  (paranormal) untuk mengobati pelajar yang kesurupan. Tapi, orang pintar yang dipanggil juga kewalahan menyadarkan para pelajar yang kesurupan, karena jumlahnya terus bertambah.

Pelajar yang kesurupan ini pun semakin meronta-ronta dan ingin menyerang satu sama lainnya. Akibat kejadian itu, proses belajar mengajar terpaksa dihentikan dan para guru berusaha menghubungi keluarga pelajar yang kesurupan untuk segera menjemput anaknya.

Orangtua yang melihat anaknya kesurupan langsung menangis dan ada orangtua pelajar yang ikut kesurupan saat hendak membawa pulang anaknya. Guru pun menyuruh para pelajar yang lain untuk pulang ke rumah masing-masing, guna menghindari jumlah korban kerasukan.

“Selama 10 tahun saya mengajar tidak pernah terjadi kesurupan seperti ini,” ucap seorang guru.
Setelah para pelajar pulang, akhirnya para pelajar yang kesurupan disadarkan oleh paranormal yang dipanggil tadi. Sehingga, suasana yang tadinya panik akhirnya perlahan menjadi tenang.

Kesurupan masal yang terjadi di SMA Negeri 3 Binjai, sempat mendapat larangan pihak sekolah untuk diliput. “Bapak dari mana. Tolong ya pak, jangan ambil gambarnya. Kami lagi panik semua ini,” kata seorang guru sembari membawa wartawan Sumut Pos keluar dari ruangan.

Tak sampai disitu, saat wartawan Sumut Pos mengambil foto terhadap pelajar kesurupan lainnya, para guru yang lain juga ikut melarang. “Udah pak, tolong jangan ambil gambarnya. Apa sudah ada izin dari pengawas atau Kepala Sekolah (Kepsek),” larang guru lainnya. (dan)

Kasat Lantas Perlu Dievaluasi

Kasus Lakalantas Tidak Pernah Disidangkan

LUBUK PAKAM- Akibat tidak adanya penanganan serius terhadap kasus kecelakaan lalu lintas yang menyebabkan kematian oleh Satlantas Polres Deli Serdang, mendapat perhatian serius dari berbagai kalangan.
Direktur LBH Medan Nuriono, ketika dikonfirmasi via ponselnya, Rabu (28/9) mengatakan, perlu dilakukan evaluasi terhadap pimpinan di satuan Lalu lintas tersebut.

“Kasat Lantas Polres Deli Serdang AKP M Saleh, perlu dievaluasi bahkan dapat diturunkan apabila terbukati ada unsur kesengajaan tidak melimpahkan berkas perkara kecelakan lalulintas mengakibatkan kematian ke tingkat lebih tinggi (penuntutan).

Dia juga mengatakan, hendaknya kepolisian harus traspran melakukan proses hukum terkait kasus lakalantas yang selama ini terjadi di Deli Serdang.

Seharunya, lanjut dia, selaku penegak hukum tidak boleh demikian, karena kasus tersebut, juga memiliki dasar hukum. “Jika telah ada proses perdamain antara korban dengan tersangka, bukan berarti membatalkan proses hukum. Tetapi perdamain akan menjadi pertimbangan hakim mengambil keputusan nantinya,” jelas Nuriono.
Selain itu, kepolisian seharusnya melakukan penyelidikan dalam setiap kasus lakalantas secara trasparan, sehingga tidak ada kecurigaan. Apabila dalam proses penyelidikan atau penyidikan tidak trasparan, maka sudah sangat pantas jabatan Kasat Lantas di evaluasi. “Bila perlu dicopot,” tegasnya.

Ketua  Indonesia Police Watch (IPW) Neta S Pane, menyatakan, boleh saja pihak kepolisian tidak melimpahkan berkas kasus lakalantas ke Kejaksaan selagi ada proses perdamaian. Tetapi, proses damai itu, posisi kepolisian hanya fasilitator bukan sebagai juru damai.

Namun, tambah Neta, kenyatanya terkadang petugas kepolisian berperan sebagai juru damai. “Nah, disini mungkin yang menjadi dilema serta perlu diwaspadai. Soalnya disini ada celah,” katanya tanpa merinci celah dimaksud.
Sementara itu, Kapolres Deli Serdang AKBP Wawan Munawar, ketika dihubungi via SMS mengaku, masih memproses kasus tersebut. “Masih dalam proses,” ucapnya melalui pesan singkat.

Sebelumnya, Kepala Seksi indak Pidana Umum Kejaksaan Negri Lubuk Pakam, Maria Makdalena Sembiring SH menyatakan, kepolisian hendaknya membuat Surat Pemberitahuan Dimulainya Penyidikan (SPDP) ke Kejaksaan dalam tempo 10 hari, setelah peristiwa terjadi. “tapi sampai sekarang, kami belum pernah menerima pelimpahan berkas kasus lakalantas,” ujarnya.(btr)

Antisipasi Terorisme, Muspida Gelar Rapat Koordinasi

TEBING TINGGI- Dalam menyikapi terjadinya bom di Kota Solo Jawa Tengah beberapa hari lalu, pihak Kepolisian Tebing Tinggi meminta masyarakat Kota Tebing Tinggi, bisa saling menjaga kekondusifan kotanya sendiri dan jangan terpancing oleh provokasi orang yang tidak bertanggung jawab untuk memecah persatuan bangsa dengan hanya memomokkan agama.

Demikian dikatakan Waka Polres Tebing Tinggi Kompol Safwan Khayat, dalam pertemuan dengan unsur masyarakat dan forum koordinasi pimpinan daerah dalam acara penguatan ketahanan masyarakat terhadap isu-isu provokasi dan cipta kondisi kerukunan umat beragama di Gedung Hj Syawiyah Nasution, Jalan Sutomo, Kota Tebing Tinggi, Rabu (28/9) sore.

Dipaparkan Safwan, pihak kepolisian tidak pernah berhenti mensosialisasikan bahaya terorisme dan kriminal ditengah-tengah masyarakat Kota Tebing Tinggi dan wilayah hukum Polres Tebing Tinggi.

“Kegiatan itu terus berjalan, kami (Polisi) tetap mengingatkan masyarakat akan bahaya laten terorisme dan kami meminta kepada aparat desa terkait untuk mendata pendatang baru paling lambat 2×24 jam,” tegas Safwan.
Kasdim 0204/DS Mayor Inf Hendra Wijaya, sangat antisius menanggapi permasalahan terorisme ini, karena terkait dengan peledakan bom di Gereja di Kota Solo, Jawa Tengah.
“Menjadi teroris disebabkan adanya latar belakang, seperti adanya rasa ketidakpuasan terhadap pemerintah atau latar belakang lainnya, hal inilah yang menjadikan orang nekad menjadi seorang teroris,” jelas Hendra .

Kedepan, harapnya, semua lintas sektoral di masyarakat bekerjasama dengan pemerintah setempat, Kepolisian, dan TNI agar dengan cepat bisa mendeteksi secara dini gerekan-gerakan yang mengarah keterorisme.
“Hal pencegahan itu bisa diupayakan dengan disempurnakannya data kartu tanda penduduk (KTP) yang ada didaerah setempat. Sosialisasi ketengah-tengah masyarakat langsung serta memberikan pencerahan agama terkait terorisme merupakan perbuatan yang salah,” papar Hendra.

Dalam dengar pendapat, Ketua Tanfidziah Nahdatul Ulama Kota Tebing Tinggi, Ir Oki Doni Siregar mengatakan, teroris dengan sengaja menciptakan opini bahwa teroris itu berasal dari pondok-pondok pesantren. “Teroris tidak mengenal agama islam secara baik dan benar dan nilai keagamaannya adalah kosong,” terang Oki Doni. (mag-3)

Oknum PNS Ditangkap Jual Togel

MEDAN- M Yusus (41), oknum PNS di Dinas Pertanian Sumut, ditangkap Dit Reskrimum Poldasu karena kedapatan menjual toto gelap (togel), Rabu (28/9).  Yunus ditangkap petugas saat pulang kerja. Dari tangan tersangka, polisi mengamankan satu unit hp berisi transaksi togel dan uang 30 juta dari dalam tasnya.
Kasubdit III, Kompol Andre Setiawan mengaku, penangkapan itu berawal dari laporan masyarakat yang resah dengan aktivitas tersangka menjual togel di tempat ia berkerja.(mag-5)

Truk Bekas Tiba di Belawan

BELAWAN- Sebanyak 51 unit truk bekas asal Singapura tiba di dermaga 007 Gudang Merah Pelabuhan Belawan, Rabu (28/9).
Puluhan truk bekas tersebut, diangkut dengan jasa angkutan kapal MT Intan Daya.
Kasi Penyidikan dan Penindakan (P2) Bea Cukai Belawan, David Johanes mengatakan, pihaknya telah menerima laporan atas masuknya 51 truk bekas asal Singapura tersebut.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan terhadap truk tersebut dan saat ini dokumennya masih kami periksa,” katanya. (mag-11)

Penduduk Sumut Tertinggi Ke-6

MEDAN- Sesuai data sensus penduduk tahun 2010, penduduk Sumut berjumlah 12.985.075 orang. Jumlah itu terdiri dari, laki-laki 6.479.051 orang dan perempuan 6.506.024 orang. Dari data tersebut, Sumut menempati peringkat 6 jumlah penduduk terbanyak di Indonesia.

Data tersebut, dikemukakan Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho melalui Plt Sekdaprovsu Rachmatsyah, pada Seminar “Peran Strategis TNI Dalam Mendukung Inplementasi Masterplan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), di Wisma Benteng Medan, Rabu (28/9). (ari)

Calo CPNS Dilapor ke Polisi

LANGKAT- Hendra Satria (34) PNS, warga Jalan A Yani Gang Budi Lingkungan VI, Kelurahan Kuala Begumit, Kecamatan Binjai, Kabupaten Langkat, dilaporkan ke polisi atas tuduhan telah melakukan tindak penipuan.

Seno Prayetno (21) penduduk Lingkungan V Kelurahan Hinai Kiri, Kecamatan Secanggang, Kabupaten Langkat, terpaksa melaporkannya ke polisi, karena merasa dipermainkan dan ditipu Hendra atas janji akan memasukkan korban menjadi tenaga honorer di Dinas Pendapatan Kabupaten Langkat.

Keterangan diperoleh dari Polres Langkat, Rabu (28/9) menyebutkan, kejadian tersebut berawal dari adanya kesepakatan antara kedua belah pihak beberapa bulan lalu. Akibat aksi tersangka, korban mengalami kerugian Rp21 juta. (mag-4)

Rahudman: Tunggu Tanggal Mainnya

Terkait Desakan Pencopotan Hasan Basri

MEDAN- Desakan agar Kadis Pendidikan Kota Medan Hasan Basri dicopot dari jabatannya terus mencuat. Bahkan, tersiar kabar kalau Pemko Medan telah melayangkan surat ke Unimed untuk melakukan fit and propertest untuk penjaringan kandidat Kadis Pendidikan menggantikan Hasan Basri.

Namun saat kabar tersebut dikonfirmasi langsung ke Wali Kota Medan Rahudman Harahap, dia membantahnya. “Nggak ada itu, tenang-tenang saja . Kan sudah kita atur itu. Pokoknya, yang kau tanyakan, tunggu saja tanggal mainnya,” kata Rahudman Harahap, Rabu (28/9).

Hal senada juga dikatakan Sekda Kota Medan Syaiful Bahri. Dia malah mempertanyakan mengapa surat tersebut bisa keluar dan sampai ke Unimed serta tidak diketahui siapa yang mengirimkan surat tersebut.

Berdasarkan informasi yang dihimpun, Rabu (28/9), Unimed telah menerima surat fit and profer test untuk melakukan penjaringan kandidat pengganti Kadisdik Kota Medan, Hasan Basri. Dalam surat tersebut, Pemko Medan meminta Unimed untuk menyelenggarakan penjaringan dengan ketentuan tertentu sesuai harapan.

Bahkan disebut-sebut, seorang dosen bernama Rajab Lubis menjadi kandidat kuat menggantikan Hasan Basri. “Tidak ada surat itu. Tidak pernah saya tandatangani surat keluar untuk ke Unimed mengenai masalah itu. Tidak ada itu, coba pertanyakan juga asal surat itu. Mungkin bukan saya yang mengeluarkan dan menandatangani. Saya tidak pernah mengeluarkan surat itu,” tegas Syaiful Bahri.

Ketika ditekankan mengenai rencana pergantian Hasan Basri, Syaiful juga enggan memberikan komentar lebih jauh. Bahkan Syaiful mencoba mengalihkan pertanyaan dengan alasan sedang memimpin rapat e-KTP dengan terburu-buru.
“Saya mau mimpin rapat lagi. Saya sudah ditunggu, sudah dulu ya. Jangan bahas itu. Yang jelas, saya tidak tahu-menahu soal itu. Mutasi itu, saya tidak berani komentari,” ungkapnya.
Sementara itu, ditengah desakan publik mengenai sikap dewan dan Pemko Medan menyikapi persoalan siswa sisipan dan kelas siluman yang ditemukan di SMAN 2, SMAN 3 dan SMAN 4, Komisi B DPRD Medan malah terkesan lamban. Komisi B DPRD Medan juga baru menentukan sikap setelah didesak wartawan mengenai sikap tegas DPRD Medan menyikapi persoalan itu. Komisi B juga terkesan melindungi Anggota Komisi B DPRD Medan yang terlibat dalam siswa sisipan itu.
“Setelah melalui rapat pada Selasa (27/9) lalu, sejak pukul 15.00 WIB hingga 19.30 WIB, kita Komisi B DPRD Medan merekomendasikan untuk Kadisdik Hasan Basri diganti. Kita menilai persoalan ini tidak hanya tanggungjawab kepala sekolah, tapi tanggungjawab sepenuhnya berada di pimpinan SKPD yakni Kadisdik Kota Medan Hasan Basri. Kita minta pada wali kota untuk segera melaksanakan rekomendasi ini dengan melakukan pencopotan pada Kadisdik Kota Medan,” kata Ketua Komisi B DPRD Medan Roma Simaremare didampingi Anggota Komisi B Srijati Pohan, Paulus Sinulingga, Khairuddin Salim, M Yusuf, HT Bahrumsyah, Samsul Bahri dan Salman Alfarizi.
Namun, saat disinggung mengenai sikap Komisi B DPRD Medan dalam menyikapi adanya dua oknum anggota Komisi B DPRD Medan berinisial S dan K yang terlibat dalam permasalahan siswa sisipan di SMAN 2 dan SMAN 4, Roma malah menyalahkan Kepala Sekolah dan tidak bisa membuktikan. Bahkan, saat ditanya mengenai adanya bukti memo ke kepala sekolah untuk meloloskan siswa sisipan, menurutnya juga itu hanya persoalan personal bagi Anggota Komisi B bersangkutan yang terlibat dalam masalah itu.
“Itu tidak bisa dibuktikan. Kalau memo itu, kita tidak menemukannya. Karena dalam kunjungan sidak kita ke lapangan tidak menemukannya. Termasuk saat kepala sekolah bersangkutan kita panggil, mereka tidak mau hadir ke dewan,” ungkapnya.
Kadisdik Kota Medan Hasan Basri yang dikonfirmasi mengenai keputusan Komisi B DPRD Medan tersebut menyerahkan semuanya pada Wali Kota Medan. Dia menegaskan, hanya Wali Kota Medan yang memiliki hak untuk mencopot siapapun termasuk dirinya sebagai Kadisdik Kota Medan.
“Kalau itu, untuk apa abang komentari. Itu hak Pak Wali Kota. Soal PSB, di SMAN 2 memang terjadi penambahan kelas dan itu sudah sesuai dengan mekanisme yang berlaku. Soal penambahan kelas di SMAN lain, itu banyak kepentingan di dalamnya. Soal pengakuan kepala sekolah yang saya suruh untuk penambahan kelas itu, tidak benar. Karena tidak pernah, kepala sekolah bersangkutan mengakui hal itu pada saya. Itu tidak benar,” tegasnya.(adl)

Sekda Akui Operator tak Kuasai Teknologi

MEDAN- Sekretaris Daerah (Sekda) Kota Medan Syaiful Bahri mengakui, lambannya penerapan program e-KTP di Kota Medan karena masalah teknologi. Operator di sejumlah kecamatan belum bisa menyambungkan jaringan ke pemerintah pusat.

“Perkembangannya belum maksimal, masalah teknologi masih menjadi kendala. Jadi, kami tekankan agar segera diatasi,” kata Syaiful Bahri kepada wartawan, Rabu (28/9).

Dikatakannya, masalah teknologi ini merupakan hal utama untuk pelaksanaan e-KTP. Jadi, apabila tidak bisa diatasi, maka program tersebut sulit untuk dilaksanakan. Selain itu, masalah lain seperti kesiapan petugas atau operator sudah tidak menjadi kendala utama, karena sebelumnya telah diberikan pelatihan.

“Petugas sudah diberikan pelatihan. Masalahnya, kenapa tidak connect (terhubung) ke pusat,” katanya.
Dijelaskannya, sampai sekarang, kecamatan yang sudah melayani e-KTP baru lima kecamatan yakni Medan Kota, Medan Sunggal, Medan Deli, Medan Tuntungan dan Medan Barat.

“Kapan target seluruh kecamatan sudah bisa melayani e-KTP? Saya belum bisa jawab. Yang pasti, kami mengusahakan agar program ini bisa segera dilaksanakan di seluruh kecamatan,” janjinya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Kadisdukcapil) Kota Medan Darusalam Pohan mengatakan, setiap kecamatan hanya mampu melayani 150 wajib KTP. Dengan demikian, masyarakat harus bersabar menunggu undangan yang akan diberikan pihak kecamatan.

“Masyarakat menunggu undangan saja dari kecamatan, karena masyarakat tidak bisa dilayani bila lebih dari 150 orang per harinya. Jadi masyarakat bersabar saja menunggu undangan, Pemko Medan menjamin yang terdaftar di database pasti di undang,” ujarnya.

Dikatakannya, untuk mekanisme pembuatan e-KTP secara teknis tidak sulit. Masyarakat hanya datang ke kecamatan saja dengan membawa undangan yang sudah ditentukan jadwalnya. “Seluruh data yang diundang ada di database. Setelah di entri dalam waktu dua bulan baru selesai e-KTP karena data akan dikirim kepusat melalui jaringan,” pungkasnya.(adl)