29 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 14587

Bengkel Sepeda Motor Terbakar

LABUHAN- Bengkel sepeda motor H Sahroni (70), di Jalan M Basir Lingkungan VI, Kelurahan Rengas Pulau, Kecamatan Medan Marelan, terbakar, Minggu (18/9).

Keterangan diperoleh, api berasal dari sebuah kompor tungku tampal ban. Akibat kebakaran tersebut, sejumlah peralatan bengkel terbakar, kerugian ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.
Disebutkan, saat itu, Yopi merupakan menantu Sahroni  sedang menambal ban sepeda motor, ketika ban sepeda motor hendak ditambal, kompor tungku tiba-tiba meledak.

Api langsung menyambar bensin eceran dan membakar bengkel tersebut. Untungnya, Yopi sempat menggeser sepeda motor yang sedang ditambalnya.

Warga yang mengetahui peristiwa itu, langsung berusaha memadamkan api dengan air seadanya, sembari menunggu mobil pemadam kebakaran tiba di lokasi. Sekitar setengah jam, 4 unit mobil pemadam kebakaran yang turun ke lokasi, berhasil memadamkan api tersebut. (mag-11)

Dua Pelaku Judi Diringkus

TEBING TINGGI- Dua pelaku judi jenis kim dan togel Ebenezer Sagala (30) warga Jalan SM Raja dan Ruslan Saragih (51) warga Jalan Letda Sujono, Kota Tebing Tinggi, berhasil diringkus aparat kepolisian di dua lokasi berbeda, Sabtu (17/9).
Barang bukti yang berhasil diamankan petugas dari kedua tersangka yaitu, uang senilai Rp15.000, dua buah handphon, kalkulator, kertas rekapan berisi nomor pasangan dan buku tapsir mimpi.

Kasat Reskrim  Polres Tebing Tinggi AKP Lili Astono, ketika dihubungi mengatakan, kedua pelaku merupakan juru tulis (Jurtul). Sedangkan bandarnya, masih dalam pengejaran.

“ Kini sang bandar judi masih dalam pengejaran petugas,” ucap AKP Lili Astono.(mag-3)

Dukun Cabul Gauli Mahasiswi

SERGAI-  Teja Edi Lesmana alias Teja (46) warga Jalan Mengarai, Dusun I, Desa Pematang Bandar, Kecamatan Pematang Bandar, Kabupaten Simalungun, harus berurusan dengan hamba hukum. Soalnya, ayah dua anak ini, diciduk petugas Satreskrim Polres Sergai, atas tuduhan melakukan pencabulan terhadap KA (20) warga Desa Togap Majawa, Kecamatan Tanah Jawa, Kabupaten Simalungun, Sabtu (17/9).

Keterangan dihimpun Sumut Pos, Minggu(18/9) menyebutkan, tersangka telah mencabuli korban berulang kali, hal itu dikatakan atas dasar suka sama suka.

Sedangkan korban mengatakan, perbuatan amoral itu baru pertama kali dilakukan di areal perkebunana kelapa sawit PT Socfindo, persisnya di Desa Liberia, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai.
Disela-sela pemeriksaan petugas, pelaku mengaku, sebelum melakukan hubungan badan dengan korban, selama ini mereka telah berhubungan melalui ponsel.

Sekitar Januari 2011, mereka janjian ketemu dan pelaku menjemput korban di Terminal Amplas mengunakan sepeda motornya.

Diperjalanan, mereka singgah di perkebun kelapa sawit. Saat itu, pelaku merayu korban dan berhasil merenggut kegadisannya hingga berulang kali.  Karena perut mahasiswi perguruan tinggi di Medan itu terus membesar hingga hamil delapan bulan, orang tua korban curiga dan menginterogasi siapa ayah dari janin tersebut.

Awalnya, korban tidak mau menjawab dan berusaha menutupi perbuatannya. Tetapi karena terus didesak, korban mengaku telah berhubungan dengan pelaku yang dikenal sebagai paranormal.

Mendengar kabar itu, orang tuanya tidak senang dan melaporkannya ke Polres Sergai. Kasat Reskrim Polres Sergai AKP TM Lumban Tobing, ketika dikonfrimasi memebenarkan penangkapan tersangka.(mag-15)

Hutan Pantai jadi Kebun Sawit

LANGKAT- Ratusan hektar hutan pantai di Desa Pulau Sembilan, Kecamatan Pangkalan Susu, Langkat, sudah beralih fungsi menjadi kebun kelapa sawit. Padahal, sesuai Perda Tata Ruang Pemkab Langkat, hutan pantai di desa tersebut, ditetapkan sebagai kawasan pariwisata laut (wisata bahari).

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Langkat, Ansyarullah ketika dikonfirmasi belum lama ini mengakui, sesuai peraturan daerah (Perda) No.13/2003 tentang tata ruang, kawasan hutan pantai di Desa Pulau Sembilan, telah ditetapkan menjadi kawasan pariwisata (wisata bahari).
“Sesuai Perda No 13 Tahun 2003 tentang Tata Ruang, hutan pantai di  Desa Pulau Sembilan merupakan kawasan pariwisata bahari,” kata Ansyarullah.

Dengan demikian, tegas dia, kawasan hutan pantai di desa tersebut, tidak boleh dirusak apalagi dialihfungsikan menjadi kebun sawit. Dan, diakui mantan Kepala Dinas Pertanian ini, pihaknya mendengar adanya pihak yang menggarap hutan pantai di Desa Pulau Sembilan serta mengalihfungsikannya menjadi kebun sawit.
“Saya dengar Pemkab sudah pernah menyurati pihak yang menggarap dan mengalihfungsikan hutan pantai di Desa Pulau Sembilan itu. Namun bagaimana kelanjutannya, saya tidak monitor,” urai dia.

Kepala Seksi Pengembangan Sarana Pariwisata, Puan Maharani ketika dikonfirmasi, tidak mengetahui adanya pengalihfungsian kawasan hutan pantai yang telah ditetapkan menjadi kawasan pariwisata tersebut. “Kami belum tahu kalau di sana telah terjadi pengalihfungsian hutan pantai menjadi kebun sawit,” kata Puan.
Disinggung tentang peranan Kantor Pariwisata terhadap kawasan hutan pantai di Desa Pulau Sembilan, Puan mengakui instansinya belum ada melakukan pengelolaan atau penanganan secara khusus di kawasan dimaksud. (ndi)

Tiga Langkah Melawan Kemarau

Musim kemarau yang datang lebih cepat dan berlangsung cukup lama mulai menimbulkan kerugian di kalangan petani. Ribuan hektar lahan pertanian mengalami kekeringan. Produktivitas hasil panen juga dikhawatirkan terganggu karena kurangnya suplai air.

Mengantisipasi kekeringan ini, khususnya di lahan-lahan pertanian di Pulau Jawa, pemerintah di bawah koordinasi kementerian ekonomi telah menyiapkan tiga langkah khusus menjaga ketahanan pangan.
“Kita sudah bicarakan ini dan sudah disiapkan tiga langkah antisipasi,” kata Menko Perekonomian Hatta Rajasa pada wartawan di kantor Presiden, Selasa (13/9) lalu.

Langkah pertama yakni memastikan suplai pangan di masyarakat tetap cukup. Pemerintah menjaga jangan sampai terjadi kekurangan pangan. Untuk langkah ini Perum Bulog sudah menyatakan kesanggupan dan memastikan stok pangan dalam kondisi aman dan harga tetap stabil.

Langkah kedua segera dilakukan gerakan pompanisasi, yakni dengan memompa sumber-sumber air yang mulai kering atau menggali sumber-sumber sumur baru. Untuk gerakan ini diambil dari dana kerawanan pangan yang sudah tersedia sebelumnya.

“Kita punya dana Rp3 triliun. Rp300 miliar sudah untuk puso atau gagal panen. Nanti sisanya kita bisa alokasikan untuk gerakan ini. Sedangkan langkah ketiga adalah dengan hujan buatan,” kata Hatta. (afz/jpnn)

Laporan Keuangan Jadi Momok

Puluhan Calon Direksi BUMD Gagap

MEDAN- Laporan keuangan menjadi momok bagi calon direksi badan usaha milik daerah (BUMD) Pemko Medan. Pasalnya, banyak calon direksi yang gagap membaca laporan keuangan. Hal ini terungkap dari hasil evaluasi yang dilakukan panitia seleksi dari Fakultas Ekonomi USU.

“Dari calon yang ada, banyak yang potensial, tapi banyak yang tak mampu membaca laporan keuangan. Jadi, bagi direksi yang dipilih wali kota nanti, harus mengikuti program lanjutan, seperti membuat dan menganalisis laporan keuangan,” kata Dekan Falkultas Ekonomi (FE) Universitas Sumatera Utara (USU), Jhon Tafbu Ritonga melalui telpon selulernya, Minggu (18/9).

Selain itu, Jhon Tafbu juga mengkritik remunerasi (penghargaan) BUMD Pemko Medan yang sangat rendah. Karenanya, hal ini memungkinkan ada direksi yang telah dilantik akan tidak bergairah bekerja dan mengundurkan diri.
“Saya dengar remunerasi BUMD Medan sangat rendah, mungkin ada yang tidak gairah atau mundur setelah beberapa bulan dilantik, sehingga perlu diganti. Misalnya Dirut PD Pasar, mana mungkin bisa kerja dengan gaji kurang dari Rp10 juta,” katanya.

Namun begitu, Jhon Tafbu menegaskan, Fakultas Ekonomi USU akan terus memberi suport kepada Pemko Medan dalam membenahi BUMD yang ada. “Bahkan, jika disetujui kita akan mendampingi mulai dari perubahan,” bebernya.
Sebelumnya, Jhon Tafbu mengungkapkan, hari ini pihaknya akan menyerahkan hasil evaluasi yang dilakukan terhadap ke-40 calon direksi yang ada. Dari ke-40 calon direksi tersebut, FE USU menyarankan kepada Wali Kota Medan untuk memberdayakan 10 calon direksi yang dianggap layak. Sedangkan 30 calon lain akan tetap mengikuti pengembangan ekonomi bisnis Kota Medan, sesuai tekad dan talentanya masing-masing.

“Setelah mengikuti program pengembangan kepemimpinan, banyak yang merasakan manfaatnya. Dan nanti di Bulan November, akan ada lagi program lanjutan di FE USU,” cetusnya. (adl)

Mendeteksi hingga Sudut Kota

2012, Medan Miliki Peta Digital dengan Akurasi 1:1.000

MEDAN- Kota Medan akan segera memiliki peta digital dengan tingkat akurasi skala 1:1.000 dari pengembangan teknologi Geographic Information System (GIS). Nantinya, struktur Kota Medan, termasuk per kemba ngan infrastruktur di setiap wilayah di Kota Medan, bisa ditata untuk pengelolaan pembangunan Kota Medan.

“Tahun 2012, kita sudah bisa memiliki peta digital. Jadi, kita sudah bisa memiliki peta akurat mengenai Kota Medan. Termasuk segala hal di dalamnya, apakah itu infrastruktur dan lainnya. Dengan adanya peta digital ini, Pemko Medan akan lebih bisa menata pembangunan Kota Medan secara akurat,” ujar Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Medann Zulkarnain kepada wartawan, akhir pekan lalu.

Dikatakan Zulkarnain, peta digital itu akan diperoleh dari pengembangan teknologi GIS. Sedangkan GIS, direncanakan akan dipadukan dengan program SCBD Pemko Medan dengan seluruh jaringan dari masing-masing SKPD secara online.
“Untuk GIS, kita sudah memiliki tim teknis yang terdiri dari ahli tata kota, ahli planologi dan lainnya untuk mengelola itu.

Seluruh ahli itu ada pada staf kita di Bappeda termasuk Dinas Tata Ruang dan Tata Kota (TRTB) Kota Medan. Kita sedang mempersiapkannya,” ucapnya.

Lanjut Zulkarnain, pengembangan akan dilakukan melalui pengadaan teknologi GIS oleh pihak ketiga. Untuk itu, saat ini pihaknya sedang merancang dan mempersiapkan panitia teknis pelaksana tender pengadaan barang dan jasa.
“Pengadaan GIS ini, kita anggarkan dengan pagu Rp5 miliar. Memang, biaya cukup besar, tapi pemanfaatannya juga sangat besar dan luas. Kalau pun kita beli, peta digital itu harganya sekitar Rp7 miliar. Itu pun hanya akurasi skala 1:10.000. GIS yang kita kembangkan ini memiliki akurasi skala 1:1000, bayangkan saja. Kita bisa melihat satu kelurahan secara jelas,” jelasnya.

Dari GIS itu, tambah Zul, Kota Medan dapat memantau setiap hari perkembangan setiap sudut kota. Bahkan, dengan akurasi kemampuan peta digital itu, Kota Medan dapat dipantau hingga ke kelurahannya, jadi seluruhnya bisa terpantau termasuk bangunan dan infrastruktur lain.

“Tendernya sendiri, akan tuntas di 2011 ini. Karena dari tiga bulan kerja efektif ini. Kita perkirakan GIS ini bisa tuntas di akhir 2011, dan dapat digunakan pada 2012. Jadi di 2012, Pak Wali bisa memantau melalui peta ini saja untuk mengamati seluruh Kota Medan,” cetusnya.

Selain itu, jelas Zulkarnain, pemanfaatan lain seperti PBB juga akan semakin dimaksimalkan. Sebab, peta digital ini bisa memantau struktur bangunan secara jelas. Jadi, jika ada perubahan terhadap luas bangunan, namun pajak PBBnya tetap tarif lama maka akan terdeteksi.

“Jadi, kalau bangunan dahulunya hanya satu lantai. Namun, saat ini bangunan itu sudah berlantai 3 dan megah. Maka, PBB-nya juga harus ditingkatkan lebih besar. Tapi selama ini, hal-hal seperti ini sulit terdeksi. Dengan peta digital ini, nantinya seluruhnya dapat diketahui. Jadi, tidak bisa main-main lagi,” ungkapnya.

Dijelaskannya, sejak 2011 PBB sudah disentralisasi menjadi pajak daerah oleh pemerintah pusat. Untuk Kota Medan, penerapannya baru bisa di 2012, maka PBB menjadi pajak daerah akan lebih maksimal, dengan ini pihaknya optimis APBD Kota Medan akan terus meningkat.

“Itu untuk PBB saja, belum lagi untuk Dinas TRTB hingga Badan Pertanahan dan penerapan NJOP nilai tanah. Tidak bisa lagi main-main. Selain itu juga, Kelurahan maupun Kecamatan juga akan memiliki peta lebih akurat mengenai wilayahnya. Tidak seperti selama ini yang hanya peta buta gambar buatan tangan. Jadi, kalau sudah ada peta digital, camat bisa memantau wilayahnya lebih baik. Kita juga akan padukan teknologi ini dengan SCBD, yang mana setiap SKPD akan langsung terhubung secara online,” tegasnya.(adl)

Gatot Pujo Nugroho Jadi Gatot Kaca

MEDAN- Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho berubah menjadi seorang tokoh pewayangan, Gatot Kaca. Berubahnya Plt Gubsu menjadi Gatot Kaca, karena dia ditodong masyarakat Jawa Sumut untuk memerankan tokoh itu pada acara halal bi halal dan silaturahmi warga Jawa di Padepokan Agung Tunggal Roso Nusantoro, Patumbak, Deli Serdang, Minggu (18/9).

Lawan main Gatot tak lain adalah Kepala Dinas Pertanian Sumut M Roem yang memerankan tokoh seorang raja, yang menjadi musuh Gatot Kaca. Ribuan warga turut larut dalam lakon yang dimainkan Mantan Ketua DPW PKS Sumut tersebut.

Dalam cerita itu, dikisahkan perjuangan Gatot Kaca dalam merebut kekuasaan dari raja-raja yang menguasai wilayahnya dengan kezaliman. Namun, tetap saja kebenaran akan mengalahkan kesalahan. Akhirnya, Gatot Kaca pun menang dan seluruh lawan tunduk kepadanya. “Maka dari itu, mari kita bersama-sama membangun Sumatera Utara,” katanya sembari mengajak enam raja yang dikalahkannya.

Pada kesempatan itu, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho mengajak Suku Jawa di Sumatera Utara memberikan kontribusi bagi pembangunan.

Karena berdasarkan data statistik 2008 lalu, Suku Jawa di Sumut terbesar hingga mencapai 33,6 persen. Namun pada kenyataannya, kontribusi pembangunan yang diberikan tidak sesignifikan yang dirasakan atau dengan kata lain tidak sebanding.

“Banyak warga Jawa sudah sampai pada jenjang tertinggi. Tentu ini jadi sebuah modal,” kata Gatot.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua  Majelis Agung Padepokan tersebut, Darmono mengungkapkan, saat ini ada 36 paguyuban warga Jawa di Sumut. “Sudah ada 36 paguyuban warga jawa dan ada friksi yang harus diayomi, dan perlu dibentuk wadah yang diharapkan mmpu menjadi alat pemersatu,” katanya.(ari)

Guru PAUD Harus Sarjana

Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di Medan masih memprihatinkan. Pasalnya, kualifikasi pendidikan tenaga pendidiknya masih belum memenuhi kualifikasi yakni sarjana (S1). Jadi, apa yang perlu dilakukann
untuk meningkatkannya? Berikut wawancara wartawan koran ini Rahmat Sazaly dengan Ketua Dewan Pendidikan Medan Mutsyuhito Solin, Minggu (18/9).

Apa yang mendasari pentingnya tenaga pendidik dengan gelar sarjana?
Sesuai UU No 20/2003 tentang Standar Pendidikan dan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19/2005 tentang Standar Nasional Pendidikan maka kualifikasi pendidikan minimal S1. Untuk itu, para pengelola PAUD harus segera memperbaiki keadaan ini.

Apa langkah yang harusnya dilakukan pemerintah maupun pengelola PAUD sendiiri?
Tentunya pemenuhan kualifikasi pendidikan PAUD yang petunjuk dan arahannya sudah ada dari Pemerintah Pusat. Sebab, program PAUD dengan program lainnya berbeda.

Usia 0-4 tahun merupakan masa emas dalam mengembangkan kecerdasan anak. Jika salah dalam mengembangkannya maka akan berpengaruh terhadap kemampuannya di masa yang akan datang.
Dengan melakukan pelatihan yang berkaitan dengan kurikulum, model dan bahan ajar bagi anak bisa memberikan pengetahuan yang pantas. Pengembangan proses belajar anak usia dini yang baik akan menghasilkan anak anak yang berkualitas.

Dengan apa para pendidik ini melakukan hal tersebut?
Melalui model, berupa sarana pembelajaran yang menyenangkan, nyaman, serta interaksi belajar dengan lebih banyak bermain. Sebab, anak-anak usia seperti ini tak bisa dipaksakan dengan hal yang sifatnya serius seperti di SD. Jadi mereka harus diajak belajar sambil bermain yang merangsang kecerdasannya.

Apa yang menjadikan kondisi di lapangan sangat kekurangan guru dengan kualifikasi yang dibutuhkan?
Memang banyak PAUD maupun TK yang ketersediaan tenaga guru S1-nya masih sedikit. Padahal, pengetahuan di bidang PAUD sangat penting. Makanya, paling tidak pembelajaran dan diklat itu harus sering dibuat agar membantu meningkatkan pemahaman gurunya. (*)

Rp3 Triliun untuk Bencana Kekeringan

JAKARTA-Pemerintah mengalokasikan dana Rp3 triliun untuk mengantisipasi bencana kekeringan akibat perubahan cuaca yang melanda sebagian Indonesia.

Dana sebesar itu dialokasikan untuk program jangka pendek dan jangka panjang yang dicanangkan oleh pemerintah.
“BMKG telah memperkirakan kemarau terjadi sampai akhir Oktober atau awal November,” kata Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menkokesra) Agung Laksono saat memberikan keterangan pers di kantornya, Selasa (13/9) lalu.
Agung mengakui, beberapa tempat di Indonesia telah mengalami krisis  kekeringan air bersih sehingga perlu adanya langkah-langkah agar tidak terjadi dampak buruk di masyarakat. Untuk langkah jangka pendek, kata dia, pemerintah melakukan sosialisasi dan efisiensi penggunaan air di seluruh tanah air.

Sosialisasi, ini kata Agung, tidak hanya dilakukan di daerah yang dilanda kekeringan tapi juga daerah yang masih menyimpan banyak cadangan air seperti, daerah Pantai Utara Jawa. “Efisiensi perlu dilakukan melalui pemerintah kabupaten dan kota,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga akan meminta masyarakat untuk mencari sumber mata air baru dengan menggali sumur dibeberapa tempat serta memanfaatkan teknologi modifikasi cuaca (hujan buatan).
Hujan buatan lanjut Agung, selain untuk antisipasi kebakaran hutan yang telah dilakukan di Provinsi Sumatera Selatan, juga ditujukan  untuk daerah yang dilanda bencana kekeringan “Tidak semua daerah dilakukan hujan buatan, biayanya agak mahal,” ucapnya.

Sementara untuk langkah  jangka panjang, tambah Agung, pemerintah mencanangkan program divertifikasi pangan, perencanaan pengelolaan air yang memanfaatkan debit air sungai serta kerjasama dengan gerakan penghijauan. Karena menurut Agung, program jangka panjang memerlukan situasi keseimbangan dengan sistem ekologi di Indonesia.
Selanjutnya, pemerintah melalui Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) akan membuat peta indeks rawan bencana. Dalam peta itu nantinya, akan disertakan simbol warna merah, kuning, maupun hijau untuk menunjukan tingkat kekeringan daerah tersebut saat mengalami kemarau.

“Ini dilakukan konferhensif oleh  pemerintah melalui BNPB dengan  menyusun peta indeks resiko bencana ,” tandas Agung. (kyd/jpnn)