25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14596

Bawa Kabur Anak Gadis Orang

Bowo tak menyangka jika aksi nekatnya membawa kabur kekasih pujaan hatinya, sebut saja namanya Siti (19) warga Jalan Pelita VI, Medan, mengakibatkan dirinya menikmati dinginnya sel penjara Polresta Medan. Bowo yang tinggal di Jalan Pelita I Medan ini ditangkap orang tua Siti saat berduaan di dalam kamar kosnya.

Bowo pun selanjutnya digelandang ke Mapolresta Medan, Jumat (16/9) Bowo mengaku mekat membawa kabur kekasihnya itu, karena orang tua Siti menolak pinangannya pada pertengahan Ramadan lalu. “Kami sudah lama pacaran, orang tuanya pun tahu soal hubungan kami,” kata Bowo yang ditemui wartawan di Mapolresta Medan.

Tepat pertengahan Ramadan lalu, Bowo pun berniat meminang Siti untuk menjadi istrinya. “Kedua orangtuaku sudah datang ke rumahnya, tujuan kami untuk meminang Siti,” terangnya. Namun, niat Bowo dan keluarganya itu urung, karena orangtua Siti meminta uang lamaran yang terkesan memeras. “Terang saja orangtuaku nggak sanggup, orangtuanya minta uang lamarannya Rp20 juta,” katanya.

Di situ, Siti yang sangat mencintai Bowo, memilih untuk kabur dari rumah orangtuanya. Naas, aksi nekat bowo tersebut menyeretnya ke dalam sel tahanan, Jumat dini hari kemarin, kedua orangtua Siti menggrebek rumah kos yang dijadikan Bowo sebagai tempat pelarian. “Orangtuanya datang, mereka marah-marah, bahkan Siti juga dipukuli orangtuanya,” tambahnya.

Lanjutnya ia pun digalandang ke Mapolresta Medan, saat itu juga Bowo dilaporkan atas dugaan kasus telah melarikan anak gadis orang. “Aku dilaporkan karena telah melarikan Siti,” ujar Bowo. Hingga kini, Bowo masih menjalani pemeriksaan di ruang juru periksa unit Jahtanras Polresta Medan.(mag-7)

Buntut Pertengkaran Ketua DPRD Medan dan Sekretaris Komisi A

BKD Tunggu Laporan Amiruddin

MEDAN- Badan Kehormatan Dewan (BKD) DPRD Medan mengaku belum menerima laporan, baik tertulis maupun lisan terkait pertengkaran antara Ketua DPRD Medan Amiruddin dengan Sekretaris Komisi A DPRD Medan Burhanuddin Sitepu.

Ketua BKD DPRD Medan Jan Lie mengatakan, sampai sekarang pihaknya belum ada menerima laporan dalam bentuk apapun dari salah satu pihak yang terlibat dalam pertengkaran pada rapat Badan Anggaran (Banggar) beberapa waktu lalu.
“Sampai sekarang, setelah peristiwa tersebut, tidak ada laporan sama sekali baik langsung atau melalui surat,” katanya, Jumat (16/9).

Dengan begitu, lanjut Jan Lie, sampai sekarang pihaknya belum melakukan proses apapun. Apabila ada laporan, pasti akan segera ditanggapi sesuai prosedur yang ada “Kami tidak bisa melakukan proses apapun tanpa ada laporan,” ujarnya.

Terkait lamanya waktu pelaporan, Jan Lie mengatakan, tidak ada pembatasan waktu dari masa kejadian. Jadi, walaupun laporan disampaikan beberapa bulan ke depan, pihaknya akan tetap menerimanya.

“Tidak ada deadline untuk melaporkan satu peristiwa. Siapapun bisa melakukan pelaporan dan BKD akan memprosesnya,” cetusnya.
Untuk itu, atas kejadian tersebut, BKD DPRD Medan siap menungu laporannya masuk untuk segera di proses. “BKD tidak punya hak untuk memberikan sanksi sampai pemecetan, itu harus dengan rekomendasi,” bebernya.

Ketua DPRD Medan Amiruddin sebelumnya mengatakan, akan segera membuat laporan ke BKD dengan menanyakan prosedurnya terlebih dahulu ke Sekretaris Dewan (Sekwan).

“Saya akan melapor ke BKD karena Burhanuddin benar-benar sudah mempermalukan dewan. Tapi sebelumnya saya akan menanyakan sekwan soal prosedur penulisan laporan,” katanya.
Selanjutnya, laporan tertulis yang akan disampaikannya diharapkan bisa ditindaklanjutin oleh BKD. Pasalnya, dia menilai persoalan ini mengganggu kinerja DPRD Medan.

Secara internal partai, dia berharap laporan tertulis ini bisa menjadi bahan evaluasi atas sikap Burhanuddin sesuai dengan aturan partai. “Partai diharapkan memeriksanya berdasarkan aturan,” pungkasnya.(adl)

Mantan Menkumham Jadi Imam Salat Jumat

MEDAN- Ratusan jamaah menghadiri pelaksanaan ibadah salat Jumat darurat di depan reruntuhan Masjid Al Ikhlas, di Jalan Timor Medan,Jumat (16/9).
Pelaksanaan salat Jumat darurat ini, sudah berlangsung sejak bulan Mei lalu, karena sejak bulan itu, masjid Al Ikhlas telah dirobohkan.

Pun begitu, jamaah masjid Al Ikhlas tetap bersemangat melaksanakan ibadah salat Jumat. Apalagi pada kesempatan ini, hadir mantan Menteri Hukum dan HAM (Menkumham) Yusril Ihza Mahendra sebagai khatib merangkap imam salat Jumat.
Pada kesempatan itu, Yusril meminta masyarakat untuk bersabar dan tidak terpancing dengan perobohan masjid. Ia menilai, persoalan agama sangat sensitif, sehingga masalah ini harus diselasai secara bijaksana.

“Kita jangan terpancing dengan hancurnya masjid ini, kita tak ingin Medan seperti kota-kota lain yang terjadi konflik horizontal dan pesoalan-soalan agama ini, sangat sensitif sehingga penyelesaiannya harus bikjasana tidak ada yang harus dirugikan,” ucap yusril usai salat Jumat.
Dia mengatakan, memang saat ini sudah terlanjur masjid tersebut hancur. Untuk itu kedepannya, dalam menyelesaikan permasalahan ini, harus mengedepankan mediasi dalam mpenyelesaian masalah tersebut.

“Dalam menyelesaikan permaslahan ini, sangat dibutuhkan musyawarah, dan saya selaku pribadi mengajak pemerintah daerah dan pusat untuk mengambil jalan keluar, yang dapat diterima dan memuaskan kedua belah pihak. Saya juga meminta kepada pemko, pemprov dan pemerintah pusat, untuk mengambil tindakkan agar permasalahan ini tidak berlarut-larut, hingga menjadi konflik, yang tidak diinginkan,” ungkap Yusril.

Yusril menilai, ada kesalahan dalam perobohan masjid. Seharusnya, sebelum perobohan masjid dilakukan, terlebih dahulu dibarengi mediasi, sehingga dapat memuaskan kedua belah pihak.(mag-7)

Mulai Jaga Sikap

Happy Salma

Menikah dengan Cokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa membuat Happy Salma jadi salah satu bagian dari bangsawan Bali.

Perempuan asal Sukabumi itu mendapat gelar jero wanasari yang berarti gadis dari hutan-hutan.
Menurut Happy, jadi bagian dari bangsawan Bali membuatnya harus bisa menjaga sikap. “Harus jaga sikap pasti. Di mana pun harus jaga sikap tapi, bukan karena dapat gelar kebangsawanan aku jadi jaga sikap, sebelumnya pun semua orang memang harus bisa menjaga sikap,” tutur Happy.

Padahal, Happy mengatakan, sebelum menikah, dirinya termasuk perempuan yang tomboi. “Ya, suka panjat-panjat pohon. Tapi, itu masa lalu,” ujarnya, lantas tertawa.

Kini bintang film True Love tersebut memiliki tanggung jawab kepada keluarga. Karena itu, Happy menghentikan tawaran bermain sinetron. Happy tak lagi mengejar materi. “Kalau saya kurang waktu buat keluarga, jadinya bagaimana,” ungkap dia.

Happy mundur dari dunia sinetron stripping karena tak ingin terlalu banyak menghabiskan waktu di lokasi syuting. Dia pun memilih FTV saja. “Masalahnya, kalau sinetron, satu episode bisa beberapa hari,” imbuhnya. (c10/agm/jpnn)

RS Haji Akan Diambil Alih Pemprovsu

Adanya wacana pengalihan RS Haji Medan ke tangan Pemprovsu, tergantung keputusan pihak yayasan. Hal itu diucapkan Direktur RS Haji Medan dr HMP Siregar SKM, Jumat (16/9) siang,
di ruang kerjanya.

“Dikelola Pemda atau tidak (Yayasan), bagi saya itu tidak masalah. Yang terpenting rumah sakit ini tetap memberikan pelayanan terbaik bagi siapa pun,” kata dr HMP Siregar.
Lebih lanjut diterangkannya, yang memiliki wewenang atas pengambil alihan rumah sakit yakni yayasan. Selain itu tambahnya, pihaknya mengharapkan jika rumah sakit tersebut diambil alih Pemprovsu, seluruh pegawai yang berjumlah 493 orang, termasuk dokter dan perawat, diharapkan lebih sejahtera. “Memang, perhatian pemerintah dalam kemajuan rumah sakit dinilai minim. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya bantuan yang diberikan oleh Pemprovsu,” kata HMP Siregar.

Tahun lalu, sambungnya, ada sekitar Rp7 miliar bantuan yang diterima. Itu pun dalam bentuk alat kesehatan (Alkes, red) yang diterima dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumut. Sedangkan untuk tahun ini, tidak ada sama sekali.

HMP Siregar menegaskan, perlu perhatian lebih dari Pemda, mengingat pengurus rumah sakit ini orang-orangnya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI), Kementrian Agama (Kemenag) dan IPHI (Ikatan Pesaudaraan Haji Indonesia).

Wacana pengalihan ini, sebutnya, sudah didengar pihaknya saat melakukan rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi E DPRDSU 23 Agustus 2011 lalu. “Mereka (Anggota Komisi E DPRDSU, red) mengaku sudah ketemu dengan Gubernur dan menerangkan wacana pengambil alihan rumah sakit ke Pemprovsu,” tuturnya.(jon)

Tewas dengan Leher Nyaris Putus

MEDAN- Sesosok mayat pria dengan kondisi membusuk ditemukan di pinggir jalan tepatnya di kebun sawit menuju Afdeling II Kebun PTPN IV Adolina, Pantai Cermin, Batang Terap, Perbaungan, Serdang Bedagai, Jumat (16/9).
Untuk keperluan penyelidikan selanjutnya, mayat pria itu dibawa petugas Polsekta Perbaungan ke RSUD dr Pirngadi Medan.

Informasi diperoleh, jenazah pria yang tidak diketahui identitasnya ini, pertama kali ditemukan warga yang melintas areal perkebunan, sekitar pukul 10.00 WIB pagi, dengan terbungkus tilam berwarna merah serta dimasukkan kedalam drum plastik viber warna biru dan ditutupi tanah. Tidak hanya itu, kondisi mayat ini juga ditemukan dalam keadaan tangan dan kaki terikat dan leher hampir putus karena terikat tali nilon warna hijau.

Brigadir A Marbun, petugas Polsekta Perbaungan mengatakan, diduga jenazah pria tanpa identitas diperkirakan berusia 35 tahun. “Diduga pria tanpa identitas ini korban pembunuhan, karena pada leher korban juga ditemukan bekas gorokan. Jenazah pria ini, diperkirakan sudah membusuk sekitar tiga hari lalu,” katanya ketika ditemui di ruang kamar mayat RSUD dr Pirngadi Medan.

Diterangkannya, warga dilokasi kejadian saat itu heboh dengan penemuan tersebut dan langsung menghubungi petugas saat itu. Brigadir Marbun, selaku penyelidik menuturkan, saat ini sudah tiga orang saksi yang diperiksa terkait penemuan itu. (jon/mag-15)

Pengusaha Elektronik Ditipu Pembeli

MEDAN-Modus penipuan melalui barang elektronik kredit kembali terjadi. Kali ini menimpa pemilik toko barang elektronik di Jalan Kol Yos Sudarso, Kelurahan Pulo Brayan, tepatnya di Pasar Brayan. Akibat penipuan ini, Ridwan (35) pemilik toko elektronik tersebut merugi hingga puluhan juta rupiah.

Menurut Ridwan, yang merupakan warga Jalan Rakyat, Medan Timur, kejadian ini terjadi pada Mei 2011 lalu. Saat itu dia didatangi dua orang yang mengaku akan membeli barang-barang elektronik secara kredit.

“Saya yakinnya, dia menunjukan semua kelengkapan adminisrasi dan sebagai penjual, saya tidak menaruh curiga, apalagi saat ia mengaku bekerja sebagai karyawan asuransi swasta,” ujarnya.
Setelah surat perjanjian kredit disetujui, korban memberikan barang elektronik yang dipesan pelaku. Dan yang lebih meyakinkan lagi, pembeli yang mengaku kepada korban tinggal di kawasan Helvetia ini, memberikan pembayaran cicilan pertama atas barang yang dibelinya.

Namun aksi penipuan ini, mulai terkuak tatkala di bulan kedua, pembeli ini sama sekali tidak ada kabar untuk membayarkan cicilannya, dan hal itu berlangsung secara terus menerus hingga bulan keempat. (mag-7)

Terus Melawan, Antasari Azhar Luncurkan Buku dari Balik Penjara

Dikawal Tiga Srikandi, Mengaku Dekat Keluarga Cendana

Perlawanan mantan Ketua KPK Antasari Azhar belum berakhir. Setelah mengajukan peninjauan kembali (PK), sosok kontroversial itu akan menerbitkan sejumlah buku karangannya dari balik penjara. Salah satu buku diluncurkan kemarin (15/9) di Jakarta. Judulnya: Testimoni Antasari Azhar untuk Hukum dan Keadilan.

AGUNG PUTU-SEKARING R., Jakarta

Antasari Azhar dan keluarga Cendana ternyata memiliki hubungan yang cukup baik. Bahkan, Antasari sangat menghormati sosok almarhum mantan Presiden Soeharto. Karena itu, tidak heran jika dia mendukung pembatalan semua proses hukum terhadap Soeharto dan menganggap biasa gagalnya eksekusi terhadap Tommy Soeharto.
Sebelum menjadi ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari malang melintang menjadi jaksa. Namanya mencuat saat menjabat kepala Kejaksaan Negeri (Kejari) Jakarta Selatan. Namun, mencuatnya nama Antasari bukan karena prestasi, tapi karena kegagalannya mengeksekusi Tommy Soeharto yang kabur duluan setelah grasinya ditolak Presiden Abdurrahman Wahid.

Tommy ketika itu menjadi terpidana kasus korupsi tukar guling Goro-Bulog  Pada 27 September 2000, Mahkamah Agung (MA) dalam putusan kasasinya menyatakan Tommy serta Ricardo Gelael bersalah dan dihukum 18 bulan penjara dengan ganti rugi Rp 30,6 miliar serta denda Rp 10 juta. Seminggu setelah itu, Tommy dan Ricardo mengajukan grasi, tapi ditolak.

Karena grasi sudah ditolak, putusan kasasi sudah berkekuatan hukum tetap alias inkracht. Tommy harus dibui. Namun, karena terlau sore mendatangi rumah Tommy, Kejari Jakarta Selatan gagal menyeret Tommy ke hotel prodeo. Antasari malah menyalahkan media karena terlalu cepat memberitakan penolakan grasi Tommy.

“Saya baru menerima putusan pengadilan atas perkara Tommy pukul lima sore. Sebelum pukul lima sore, koran sudah memuat Tommy dihukum. Sebelum saya turun ke lapangan, Tommy sudah tidak ada di rumah. Dia pergi karena koran sudah memberitakan duluan bahwa Tommy dihukum,” kata Antasari dalam buku tersebut.

Antasari kembali berurusan dengan keluarga Cendana pada 2001. Ketika itu, mantan Presiden Soeharto akan dibawa ke meja hijau terkait kasus-kasus korupsi. Namun, kasus tersebut akhirnya tidak dilanjutkan karena tim kedokteran yang ditunjuk Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan menyatakan Soeharto menderita kerusakan otak permanen.

“Saya melihat dan yakin apa yang dikatakan dokter tentang sakit permanen. Dokter menyatakan A, Pak Harto menjawab B. Saat itu, rasa keadilan saya tersentuh. Hukum tidak berhenti pada kebenaran, tapi bermuara pada keadilan,” tulisnya.

Antasari saat itu memang terlibat dalam pusaran kasus keluarga Cendana. Sebab, pada kurun 2000-2007, dia menjadi kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan. Bahkan, saat hendak memeriksa Soeharto, dia dipaksa Tutut (putri sulung Soeharto) untuk menandatangani surat kesediaan bertanggung jawab jika terjadi apa-apa terhadap Soeharto.

“Di situlah saya melihat dan menyaksikan. Dari rumah di Jalan Cendana, saya didampingi Tutut. Saya jemput Pak Harto, saya ketok kamarnya. Setelah saya lihat kondisi Pak Harto, nurani saya muncul,” ungkapnya dalam buku tersebut.

Kedekatan dengan keluarga Cendana hanya sekelumit kisah yang dibeberkan Antasari dalam buku yang dia tulis. Buku setebal 539 halaman itu diluncurkan kemarin di hall Arifin Panigoro di Universitas Al Azhar, Jakarta Selatan. Antasari tidak hadir karena harus dibui di Lapas Kelas I Tangerang. Dia diwakili istrinya, Ida Laksmiwati, serta dua putrinya, Andita Dianoctora Antasariputri dan Ajeng Oktarifka Antasariputri.

Hadir pula dalam peluncuran buku tersebut advokat Maqdir Ismail, artis Pong Hardjatmo, politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Fachry Hamzah, politikus Hati Nurani Rakyat (Hanura) Akbar Faisal dan Permadi, serta Jimly Asshiddiqie.

Jimly menjadi satu-satunya pembicara dalam acara peluncuran buku tersebut. Dia kembali menegaskan bahwa Antasari tidak bersalah. Mantan jaksa kelahiran Pangkal Pinang, Bangka, itu adalah korban peradilan sesat. “Kalau saya jadi hakimnya, saya akan bebaskan Antasari karena memang dia sama sekali tidak bersalah,” tegas Jimly lantas disambut tepuk tangan hadirin.

Sayangnya, buku tersebut tidak ditulis Antasari sendiri. Buku itu ditulis Servas Pandur dengan menuliskan kutipan-kutipan dari Antasari melalui wawancara di Lapas Tangerang.

Ida Laksmiwati menyatakan, Servas hanya membantu menulis. Semua bahan dan draf tulisan berasal dari Antasari. “Sebab, kan di penjara tidak bisa membawa komputer. Semua bahan ditulis bapak di kertas selama enam bulan di penjara. Kertas-kertas itu kemudian diverifikasi dengan data dan ditulis ulang,” jelasnya.

Masih banyak kisah lainnya. Yang paling seru tentu saja dugaan rekayasa kasus pembunuhan bos PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen. Karena dianggap aktor intelektual, Antasari diganjar hukuman 18 tahun penjara.

Sebelum ditahan, ada beberapa kasus yang ditangani Antasari saat masih menjabat ketua KPK. Di antaranya, kasus pengadaan alat penghitungan suara cepat di Komisi Pemilihan Umum (KPU) serta dugaan pejabat KPK yang menerima suap. “Saya tidak tahu yang terlibat dalam kasus IT KPU itu siapa. Tiba-tiba saja saya sudah ditahan,” tulisnya.

Buku tersebut menjadi media pembelaan Antasari. Selain kedekatan dengan keluarga Cendana, dia mengungkapkan kronologi rekayasa kasus Bibit-Chandra yang heboh dengan cicak versus buaya serta kejanggalan-kejanggalan pembunuhan Nasrudin.

Dalam kasus Bibit-Chandra, Antasari kembali menyatakan bahwa rekaman pembicaraan dengan Anggoro Widjojo di Singapura tidak menyebut nama dua komisioner KPK itu sebagai penerima suap, tapi oknum berinisial AR dan MJ.

Dalam wawancara Jawa Pos (Grup Sumut Pos) dengan Antasari di Lapas Tangerang, dia tidak menyalahkan saat Jawa Pos menyebut dua oknum itu adalah Ade Rahardja (deputi penindakan KPK) dan M Jasin, salah seorang pimpinan KPK. “Saya baru mau kumpulkan bukti, ternyata saya sudah ditahan,” kata Antasari.

Ida menuturkan, buku tersebut hanyalah awal. Suaminya masih menyiapkan seri buku-buku lainnya. Tapi, temanya tidak akan serius seperti buku yang sekarang. “Masih ada tiga lainnya. Tapi, nanti isinya tentang komedi,” ungkap perempuan kelahiran Malang, Jawa Timur, itu.

Peluncuran buku tersebut juga menjadi penanda kekompakan keluarga Antasari setelah sang kepala keluarga dipenjara. Sebab, hampir semua teknis penerbitan dan peluncuran dikerjakan dua putri Antasari, Andita, 27, dan Ajeng, 25. Mereka berdua harus hilir mudik mengurusi undangan, stok buku di toko-toko, dan launching kemarin (15/9). “Kami dibantu teman-teman papa juga. Kebetulan, yang punya penerbit ini teman papa,” kata Ajeng.

Ida, Andita, dan Ajeng kini menjadi tiga srikandi pembela Antasari. Mereka bertiga saling berbagi peran menggalang dukungan. Ida kebagian tugas urusan domestik seperti menyiapkan makanan dan pakaian untuk Antasari. “Ibu urusan domestik, saya sama kakak urusan luar negeri,” ujar Ajeng lantas terkekeh.

Andita menuturkan, Ajeng-lah yang paling banyak berperan dalam setiap kegiatan terkait dengan Antasari. Sebab, dia lebih punya waktu luang. Saat ini, kuliah S-2 dia di Universitas Trisakti hampir rampung. Tinggal menyelesaikan tesis. “Kalau saya, kan sudah bekerja,” kata Andita yang berprofesi sebagai dokter umum di sebuah perusahaan asuransi kesehatan itu.

“Kami sudah kangen papa kembali ke rumah bersama kami. Memang, setiap hari kami bisa mengunjungi papa di penjara. Tapi, semua dibatasi waktu dan tidak bisa leluasa. Semoga yang kami lakukan bisa membuat papa bebas,” tutur Ajeng. (c5/kum/jpnn)

Rumah Kos SPG Plaza Medan Fair Terbakar

MEDAN- Satu Unit rumah berlantai II di Jalan Iskandar Muda Baru, Gang Mesjid, Keluruhan Sei Putih II, Kecamatan Medan Petisah, ludes terbakar, Jum’at (16/9) siang sekitar pukul 14.30 WIB.
Rumah berlantai II ini, merupakan kos-kosan yang ditempati Sales Promotion Girls (SPG) Plaza Medan Fair. Dugaan sementara, api berasal dari kompor gas yang meledak dari dapur rumah tersebut.

Informasi yang dihimpun Sumut Pos dilokasi kebakaran menyebutkan, rumah tersebut milik Devi (38). Saat itu, pemilik rumah sedang memasak untuk keperluan berjualan bakso di depan Plaza Medan Fair. Entah apa penyebabnya, tiba-tiba kompor meledak dan membakar sebagian bangunan rumahnya.

Selang beberapa menit, 5 unit mobil pemadam kebakaran Kota Medan, tiba dilokasi memadam api yang membakar rumah tersebut. Namun saat dilakukan pemadaman, pemilik rumah sempat adu fisik dengan petugas pemedam karena dinilai lamban tiba dilokasi, sehingga rumah mereka ludes terbakar. (mag-7)

Tolak Kepsek Baru, Wali Murid Diancam Tembak

Selain konflik di gedung DPRD Binjai, aksi teror dengan mengancam tembak seorang wali murid juga terjadi di Sekolah Dasar (SD) 024753, Jalan Teratai, Gang Pendidikan, Binjai Utara, Jumat (16/9).

Ancaman penembakan itu, dialami Erlina Wati Pasaribu (46) warga Pasar I Cendana. Akibat ancaman itu, Erlina pun syok dan trauma karena tak menyangka mendapat ancaman dari orang tidak dikenal (OTK).

Menurut Erlina, OTK yang mengancam akan menembaknya itu mengaku anak Kepala Sekolah (Kepsek) yang baru. “Apa kau, aku tembak kau nanti. Aku anak Kepsek yang baru disini,” ungkap Erlina menirukan ancaman OTK tadi.
Lebih jauh dijelaskan Erlina, pengancaman itu diterimanya saat ia datang ke SD 024753 guna melihat anaknya. Saat itu, anaknya lagi senam atau olehraga.

“Kami memang tidak terima jika ada Kepala Sekolah yang baru. Makanya, kami selalu ada di sekolah. Jika Kepsek baru masuk, kami membawa anak kami pulang. Nah, ketika saya bercerita dengan wali murid lainnya terkait Kepsek yang baru, pemuda itu datang dan marah kepada saya. Dia mengancam akan menembak saya,” kata Erlina.

Namun sambung Erlina, saat pemuda itu mengancam, ia tidak ada mengeluarkan senjata api. “Memang waktu itu senjata apinya tidak dikeluarkan. Apakah memang ada atau tidak saya juga tidak tahu. Makanya saya penasaran dan menjadi takut,” ucapnya, seraya menambahkan, akan membuat laporan atas kejadian ini.

Tak sampai disitu, Erlina menjelaskan, ia dan wali murid lainnya, sudah berkomitmen akan mengeluarkan anak mereka jika Kepsek baru tetap masuk. “Kepsek yang lama sama kami sangat baik. Keperluan sekolahan anak kami sering dipenuhinya. Makanya kami pertahankan. Lagian, kenapa Kepsek yang baik-baik dipindahkan,” kata Erlina.

Begitu juga halnya dengan Ketua Komite SD T Simbolon, ia dan wali murid sudah berkomitmen untuk tidak mengganti Kepsek yang lama. “Selama kepemimpinan Kepsek yang lama, sudah banyak perubahan. Diantaranya proses belajar mengajar di SD ini lebih aktif. Bahkan, nilai siswa/i semuanya tinggi,” kata T Simbolon.

Terpisah, Kepala Sekolah SD 024753 Erlina, saat mengadakan pertemuan di Dinas Pendidikan, mengeluarkan semua unek-uneknya saat ia ingin memasuki sekolah tersebut.

“Saya tadi mau masuk. Tapi saya dihalau wali murid. Bahkan, saya sudah berupaya memberikan arahan kepada wali murid itu, tetapi mereka tetap tidak ingin saya masuk. Makanya saya minta arahan dari Dinas Pendidikan,” ujar Erlina di Dinas P dan P.

Menanggapi hal itu, Pjs Dinas Pendidikan Binjai Ismail, menyarankan kepada Kepsek baru itu, untuk tetap masuk dan berkoordinasi dengan ketua Komite sekolah.
“Wali murid itu dapat ditenangkan oleh ketua Komite. Untuk itu, ibu harus berkoordinasi dengan ketua Komite sekolah tersebut,” saran Ismail.(dan)