25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14748

Dunia Ikut Memperingati

Selain di Amerika Serikat, peringatan serangan 11 September juga diperingati di banyak negara di dunia, antara lain Afghanistan, Jepang, Australia dan Inggris, Minggu (11/9).

Di ibu kota Afghanistan, Kabul, para pejabat kedutaan Amerika berdiri di dekat tiang bendera. Tiang bendera ini didirikan di atas tanah yang di dalamnya dikubur sebuah reruntuhan dari gedung kembar World Trade Centre.
Dalam upacara peringatan, Duta Besar Amerika untuk Afghanistan Ryan Crocker menyampaikan penghormatan kepada para korban yang tewas dalam serangan 11 September dan mereka yang tewas dalam perang-perang pasca serangan.
Upacara serupa juga diadakan di Jepang. Di kantor induk perusahaan keuangan Mizuho Financial Group, Tokyo, keluarga korban dan sejumlah pejabat berdoa di altar yang khusus dibangun untuk mengenang 23 staf Mizuho Financial Group yang tidak sempat keluar dari kantor mereka di World Trade Centre.

Di Selandia Baru, yang sedang menjadi tuan rumah Piala Dunia Rugby, para pemain Amerika Serikat mengikuti misa di kota New Plymouth. Pendeta Kim Francis mengingatkan bahwa peringatan ini juga menyangkut korban selamat.
“Kita datang untuk mengenang mereka yang meninggal dunia pada hari itu dan juga mereka yang terus menderita akibat peristiwa tersebut,” katanya.

Perdana Menteri Australia Julia Gillard menghadiri peringatan serangan 11 September bersama Duta Besar Amerika untuk Australia Jeffrey Bleich di Canberra. Australia adalah mitra penting bagi Amerika dalam perang pimpinan Amerika di Afghanistan. Australia mengirim sekitar 1.500 tentara ke Afghanistan.

Di London, sanak keluarga korban warga Inggris mengikuti misa di Katedral St Paul. Turut hadir dalam upacara ini adalah Duta Besar Amerika untuk Inggris Louis Susman.

Mereka memanjatkan doa bagi hampir 3.000 orang yang tewas dalam serangan 11 September 2001 di New York dan Washington DC.(bbc/jpnn)

Jangan Ulang Kesalahan Lalu

Terkait kerusuhan di Ambon Menko Polhukam Djoko Suyanto menyatakan sudah meminta gubernur Maluku, Kapolri, panglima TNI, dan kepala BIN mengantisipasi isu SARA di Ambon. “Saya minta jangan lengah. Karena pada masa lalu kejadian awalnya juga seperti ini,” ucap Djoko melalui pesan singkat kemarin.

Dalam SMS itu, Djoko menginstruksi pemda dan aparat keamanan segera mengumpulkan para tokoh agama dan masyarakat untuk bersama-sama melakukan upaya damai dan tidak melakukan tindak anarkistis. “Segera kumpulkan para tokoh agama, tokoh masyarakat, dan yang terkait untuk bersama-sama melakukan upaya damai,” serunya.

Menurut Djoko, aparat bertindak sangat proaktif dalam kasus tersebut. “Saat ini semua komponen sedang bekerja agar peristiwa itu tidak meluas. Baru saja pukul 16.50 ini (kemarin sore, Red) gubernur Maluku melapor bahwa situasi sudah mulai mereda. Dan pertemuan muspida dengan tokoh-tokoh masyarakat akan dilakukan lagi,” paparnya.

Informasi yang masuk ke desk kementerian menyebutkan, situasi Ambon kembali memanas kemarin sore, sekitar pukul 16.00 WIT. Suara tembakan di Kota Ambon, yang mencoba menghentikan kedua kelompok massa yang saling lempar batu, membuat suasana mencekam.(rdl/c9/nw/jpnn)

Pasca Suap, Kemenakertrans Perkuat Aturan

JAKARTA- Terbongkarnya kasus suap di lingkungan Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans), benar-benar menjadi terapi kejut bagi instansi yang beralamat di Jalan Gatot Subroto, Jakarta itu. Aturan-aturan normatif bakal ditegakkan untuk menghalau potensi mafia proyek berkeliaran.

Dihubungi tadi malam, Kepala Humas Kemenakertrans Suhartono menuturkan aturan-aturan normatif yang harus dijalankan di instansi kementerian bakal diketatkan lagi. “Aturannya memang normatif,” jelas dia. Tapi imbas dari kasus suap ini pria yang akrab disapa Tono itu mengatakan, Menakertrans Muhaimin Iskandar memerintahkan bawahannya untuk lebih disiplin.

Diantaranya adalah, Kemenakertrans bakal tertutup bagi orang yang tidak mengantongi identitas kementerian. Jika tamu, harus mengantongi identitas tamu yang sudah disiapkan.

“Jika upaya ini dinilai bisa menghalau makelar proyek, harus terus ditingkatkan,” tandasnya. Upaya pengetatan kantor Kemenakertrans dari orang-orang di luar struktural, juga sudah disampaikan Muhaimin saat rapat kerja dengan Komisi IX DPR . Terkait nama-nama kader PKB yang pernah bekerja di Kemenakertrans, pihaknya lepas tanggung jawab.(wan/kuh/jpnn)

Bawa Si Kembar ke Senayan

Hidayat Nur Wahid

Mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid termasuk kelompok ayah yang sayang anak. Hal ini terbukti saat dirinya membawa putera kembarnya di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta.

Ada pemandangan yang menarik pada Rabu (7/9) sore di ruang lobi Nusantara III gedung DPR, Jakarta. Tampak dua anak laki-laki berlarian riang saling berkejaran. Tak jauh dari keduanya, membuntuti dua pengasuh yang setia menemaninya.

Tak berselang lama, muncul mantan Ketua MPR Hidayat Nur Wahid yang saat ini menjadi Ketua Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) turun dari ruang kerjanya Nusantara III DPR. “Hai ke sini,” sapa Hidayat kepada dua bocah kecil tersebut.

Mendengar sapaan Hidayat, dua bocah kembar tersebut langsung berlarian menghampiri Hidayat Nur Wahid untuk berebut minta digendong. Dengan sigap, Hidayat langsung menggendong dua bocah kecil itu secara bersamaan. Satu anak dengan tangan kanannya, dan satunya lagi dengan tangan kirinya.(net/jpnn)
Saat dihampiri dan menanyakan tentang dua anak kecil tersebut kepada Hidayat Nur Wahid, mantan Presiden PKS itu mengaku kedua anak kecil tersebut merupakan putranya. “Iya ini putra saya yang kembar. Usianya dua tahun setengah,” katanya.

Dua putera kembar Hidayat Nur Wahid ini merupakan hasil daribuah cintanya bersama istri keduanya Diana Abbas Thalib sepeninggal istri pertamanya Kastian Indriawati yang meninggal dunia pada 22 Januari 2008. Dua anak Hidayat Nur Wahid itu lahir pada 17 April 2009 melalui operasi caesar dan diberi nama Daffa Muhammad Hidayat dan Daffi Muhammad Hidayat.(net/jpnn)

Ambon Membara Lagi

AMBON- Kondusivitas keamanan masyarakat Kota Ambon akhirnya ternoda oleh bentrok warga, Minggu (11/9) kemarin. Di RS Al Fatah, tercatat tiga warga meninggal, 68 lainnya luka terkena tembakan maupun lemparan batu. Diantaranya, Sahroni Elly (26) tewas diterjang peluru saat dua kelompok massa saling serang di kawasan Tugu Trikora. Sedang di kawasan Batugantung Waringin, ratusan  rumah warga ludes dilalap jago merah dalam serangan yang dilakukan salah satu kelompok massa. Tercatat 2 mobil dan 4 sepeda motor hangus dibakar massa dalam bentrok tersebut.

Bentrok dilatarbelakangi kematian Darmin Saiman yang berprofesi tukang ojek, Sabtu (10/9) malam. Kapolda Maluku Brigjen (Pol) Syarif Gunawan kepada wartawan mengungkapkan kronologis bentrok dipicu spontanitas warga usai pemakaman Darmin Saiman di pekuburan Mangga dua, siang kemarin. “Karena ojek. Setelah diperiksa di rumah sakit ternyata kecelakaan murni, tetapi menurut warga dia dibunuh, nah ketika korban usai dimakamkan terjadi spontanitas massa,” ungkap Gunawan.

Dia mengatakan aparat keamanan terdiri satuan Brimobda Polda maupun TNI bekerja keras melokalisir titik-titik rawan terjadi bentrok. Diharapkan masyarakat yang sempat mengungsi ke tempat-tempat aman kembali pulang ke rumah masing-masing. Masyarakat Maluku di seluruh Kabupaten Kota diminta tidak terprovokasi oleh sms-sms dan isu yang tidak jelas kebenarannya. “Ingat pengalaman kita lebih 10 tahun lalu, tentunya itu harus diambil pelajaran,” tandasnya.

Bentrok yang mengingatkan kerusuhan komunal 1999 lalu itu menimbulkan konsentrasi massa di sejumlah titik. Terutama di kawasan Mangga Dua, Batugantung, Waringin, Waihaong,  Tugu Trikora, Batumerah dan Mardika. Di kawasan Tugu Trikora dua kelompok massa saling berhadap-hadapan bahkan saling serang, membawa batu dan senjata tajam. Saling serang mengakibatkan puluhan orang luka-luka akibat lemparan batu maupun terkena peluru.

Sahroni, terkena tembakan di depan masjid An Nur, 100 meter dari Tugu Trikora. Hingga kini belum diketahui pasti siapa melakukan penembakan terhadapnya. Korban saat berita ini dibuat telah dibawa pulang ke kampung halamannya Desa Assilulu, Kecamatan Leihitu Barat, Kabupaten Maluku Tengah. Turut datang menjemput jenasah korban di Asari Al Fatah, salah satu famili korban Ketua DPRD Maluku Tengah Azis Mahulette dan sejumlah anggota dewan lainnya.
Di kawasan Batugantung Waringin, ratusan rumah warga hangus dilalap api. Warga pun tumpah ruah ke jalan-jalan saat terjadi bentrok untuk menyelamatkan diri ke tempat yang lebih aman. Sebaliknya tidak sedikit warga lainnya  justru kembali. Saling serang dua kelompok massa pun terjadi.

Darmin Saiman warga Waihaong oleh pihak kepolisian dinyatakan meninggal karena kecelakaan murni. Tetapi pernyataan polisi ini menimbulkan ketidakpuasan warga. Warga menganggap  kematian Darmin tidak wajar, ketika mengantar penumpangnya ke arah kawasan Gunung Nona, Kudamati, Kecamatan Nusaniwe Sabtu malam (10/9). Menurut warga sejumlah luka di tubuh korban mengindikasikan dia dibunuh.

Akibatnya salah satu kelompok massa mengamuk usai pemakaman Darmin. Mereka tersulut emosi,. Menghentikan kendaraan yang melintas bahkan melempar dan membakarnya di kawasan Waihaong. Kapolres Pulau Ambon AKBP Djoko Susilo tak mampu menenangkan massa yang emosi.(mg5/tia/jpnn)

Jam Mengajar Ditambah, Guru Berpotensi Stres

JAKARTA- Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN dan RB) bakal menambah beban kerja guru menjadi sepekan wajib mengajar selama 27,5 jam. Di pihak guru, rencana tersebut berpotensi memicu stres.

Saat ini, jam wajib mengajar para guru dalam sepekan masih 24 jam pelajaran. Standar ini juga diterapkan bagi guru yang ingin mendaftar sertifikasi pendidik. Rencana penambahan jam mengajar sendiri, dilontarkan oleh Deputi Sumber Daya Manusia (SDM) dan Aparatur Kemen PAN dan RB Ramli Naibaho. Dia menjelaskan, motivasi di balik rencana penambahan jam mengajar ini bertujuan untuk mengoptimalkan kinerja guru.

“Selama ini masih sering muncul laporan jika ada oknum PNS, termasuk guru, keluyuran saat jam kerja,” tandasnya. Nah, Ramli menjelaskan dengan adanya penambahan jam mengajar itu diharapkan kinerja para guru bisa optimal. Dia juga mengatakan sudah berkoordinasi dengan Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) terkait rencana penambahan jam mengajar ini.

Prediksi penambahan jam ini berpotensi memicu tingkat stress para guru diungkapkan oleh Ketua Umum PB PGRI Sulistyo. Jika memang ingin meningkatkan kinerja para guru, dia berharap Kemen PAN dan RB serta Kemendiknas harus memiliki tata cara yang lebih baik lagi. “Jika akhirnya menimbulkan stress, mengajarnya juga tidak optimal,” tandasnya.

Pihak PB PGRI sendiri tidak memungkiri jika selama ini banyak pihak yang wadul terkait kedisiplinan para guru. Termasuk oknum guru yang kepergok berbelanja atau tidur-tiduran di kantin sekolah ketika jam kerja. “Perilaku tersebut buntut dari pembinaan guru tempo dulu,” kata dia. Sulistyo juga menjelaskan, perilaku guru saat ini merupakan hasil lembaga pendidikan masa lalu. “Sekarang guru-guru model seperti ini memang masih banyak. Mutu mereka memang belum bagus,” tandasnya. Jika pemerintah ingin membuat aturan untuk mengatur kinerja guru, hendaknya membaca dulu kondisi riil guru di lapangan. “Jangan sampai aturan baru menimbulkan masalah baru,” kata dia.

PB PGRI meminta pemerintah lebih dulu menuntaskan persoalan pembinaan yang sudah berjalan.(wan/iro/jpnn)

Sidang Century, Kejagung Bantah RI Kalah di Amerika

JAKARTA – Kekalahan pemerintah Republik Indonesia (RI) dalam kasus Bank Century di sidang gugatan arbitrase internasional di Amerika Serikat dibantah Kejaksaan Agung (Kejagung). Korps Adhyaksa itu menegaskan bahwa berita kekalahan itu tidak benar. Sidang justru belum berjalan.

“Pemerintah RI memang sedang menghadapi gugatan arbitrase oleh Rafat Ali Rizvi melalui forum ICSID (International Centre for the Settlement of Investment Disputed, Red.) di Amerika. Tapi, gugatan tersebut masih dalam proses persiapan arbiter serta kesepakatan tentang presiden tribunal untuk memulai persidangan,” kata Jaksa Agung Basrief Arief kemarin (11/9).

Pernyataan Basrief itu membantah informasi yang diungkapkan anggota Komisi III DPR RI Bambang Soesatyo yang menyatakan pemerintah kalah dalam gugatan arbitrase. Basrief juga mengatakan bahwa proses persidangan belum sampai pada putusan pihak kalah dan menang. “Persidangannya saja belum berjalan, bagaimana bisa dikatakan pemerintah kalah,” katanya.

Sebelumnya, anggota DPR RI Komisi III Bambang Soesatyo menyatakan bahwa Hesyam Al Warah dan Rafat Ali Rizvi” memenangi gugatan Arbitrase melawan pemerintah. Hesyam dan Rafat menggugat pemerintah ke pengadilan arbitrase internasional karena merasa dirugikan atas kebijakan pemerintah RI memberi dana talangan Bank Century sebesar Rp 6,7 triliun. Sebab, itu membuat mereka kehilangan saham investasi di Bank Century. “Pengadilan Arbitrase Internasional mewajibkan pemerintah RI membayar Rp 4 Triliun kepada Hesham dan Rafat karena jumlah itulah yang digugat keduanya,” kata Bambang Sabtu (10/9). Seperti diketahui, Hesham dan Rafat merupakan terpidana kasus Bank Century.(aga/iro/jpnn)

Lulus Penelitian, Dipasarkan ke Masyarakat Umum

Siswa SMK Negeri 3 Ciptakan Sabun Cair

Berawal dari praktik pembuatan bahan kimia, kini siswa  SMK  Negeri 3 Medan sudah mampu menciptakan sabun cair. Seperti apa ceritanya?

Kesuma Ramadhan, Medan

Mahasiswa program studi Kimia Analis ini sudah mampu menciptakan sepuluh item produk yang siap pakai.
Kesepuluh item produk itu diantaranya cairan pencuci piring, pengharum pakaian, pembersih lantai, shampoo kendaraan, karbol, sabun krim, sabun transparan, parfum non alkohol, parfum sprai, dan minyak kayu putih.
“Melihat potensi yang ada dari awal kali pembuatan produk sabun pencuci piring, maka guru pembimbing memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengembangkan inovasi produk lainnya,” ungkap Ketua Unit Produksi SMK Negeri 3 Medan Dra Yasmurni Zebua, saat ditemui di ruang praktik laboratorium, Sabtu (11/9).

Namun setiap produk yang dikembangkan oleh siswa bilang Yasmurni, terlebih dahulu harus melewati proses penelitian di laboratorium dengan bimbingan guru. Hal ini untuk memastikan apakah produk yang dikembangkan telah memiliki standarisasi kesehatan atau tidak.

Alhasil dengan keseriusan dan kerja keras para siswa, kini produk yang diciptakan siswa SMK Negeri 3 Medan telah dipasarkan di berbagai daerah.

“Seluruh produk yang diciptakan oleh siswa telah memiliki izin dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan telah memiliki ISO untuk katagori quality managemen system. Sehingga seluruh produk yang telah diciptakan siswa dapat dipasarkan,” terangnya.

Untuk keterlibatan siswa, Yusmarni mengatakan pembuatan produk itu sendiri melibatkan seluruh siswa yang mewakili masing-masing kelas dan setidaknya kini kegiatan siswa tersebut telah memiliki 24 anggota.
Sedangkan untuk unit produksinya sendiri, menurutnya merupakan bagian dari salah satu unit kegiatan ekstrakulikuler siswa yang diberi nama Unit Produksi Teknik (UPT).

Inovasi siswa yang telah ada sejak 2007 silam itu kini semakin berkembang dan bisa meraih keuntungan bersih minimal Rp2juta setiap bulan.

“Sebenarnya produk ini  bisa berkembang lebih besar lagi, hanya saja kita masih memiliki keterbatasan dana dalam menyediakan peralatan untuk menyiapkan formula yang akan dikembangkan menjadi sebuah produk yang menghasilkan. Selain itu kita juga masih terkendala dalam hal dana untuk menyempurnakan produk yang lebih baik lagi baik dari segi kualitas maupun kemasannya,” ungkap Yusmarni.(*)

Tangan Digari, Badan Dipukuli Pakai Kabel Rem

Dituduh Mencuri, Remaja Putus Sekolah Disiksa Oknum Polisi

LANGKAT- Harapan menjadikan polisi sebagai pelindung, pelayan dan pengayom masyarakat, agaknya masih jauh panggang dari api. Sikap tak santun yang diperagakan oknum polisi masih saja ditemukan ketika berhadapan dengan masyarakat lemah. Hal itulah yang kemarin (11/9), dirasakan keluarga Hamidah (42) dan Abdulah Sani (45). Ardiansyah Putra alias Putra (14), anak kedua mereka yang putus sekolah disiksa seorang oknum petugas Polres Langkat.

Tak tanggung-tanggung, korban disiksa dibanyak tempat. Dengan tangan diborgol (gari), Putra dipukuli menggunakan kabel rem sepeda motor, wajah ditinju dan ditampar, kepala dipukul buku. Tak cukup segitu saja, saat korban diboyong ke Polres Langkat oleh oknum petugas dipanggil Piter tersebut, salah seorang rekannya juga menyiksa anak  remaja ini dengan cara menyetrumnya dengan listrik sebanyak 5 kali. Waktu itu, Putra ditanyai dan dipaksa mengaku melakukan pencurian di rumah Amat.

Karena tak melakukan apa yang dituduhkan tadi, Putra tetap mengatakan tidak ada men curi seperti yang dituduhkan. Merasa tak cukup bukti menahan korban, akhirnya remaja inipun dilepaskan dan dibenarkan pulang oleh petugas. Dalam kondisi tubuh memar-memar bekas pukulan, korban pulang kerumahnya. Melihat kondisi anaknya yang begitu memprihatinkan, Hamidah ibu Putra langsung membawa anaknya berobat ke Klinik Surya, Stabat.

Tak tau harus mengadu kemana lagi, Minggu (11/9) pagi, sambil membawa korban, ibu tiga anak ini ditemani Wahyu Setiadi (26) kerabatnya, datang mengadukan nasibnya ke rumah Ketua KPAID Langkat Drs Ernis Safrin di Komplek Perumahan Pemda, Langkat. Ditemui POSMETRO (grup Sumut Pos), korban (Putra, Red) mengisahkan apa yang dialaminya hingga mendapatkan penyiksaan dari oknum polisi tadi.  “Kejadiannya hari Kamis (8/9) sekitar pukul 16.30 WIB,” ujar Putra mengisahkan awal kejadian tersebut.
“Waktu itu aku lagi di acara pesta, kebetulan ada keluarga kami yang sedang mempersiapkan acara kenduri saat itu dan acaranya hari ini,” lanjut Putra.

Saat asyik duduk-duduk bersama teman dan warga lainya, kata Putra, tiba-tiba dia didatangi Amat (30) saat itu mengendarai sepeda motor Yamaha Zupiter MX berboncengan dengan seorang temannya berbadan tegap.
Amat sendiri masih kerabat dekat Putra, sebab Amat merupakan adik ayah Putra. Tak berapa lama, Amat langsung memangil Putra dan mengajaknya pergi seraya meminta Putra mengaku kalau telah mencuri celengan Amat berisi uang.  Disebabkan tak mengerti dengan tuduhan yang dialamatkan kepadanya, Putra jadi kebingungan. “Kalau memang kau nggak bersalah ya udah ikutkan aja dia,” saran warga menasehati Putra.

Selanjutnya, Amat dan temannya ini membawa Putra kekawasan perkebunan tebu dibelakang gedung serba guna Stabat. Dilokasi yang sepi ini, Putra lalu diintogerasi. Tak berapa lama ditempat ini, Putra lalu dibawa kesebuah warung. “Dari kebun tebu itu aku dibawa ke warung ‘wak Banon’ di Jalan Proklamasi,” kenang Putra.

Baru beberapa menit di dalam warung, datanglah oknum Polisi Brigadir JP bersama rekannya menaiki sepeda motor Zupiter. “Polisi itu datang setelah ditelepon sama kawan Amat, gitu dia sampek, tanganku langsung digarinya, sedangkan kawannya  memukul wajah ku berulang kali dengan tanganya. Diwarung ini aku dipukuli, kalau Polisi itu memukul aku pakek kabel rem kereta, tangan dan bagian belakang badan ku ini habis dicambuk pakai kabel itu, sedangkan kepala ku dipukul buku tebal, aku disuruh mengaku telah mencuri dirumah Amat,” cerita Putra.
Ketua KPAID Langkat Ernis Safrin mengaku, sangat menyesalkan tindakan oknum polisi yang main siksa ala jaman jahiliyah tersebut. Oleh karenanya, Ernis akan memberikan advis kepada korban. “Besok korban akan kita dampingi membuat pengaduan ke Polres melaporkan penganiayaan yang dialaminya, kita akan melaporkan pidananya dulu, setelah itu oknum polisi itu akan kita laporkan ke Propam terkait tindakannya yang melakukan penyiksaan di luar prosedur,” kata Ernis.

Dia juga meminta, oknum polisi itu diberi tindakan sesuai hukum yang berlaku, karena sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyakat bertindak tidak sesuai hukum, apalagi melakukan penyiksaan terhadap anak yang efeknya bisa berakibat buruk terhadap kejiwaan anak kedepanya. “Kejahatan yang dilakukan seorang anak bukanlah kriminal murni, melainkan kenakalan anak, jadi jangan perlakukan anak itu sama seperti penjahat teroris,” geram Ernis.
Terpisah, Kapolsek Stabat AKP Zulkarnain ketika dikonfirmasi POSMETRO via telepon terkait adanya laporan warga yang kehilangan ke kantornya mengaku, tidak ada. “Saya rasa tidak ada laporan pencurian yang masuk Kamis lalu, meskipun begitu, coba nanti saya cek dulu, nanti kalau ada saya kabari,” jelasnya.(wis/smg)

Kampung Nelayan, Kutunggu Kontribusimu

Sumatera Utara dengan kekayaan alam yang dimiliki semestinya mampu mewujudkan pemerataan pembangunan di setiap daerah. Keterbelakangan pada satu daerah akan menjadi catatan buruk bagi siapa pun yang menikmati kekayaan alamnya. Minimnya pemerataan pembangunan tersebut, sangat jelas dirasakan warga yang tinggal di wilayah pesisir, seperti apa kondisinya?

Indra Juli, Medan

Kampung Nelayan yang terletak di Desa Paluh Kurau, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang, seolah mengingatkan bagaimana pemerataan pem bangunan masih harus digiatkan. Peranan berbagai pihak sangat dibutuhkan untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik bagi sekitar 500 kepala keluarga (KK) yang ada.
Setelah menempuh tujuh menit perjalanan menggunakan boat, Sumut Pos pun tiba di daerah yang berada di ujung Utara Kota Medan ini. Sepanjang lintasan terpampang jelas deretan rumah penduduk yang dibangun di atas laut dengan ditopang batang-batang kayu. Begitu juga dengan dinding rumah hanya terbuat dari triplek. Menghadirkan tanya, sampai berapa lama bangunan itu bertahan?

Tidak seperti di perkotaan, anak-anak di Kampung Nelayan ini hanya memiliki satu permainan di laut. Dengan asiknya mereka pun berenang membelah laut yang berwarna kecoklatan. Berebut tempat dengan perahu motor sebagai alat transportasi bagi warga setempat.

Perasaan pun kian miris saat menyaksikan dari dekat pemukiman penduduk di Kampung Nelayan itu. Jalanan berupa titi dari papan yang serampangan menjadi penghubung antar perumahan penduduk. Bangunan-bangunan yang juga tidak memiliki tatanan benar. Tidak diragukan lagi bila siapa pun dapat tersesat pada kedatangan pertamanya.
Dari perjalanan berkeliling yang dilakukan, hanya terdapat satu sekolah yaitu SD Negeri dengan ruang kelas yang terbatas. Adapun Madrasah H Anif yang sudah berdiri baru mulai beraktivitas pada tahun ajaran berikutnya.

“Masyarakat sepakat memberi nama Madrasah H Anif sebagai ucapan terimakasih kepada beliau yang sudah memberi perhatian kepada pendidikan warga Kampung Nelayan ini,” ucap Kepala Desa Palu Purau Kampung Nelayan, Selamat.
Seperti yang disampaikan Selamat, selama ini pendidikan penduduk hanya sampai pada tingkat Sekolah Dasar. Untuk melanjutkan pendidikan, warga pun harus menyeberang ke Kota Medan. Dengan pendapatan sebagai nelayan, hal itu pun menjadi pembenaran untuk tidak melanjutkan pendidikannya.

“Sebagai nelayan, penghasilan mereka pun tergantung musim. Kalau musim pasang besar saja mereka bisa menangkap ikan untuk dijual. Tapi kalau lagi musim pasang surut, mereka tidak bisa menangkap ikan. Saat itu biasanya mereka ke hutan nyari kayu untuk memperbaiki rumah,” tuturnya.

Di satu sisi, kondisi geografis yang ada juga berpengaruh pada anak-anak di Kampung Nelayan ini. Berada di tengah laut memaksa setiap anak untuk menguasai kemampuan berenang. Tidak itu saja, hanya dengan bermodal jaring, mereka sudah dapat menghasilkan uang dari menangkap kerang untuk kemudian dijual.

Untuk itu Pemerintah Kabupaten Deli Serdang pun menaruh perhatiannya melalui Gerakan Deli Serdang Membangun (GDSM) yang diprakarsai Bupati Deli Serdang Drs Amri Tambunan. Kiranya Kampung Nelayan tidak lagi sebagai persinggahan calon anggota dewan saat pilkada digelar. Kemudian dilupakan saat kursi empuk menempel di pantatnya.
Bersama pihak swasta, GDSM tadi diharapkan dapat mewujudkan pemerataan pembangunan di daerah yang dihuni sekitar 500 kepala keluarga ini.

“Pemkab Deli Serdang melalui GDSM akan membangun sumur bor sedalam 100 Meter di lima titik, empat kamar MCK, penataan jalan yang lebih baik, Pusat Kesehatan Desa (Puskesdes), dan pembangunan dermaga yang semua dalam pengerjaan. Begitu juga dengan penyuluhan dan bantuan kepada nelayan juga pelayanan pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP) mobile yang sudah dapat dimanfaatkan,” beber Camat Hamparan Perak Faisal Arif Nasution MSi.
Namun semua rencana ini akan sulit diwujudkan tanpa bantuan pihak lain, khususnya sektor swasta sebagai penikmat kekayaan sumber daya yang ada. Dengan dukungan berbagai pihak, penataan di Kampung Nelayan dapat menjadikannya sebagai daerah wisata yang unik. Begitu juga dengan kemampuan alami anak-anak untuk membelah arus laut yang dapat dibina sebagai investasi di bidang olahraga.

Kiranya Kampung Nelayan tidak lagi sebagai persinggahan calon anggota dewan saat pilkada digelar. Kemudian dilupakan saat kursi empuk menempel di pantatnya. Sehingga masyarakat pun dapat menjaga hasil pembangunan yang ada untuk menarik lebih banyak pihak pembangun. (*)