25 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14810

Tiga Pejabat Diperiksa

Poldasu Dalami Dugaan Korupsi di PTKI

MEDAN- Tipikor Polda Sumut kembali menerima laporan dugaan korupsi. Dan lagi-lagi, dugaan korupsi itu melibatkan institusi pendidikan yakni, dugaan korupsi PTKI (Perguruan Tinggi Kimia Industri) Jalan Menteng VII Medan.
Dalam kasus ini, tiga pejabat sudah dipanggil untuk klarifikasi yaitu Mansyur, Tigor Simbolon dan marga Simalango. “Kita sudah terima laporan dugaan korupsi di PTKI Jalan Menteng VII Medan dan sedang kita pelajari.
Tiga pejabat berwewenang di sana sudah kita panggil untuk klarifikasi,” kata Kasubdit Tipikor Dit Reskrimsus AKBP Verdi Kalele melalui Kasubbid PID Humas Polda Sumut AKBP MP Nainggolan, Senin (22/8).

Artinya, klarifikasi yang dilakukan itu untuk mengetahui ada tidaknya proyek di kampus PTKI sesuai laporan yang disampaikan ke Poldasu. Dan Klarifikasi itu juga sifatnya belum dilakukan proses verbal (Pro Justicia, Red).
Setelah dilakukan klarifikasi terhadap pejabat berwewenang dalam proyek itu, penyidik kemudian sedang mengumpulkan data.

MP Nainggolan juga mengatakan, berdasarkan hasil klarifikasi, memang ada proyek di kampus PTKI, TA 2010/2011. “Tapi, proyek itu masih ditelusuri,” katanya tanpa menyebut proyek dimaksud.
Hanya saja, proyek itu dibagi menjadi beberapa item. “Proyek apa saja yang dilakukan di kampus PTKI, itu yang sedang dicari datanya,” tambahnya.

Sementara menurut informasi, proyek senilai Rp13 milyar di Kampus PTKI Jalan Menteng VII, Medan dibagi menjadi beberapa item antara lain, pembangunan dan rehab serta pengecatan kampus sekaligus penyelenggaraan operasional dan pemeliharaan perkantoran, pendidikan dan pelatihan teknis, belanja barang non operasional dan lainnya.
“Yang ditelusuri penyidik Tipikor Poldasu saat ini terkait nilai anggaran yang diperuntukkan masing-masing item,” kata sumber di Tipikor Polda Sumut.

Lebih lanjut dikatakannya, kendati dugaan korupsi yang terjadi di institusi pendidikan diprioritaskan bukan berarti kasus dugaan korupsi lainnya dibelakangkan.

“Semua akan kita tindaklanjuti tapi ada yang menjadi prioritas,” katanya.
Dijelaskannya, dugaan korupsi di institusi pendidikan menjadi prioritas utama karena institusi pendidikan menjadi soko guru maju mundurnya suatu Negara.

“Kalau korupsi sudah terjadi di institusi pendidikan, niscaya mutu pendidikan akan semakin merosot sehingga kelangsungan Negara akan semakin terpuruk,” terang mantan Kapolres Nias ini. (ari)

Pedagang di Sukaramai Bakal Ditertibkan

MEDAN- Pemerintah Kota (Pemko)  Medan menegaskan akan melakukan penertiban terhadap Pedagang Kaki Lima (PKL) yang berjualan di badan jalan sehingga menggangu pengguna jalan. Penertiban tersebut dilakukan sebagai bentuk penataan terhadap pedagang agar berjualan ke dalam Pasar Sukarame yang masih banyak kosong.

“Penertiban dilakukan untuk pembenahan terhadap pedagang. Kita harap pedagang yang digusur itu tidak berjualan di badan jalan dan kembali berjualan di area Pasar Sukaramai,” ujar Sekda Kota Medan, Syaiful Bahri, Senin (22/8).
Dijelaskannya, penertiban yang sesungguhnya akan dilakukan setelah Direktur Utama PD Pasar yang rencananya usai Lebaran dilantik Wali Kota Medan akan mengaturnya.

“Nanti itu semua yang mengatur dan menangani Direktur Utama PD Pasar yang baru. Kalau saya tak ada kepentingan dan kebijakan di Pasar Sukarame itu. Jadi Pemko Medan tegas akan melakukan penertiban kepada para pedagang yang membandel, tidak mengikuti peraturan yang ada,” ucapnya lagi.

Plt Direktur Operasional PD Pasar Irwan Ritonga menambahkan, kericuhan yang terjadi pada minggu kemarin karena para pedagang memaksa untuk berjualan di atas trotoar dan badan jalan. Pasalnya, menurut para pedagang, lapak yang disediakan P3TM di dalam Pasar Sukaramai mengurangi omset mereka.

“Karena sudah menggangu ketertiban pengguna jalan, kita melakukan penertiban terhadap pedagang yang berjualan di atas trotoar dan badan jalan. Tetapi pedagang menolak untuk dipindahkan karena alasannya jualan mereka tidak laku,” kata Irwan. (adl)

Arus Kedatangan TKI Semakin Ramai

MEDAN- Mendekati Hari Raya Idul Fitri, arus kedatangan Tenag Kerja Indonesai (TKI) yang bekerja di luar negeri mulai memadati Terminal Kedatangan Internasional Bandara Polonia.

Kedatangan mereka dalam rangka cuti kerja untuk merayakan Idul Fitri. Namun, ada di antara mereka, 40 TKI wanita bermasalah yang bekerja di Penang-Malaysia, dipulangkan ke Tanah Air.

Berdasarkan pantauan wartawan koran ini di Terminal Kedatangan Internasional, Senin (22/8), 40 TKW tersebut datang dengan bersama pegawai Dinas Sosial Sumut. Mereka yang berdomisili dari berbagai wilayah di Sumut, rencananya akan langsung dipulangkan ke tempat tinggalnya masing-masing.

“40 TKI wanita yang bermasalah itu sudah kita serahkan ke Dinas Sosial Sumut yang memang menyambut kedatangan mereka dxi Bandara Polonia. Rencananya TKI tersebut langsung dipulangkan ke tempat tinggalnya masing-masing oleh Dinas Sosial Sumut,” ujar petugas BP2TKI yang tak menyebutkan namanya.

Sementara itu, arus kedatangan TKI pada hari yang sama juga memadati Termianl Kedatangan Internasional. Hingga pukul 14.00 WIB, jumlah mereka mencapai 100 orang lebih TKI yang kebanyakan didomisili kaum wanita. “Kedatangan TKI mulai ramai sejak Minggu (21/8) kemarin,” ujar petugas BP2TKI itu lagi. (jon)

Jawa Pos Sisihkan Koran-koran Besar Dunia

Resmi Raih World Young Reader Newspaper of the Year 2011

PARIS– Harian Jawa Pos (induk grup Sumut Pos) resmi menjadi peraih penghargaan tertinggi Newspaper of the Year, World Young Reader Prize 2011. Pengumuman resminya dirilis Asosiasi Penerbit Dunia, WAN-IFRA, di Paris, Prancis, Jumat malam lalu (19/8, Sabtu dini hari WIB).

Dalam pengumuman resmi itu, WAN-IFRA (World Association of Newspapers and News Publishers) menyebutkan daftar pemenang dalam berbagai kategori. Sejumlah harian paling kondang di dunia, seperti Yomiuri Shimbun (Jepang)
, Chicago Tribune, dan Wall Street Journal (Amerika Serikat), termasuk dalam barisan yang disisihkan Jawa Pos untuk meraih penghargaan tertinggi.

World Young Reader Prize 2011 merupakan penghargaan tahunan yang diselenggarakan WAN-IFRA, yang beranggota lebih dari 18 ribu penerbitan di 120 negara. Penghargaan diberikan dalam berbagai kategori, untuk menghargai inovasi-inovasi yang dilakukan koran dalam menggandeng pembaca muda.
Dalam ajang 2011 ini, Jawa Pos meraih Top Prize (penghargaan utama) untuk kategori Enduring Excellence (konsistensi dalam menghasilkan karya superior). Penghargaan diraih berkat program DetEksi, sebuah departemen dan halaman khusus anak muda yang aktif sejak Februari 2000.

Tim juri lantas menobatkan Jawa Pos sebagai pemenang secara keseluruhan, meraih gelar Newspaper of the Year. ’’Jawa Pos telah menunjukkan kerja luar biasa. Memiliki program yang substansial, yang dijalani bertahun-tahun, dan punya komitmen sukses dalam menggandeng anak muda, baik lewat halaman koran maupun kegiatan off-print,’’ begitu tulis pesan dari tim juri dalam rilis resmi WAN-IFRA.

Pesan itu sebelumnya disampaikan dalam pemberitahuan awal kepada Jawa Pos, akhir Juli lalu.

Lebih lanjut, juri menilai lembaran DetEksi –yang terbit setiap hari di Jawa Pos– sebagai sesuatu yang ’’lebih’’ dari sekadar halaman anak muda biasa. ’’DetEksi merupakan sebuah strategi komplet untuk menemukan, menggandeng, dan mempertahankan pembaca muda. Dan, yang paling penting, DetEksi berhasil melakukan semua itu,’’ tegas tim juri.

Menurut Dr Aralynn McMane, executive director Young Readership Development WAN-IFRA, Jawa Pos meraih kemenangan secara mutlak. ’’Terus terang, tim juri membuat keputusan dengan sangat mudah,’’ ungkap McMane, yang juga menjadi salah satu juri, bersama pakar-pakar pembaca muda dunia dan pemenang-pemenang terdahulu.
Para juri tahun ini, antara lain, Lynne Cahill (harian The West Australian, Australia); Altair Nobre (Zero Hora, Brazil); Wendy Tribaldos (La Prensa, Panama); Grzgorz Piechota (Gazeta Wyborcza, Polandia); dan Lisa Blakeway (EISH, Afrika Selatan).

Selain itu, ada Christopher K. Sopher, pendiri Younger Thinking dari Amerika Serikat; Cristiane Parente, executive newspaper in education coordinator untuk ANJ (Asosiasi Koran Brazil); serta Angela Ravazzolo dan Mariana Muller, dua spesialis anak muda dari koran Zero Hora Brazil.

Diskusi penentuan pemenang diselenggarakan di kantor pusat Zero Hora, pemenang ajang ini pada 2009, di Porto Alegre, Brazil. Tahun lalu, gelar Newspaper of the Year diraih harian Metro asal Polandia.

Dari daftar lengkap pemenang, Jawa Pos bukanlah satu-satunya koran asal Indonesia yang mendapat penghargaan. Harian Kompas ikut meraih Jury Commendations (pujian juri) di kategori Public Service.

Pengumuman resmi ini akan dilanjutkan dengan acara penyerahan penghargaan yang dilakukan di Wina, Austria, 12 Oktober mendatang. Yaitu, saat diselenggarakannya World Newspaper Congress dan World Editors Forum.
Azrul Ananda, direktur Jawa Pos, mengaku semakin senang setelah dirilisnya pengumuman resmi dari WAN-IFRA. Apalagi setelah mengetahui daftar pesaing yang ikut ajang ini berasal dari seluruh dunia.

’’Rasanya masih sulit memercayai kesuksesan ini. Sebuah koran dari Surabaya bersaing dengan koran-koran raksasa dunia seperti Yomiuri Shimbun koran Jepang yang tirasnya di atas sepuluh juta eksemplar dan Wall Street Journal. Penghargaan ini membuktikan bahwa siapa pun bisa meraih sukses tertinggi dengan kerja keras, inovasi, dan konsistensi,’’ ucapnya. ’’Semoga penghargaan ini bisa menyemangati koran-koran lain di Indonesia. Kalau Jawa Pos bisa, yang lain pasti juga bisa,’’ tegas Azrul. (iro/jpnn)

Hari Ini Rektor Klarifikasi ke Media

Tipikor Polda Seriusi Kasus Korupsi IAIN

MEDAN- Rencana pemanggilan terhadap Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumut, Prof Dr Nur Ahmad Fadil Lubis MA dan Pembantu Rektor (PR) II Prof Djafar Sidik MA kembali dibenarkan Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dir Reskrimsus) Polda Sumut, Kombes Pol Sadono Budi Nugroho, Minggu (21/8).

Rencana pemanggilan tersebut bertujuan untuk mengklarifikasi laporan yang diterima Ditreskrimsus Polda Sumut dari Lembaga  Swadaya Masyarakat (LSM) Angkatan Muda Advokasi Hukum Indonesia (AMDHI) dan Forum Mahasiswa Peduli IAIN Sumatera Utara (Formalin) tersebut, berdasarkan No Surat 008/LSM AMDHI/SU/08/2011 dengan hal Laporan dugaan korupsi IAIN Sumut, Senin (8/8). “Pemanggilan itu, untuk mengklarifikasi laporan yang kita terima,” katanya.

Diketahui, dalam kasus dugaan korupsi ini, Ditreskrimsus Polda Sumut telah memanggil dan meminta klarifikasi empat orang yang dianggap mengetahui hal ini beberapa waktu lalu.

Keempat orang tersebuat antara lain Armansyah Harahap selaku Sekretaris Panitia dan jabatan di IAIN Sumut sebagai Kabag Rumah Tangga, sekarang Kabag Perencanaan dan Ketua Panitia Moraluddin Harahap. Dua orang lagi yang dipanggil dan diperiksa yaitu Kepala Biro Rektorat IAIN Sumut Dra Salmawati Hasibuan dan Drs Makmun Suaidi Harahap selaku Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan jabatan di IAIN sebagai Kabag Keuangan, sekarang Kabag Rumah Tangga.

Apakah dari hasil pemeriksaan itu sudah ditemukan indikasi penyelewengan? Sadono belum bisa menyimpulkan apakah benar ada atau tidaknya penyelewengan yang terjadi pada proyek-proyek di IAIN tersebut Tahun Anggaran (TA) 2010, karena masalah ini masih dalam tahap penyelidikan. “Belum bisa disimpulkan, karena masih dalam tahap penyelidikan,” terangnya.

Seperti yang diberitakan, rencana memintai klarifikasi oleh Tipikor Polda Sumut terhadap Rektor dan PR II IAIN Sumut tersebut adalah pada Selasa (23/8) dan Kamis (25/8) pekan ini.
Sementara itu, Rektor IAIN Sumut Prof Dr Nur Ahmad Fadil Lubis, MA yang dikonfirmasi wartawan mengenai hal ini mengatakan, dia akan melakukan klarifikasi kepada wartawan hari ini. “Besok saja, ba’da Zhuhur. Nanti tempatnya ditentukan,” katanya.(ari)

Tumbuhkan Minat dan Cinta Al Quran

Lomba Baca Al-Quran Tingkat Anak-anak Sumut Pos

MEDAN-Sebanyak 54 anak meramaikan Lomba Membaca Al-Quran yang dilaksanakan Harian Sumut Pos bekerjasama dengan Rabbani di Masjid Al-Musanif Jalan Cemara, Minggu (21/8).

Satu per satu mereka tampil ke depan untuk membacakan ayat-ayat yang ditentukan. Sekalipun sembari berpuasa tak tampak ekspresi lesu di wajah mereka. Didampingi keluarga mereka tetap bersemangat mengisi waktu senggang dengan canda hingga lomba berakhir.

Lomba Membaca Al-Quran Tingkat Anak Harian Sumut Pos ini ditujukan untuk peserta perorangan dengan usia tujuh sampai 13 tahun. Masing-masing peserta diwajibkan membaca Al-Quran Muratal Juz 30 dengan pilihan Surat Ad-dhuhah, At-Tin, Al-A’laq, Alam Nasrah, Al-Qadr, Al-Qari’ah, At-Takatsur, Al-Maa’uun, Al-Kafiruun, dan Al-Zazalah.
Adapun penilaian dilakukan berdasarkan penguasaan materi seperti tajwid, fasahah, lagu, kestabilan nafas yang berhubungan dengan ekspresi juga keberanian, dan penguasaan panggung. Masing-masing peserta diberi waktu selama lima menit dan wajib berpakaian yang santun.

Kegiatan pun mendapat apresiasi dari orangtua peserta. Ke depan mereka berharap kegiatan ‘Lomba Membaca Al-Quran ini berkelanjutan. Begitu juga dalam kriteria peserta diharapkan dapat dilaksanakan sesuai dengan tingkatan umur peserta.

Seperti disampaikan Sekretaris panitia Anank Nainggolan, ‘Lomba Baca Al-Quran Tingkat Anak’ merupakan lanjutan dari Safari Ramadan yang dilaksanakan Harian Sumut Pos juga menyambut HUT ke-11, Oktober mendatang. “Melalui kegiatan ini kita berharap terbentuk kepribadian anak yang tidak hanya bisa juga pandai dan paham membaca Al-Quran,” ucapnya.

Masih Anank, Lomba Baca Al-Quran Tingkat Anak Harian Sumut Pos dilaksanakan tiga tahap. Sebelumnya kegiatan dilaksanakan untuk kawasan Helvetia, Minggu (14/8) dan yang ketiga akan digelar di Mesjid Baiturahman untuk kawasan Medan Johor, Kamis (25/8).

Masing-masing peserta mendapat uang pembinaan, bingkisan dari Rabbani, dan gratis berlangganan harian Sumut Pos satu bulan penuh (Juara I-III). Juara Harapan I-III mendapat uang pembinaan dan gratis berlangganan harian Sumu Pos. Harapan IV-VI mendapatkan bingkisan dari Rabbani dan berlangganan harian sumut pos. Untuk 10 hiburan mendapat voucher berlangganan harian Sumut Pos selama satu bulan. (jul)

Tokoh Sumut Minta Kapolda Lebih Arif

Sejumlah tokoh di Sumut yang memberikan nasehat kepada Wisjnu untuk tidak lagi mengulangi sikapnya tersebut. Lain halnya dengan sejumlah wartawan. Sejumlah wartawan menilai, Wisjnu tidak layak jadi Kapolda Sumut. Korps wartawan juga berniat menggelar aksi hari ini, menuntut Wisjnu Amat Sastro segera dicopot dari posisi sebagai Kapolda Sumut.

Kritikan pedas dilontarkan mantan aktivis Sumut dan juga anggota DPRD Sumut dari Fraksi PDI P Syamsul Hilaln

Bahkan, sebelum memberi komentarnya, Syamsul Hilal sempat mempertanyakan, apakah wartawan Sumut Pos berani memuat pernyataannya. “Ini mau dimuat. Berani Anda?,” tanyanya. Setelah dijawab akan dimuat, Syamsul Hilal mengatakan dengan tegas, sikap yang ditunjukan Kapoldasu itu benar-benar bukanlah sikap seorang pemimpin, jadi sungguh tidak layak untuk ditunjukkan.

“Saya tidak ada di saat itu, jadi saya tidak tahu suasana kejiawaannya. Bisa jadi, Kapolda baru mengalami masalah. Jadi kebawa-bawa. Namun, tetap saja yang namanya Kapolda itu tidak layak bersikap dan berbicara seperti itu. Pers adalah elemen bangsa yang seharusnya jadi mitra. Seharusnya lebih terbuka, transparan kepada insane pers. Kita harap, Kapolda jangan mengulangi kekeliruan itu,” tandasnya.

Syamsul Hilal memberi saran kepada Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro, untuk melakukan introspeksi diri.
Tokoh masyarakat Sumut yang juga anggota DPRD Sumut asal Daerah Pemilihan III Sergai-Tebing Tinggi, Hidayatullah SE, meminta Kapoldasu menjaga sikap dan menjadi panutan masyarakat. “Persoalan tidak bisa diselesaikan dengan emosi. Apalagi kejadian ini berlangsung pada Bulan Suci Ramadan. Siapa pun bisa marah, atau saya sendiri saja bisa marah. Namun itu harus diredam, apalagi sudah di level pimpinan,” anjur Ketua Fraksi PKS DPRD Sumut ini.

Pada bulan yang penuh berkah dan ampunan dari Allah ini, tidak ada salahnya jika melakukan rekonsiliasi, meminta maaf. “Momen Bulan Ramadan ini, bisa digunakan untuk melakukan rekonsiliasi. Meminta maaf itu, tidak mengurangi kita di mata masyarakat,” tambah anggota DPRD Sumut yang akrab dipanggil ustadz ini.

Nasehat lainnya juga dikemukakan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Medan, Muhammad Hatta. Dia meminta pejabat dan insan pers introspeksi diri dan menjalin hubungan harmonis. “Kita minta di Bulan Ramadan ini, kita melakukan restorasi diri. Pejabat dan insan pers harusnye berhubungan baik, agar terciptanya suasana yang baik pula. Karena esensi Ramadan adalah untuk menciptakan diri yang lebih baik,” imbaunya.

Maka dari itu, Hatta meminta kepada Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro bersikap arif dan bijaksana dalam melayani masyarakat, terutama insan pers. “Tunjukkanlah sikap tenggang rasa. Wartawan juga harus menjalankan sikap yang terbaik dalam menjalankan tugas, begitu pula dengan Kapolda agar lebih arif dan bijaksana. Jangan segan untuk meminta maaf,” bebernya.

Sentilan sedikit halus diutarakan Wakil Ketua DPRD Sumut Chaidir Ritonga. Politisi Partai Golkar Sumut ini menilai, sikap yang ditunjukkan Kapoldasu itu patut dipertanyakan. “Saya kurang percaya, tapi kalau benar ya tentu patut dipertanyakan. Mungkin ada hal yang tidak terjalin baik antara Kapoldasu dengan media. Dan sebaiknya, ini dikomunikasikan dengan baik. Ibarat pepatah, tak kenal maka tak sayang,” tukasnya.
Mengenai jalinan komunikasi tersebut, Chaidir menganjurkan, harus dilakukan secara intensif antara Kapoldasu dengan para insane pers.

“Mungkin ada communication gate. Maka itu, perlu dilakukan komunikasi yang intensifkan. Mungkin ada kendala yang perlu dikomunikasikan antara pers dan aparatur penegak hukum,” paparnya.

Wartawan Aksi Damai

Di sisi lain, sejumlah wartawan di Medan telah menyusun rencana melakukan aksi menentang sikap arogan Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro. Hal itu diketahui, tepat pukul 21.15 WIB, seorang wartawan mengirimkan pesan singkat kepada wartawan koran ini. Isinya: “Besok (22/8), pukul 08.00 WIB, diundang kepada seluruh wartawan datang ke acara gelar pasukan di Lapangan Merdeka. Kawan-kawan wartawan akan gelar aksi damai menggantung Id Card. Terkait sikap Kapoldasu kepada wartawan. Mohon kehadirannya”.

Terkait hal ini pula, wartawan Sumut Pos sempat ditelepon beberapa orang, baik dari wartawan maupun dari staf di Polda Sumut bahwa, nomor ponsel wartawan koran ini diminta pihak Dit Intelkam Poldasu.(tim)

Berbuka Bareng Teman

Layli Alfita Nasution

Layli Alfita  Nasution sering menjalani puasa Ramadan dalam kesendirian. Bukan karena keluarga inti yang jauh, tetapi karena kesibukan yang membuat tidak dapat berkumpul, baik saat sahur ataupun berbuka puasa.

mahasiswa yang baru tahun pertama duduk di Fakultas Ekonomi Jurusan Akuntasi Universitas Sumatera Utara (USU) ini lebih sering berbuka bersama teman. “Kita punya kesibukan masing-masing, jadi buka di rumah sepin
tidak ramai, makanya jadi sering buka di luar dengan teman,” ujarnya.

Kebiasaan ini membuat dirinya memaknai puasa sebagai ajang ngumpul. “Kalau ngumpul atau jalan ke mall kan puasa yang dijalani tidak terasa, tiba-tiba sudah waktunya buka,” ucap cewek yang tinggal di Jalan Letda Sudjono ini.
Baginya Ramadan selalu memiliki ciri khas dibandingkan bulan lain. Seperti suasana Islami sangat kental di tempat-tempat umum. “Aku suka puasa, karena pada bulan ini lebih terasa suasananya dimana-mana,” ujar finalis busana muslim Ramadhan Fair ini.

Selama Ramadan, mulai subuh, berbuka, malam hingga tengah malam sangat kental dengan kegiatan agama. “Walaupun tidak setiap hari aku melakukan kegiatan tersebut, tetapi selalu timbul rasa senang saat melihat anak-anak melakukan kegiatan Ramadan,” ujar gadis yang pintar mengatur keuangan ini.

Kesukaanya mengatur uang ini lah yang membuat dia berhasil masuk ke USU jurusan akuntansi. “Tahun ini aku lulus di USU, senang banget. Karena jurusan ini cocok dengan kegemaran aku,” ucapnya. (mag-9)

Tuntut Ilmu tak Kenal Usia

Sahur Bersama Ketua Komisi A DPRDSU, Drs Hasbullah Hadi SH MKn

Menuntut ilmu memang tidak ada batasan umur. Hal itulah yang saat ini dilakoni Ketua Komisi A DPRDSU, Drs Hasbullah Hadi SH MKn, yang tengah mengambil S3 di Institut Agama Islam Negri Sumatera Utara (IAIN-SU).

TOMI SANJAYA LUBIS, Medan

Pukul 03.40 WIB Tim Sahur Sumut Pos tiba di kediaman Drs Hasbullah Hadi SH MKn di Jalan Kasuari II, Kelurahan Kenangan Baru, Kecamatan Percut Sei Tuan, Kabupaten Deli Serdang. “Ayo masuk Bang, Bapak lagi di dalam,” bilang seorang pria yang ternyata menantu Hasbullah.

Kami lalu dipersilakan duduk di kursi ukiran dari Jepara. Tak lama, muncul Hasbullah Hadi mengenakan kaos berkerah warna hitam dipadu kain sarung dan lobe putih.

“Inilah rumah tempat tinggal saya bersama keluarga,” bilang Ketua Umum PD Washliyah Sumatera Utara itu sambil menyodorkan tangan untuk bersalaman.

Sembari menunggu makan sahur, Drs Hasbullah Hadi SH, MKn menceritakan kesehariannya. Selain sibuk di dewan, ia juga mengajar di Fakultas Hukum Pidana dan Fakultas Agama Adminitrasi Pendidikan di Universitas Alwasliyah (Univa). “Saat saya mengajar, saya mengambil hari Jumat dan Sabtu Sore,” ujarnya.

Hasbullah memang harus benar-benar pintar menjaga waktu. Sebab, di balik semua kesibukannya tersebut, ia juga tercatat sebagai mahasiswa program doctoral di IAIN SU. Sebagai mahasiswa, ia mengambil kuliah hari Jumat, Sabtu, dan Minggu. “Nah, di hari-hari tersebut lah saya pandai-pandai mengatur waktu,” bilang ayah tiga anak bernama Nurhimmi Falahyati, Hasanul Jihadi,dan Ummi Rizki Hadiyati ini.

Hasbullah tidak pernah malu berstatus mahasiswa saat usianya tak muda lagi, menginjak kepala enam. “Sekarang usia uda 60-an ni. Ngapai pula-pula malu untuk berkuliah lagi. Lagi pula tidak ada batasan yang melarang untuk menuntut ilmu,” bilangnya yakin.

Pria yang juga dipercayakan warga Jalan Kasuari menjadi ketua BKM Masjid Al-Jamiatul Fiti ini lalu mengisahkan bagaimana ia mengerjakan tesis untuk meraih gelar master kenotariatan di Universitas Sumatera Utara (USU).
Tesis sering dikerjakan di berbagai tempat, di kantor, di mobil bahkan di pesawat ketika ia bepergian ke luar kota. “Allhamdulillah tesis yang dikerjakan setiap hari tersebut selesai juga,” bilang Hadi.

Hasbullah Hadi juga menceritakan pengalamannya mundur dari Pegawai Negri Sipil (PNS) di Departemen Agama Sumatera Utara pada 1998 lalu. Padahal ia sudah mengabdi mulai 1984. “Selama 18 tahun bekerja, tidak pernah ada kenaikan pangkat menjadi pegawai eselon dan juga tidak punya bakat di dunia birokrat. Akhirnya saya memutuskan mengundurkan diri sebagai PNS di Depagsu itu,” bilangnya.

Satu tahun mundur dari PNS Depagsu, pada 1999 Hasbullah diangkat menjadi notaris di departemen hukum dan HAM. “Kerja sebagai notaris ini lebih enak. Pasalnya, kalau kerja di notaris tidak terlalu rumit,” cetusnya.

Lalu, pada 2003, ia muncul sebagai salah satu pendiri Partai Demokrat di Sumatera Utara, bersama temannya diantaranya Yusuf Pardamean. “Nah disaat melakukan pendirian Demokrat di Sumut,kami bersama teman-teman mengkonsolidasi dari pimpinan daerah,” bilang kader setia Partai Demokrat itu.

Periode 2004-2009, Hasbullah terpilih sebagai anggota legislatif mewakili daerah Deli Serdang. “Saat terpilih pada pemilu tahun 2004 lalu, saya sebagai wakil ketua DPRDSU,” bilangnya.

Di periode berikutnya, Hasbullah kembali terpilih menjadi anggota DPRDSU. “Allhamdulillah di saat mengikuti pemilu di tahun 2009, warga masyarakat daerah Deli Serdang masih mempercayakan saya. Buktinya kuota yang didapat saat itu sekira 50 ribu suara,” ujarnya.

Saat bercerita panjang lebar, tiba-tiba anak pertama Nurhimi Falahyati memanggil untuk makan sahur bersama. Di meja makan, Hasbullah memperlihatkan lauk teri sambal kegemarannya. “Pokoknya saya tidak banyak-banyak pilihan untuk makan, ikan sambal teri sangat enak,” bilangnya.

Tak terasa waktu pun telah menunjukkan Pukul 05.00 WIB dan terdengar suara adzan berkumandang dari mesjid, Tim sahur pun, pamit kembali untuk pulang. (*)

Kadhafi Kabur ke Tunisia

TRIPOLI – Enam bulan berperang, pasukan pemberontak Libya kini tinggal 30 kilometer lagi dari Tripoli, benteng terakhir rezim yang telah 42 tahun memerintah negeri bekas jajahan Italia itu, Muammar Kadhafi. Saking terdesaknya, sang kolonel kemarin (21/8) dikabarkan melarikan diri melalui Tunisia bersama dua putranya, Mu’tasm dan Hannibal.
Namun, belum bisa dikonfirmasi kebenaran berita yang pertama muncul di Al Ahrar TV, televisi milik Dewan Nasional Transisi (NTC) -organisasi para pemberontak anti-Kadhafi yang bermarkas di Benghazi- dan dikutip The Independent tersebut. Meski demikian, kabar tersebut sempat disambut gegap gempita di basis-basis pemberontak. Mereka turun ke jalan untuk merayakan apa yang mereka anggap sebagai awal kemenangan itu.

Yang jelas, Kadhafi memang hampir tiga bulan tidak muncul di hadapan publik. Dia terakhir tampil di televisi pada 30 Mei lalu. Kemarin memang televisi pemerintah Libya menampilkan pesan sang kolonel yang intinya mengajak seluruh warganya menolak intervensi asing.

“Warga Libya ingin menikmati Ramadan yang damai. Tapi, mereka malah dipaksa menjadi pengungsi. Memangnya kita ini siapa, Orang Palestina? bunyi pesan Kadhafi, seperti dikutip Associated Press.

Tapi, pesan itu juga tak menjawab apakah benar Kadhafi masih di Tripoli. Hanya Moussa Ibrahim, juru bicara rezim, yang tampil di televisi dan menepis kabar bahwa Tripoli bakal segera jatuh ke tangan pemberontak.

“Memang ada sejumlah militan yang berhasil memasuki sejumlah wilayah (dekat Tripoli) dan terjadi adu senjata. Tapi, kami bisa mengatasinya dalam setengah jam dan kini (Tripoli) sudah tenang lagi,” kata Ibrahim.

Reporter Associated Press yang berada di Tripoli juga menyatakan bahwa kota di pinggiran Laut Mediterania itu relatif tenang sepanjang hari kemarin. Tapi, semalam sebelumnya, kota tersebut dihujani misil dan roket oleh pemberontak. Rentetan bunyi senapan juga terdengar di berbagai penjuru.

Kubu pemberontak menyebut serangan yang dimulai menjelang Sabtu tengah malam lalu (20/8) itu sebagai awal gempuran dari Operasi Putri Duyung -sebutan untuk operasi militer- menguasai Tripoli. Itulah serangan pertama ke Tripoli hasil kerja sama pemberontak dengan NATO. Selama ini NATO bertindak sendiri dengan pesawat mereka. (c2/ttg/jpnn)