24 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 14814

Pasar Murah Terjangkau dan Diminati Warga

Pasar murah yang digelar Pemko Medan dalam menyambut Hari Raya Idul Firti 1432 Hijriyah mendapat antusias masyarakat. Seperti yang terlihat di Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Masyarakat rela antre guna mendapatkan sembako dengan harga terjangkau. Seperti apa pelaksanaannya? Berikut bincang-bincang wartawan koran ini dengan Lurah Kwala Bekala Enoh P Tavip SSos MSi.

Bagaimana pelaksanaan pasar murah di Kwala Bekala?
Pasar murah yang digelar Pemko Medan ini berjalan lancar dan banyak dikunjungi warga. Pelaksanaannya dimulai sejak 25 Juli hingga 27 Agustus 2011 dari pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB bertempat di halaman kantor Kelurahan Kwala Bekala Jalan Luku II Nomor 4 Medan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok saat bulan suci Ramadan hingga menjelang Lebaran.

Setiap harinya, berapa jumlah warga yang datang belanja ke pasar murah ini?
Ratusan warga Kwala Bekala dari 20 lingkungan sangat antusias belanja kebutuhan pokok yang telah disediakan dengan harga yang relatif sama dan sudah ditetapkan Disperindag Kota Medan. Setiap harinya, pendapatan dari pasar murah bisa mencapai Rp5 juta hingga Rp7 jutaan per hari.

Barang apa saja yang dijual di asar murah ini?
Sejumlah barang kebutuhan pokok seperti beras, gula, migor, tepung terigu, blubend, telur, kacang tanah,syrup dan sebagainya.

Apa kendala yang dihadapi?
Sampai saat ini kondisinya berjalan dengan lancar karena sudah diantisipasi sebelumnya titik-titik kelemahan yang ada karena kegiatan ini sudah setiap tahun dilaksanakan dan belum ada kendala maupun keluhan-keluhan dari warga dalam pelaksanaannya.(*)

Tak Pernah Sepi Pengunjung

MEDAN- Sejak hari pertama dibuka, Ramadhan Fair tak pernah sepi dari pengunjung. Lokasinya yang nyaman dan aneka makanan dan jajanan yang ditawarkan, menjadi salah satu alasan masyarakat untuk mendatangi arena even tahunan Pemko Medan ini.

“Sejak dibuka, tempat ini selalu dipadati pengunjung, baik untuk berbuka puasa maupun untuk berbelanja. Ada juga yang sekadar ingin menikmati suasana di lokasi ini,” kata Zulham, pedagang kopiah, Sabtu (20/8) malam.

Tak sedikit pengunjung yang kagum dengan lokasi penyelenggaraan Ramadhan Fair ini karena ditata sangat apik dan bernuansa Islami. “Kami berharap, Ramadhan Fair jangan hanya sekadar tren yang kemudian hilang tanpa bekas. Ramadhan Fair harus menjadi pemberdayaan ekonomi, ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islami di negeri ini, di samping syiar Islam terbina yang bermuara pada penguatan kehidupan beragama di era globalisasi ini,” ucap Dewi, pengunjung yang datang bersama keluarganya.

Bahkan, menurutnya, masyarakat yang berkunjung ke Ramadhan Fair ini tidak perlu ragu untukj singgah di stan-stan yang ada, khususnya stan kuliner. Pasalnya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Medan telah mengeluarkan standar harga jual makanan. Harga tersebut ditetapkan setelah dilakukan survei di tempat-tempat dagangan lain di luar Ramadhan Fair.
Sedangkan untuk menghibur pengunjung, setiap malam di lokasi Ramadhan Fair menampilkan hiburan seperti musik gambus, musik debu, balasik dan artis-artis ibukota seperti Ebiet G Ade dan band Ungu.(adl)

Infrastruktur Masih Amburadul

MEDAN- Buruknya infrastruktur seperti jalan, drainase dan lampu penerangan jalan umum masih menjadi permasalahan yang sangat dikeluhkan masyarakat Kota Medan. Hal tersebut terungkap dalam reses anggota DPRD Medan dari daerah pemilihan (Dapil) II di aula Kantor Camat Medan Selayang, akhir pekan lalu.

Supianto, Kepala Lingkungan IX, Kelurahan Asam Kumbang, Kecamatan Medan Selayang mengatakan, kondisi sejumlah jalan setapak dan jalan protokol di kelurahannya mengalami kerusakan cukup parahn
Lubang menganga cukup besar dan sangat memprihantinkan.

Bahkan, salah satu ruas jalan setapak yang banyak dilalui warga tidak pernah disentuh pembangunan. Padahal, masyarakat melalui kantor kelurahan dan kecamatan sudah berulangkali mengajukan permohonan ke Dinas Bina Marga dan Dinas Perumahan Permukiman (Perkim) Kota Medan agar dilakukan perbaikan.

“Sejak Indonesia merdeka, jalan itu belum pernah dibangun. Padahal kita sudah berulangkali bermohon, bahkan pada reses sebelumnya persoalan itu juga sudah kita sampaikan, tapi sampai hari ini tidak terealisasi juga,” kata Supianto.
Persoalan buruknya saluran drainase di sepanjang Jalan Bunga Mawar juga dikeluhkan warga. Akibat kondisi drainase rusak, badan jalan yang penuh lubang tampak seperti kubangan. “Drainase yang ada di sepanjang Jalan Bunga Mawar itu tidak pernah dikeruk, sehingga jika hujan turun air akan meluap ke bandan jalan, bahkan sampai ke rumah-rumah penduduk di sekitarnya,” ungkap warga.

Selain itu, pada reses yang dihadiri sejumlah perwakilan SKPD Pemko Medan itu, Gidion Ginting, warga Jalan Pintu Air IV Gang Persatuan, Kelurahan Kwala Bekala, Kecamatan Medan Johor juga menyampaikan buruhknya kondisi lampu penerangan jalan umum di kawasan tersebut. Puluhan bahkan ratusan bola lampu penerangan jalan umum di sepanjang Jalan Pintu Air IV Gang Persatuan, tak satu pun berfungsi. Padahal lampu-lampu tersebut baru dipasang sekitar Desember 2010 lalu.

“Jalan setapak di Gang Persatuan itu termasuk jalan alternatif dari Jalan Jamin Ginting munuju Simalingkar B atau Yayasan Perguruan Al Azhar, tapi lampu penerangan jalan umum tidak ada yang menyala. Akibatnya, kawasan itu tampak angker pada malam hari dan rawan terjadi aksi pencurian, karenanya kami berharap hal itu bisa segera diperbaiki,” harap Gidion.

Menanggapi keluhan warga tersebut, Koordinator Tim Reses Anggota DPRD Kota Medan Dapil II Ir M Faisal Nasution mendesak SKPD yang belum merealisasikan program-program yang dianggarkan di APBD Kota Medan tahun 2011 agar segera direalisasikan, paling lambat Oktober mendatang. “Sejumlah keluhan yang disampaikan warga setahu kita sudah ada yang dianggarkan di APBD maupun P-APBD tahun 2011. Karena itu, kepada SKPD kita minta agar semua yang sudah diprogramkan segera direalisasikan, selambat-lambatnya Oktober harus sudah selesai,” tegas Faisal.

Aspirasi masyarakat yang banyak di terima pada reses ke II ini, kata Faisal, Dinas Bina Marga dan Dinas Pertamanan yang menjadi sorotan karena kondisi infrastruktur jalan dan drainase serta lampu jalan masih banyak bermasalah. “Kita meminta agar Dinas Bina Marga lebih serius mengatasi keluhan rakyat. Begitu juga Dinas Pertamanan, kita minta agar semua lampu penerangan yang mati segera dinyalakan, karena warga setiap bulannya sudah membayar pajak untuk itu,” katanya.

Sementara itu, Daniel Pinem anggota DPRD Medan dari Farksi PDI-Perjuangan mengaku kecewa dan menyesalkan sikap pimpinan SKPD di jajaran Pemko Medan yang tidak mau mengahdiri reses tersebut. Padahal, reses bertujuan untuk meyerap, menampung, menghimpun, dan menindaklanjuti aspirasi rakyat. “Kita sengaja menjadwalkan reses ini tidak bersamaan dengan reses di Dapil lainnya dengan maksud agar kepala SKPD jajaran Pemko Medan bisa hadir, tapi kenyataan satu orang pun tidak ada kepala dinas yang hadir. Mereka hanya mengutus bawahan sekelas kepala seksi yang tidak bisa mengambil keputusan,” kata Daniel.

Menurut Daniel, ketidakhadiran para kepala SKPD itu diduga karena mereka takut dan tidak mampu mempertanggugjawabkan program kerja yang sudah dianggarkan di APBD Kota Medan yang telah dan sedang berjalan. “Pada reses-reses sebelumnya kepala SKPD juga tidak pernah ada yang hadir. Saya kira ini suatu bukti bahwa mereka tidak siap berhadapan langsung dengan masyarakat dan tidak mampu mempertanggujawabkan program kerjanya,” ujar Daniel.

Bahkan, para anggota DPRD Medan Dapil II yang hadir di antaranya Burhanuddin Sitepu, Damai Yona Nainggolan, Salman Alfarisi, Zul Murado Slawat Siregar, Daniel Pinem, Drs Paulus Sinulingga dan Kuat Surbakti, secara tegas meminta kepada Wali Kota Medan untuk segera mengevaluasi kinerja kepala Dinas Pendidikan dan kepala Dinas Kesehatan karena dinilai telah melecehkan para anggota dewan dengan tidak menghadiri reses yang dilaksanakan di Kantor Camat Medan Selayang itu. “Kita sangat kecewa kepada Kepala Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan karena perwakilnya saja tidak ada hadir. Padahal kehadiran mereka sangat diharapkan guna menyerap aspirasi masyarakat,” kata Daniel.(adl)

Menjambret untuk Bayar Utang

Tak punya uang untuk bayar utang, membuat David Siahaan (36), warga Jalan Kalimantan, Tanjung Morawa, gelap mata. Dia bersama temannya Gardan Sianturi (30), warga Jalan GB Josua Gang Saudara, nekat menjambret Insriyani (24)n warga Pondok Surya, Helvetia di Jalan Krakatau Medan. Sialnya, aksi tersebut gagal karena tertangkap warga. Tak ayal, kedua pemuda ini pun babak belur sebelum diserahkan ke Mapolsekta Medan Timur.

Menurut David, siang itu dia mengajak Gardan ke rumah saudaranya di kawasan Jalan Sampali untuk meminjam uang guna membayar utang. Namun sayang, saudaranya tidak bersedia meminjamkan uang kepada David. Dengan perasaan kesal, dia pun pulang dengan mengendarai sepeda motor Mio BK 3825 AAG.

Di tengah jalan, mereka berpapasan dengan Indriani yang baru pulang mengantar adiknya ke kawasan Komplek Wartawan, Jalan Sidorukun Medan. David melihat dompet Indriani yang diletakkan di bawah stang sepeda motornya. Lantas, David meminta Gardan yang mengemudikan sepeda motor untuk memepet Indriani.
Ketika berada di traffic light Jalan Krakatau Simpang Jalan Bilal, David langsung mengambil dompet tersebut dan meminta Gardan untuk tancap gas.

Mengetahui dompetnya diambil, Indriani kontan berteriak dan mengundang perhatian warga serta petugas polisi yang bertugas di Pos Polisi Simpang Jalan Bilal. Kedua pemuda tersebut berusaha kabur. Namun naas, saat berada di depan Supermarket Kasimura, kedua tersangka berhasil diringkus warga yang mengejar dan dihajar hingga babak belur. Beruntung petugas dari Polsekta Medan Timur cepat tiba di lokasi kejadian dan mengamankan tersangka dari amukan warga serta memboyongnya ke Mapolsekta Medan Timur.

“Jujur Pak, saya menjambret untuk membayar hutang. Saya sudah tak tahu mau cari uang kemana. Jadi, begitu saya lihat ada dompet, langsung saya sikat aja,” katanya saat diinterogasi polisi.(mag-7)

Selipkan Sabu-sabu dalam Bra

Dua Ibu Rumah Tangga Ditangkap Petugas Lapas Tanjung Gusta

MEDAN- Bermaksud untuk mengunjungi suami yang mendekam di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Klas I Tanjung Gusta Medan, dua ibu rumah tangga (IRT) ditangkap petugas Lapas, Jumat (19/8). Pasalnya, kedua IRT tersebut tertangkap tangan ingin menyelundupkan sabu-sabu seberat 13 gram ke dalam Lapas dengan menyelipkan barang haram tersebut ke dalam bra.

Kedua IRT tersebut yakni Ne (47), warga Jalan Gaperta, Lorong Banten, Medan Helvetia dan Sr (45), warga Simpang Limun Medan. Keduanya ditangkap dalam waktu hampir bersamaan. Penangkapan kedua IRT ini dibenarkan Kepala Rutan Klas I Tanjung Gusta Medan Thurman Hutapea yang dikonfirmasi wartawan.

Dikatakannya, penangkapan kedua wanita itu bermula saat kedua IRT tersebut mau menjenguk suami mereka, yang ditahan dalam kasus narkoba. Dijelaskannya, penangkapan tersebut pertama kali dilakukan terhadap Ne. Dan Ne merupakan istri dari Mi (48), narapidana yang menjalani hukuman karena kasus sabu-sabu.

“Sekitar pukul 14.00 WIB, sesuai prosedur sebelum masuk, petugas menggeledah terhadap pengunjung dan seluruh barang bawaan. Saat Ne digeledah petugas wanita, ditemukan 13 paket sabu-sabu, yang disembunyikan di dalam bra,” ungkap Thurman.

Beberapa menit berselang, Sr juga berhasil ditangkap petugas Lapas, sekira pukul 16.00 WIB. Ketika itu, Sr bermaksud mengunjungi sang suaminya, Tau (47), yang ditahan dalam kasus narkoba. Sementara, modus yang dilakukan Sr ternyata sama dengan Ne yakni, menyembunyikan sabu-sabu di dalam branya. Bedanya, Sr hanya menyelundupkan sabu-sabu seberat 3 gram saja. Artinya, selisih 10 gram dari yang diselundupkan Ne. Terkait hal ini, untuk proses lebih lanjut, Ne dan Sr serta para suami mereka, Mi dan Tau diserahkan ke Polsekta Medan Helvetia.

Guna mengantispasi masuknya narkoba di lingkungan Lapas Klas I Tanjung Gusta tersebut, pihaknya akan tetap melakukan penjagaan yang ketat terhadap para pengunjung (tamu) yang masuk kedalam Rutan. “Kita sudah menyiagakan dua anggota polisi di dalam Rutan. Ini kita lakukan untuk mengantisipasi masuknya narkoba,” ujarnya.
Sementara Kapolsek Helvetia Kompol Sutrisno ketika dikonfirmasi membenarkan, pihaknya menerima keempatnya untuk diproses atas kasus narkoba tersebut. Ini untuk mengetahui asal sabu-sabu tersebut dan atas permintaan. “Kita masih lakukan pengembangan kasusnya. Ini untuk mengetahui asal sabu-sabu tersebut, dan kemungkinan lainnya,” pungkasnya. (ari)

HiPI Medan akan Demo Poldasu

Tersangka Penyelundup Gula Belum Ditahan

MEDAN- Dua pegawai Bea Cukai Belawan yang telah ditetapkan sebagai tersangka penyelundupan gula dari India, hingga saat ini belum juga ditahan Poldasu.

Kedua pegawai Bea Cukai Belawan yang telah ditetapkan sebagai tersangka tersebut yakni Ospaldo dan Syahrial, bertugas di Bagian Penindakan dan Penyidikan (P2) Bea Cukai Belawan.

Terkait hal itu, Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dir Reskrimsus) Polda Sumut Kombes Pol Sadono Budi Nugroho yang dikonfirmasi Sumut Pos mengenai hal tersebut, Minggu (21/8) mengatakan, sejauh ini pihaknya masih terus melakukan pelengkapan pemberkasan. “Untuk saat ini, sedang dilakukan proses pemberkasan,” katanya singkat.

Di lain pihak, Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Himpunan Pemuda Indonesia (HiPI) Kota Medan Atan M Gantar Gultom kepada wartawan mempertanyakan hal tersebut. “Dua oknum petugas Bea Cukai Pelabuhan Belawan yang telah ditetapkan sebagai tersangka penyelundupan dan pemalsuan dokumen 1.625 ton gula asal India, namun hingga kini belum juga ditahan Poldasu, ada apa?,” ungkapnya.

Ditambahkannya, karena hal itulah pihaknya akan melakukan demontrasi ke Mapoldasu pada Kamis (25/8) mendatang. Dan aksi itu berdasarkan surat DPC HiPI Kota Medan kepada Polda Sumut No : 2607/DPC/KM/PUR/VIII/2011 tertanggal 19 Agustus, hal pemberitahuan unjuk rasa pada Kamis, Tanggal 25 Agustus 2011 dengan jumlah massa sekitar 450 orang “Kita akan melakukan demo, guna mempertanyakan hal ini,” katanya.(ari)

Geng Motor Rusak Pos Polantas

MEDAN- Segerombolan anak muda yang diduga kelompok geng motor, melakukan pengrusakan terhadap pos polisi lalulintas di persimpangan Jalan Iskandar Muda-Jalan Pattimura Medan, Minggu (21/8) dinihari ppukul 02.00 WIB. Akibat ulah nakal para gerombolan tersebut, membuat kaca-kaca pos polisi tersebut hancur berantakan serta batu-batu yang diduga untuk memecahkan kaca-kaca tersebut berserakan di lokasi kejadian.

Menurut keterangan Ridho, warga setempat, gerombolan pemuda tersebut datang dari Jalan Patimura. Merekamembawa senjata tajam seperti kelewang, samurai dan ada juga yang membawa kayu balok. Mereka membabi buta merusak Pos Polantas tersebut.

Kapolsek Medan Baru AKP Doni Alexander dan didampingi Kanit Reskrim Polsek Medan Baru, beberapa setelah kejadian tiba di TKP. Saat ditanya wartawan, Dony enggan diwawancarai. Namun, dia sempat mengatakan, gerombolan tersebut jangan disebut geng motor. “Nanti jadi besar kepala mereka,” katanya.

Namun anehnya, Minggu (21/8) sore, Pos Polantas tersebut sudah diperbaiki sehingga tidak terlihat lagi kerusakan. Dan itu dikatakan oleh Kanit Reskrim Polsek Medan Baru Iptu Andik Eko Siswanto, untuk membantah kejadian itu, dan pihaknya tidak melakukan penyelidikan atas aksi tersebut. “Coba kamu lihat sekarang, apa ada kerusakan. Tidak adakan. Berarti itu negatif. Jadi tidak ada penyelidikan yang dilakukan,” jawabnya.(ari/mag7)

Pegawai Kejatisu Dihajar Debt Collector

MEDAN- Tindakan brutal layaknya preman dilakukan sejumlah debt collector yang bekerja di penyedia layanan jasa koperasi simpan pinjam terhadap konsumennya, Sabtu malam (20/8) sekitar pukul 18.30 WIB. Pemukulan tersebut dialami Taufik Hidayat (30), warga Jalan Karya Bhakti No 138 Lingkungan VIII, Kelurahan Indra Kasih, Kecamatan Medan Tembung, karena belum membayar angsuran pinjaman uang sebesar Rp3 juta selama dua bulan dari rencana 6 bulan angsuran dari Yoga Finance.

“Saat hendak membeli makanan, aku ditelpon sama adikku (Rina). Dia bilang orang leasing datang ke rumah,” jelas Taufik, Minggu (21/8). Mendengar laporan itu Taufik selanjutnya berbalik arah dan menjumpai dua orang leasing yang mencari dirinya.

Selanjutnya kedua orang tersebut mengajak Taufik menemui Ginting selaku pemilik Yoga Finance. Sesampainya di Auto Finance Jalan Veteran Nomor 3B, sudah menunggu pegawai Yoga Finance yang diketahui bernama Manda.
“Di sana saya disuruh masuk bersamaan dengan sepeda motor saya. Manda terus mendorong aku dan sepeda motor ku masuk ke sebuah ruko. Tapi aku nggak mau, soalnya Ginting tidak ada di tempat,” ungkap Taufik.

Namun setelah itu, kata Taufik, hadir dua orang pria bertubuh tegap datang ke lokasi dan menyarankan agar sepeda motor korban ditinggal di koperasi tersebut sembari mengancam akan menembak korban jika tidak menghiraukan perintahnya.

“Karena aku sempat menolak, mereka berlima mengeroyok aku hingga babak belur termasuk Manda juga. Mereka juga menahan sepeda motor spin warna biru BK 6818 BQ milikku. Padahal, didalamnya ada surat-surat penting termasuk surat perjanjian pinjaman di Yoga Finance,” tandasnya.

Merasa jadi korban penganiayaan, Taufik tidak tinggal diam dan melaporkan peristiwa ini ke Polsek Medan Labuhan. Sesampainya di sana, korban disuruh untuk melakukan visum untuk memperkuat bukti-bukti penganiayaan. “Pukul 22.00 Wib aku membuat laporan ke polisi. Dengan bekal LP No. Pol : LP/1106/VIII/2011/SU/PEL BLW/SEK-Medan Labuhan, aku visum ke rumahsakit Wulan Windi,” ungkapnya.

Dirinya berharap agar pelaku penganiayaan ini ditangkap oleh pihak kepolisian dan diadili dengan seadil-adilnya karena sudah melakukan tindak pidana kekerasan. “Dan juga memberikan ganti rugi atas apa yang saya alami,” tuturnya.(uma)

Waktunya Bersyukur dan Menjalin Silaturahmi

Buka Puasa Bersama Karyawan Riau Pos Group Divisi Regional Medan

MEDAN- Ungkapan syukur wajar disampaikan kepada Allah SWT atas nikmat yang tak terhingga, yang sampai saat ini masih bisa dirasakan.

“Bayangkan saja jika kita harus membayar nikmat yang hingga saat ini diberikan-Nya. Misalnya kita harus membayar untuk bernafas saja, untuk satu hari kita memakai oksigen sebanyak 2.880 liter. Sedangkan untuk nitrogen 1.376 liter per hari. Jika rata-rata oksigen dan nitrogen dijumlahkan per liter Rp60 ribu, maka untuk satu hari saja kita harus membayar Rp170 juta. Dan untuk satu bulan kita akan membayar Rp5,1 miliar. Untuk bernafas saja gaji tak cukup,” ungkap CEO Riau Pos Grup H Makmur, pada acara Buka Puasa Bersama Karyawan Riau Pos Group Divisi Regional Medan di Soechi Hotel Medan, Sabtu (20/8).

Dalam acara yang mengusung tema Dengan Hikmah Ramadan, Kita Tingkatkan Semangat dan Etos Kerja ini dimaksudkan untuk mempererat silaturahmi. “Dan ini perlu dipupuk terus. Pak Rida (Rida K Liamsi, Chairman Riau Pos Grup, Red) pernah mengatakan, grup ini dibesarkan dengan dasar kebersamaan, persaudaraan dan silaturahmi. Dan untuk menerapkan hal itu bukan satu hal yang gampang,” ujar Makmur.

Ia juga mengatakan, Allah SWT berjanji jika kita mempertautkan silaturahmi antarsesama, maka rezeki akan dimurahkan dan umur akan dipanjangkan oleh-Nya. “Dengan komunikasi yang lancar akan memudahkan semua dan itu bisa dilakukan dengan menggelar acara seperti ini. Untuk itu mari kita sama-sama kembangkan perusahaan dengan usaha maksimal,” harap Makmur.

Makmur juga menegaskan,  Ramadan bukan menjadi satu alasan untuk bermalas-malasan dalam bekerja. “Malah sebaliknya, Ramadan harus dijadikan alasan untuk semakin semangat bekerja. Karena setiap perbuatan kita yang baik-baik akan dihitung sebagai amalan pada Ramadan ini,”
ujarnya.

Makmur juga menuturkan, acara ini merupakan kegiatan rutin tiap Ramadan. “Untuk tahun ini kegiatan ini sudah dimulai sejak Selasa (16/8) lalu di Pekan Baru, 18 Agustus di Batam, 19 Agustus di Padang, hari ini (20/8) di Medan. Dan akan terus berlanjut pada 22 Agustus di Jakarta, 24 Agustus di Tanjung Pinang dan berakhir di Dumai,” paparnya.
Acara yang diawali pembacaan ayat suci Al Quran ini dihadiri Chairman Riau Pos Grup Rida K Liamsi, PO Riau Pos Grup Divre Medan Marganas Nainggolan dan unsur pimpinan Divre Medan.

Acara buka puasa bersama ini juga dirangkaikan dengan memberikan santunan kepada 50 anak yatim yang dikoordinatori Pos Keadilan Peduli Ummat (PKPU), serta penyerahan THR secara simbolis.
Pada acara yang dihadiri ratusan karyawan Riau Pos Group Divre Medan ini diisi dengan penyampaian tausiah oleh Al Ustadz Ngatman Aziz menjelang berbuka puasa.

Pada tausiahnya Ngatman menuturkan, apa yang dilakukan pada Ramadan adalah ibadah. “Ibadah merupakan manifestasi wujud rasa sukur dari nikmat yang telah diberikan Allah SWT kepada kita,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, implementasi etos kerja ini juga terwujud pada pelaksanaan ibadah yang dilakukan. “Seperti puasa, ibadah puasa ini jangan dikambinghitamkan sebagai alasan untuk tak semangat bekerja, tapi sebaliknya,” tegas Ngatman.

Menurutnya, hikmah Ramadan juga erat hubungannya dengan persaudaraan. Layaknya tubuh, jika ada yang sakit maka yang lain juga akan ikut sakit. “Misalnya kaki kita sakit, karena itu kita tak bisa tidur. Tapi pada dasarnya mata tak pernah mengeluh atau mengupat kepada kaki. Karena kaki juga merupakan bagian dari tubuh yang sempurna,” katanya. Pada acara tersebut juga dihibur dengan beberapa lantunan musik acapela dari Esensi Nasyid. (saz)

Wisjnu Tak Layak Jadi Kapolda

Marah-marah Sama Wartawan

Kucari Kalian Kalau Macam-macam Sampai ke Lubang Semut…

MEDAN- Sikap Kapolda Sumatera Utara (Sumut) Irjen Wisjnu Amat Sastro yang marah-marah saat beberapa wartawan mencoba mewawancarainya, Jumat (19/8) lalu, mendapat tanggapan dari anggota Komisi III DPR, Desmond Junaidi Mahesa. Politisi dari Partai Gerindra itu mengaku tidak kaget jika Wisjnu bersikap arogan.

“Wajar kalau dia emosional, karena memang dia itu jenderal yang belum matang,” ujar Desmond Mahesa saat dihubungi Sumut Pos, Sabtu (20/8).

Mantan aktivis 1998 ini menilai, sebelum menjadi Kapolda Sumut, prestasi Wisjnu di kepolisian biasa-biasa saja, tidak ada yang menonjol. Pengalamannya pun, lanjutnya, masih minim.

“Karier Pak Wisjnu itu biasa-biasa saja, tak punya prestasi, pengalaman kurang, sehingga tidak memiliki sifat kepemimpinan yang matang,” beber Desmond.

Kok bisa jadi Kapolda Sumut? Anggota dewan yang membidangi hukum itu mengatakan, karena nasib baik saja Wisjnu bisa menjadi Kapolda di wilayah besar seperti Sumut. Wisjnu, imbuhnya, bisa menjadi Kapolda hanya karena dia teman dekat Jenderal Pol Timur Pradopo.

“Jadi hanya karena faktor pertemanan, faktor perkoncoan saja dia bisa jadi Kapolda. Menurut saya dia tak layak menjadi Kapolda. Emosinya juga belum matang sebagai seorang perwira, apalagi Kapolda di Medan,” ungkapnya.
Desmond menilai, sikap yang seperti itu sudah mencerminkan bahwa Wisjnu belum punya sifat kepemimpinan yang baik. Justru yang ditunjukkan adalah arogansi. “Kalau dia mengaku nggak takut, ya memang dia nggak takut, karena yang ditakuti hanya Timur Pradopo, yang menjadikan dia sebagai Kapolda,” kata Desmond lagi.

Desmond mengatakan, begitu Timur menduduki jabatan Kapolri, sempat beredar kabar Wisjnu akan menjadi Kapolda Kaltim. “Eh, ternyata malah jadi Kapolda Sumut,” kata Desmond.

Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan, Nuriyono SH menyatakan, sebaiknya Kapolri Jenderal Timor Pradopo mengambil langkah untuk mengevaluasi Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro.

“Bagi Kapolri, kalau ditemukan kesalahan, kapolda harus dievaluasi atau paling tidak diingatkan untuk mengawal kebijakan dan sikapnya. Karena, arogansi itu menunjukkan atau menimbulkan
ketidakpercayaan kepada masyarakat dan terutama kalangan media. Dan sikap itu dapat merugikan institusi kepolisian dalam mengemban tugasnya,”  tegasnya.

Lebih lanjut Nuriyono menyatakan, seharusnya dalam menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban,
Polisi harus dekat dengan siapa saja, terutama media. Karena itu sangat penting untuk menjalankan
fungsi,” terangnya.

Salah satunya, sambung Nuriyono, jika ada kasus atau tindak kejahatan yang dilakukan oleh personel polisi, Kapolda bisa tahu dari media. “Segala tindakan polisi itu selalu disorot. Media sebagai filter untuk menjalankan fungsi keamanan dan ketertiban itu. Seperti misalnya ada kasus atau tindak pidana yang dilakukan oknum polisi, Kapolda bisa tahu dari peran media.  Karena, tidak mungkin Kapolda bisa  menjangkau itu semua, tanpa peran media. Jadi, sangat tidak tepat kalau kapolda mengambil jarak dengan media dan wartawan pasti akan ada dampak, terutama dengan pimpinan media,” tambahnya. Maka dari itu, lanjut Nuriyono, sangat tidak tepar bila Kapolda Sumut mendiskreditkan peran media.

Saat ditanya, ada pernyataan Kapolda Sumut yang menyebut-nyebut nama institusi lain, Nuriyono juga menyatakan, sikap dan pernyataan itu bukanlah sebuah kearifan dari seorang pimpinan terlebih lagi pimpinan kepolisian.
“Sangat tidak tepat membandingkan dengan institusi lain. Itu menunjukan ketidakarifan. Harusnya Kapolda itu merangkul,” cetusnya.

Sekadar diketahui, sebelumnya Kapolda Sumut Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro marah-marah saat beberapa wartawan coba mewawancarainya. Kepada salah seorang wartawan media cetak terbitan Medan, Wisjnu sempat
mempertanyakan identitasnya.

“Kamu wartawan mana, mana kartu wartawan mu,” ujar Wisjnu meminta wartawan itu memperlihatkan identitasnya, Jumat (19/8) lalu di Mapolda Sumut.

Kapolda mengingatkan kepada wartawan, bahwa di Polda Sumatera Utara, ada struktur kerja organisasi yang mempunyai kewenangan dan tugas masing-masing.

“Kenapa harus saya yang kalian temui. Ini kan ada struktur organisasi, ingat loh, jadi kalau ada humas ya humas, nanti kalau nggak dikasih laporkan ke saya. Saya banyak kerjaan, bukan kalian saja. Itu di ingat baik-baik. Jadi, jangan harus saya,” ujar Wisjnu dengan nada tinggi.

Sembari berbicara, wartawan yang ia minta menunjukkan identitasnya pun memberikan surat tugasnya sebagai wartawan di Unit Polda Sumut.

“Mana kau punya, soalnya banyak wartawan-wartawan nggak jelas,” kata Wisjnu, sembari melihat secarik kertas yang ditunjukkan wartawan dari salah satu media cetak.

“Ini kalian cek, kalau nggak jelas kasih keluar. Coba tengok mulainya bulan Agustus, berarti baru ini kan. Harusnya punya kartu, lain kali saya nggak akan layani, tolong dicek ya,” ujar Wisjnu memerintahkan pada anggota Provost yang mendampinginya.

Wartawan yang ada persis berada di sebelah kiri wartawan itu, juga sempat memperlihatkan Id Card tugasnya kepada Kapolda. Namun Kapolda tak mau melihatnya.

“Nggak usah,” ujar Wisjnu.

Wisjnu menyebutkan, banyak wartawan nggak jelas, kerjanya nakut-nakuti.

“Saya nggak takut, ku cari kalian kalau macam-macam. Sama kita anak Medan, aku juga anak Medan. Sampai ke lubang semut saya cari kau, saya lepas pangkat saya, saya cari kamu. Itu loh, jadi mari kita sama-sama saling menghargai,” ujar Wisjnu yang mengarahkan wajahnya pada semua wartawan yang berada di situ saat itu.

Wisjnu sempat menggeluarkan dompetnya dan menunjukkan identitasnya pada wartawan.

“Saya kasih contoh, saya juga ada KTP, SIM, KTA, lengkap ini. Karena banyak sekarang Polisi gadungan, wartawan juga ada gadungan,” kata Wisjnu yang mengenakan baju kaos hitam berkerah. Namun, tak lama berselang, Wisjnu tampak mulai mau diwawancarai.

“Mau tanya apa?” tanya Wisjnu.

Setelah panjang lebar menjelaskan terkait bantuan mobil dan kereta dinas, termasuk mobil dinas baru yang akan ia gunakan. Wartawan kembali mempertanyakan seputaran kasus yang melibatkan anggotanya, yakni kasus penipuan Rp3,5 miliar, yang dilaporkan seorang wanita bernama OK Elvindri alias Nona. Mendengar pertanyaan itu, Wisjnu kembali menjawab dengan nada tinggi.

“Sekarang ku tanya sama kalian baik-baik, banyak masalah orang lain, kenapa tidak ditanya. Kok, Polisi kalian tanya saja,” ujar Wisjnu sembari menyebutkan, pihaknya telah melakukan pemeriksaan terkait kasus tersebut. “Lagi saya periksa, kita periksa kok” katanya.

Lalu Wisjnu kembali menyebutkan, kalau instansi lain berbuat begitu. Dia sempat menantang wartawan. “Berani kalian, kalau ada instansi lain buat gitu, selain Polisi, berani kalian. Jadi, jangan
Polisi yang kalian cari-cari saja salahnya. Tolong jangan kita ini terus didesak. Kecuali saya nggak kerja, ini kan kita lagi periksa,” ujar Wisjnu kembali dengan nada tinggi.

“Kalau kau memang mencari berita untuk membangun bangsa ini sama kan semua, itu loh. Ini apa dikit, Polisi. Tadi aja kalian kejar saya terus buru-buru. Kalau kau memang niat membangun bangsa ini, ya semua kau tanyakan. Tanya kan sama instansi lain, apa yang sudah dibuat. Saya tantang kalian,” ujar Wisjnu, sembari mengucapkan nada-nada nasehat.
“Jadi tolonglah, seolah-olah Polisi ini nggak berguna lagi dengan masyarakat,” kata Wisjnu mengakhiri.

Lantas apa kata Kapolda Sumut soal tindakannya kepada wartawan? Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro kepada wartawan kembali menunjukkan sikap arogannya dengan memarahi wartawan Sumut Pos ketika dihubungi melalui ponselnya, Sabtu (20/8). Wisjnu seolah tidak menganggap itu menjadi masalah.

“Kenapa rupanya? Terserah kalian kalau mau kalian muat,” ungkapnya.
Saat kembali ditanya ternyata ponselnya langsung dimatikannya. “Udah, terima kasih,” katanya singkat. (ari/sam)