28 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 14860

Pemain PSMS Ramai-ramai Tuntut Gaji

MEDAN-Tak sanggup lagi dikibuli oknum pengurus soal pembayaran gaji, tujuh pemain PSMS mengadu ke KONI Medan di Jalan Stadion Telanda, Rabu (20/7) kemarin. Mereka menuntut agar nasibnya diperhatikan.

Sekitar pukul 10.00 WIB, pemain yang berjasa membawa PSMS ke babak delapan besar Divisi Utama Liga Indonesia musim lalu berbondong-bondong mengadukan nasib. Yang dituju adalah Ketua KONI Medan, Dzulhifzi Lubis atau yang akrab disapa Opung Ladon.

Adalah Donny Fernando Siregar, Faisal Azmi, Tri Yudha Handoko, Ari Yuganda, Andi Setiawan, Ade Chandra Kirana dan Irwin Ramadhana yang mewakili 21 pemain lainnya.

Sekitar 30 menit menanti di kantor KONI Medan yang baru itu, Opung Ladon akhirnya tiba dan menemui perwakilan para pemain.

Menggebu-gebu, para pemain silih berganti mencecar Opung dengan curahan hati masing-masing. Mereka sudah muak terus dijanjikan soal pembayaran gaji oleh Sekretaris Umum PSMS, Idris SE.

Donny Fernando Siregar-pencetak gol ke tiga ke gawang Persiba Bantul di laga akhir Babak Delapan Besar musim lalu, lebih dulu buka suara. “Kami tidak tahu lagi Pak, mau mengadu kepada siapa dan kemana. Kami tanya pengurus, tidak ada tanggapan. Yang kami dapat hanya janji demi janji,” koar mantan pemain Persijap Jepara dan Persiba Balik Papan itu.

“Anehnya saya malah ditudu provokator oleh Idris lantaran saya selalu tanyakan soal hak kami ini. Ini jadi ancaman bagi saya. Toh yang saya perjuangkan hanya sisa satu bulan gaji, sedangkan kawan-kawan ada yang sampai dua bulan gaji. Kan tidak mungkin saya yang menghasut. Mohon perhatiannya pak,” kata Donny lagi.

Wakil kapten tim, Faisal Azmi pun tak takut bicara. Menurutnya, pemain selama ini tidak penah ditemui oleh perwakilan pengurus untuk bicara hak. “Kami hanya dijanjikan via telepon pak,” kata pemain yang belakangan bekerja di Bank Sumut itu.

Tak hanya asal mengadu bak anak kecil, para pemain turut membawa salinan draft kontrak masing-masing. Terlihat jelas sejumlah klausul yang coba ‘diakali’ oleh Idris. Yakni soal pembayaran sisa gaji. Di kontrak pemain lokal yang paling awal direkrut, disebutkan pemain lokal akan mendapatkan sisa gaji hingga bulan Agustus (tiga bulan- Red) jika masuk ke 12 besar. Luar biasanya, PSMS mampu menembus delapan besar. Artinya tiga bulan sisa gaji wajib diselesaikan pengurus. Jika tidak, berarti ada pelanggaran klausul kontrak.

Pemain yang awal dikontrak pada sesi rekrutan awal disebutkan memulai kontrak bulan September 2010 dan berakhir Agustus 2011 mendatang. Sedangkan pemain asing sejak Oktober 2010 hingga September 2011 (11 bulan). Klausul itu beda dengan rekrutmen pemain yang dilakukan pengurus di putaran kedua. Bedanya antara satu hingga dua bulan.
Setelah puas berkeluh kesah, Opung yang sedari tadi mendengarkan pun akhirnya sepakat akan membantu penyelesaian soal gaji. “Mudah-mudahan sebelum puasa sudah lunas. Saya sudah tanya kepada Idris, kabarnya dia sedang sibuk cari uang itu,” kata Opung.

Pun, Opung berusaha memberi jalan tengah yakni dengan mengusahakan pembayaran gaji dua bulan terakhir saja. Ini akan coba digaransi kepada para pemain jika setuju dengan jalan tersebut.

Pemain tampaknya setuju dengan tawaran win-win solution itu. Dari pada tidak dapat sama sekali. “Kami saat ini hanya berharap kepada KONI Medan soal gaji kami. Pengurus yang lain tidak lagi peduli,” koar Andi Setiawan kiper PSMS.
Lalu, sepakatkah KONI Medan jika pengurus musim lalu direvolusi?  “Kami akan melaporkan kondisi PSMS saat ini kepada Wali Kota Medan, Rahudman Harahap. Bisa jadi 90 persen pengurus diganti, karena ke depan tantangan kompetisi makin ketat dengan dilarangnya APBD,” pungkas Opung. (ful)

Hari Anak Nasional Bagi-bagi Akta Gratis ke Anjal

Peringatan Hari Anak Nasional di Sumatera Utara dilangsungkan di di pelataran Pekan Raya Sumatera Utara, kemarin (20/7). Dalam memeriahkan Hari Anak Nasional sekaligus memperlihatkan kepedulian pemerintah, Dinas Kesejahteraan dan Sosial Sumut memberikan akta kelahiran gratis bagi sepuluh anak jalanan.

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan akta ini diantaranya melampirkan kartu keluarga, surat nikah kedua orangtua, surat keterangan kelahiran dari desa, KTP orang tua, serta adanya saksi yang membenarkan anak tersebut merupakan anak jalanan dari keluarga yang disebutkan dalam berkas pengajuan akta.

“Bila orangtua tak memiliki surat nikah, maka keterangan yang tertera dalam akta hanyalah hubungan anak dengan ibunya sebagai tanda kelahiran,” kata Kepala Dinkesos Sumut Robertson.

Pihak Dinkesos Sumut berusaha agar kegiatan ini dapat terus dikembangkan. Jadi kedepanya bisa memfasilitasi lebih dari sepuluh anak jalanan.

Robertson berharap agar masyarakat dan dinas-dinas terkait bisa berkerja sama mewujudkan misi tersebut. “Akta kelahiran itu diberikan kepada anak jalanan yang berusia antara 1-18 tahun. Mereka rata-rata menggunakannya untuk keperluan masuk sekolah ke taman kanak-kanak dan SD. Akta kelahiran ini rata-rata diajukan dari yayasan rumah singgah anak jalanan,” paparnya.

Hari anak tahun ini bertema ‘Anak Indonesi Sehat, Kreatif dan Berakhlak Mulia’ ini bertujuan menumbuhkan kepedulian kesadaran dan peran aktif stakeholders serta masyarakat pada umumnya dalam bidang kesehatan dan pemenuhan hak-hak anak, pemberian layanan pendidikan, gizi serta memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada seluruh lapisan masyarakat tentang penyelenggaraan Hari Anak Nasional 2011.

Pemerintah berdasarkan Kepres Nomor 44 Tahun 1984 telah menetapkan 23 Juli setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Anak Nasional. Karena itu setiap pemangku kepentingan wajib memberikan kepentingan terbaik bagi anak. Hal ini juga ditegaskan dalam Program Pembangunan Nasional,  yang menerangkan kesejahteraan dan perlindungan anak merupakan program prioritas.

Plt Gubsu menyatakan, ada lima hal yang harus menjadi agenda khusus pemerintah yang didukung memberikan dukungan agar setiap anak dapat memperoleh hak sebagaimana yang diamanatkan dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak. “Yakni pelayanan pendidikan dan pengajaran, pelayanan kesehatan dan jaminan sosial, kebebasan berpartisipasi untuk menyatakan dan didengar pendapatnya, beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak sebaya dan perlindungan dari diskriminasi serta eksplotasi,” paparnya, kemarin.(saz)

Camat Wajib Awasi Pasar Murah

Pramusaji Ramadan Fair Dilarang Tampil Seksi

Demi meningkatkan kebutuhan masyarakat Kota Medan, Pemerintah Kota Medan akan mengadakan pasar murah di 134 titik di 21 Kecamatan Kota Medan. Hal ini terkait dengan persiapan warga menyambut Hari Raya Idul Fitri 1432 H.

Soal pasar murah ini memang bukan hal yang baru bagi Pemko Medan. Karena itu, evaluasi dan perbaikan tahun demi tahun terus digelar pihak terkait. Wali Kota Medan Rahudman Harahap pun mewajibkan camat untuk mengawasi pelaksanaan pasar murah di wilayahnya masing-masing.

“Pembukaan pasar murah akan dipusatkan di Kecamatan Marelan Lapangan Rengas Pulau pada tanggal 25 Juli. Kegiatan ini digelar serentak di 21 kecamatan yang ada di Medan. Ada 134 titik pasar murah, yang rata-rata 5-6 titik per kecamatan, “ ujar Rahudman, Selasa (19/7) lalu, dalam rapat persiapan Pasar Murah dan Ramadan Fair di Balai Kota Medan.

Selain itu, Pemko Medan meminta kepada pihak Bulog ikut mengawasai kenaikan harga hingga ke tahap pendistribusian yang akan disalurkan ke masyarakat.  “Sesuai dengan arahan Pak Wali, kita akan memberikan subsidi terhadap seluruh bahan sembako dari jenis beras, gula, tepung, kacang tanah, mentega, sirup yang nantinya mempunyai perbedaan harga dengan pasar umum,” jelas Kadisperindag Medan, Syahrizal Arief.

Ditambahkannya, pada saat pembukaan, Wali Kota akan memberikan pernyataan menuju harga murah. “Jadi kalau untuk harga pastinya baru bisa kita tentukan usai acara pembukaan setelah Pak Wali meminta agar harga diturunkan,” ucapnya.Sedangkan untuk persiapan Ramadan Fair, agar pelaksanaan tahun ini lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya, segalanya harus diatur sesuai ketentuan. Di antaranya tata letak para pedagang harus tersusun rapi, pedagang harus mempunyai makanan ciri khas atau pedagang yang sudah berpengalaman, dan pedagang harus berdomisili di Kota Medan. Selai itu, persiapan di lapangan dikoordinasikan dan diberi kesempatan bagi pedagang tetapi tetap mematuhi peraturan yang ada.

“Kemudian tidak boleh ada yang makan minum sebelum berbuka puasa, para pramusaji hendaknya berpakaian rapi dan jangan pakaian seksi, setiap saat lokasi Ramadan Fair tetap bersih, jangan setelah tutup baru dibersihkan. Kemudian, Sat Pol PP tetap siaga di lokasi sebagai pengamanan,” ujar Rahudman.

Sedangkan untuk lokasi parkir, Rahudman meminta kepada Dinas Pertamanan untuk merapikan rumput halaman Istana Maimun dan memberikan penerangan yang cukup. “Untuk parkir  dikoordinasikan kepada pihak keluarga Istana Maimun dan Perpustakaan Provsu agar terpusat di 2 lokasi saja,” katanya.

Kadis Pariwisata Kota Medan, Busral Manan mengatakan jumlah tenda kuliner berukuran 5×5 m sebanyak 70 unit.  Sedangkan tenda UMKM ukuran 5x5m sebanyak 30 unit. (adl)

Ada Ruang Meditasi dan Tempat Rapat Wong Samar

Made Sudana, Politikus Nyentrik yang Membangun Gua untuk Rumah

Yang dilakukan Made Sudana ini termasuk langka. Dia membangun gua untuk rumah dan vila di lahan miliknya seluas 3,5 hektare. Mengapa dia begitu terobsesi dengan gua?

I KETUT ARI TEJA, Tabanan

Sehari-harinya Made Sudana dikenal sebagai politikus dari PDIP. Hingga kini, pria 53 tahun itu tercatat sebagai anggota DPRD Bali. Di kalangan wartawan yang meliput di gedung dewan itu, sosok Sudana kerap dinilai berpenampilan nyentrik. Meski di dalam gedung, dia sering mengenakan topi koboi.

Ketika bersidang dan saat berbicara, suaranya lantang dan meledak-ledak. Kenyentrikan Sudana ternyata tidak hanya dari sisi penampilan. Santer disebut-sebut oleh teman-temannya, dia saat ini sedang membangun gua untuk dijadikan rumah. Karena penasaran, Kamis pekan lalu (14/7) Radar Bali (grup Sumut Pos) mendatangi rumahnya di Banjar Langlang Linggah, Desa Pakraman Langlang Linggah, Kecamatan Selemadeg Barat, Tabanan.

“Cang di goa ne (Saya ada di gua),” kata Sudana ketika dikontak Radar Bali melalui ponselnya. Saat itu pula Radar Bali diminta Sudana menyusul ke gua.

Dari rumah Sudana, gua yang dibangun itu berada sekitar satu kilometer ke barat. Hanya sekali bertanya kepada warga, gua itu berhasil ditemukan.

Gua tersebut berada di lahan 3,5 hektare milik Sudana. Di lahan itu ada beberapa pohon mangga yang mulai berbuah. Ada juga pohon kelapa dan pohon durian. Lokasi gua melewati Pura Dhang Kahyangan Gading Wani, Langlang Linggah. Ada jalan menurun cukup curam yang sudah dibeton sehingga bisa dilewati kendaraan.

Terlihat dari kejauhan Sudana dengan beberapa temannya sedang duduk di pinggir sungai. Gua itu memang bersisian dengan sungai. “Ini namanya (sungai) Tukad Balian,” ujar Sudana yang hari itu tampak santai dengan mengenakan kaus hitam dan sarung.

Sudana lantas mengajak Radar Bali berjalan ke selatan yang merupakan bagian paling tinggi dari bangunan gua itu. Di sana ada satu lubang gua. “Saat ini sedang digarap. Kedalamannya baru sekitar 10 meter. Saat ini masih ada orang bekerja,” kata bapak tiga anak itu.

Sudana menerangkan, gua tersebut akan dibuat secara melingkar. Mulai sisi depan hingga sisi belakang gua akan dibuat jalan seperti terowongan yang panjangnya sekitar 75 meter. “Lumayan panjang nanti. Tapi, dikerjakan pelan-pelan, tidak harus cepat,” ujar pria bertato api di jidatnya itu.

Di antara beberapa bagian gua yang sedang digarap itu, ada satu ruangan berukuran sekitar 4 x 6 meter persegi yang sudah jadi. Di sana ada tempat tidur dan foto Bung Karno. “Ini adalah idola dan tokoh panutan saya,” katanya bangga.
Ada juga ruangan yang didesan seperti tempat rapat. Bahkan, di dalam gua itu terdapat kolam. “Kolam ini tidak sengaja dibikin. Waktu digali, ternyata ada mata airnya. Karena itu, langsung saya bikin kolam,” tuturnya.

Bagaimana ceritanya hingga Sudana berniat membangun gua? Sudana menuturkan, ide membuat gua itu muncul begitu saja dalam benaknya. “Saya ingin dekat dengan alam. Kebetulan, saya punya lahan,” ungkapnya.

Karena ide itu muncul begitu saja, dia tak punya desain yang pasti dalam membangun gua tersebut. “Yang jelas, desainnya bisa berubah setiap saat,” tutur lulusan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Bali, itu lantas tertawa lepas.
Untuk membangun gua tersebut, Sudana menggunakan peralatan secara manual. Di antaranya, linggis dan patuk (sejenis pancal untuk batu padas). Sehari-harinya, pengerjaan gua tersebut diawasi sendiri oleh Sudana.
“Alat memang semua manual. Sempat ada mesin untuk memotong cadas, ternyata tidak cocok,” kata pria yang mendesain sendiri guanya itu.

Berapa pekerja yang dilibatkan” Politikus yang sempat menjabat ketua DPC PDIP Tabanan itu mengatakan, dirinya mempekerjakan sepuluh orang dalam pembuatan gua tersebut. “Enam orang dari Jawa dan empat orang lokal,” imbuhnya.

Urusan desain murni arahan Sudana. Bahkan, ketika muncul ide desain, dia langsung menggambar di kardus air mineral. Kemudian, desain itu ditempel di tebing yang akan dibuat gua untuk direalisasikan para pekerjanya.
Sudana berencana, selain membangun gua, membangun vila pribadi yang bangunannya murni alami. Rencananya, dibangun dua unit vila di atas puncak tanah yang mirip bukit itu. “Saya ingin polanya seperti Istana Tampak Siring Bung Karno melihat ke Tirta Empul. Kalau di sini, dari bukit bisa melihat Tukad Balian dan laut,” tuturnya.

Cita-cita lain Sudana ialah membuat taman anggrek. Bahkan, dia ingin mengumpulkan segala jenis anggrek. Dalam catatannya, anggrek yang akan dikumpulkan sudah ada sekitar 800 jenis. Tak hanya itu. Saat ini dia sedang membangun gubuk-gubuk sederhana. Jarak antara satu gubuk dan gubuk yang lain akan dibuat berjauhan. Gubuk itu bisa digunakan untuk tempat ngopi. Konsep tersebut dia lihat di Vietnam.

Ketika ditanya uang yang telah dihabiskan untuk membangun gua tersebut, Sudana menolak menjawab.
Kapan target selesai? “Saya tidak mematok waktu. Mengalir saja seperti Tukad Balian ini. Pepatah mengatakan, tidak cukup satu hari untuk menyelesaikan Kota Roma. Artinya, karya besar tidak boleh grusa-grusu,” jawabnya, lantas tersenyum.

Jika kelak sudah jadi, kawasan gua milik Sudana itu akan diberi nama Vila Gua. Ini bisa berarti vila dengan konsep gua. Bisa juga diartikan vila punyaku. “Vila gua sama juga artinya dengan Vila Gue (vila saya),” katanya, kemudian terkekeh.
Sudana mengatakan, apa yang dibangun itu tujuannya ingin meninggalkan jejak sejarah yang baik. “Ketika saya sudah tiada kelak, paling tidak untuk cucu atau penerus saya. “Bin pindan cucun cange pang inget (Suatu saat nanti biar cucu selalu ingat),” kata politikus berpengaruh di PDIP itu.

Sudana juga punya tujuan lain dengan guanya itu. Di salah satu bangunan gua miliknya, ada ruangan khusus untuk meditasi. Yang menarik, di salah satu ruangan dalam gua yang dipergunakan untuk rapat tadi tidak hanya untuk manusia. “Tempat rapat itu juga saya siapkan untuk wong samar (makhluk halus),” ujar Sudana.
Dia yakin, kawasan tersebut memiliki kekuatan lain. Setiap kali membangun bagian demi bagian dalam gua itu dia memulai dengan ritual-ritual ala Bali untuk memohon izin. “Misalnya, untuk vila. Saya pasang dulu kayu-kayu mirip bangunan dan ada ritualnya. Jika tidak, pasti akan rusak atau bakal terjadi hal-hal aneh,” jelasnya.(jpnn)

Tabarez Puji Suarez

STRIKER lincah Luis Suarez tampil gemilang saat membawa Uruguay lolos ke final Copa America. Atas penampilannya itu, pelatih La Celeste Oscar Tabarez menyebut Suarez memang salah satu pesepakbola terbaik di dunia.
Sebenarnya Suarez mengawali kiprahnya di Argentina 2011 ini dengan tak baik. Mencetak gol di laga pertama kontra Peru, di tiga laga selanjutnya ia mandul meski masih menyumbang satu assist serta aksi-aksi individunya yang mengundang decak kagum.

Namun di laga semifinal kontra Peru, Rabu (20/7) pagi WIB tadi, Suarez membuktikan jika ia layak dipercayakan sebagai tukang gedor di lini depan Uruguay. Sempat mandek di babak pertama, Suarez unjuk gigi di babak kedua dengan menciptakan dua gol yang membawa Uruguay lolos ke final.

“Dia (Suarez) adalah termasuk kelompok elit di dunia sepakbola. Kita berbicara soal keuntungan di lini depan. Itulah yang kami tunjukkan pada gol pertama. (Diego) Forlan dan Suarez berperan di sana. Sesudah itu, Peru tetap menyerang namun kami sudah mengontrol laga,” puji Oscar Tabarez, pelatih Uruguay.
“Lawan kami ini tangguh seperti yang telah kami perkirakan. Kami sudah punya pengalaman melawan mereka di laga pertama,” ungkap Tabarez.

“Kekhawatiran kami adalah (Paolo) Guerrero dan (Juan Manual) Vargas. Mereka punya determinasi tapi saya pikir kami mengontrol permainan,” tuntasnya. (net/jpnn)

Kecewa, Maradona Serang Batista

BUENOS AIRES-Legenda hidup sepak bola Argentina yang sempat membesut timnas Argentina Diego Maradona benar-benar kecewa setelah Tim Tango tersingkir di hadapan publiknya sendiri pada gelaran Copa Amerika 2011.
Menurut pria yang sohor dengan julukan Si Tangan Tuhan itu, yang layak disalahkan atas tersingkirnya Argentina adalah Sergio Batista dan Julio Grondona.

Mimpi Argentina untuk menjuarai Copa America di hadapan publik sendiri musnah seketika tendangan Carlos Tevez ditahan kiper Uruguay, Fernando Muslera, di laga perempatfinal, Minggu (17/7) pagi WIB.
Usai kekalahan itu, kritik menghambur buat Batista sang pelatih. Walau begitu, Asosiasi Sepakbola Argentina (AFA) memutuskan untuk mempertahankan Batista sebagai arsitek tim. “Kalau saya cuma menang sekali di Copa America, saya pasti akan mundur,” sindir Maradona kepada Batista seperti dilansir YahooSports.

Sebagai catatan, dari empat laga, ‘Tango’ cuma sekali menang melawan Kosta Rika di laga terakhir fase grup.
Maradona mengaku tidak banyak menyaksikan Copa America. Dari sedikit yang ia tahu, mantan pelatih Argentina sebelum Batista itu mengklaim kalau para pemain lebih bahagia bermain buat dia ketimbang buat Batista.
“Saya tidak bisa bicara banyak karena saya jarang melihat pertandingan (Copa America). Saat pemain (Argentina) masuk ke lapangan, hati saya seperti ditusuk-tusuk pisau,” ungkap Maradona.

Selain menyerang Batista, Maradona juga menyerang Grondona yang merupakan Presiden AFA. Di mata pria 50 tahun itu, Grondona tidak bisa bekerja dengan benar.
“Di sini (AFA), Don Julio (Grondona) berbuat semaunya. Karena mereka tidak juga sadar kalau ia tidak bekerja dengan baik, apa yang bisa saya lakukan,” tuntas Maradona. (net/jpnn)

Ramai-ramai Lapor ke KPK

Dugaan Korupsi Pengadaan Alkes di USU

MEDAN- Penanganan kasus dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (alkes) di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Sumatera Utara (USU) senilai Rp38 miliar, hingga saat ini berjalan di tempat. Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara (Kejatisu) terkesan tidak serius menangani kasus itu padahal empat profesor sudah diperiksa.

Kenyataan ini membuat geram sejumlah elemen masyarakat Sumut. Sejumlah elemen masyarakat berjanji mengambil sikap untuk melaporkan hal ini ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Sekretaris Forum Indonesia Untuk Transparansi Anggaran (Fitra) Elfenda Ananda, salah satu pihak yang berniat melayangkan surat pengaduan kKPK. “(Penanganan, Red) kasus ini tidak berjalan, Kejatisu terlihat tidak serius. Fitra akan menyurati KPK,” tegasnya.

Dari kaca mata Fitra, ada kemungkinan kekuatan elit daerah dan nasional yang mempengaruhi penanganan kasus ini. “Di tingkat nasional, meskipun kita belum memiliki referensi kuat, namun bisa saja ada hubungannya dengan aktor yang tengah terkenal saat ini Muhammad Nazaruddin. Untuk elit di daerah, bisa ada kemungkinan keterlibatan unsur pejabat sekaligus Muspida di daerah ini, sehingga kasus ini terkesan sulit dikuak,” bebernya.

Kemudian ada internal problem yang kemungkinan mengganjal proses hukum. Internal problem itu adalah para penyidik atau jaksa yang bernaung di Kejatisu itu notabene adalah alumni USU. Maka dari itu, ada keengganan dan keseganan manakala akan melakukan proses pemeriksaan.

“Banyak jaksa di Kejatisu mantan anak-anak didik para profesor di USU. Bisa jadi ini, adalah internal problem yang terjadi. Hal seperti ini harusnya ditepiskan dan persoalan ditangani secara profesional. Kalau Kejatisu tidak bisa profesional, sebaiknya serahkan kasus itu ke KPK,” tukasnya.

Hal senada dikemukakan Ketua Umum Forum Masyarakat Peduli Sumatera Utara (Formapsu), Awaluddin. Kondisi sekarang membuat pihaknya menilai  Kejatisu tidak mampu menangani kasus dugaan korupsi pengadaan alkes tersebut. “Segenap massa Formapsu akan mendesak Kejatisu menyerahkan kasus itu ke KPK. Atau, kita akan meminta KPK untuk mengambil alih,” tukasnya.

Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Lembaga Penyalur Aspirasi Rakyat (Lempar) pun berniat melaporkan kasus ini ke KPK. “Jika tidak ada perkembangan, kasus itu harus diserahkan ke KPK. Kami siap melaporkan itu secara langsung,” tegas Ketua Umum LSM Lempar, Ficky Padly Pardede.

Baik Elfenda Ananda, Awaluddin dan Ficky Padly Pardede sama-sama berharap elemen masyarakat lain melakukan hal yang sama, membuat laporan dugaan korupsi pengadaan alkes di rumah sakit pendidikan USU tersebut ke KPK. “Semakin banyak laporan, akan semakin cepat ditanggapi,” ujar Awaluddin dari Formapsu.(ari)

Finalis ke-19

Uruguay vs Peru

LA PLATA-Satu-satunya tim unggulan di ajang Copa Amerika 2011 Uruguay sukses melangkah ke partai final yang berlangsung Minggu (24/7) mendatang.

Itu setelah tim berjuluk La Celeste membungkam Peru pada babak semifinal yang berlangsung kemarin (20/7). Dua gol bagi La Celeste disumbangkan Luis Suarez (52’ dan 57’).

Dengan hasil itu maka Celeste akan melakoni partai final ke-19 sepanjang keikutsertaannya di ajang Copa Amerika. Sejauh ini Celeste telah 18 kali berlaga di partai puncak dengan raihan 14 gelar juara dan 4 kali sebagai runner up.
Artinya, dengan melangkah ke partai final maka Celeste berpeluang melewati rekor Argentina. Ya, Saat ini Uruguay dan Argentina tercatat sebagai negara tersukses di zona CONMEBOL dengan mengoleksi masing-masing 14 gelar Copa America (sebelumnya South American Championship –Red).

“Kami tahu kami bisa menang dan kalah. Sekarang, kami memiliki peluang memenangi final. Kami akan mencoba dan memenangkannya,” tegas pelatih Oscar Tabarez, Rabu (20/7).

Sementara itu striker Uruguay yang menjadi bintang lapangan saat timnya mengalahkan Peru Luis Suarez mengaku tak kuasa menahan kebahagiaan.

“Melakoni partai final di Argentina dan berpeluang melewati catatan rekor mereka (Argentina, Red) adalah sesuatu yang istimewa. Itu akan sangat menyenangkan. Sekarang saatnya kita menikmati, berpesta dan fokus ke partai final,” tandas Suarez.

Berbeda dengan Tabarez dan Suarez, gelandang energik Alvaro Pereira tetap meminta rekan-rekannya untuk tidak lupa diri merayakan kemenangan atas Peru.

“Kemenangan ini penting, saya senang, tapi kami harus tetap membumi. Tim ini sudah menunjukkan rasa lapar yang luar biasa untuk gelar juara dan sekarang kami harus fokus pada apa yang akan kami lakukan dan bagaimana melakukanya dari awal dengan berpikir semua laga adalah pertandingan final,” tandas Alvaro Pereira.
Pereira menambahkan jika Uruguay  bisa saja melakukan sebuah kesalahan, meski hal itu bukanlah sesuatu yang tak bisa dielakkan dan dapat dijadikan aslasan jika menemui kegagalan.
“Sekarang kami harus memperbaikinya dan berharap kami bisa memenangi tropi juara,” tandasnya. (bbs/jpnn)

Kinerja Timnas tak Beres

Dua Pemain Gagal Berangkat

JAKARTA – Kinerja manajemen baru Timnas patut dipertanyakan. Bagaimana tidak, dua pemain gagal berangkat ke Turkmenistan. Penyebabnya juga remeh. Yaitu calling visa dari Negara tujuan (Turkmenistan) tidak keluar. Pertanyaannya, kalau 17 pemain lainnya bisa kenapa dua pemain ini tidak. Dua pemain yang bernasib apes itu adalah Wahyu Wijiastanto dan Tony Sucipto.

Bisa jadi kejadian ini disebabkan karena hampir keseluruhan kru manajemen timnas diganti wajah-wajah baru paska terpilihnya Djohar Arifin sebagai Ketum PSSI periode 2011-2015 pada Kongres Luar Biasa (KLB) 9 Juli lalu di Solo.
Tadi malam wartawan mencoba menghubungi general manajer timnas Arya Abhiseka dan manajer timnas Ferry Kodrat untuk minta konfirmasi tapi tidak ada respon. Hanya humas timnas Dessy Christina menyebarkan infomasi ke media jika Tony Sucipto dan Wahyu Wijiastanto gagal berangkat ke Turkmenistan karena visa calling tidak keluar.

Sebagai ganti awalnya tim pelatih menginginkan Benny Wahyudi dan Eggy Melgiansyah. Akan tetapi dua pemain itu sudah terlanjur minta ijin pulang ke rumahnya masing-masing. Akhirnya hanya satu pemain yang siap menggantikan. Yaitu bek Sriwijaya FC Gunawan. Batal berangkatnya dua pemain itu dipastikan bakal berdampak pada strategi yang awalnya sudah dirancang pelatih Wim Rijsbergen.

Di sini timbul pertanyaan lagi, kenapa tiba-tiba Benny dan Eggy ditunjuk (meski gagal berangkat) dan akhirnya Gunawan yang berangkat – Apakah mereka ini sebelumnya sudah disiapkan visanya?
Dihubungi tadi malam Wahyu Wijiastanto yang masih berada di Hotel Kartika Candra mengaku sangat kecewa dan sedih dengan kejadian ini. Itu bisa dimaklumi. Sebab ini adalah kali pertama pemain terbaik Divisi Utama musim 2010/2011 itu dipanggil timnas senior Merah Putih.   “Saya jelas sangat kecewa mas. Ini mestinya menjadi debut saya di timnas senior,” kata Wahyu.

Palang pintu Persiba Bantul itu mengaku dirinya dan Tony diberi tahu kalau tidak bisa berangkat sekitar jam 15.00 kemarin sore. “Yang memberi tahu manajer Fery Kodrat langsung. Dia hanya bilang saya dan Tony tidak bisa berangkat karena visa tidak jadi. Tidak ada penjelasan lain-lain lagi. Setelah itu saya juga tidak tanya-tanya dan langsung kembali ke kamar karena sangat kecewa,” sambungnya.

Wahyu mengaku heran ini bisa terjadi. Sebab semua ditangani manajemen timnas dan pengurusannya dilakukan bersama dengan  pemain yang lain. “Mau bagaimana lagi mas. Mungkin ini belum rejeki saya,” beber Wahyu pasrah.
Tanda-tanda ketidakberesan pengurusan visa sebenarnya sudah tercium sejak dua hari sebelumnya. Waktu itu timnas yang sudah dilepas Djohar Arifin harus mengundurkan keberangkatan sehari.

Kekecewaan senada diungkapkan  Tony Sucipto. Menurut pemain Persija Jakarta itu kejadian ini baru kali pertama dialaminya selama berkarir di timnas. “Saya dan Wahyu tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Yang pasti soal visa ada yang mengurus sendiri dan  kami hanya menyerahkan semua persyaratan,” ujarnya. (ali/jpnn)

660 Liter Solar Diamankan

TEBING TINGGI-Jajaran Polres Tebing Tinggi berhasil menangkap 20 jeriken bahan bakar minyak jenis solar tanpa dilengkapi surat resmi yang ditaksir berisi 660 liter. BBM tersebut diamankan dari tangan pedagang BBM eceran di depan stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) No 14.206.162 di Jalan KL Yossudarso, Tebing Tinggi pukul 02.00 WIB, Rabu (20/7).

Solar 20 jeriken itu diangkut dua becak motor BK 4930 LU yang dikemudikan oleh Ismail Sitorus dan satu becak motor tanpa dilengkapi plat nomor kenderaan yang dikemudiakan Jihat. Menurut kedua warga Desa Pagurawan, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara ini, solar akan dijual kembali kepada pemilik sampan boat.

Ismail Sitorus berdalih, saat ini solar langka di wilayahnya. “Nelayan di Pagurawan butuh solar untuk boatnya pergi kelaut. Kami sebagai pengecer terpaksa harus membeli ke SPBU di Tebing Tinggi yang ada menjual solar,” ucap Ismail.
Kapolres melalui Kasat Reskrim Polres Tebing Tinggi, AKP Lili Astono mengatakan, kepolisian akan menindak semua pengecer yang membeli BBM ke SPBU melebihi dari target yang ditentukan Pertamina. “Pihak SPBU harus memeriksa para pengecer yang mempergunakan jeriken dengan menunjukan surat ijin dari Kecamatan setempat dan pembelian dibatasi 70 liter solar dan 40 liter bensin per pengecer,” tegas Lili Astono.

Penjual BBM eceran yang membeli BBM di SPBU menggunakan jeriken tidak resmi akan di tangkap. “Seperti hari ini, 20 jeriken bersama becak motor kita amankan ke Mapolres Tebing Tinggi untuk penyedikan lebih lanjut,” terangnya.
Ditempat terpisah, Kabag Perekonomian Pemko Tebing Tinggi, Ahmad Kaloko SE menjelaskan bahwa pihaknya tidak berwenang memberi sanksi kepada pengusana SPBU yang membandel di daerah Tebing Tinggi.  Yang punya kewenangan untuk memutuskan hubungan kerja dengan SPBU yang membandel adalah pihak Pertamina Region I Sumbagut. “Tapi kami akan menyurati dan melaporkan SPBU yang membandal ke pihak Pertamina agar diberikan syarat peringatan (SP) kepada SPBU yang bandal,” tandas Kaloko.

Ditempat terpisah, Menejer SPBU No.14.206.162, di Jalan KL Yosudarso, Kota Tebing Tinggi, Alfer Sitanggang membantah pihaknya menjual BBM jenis solar kepada pembeli yang menggunakan jeriken tanpa surat keterangan resmi. “ Kami telah mengintruksikan pegawai untuk tidak melayani pengecer menggunakan jeriken tanpa bisa menunjukan surat resmi dari pihak kecamatan setempat. Itu tidak betul semuanya di beli di SPBU ini, kemungkinan dari SPBU lain,” jelasnya. (mag-3)