26 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 14867

8 Warga Jadi Bulan-bulanan Massa

Diduga Pelaku Pencurian dan Perampokan

LANGKAT- Ribuan warga di Dusun Marlintung, Desa Karang Anyer, Kecamatan Secanggang, Langkat, menyandera 6 orang diduga sebagai pelaku pencurian sepeda motor (Curanmor), Jumat (12/8) dinihari.

Guna meluapkan emosinya, warga membakar dua unit sepeda motor jenis Yamaha RX King BK 5063 ER dan Supra X BK 5216 UJ milik pelaku.
Anggota kepolisian dari Polsek Secanggang dan Polres Langkat yang menerima informasi dimaksud, segera mengerahkan sekitar dua ratusan personelnya ke lokasi guna menenangkan massa sekaligus mengantisipasi terjadinya hal kurang diinginkan.

Informasi diperoleh, saat itu sempat terjadi ketegangan menyusul semakin brutalnya warga.
Rumah Kepala Desa (kades) setempat, Kateno (43), dijadikan tempat mengamankan keenam pelaku yang turut menjadi sasaran kemarahan warga dengan dilempari batu dan sejumlah benda keras lainnya.

Kapolres Langkat AKBP Mardiyono, dilokasi coba menenangkan warga dengan mengajak dialog. Akhirnya warga bersedia membebaskan kembali 6 warga yang disandera yakni Jefri (21), warga Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, pemilik sepeda motor RX King yang dibakar, Sukirman (39), warga Dusun I Kapitan Marlintung, Kecamatan Secanggang pemilik Honda Supra yang dibakar.

Surianto (39), warga Gang Bidan Sulastri Kelurahan Cengkeh Turi, Kecamatan Binjai Utara, Kota Binjai, Nopian Syahputra (28), warga Dusun Marlintung, Desa Kepala Sungai, Kecamatan Secanggang, Candra (25) dan Suyono (41), keduanya warga Marlintung. Untuk keamanan, keenamnya diboyong ke Polres Langkat sekaligus dimintai keterangan.
Sementara di Sergai, dua pelaku perampokan nyaris tewas di massa, setelah aksi mereka dilumpuhkan korbannya dan warga di tempat kejadian, Kamis (11/8).

Kedua pelaku, Dedi Chandra alias Dodi (23) warga Dusun VI, Desa Lidah Tanah, Kecamatan Perbaungan dan Heri Novianto alias Cici (24) warga Dusun IV, Desa Kesatuan kecamatan yang sama. Sedangkan korbannya, Sri Lindasari (20) warga Dusun II, Desa Makmur, Kecamatan Teluk Mengkudu.(mag-4/mag-15)

Dinas Pendidikan Bantah Terlibat

Kasus Dugaan Jual Beli Kursi Kepsek

BINJAI- Meski ratusan gura berniat melaporkan sejumlah oknum di Dinas Pendidikan dan pengajaran (P dan P) Binjai dalam kasus dugaan jual beli kursi Kepala Sekolah (Kepsek) beberapa waktu lalu, tapi pihak Dinas P dan P mengaku tak tahu menahu.

Dinas Pendidikan Kota Binjai melalui Kepala Bidang Tenaga Pendidik (Kabid Tendik) Hamidan, ketika dikonfirmasi di ruang kerjanya, Jumat (12/8) mengaku tidak tahu menahu soal permainan uang dalam mutasi kepala sekolah.

“Saya tidak tahu menahu sampai kesana (dugaan main uang). Itu urusan mereka. Kalau saya, hanya sekedar menerima berkas yang sampai ke meja saya. Tidak mungkin saya lari, sementara saya menduduki jabatan ini. Jangan kamu bilang saya buang badan ya, memang saya tidak tahu soal itu,” kilahnya.

Hamidan mengatakan, mutasi yang dilakukan terhadap Kepsek SD, SMP dan SMA itu, berdasarkan SK Wali Kota Binjai, dan mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 28 tahun 2010, tentang penugasan guru sebagai Kepsek.

“Dalam Permendiknas tersebut, ada salah satu poin yang menyebutkan, jabatan Kepsek itu hanya sebagai tambahan. Sehingga, Kepsek itu hanyalah seorang guru biasa yang artinya tetap sebagai pendidik,” jelas Hamidan.

Lebih jauh dijelaskan dia, seorang Kepsek memiliki satu kali masa tugas selama empat tahun. Kalau guru itu berprestasi, dapat ditambah satu kali masa tugas lagi.
“Nah, mutasi yang dilakukan kepada Kepsek baru-baru ini, dilakukan berdasaran pantauan tim kinerja yang tergabung dalam tim pengawas guru,” bebernya.

Ketika ditanya syarat seorang guru menjadi Kepsek, Hamidan mengaku, syarat menjadi Kepsek harus memiliki Sertifikat. “Iya, memang Kepsek yang diangkat saat mutasi kemarin, belum diketahui apakah memiliki sertifikat atau tidak. Lagian, untuk mendapat sertifikat itu belum bisa dilakukan. Karena, sampai saat ini belum ada pelatihan yang biasanya digelar oleh Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP),” sambungnya.

Hamidan yang mengaku masih baru menjabat sebagai Kabid Tendik, mengaku, untuk mencopot Kepsek bisa saja dilakukan asal tidak mencopot jabatan gurunya.
Sebelumnya, Ketua PGRI Kota Binjai Lasiono mengatakan, dengan adanya dugaan jual beli kursi Kepsek ini, pihaknya akan melaporkan oknum yang terlibat ke Polresta Binjai Senin (15/8) depan.(dan)

Kepala Pecah Digilas Truk

LUBUK PAKAM- Yuli Fitriansyah, warga Dusun I, Desa Perbarakan, Kecamatan Pagar Merbau, Deli Serdang, tewas digilas truk pengangkut galian C di Jalan Desa Perbarakan, Jumat (12/8) sekira pukul 09.00 WIB.

Peristiwa mengenaskan itu terjadi ketika Yuli Fitriansyah berboncengan bersama ibunya Sti Barisa (60) mengendarai sepeda motor jenis Yamaha Mio BK 4951 MX. Keduanya hendak pulang kerumah setelah berbelanja dari pasar Lubuk Pakam.

Setiba di Jalan Desa Parbarakan, Yuli yang membonceng ibunya, melaju dengan kecepatan tinggi untuk mendahului truk bernomor polisi BK 8063 DW, yang dikemudikan Adi Syahputra (33), warga  Dusun VIII, Desa Wonosari, Kecamatan Tanjung Morawa, Deli Serdang.

Sial, sepeda motor korban terjerembab ke lubang, akibatnya ibu dan anak itu terpental dari sepeda motor yang mereka tumpangi. Siti Barisa, terpentaal ketengah badan jalan, dan dilindas truk hinga tewas ditempat. Sementara, Yuli Fitriansyah terpental ke beram jalan dan hanya mengalami luka ringan.

Untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut, sepeda motor serta truk diamankan di unit Lakalantas Satlantas Polres Deli Serdang.(btr)

DPRD Gerah Dengan Dinkes

LANGKAT- Komisi IV (Bid Pembangunan dan Lingkungan) DPRD Langkat, gerah dengan dugaan permainan tidak sehat di Dinas Kesehatan (Dinkes) Langkat, terkait corat marutnya pelaksanaan tender proyek yang disebut-sebut beberapa item dikerjakan terlebih dahulu.

“Wah tidak bisa begitula, yang benar saja itu dinas. Kalau memang benar begitu kronologisnya seperti yang diduga, ada baiknya pihak eksekutif melakukan evaluasi dimulai dari bahagian pengawasan,” kata Ketua Komisi IV Sri Wahna Kaban, Jumat (12/8).

Wahna saat dihubungi, meminta ada klarifikasi ataupun penjelasan dinas terkait maupun Pemkab secara keseluruhan tentang adanya sinyalemen, Dinkes memberlakukan proses tender atau lelang proyek kurang fair. Apalagi, singgung dia, pengerjaan item proyek dalam tender ternyata sudah dikerjakan meskipun sebahagian kecil dari proyek.(mag-4)

Kredit Fiktif BRI Rp2,7 M Disidang

MEDAN- Sidang perdana dugaan korupsi kredit fiktif Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cabang Tanjung Ledong, digelar di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Medan, Jumat (12/8).
Sidang perdana ini dipimpinan Ketua Majelis Hakim Erwin Mangatas Malau SH, dengan terdakaw Kacab BRI Tanjung Ledong Fandris dengan agenda mendengarkan keterangan saksi Ketua Tim Penyelidik BRI Cabang Tanjung Balai Rizal, dengan terdakwa Kepala Cabang BRi Tanjung Ledong Fnadris.

Didepan persidangan, saksi mengaku, dirinya selaku anggota tim peyidik BRI Cabang Tanjung Balai, menemukan adanya kerugian dana di BRI Cabang Tanjung Ledong, sebesar Rp2,7 miliar.
“Penyelewengan dana itu dilakukan terdakqa (Fandris) selaku Kepala Cabang Bank Rakyat Indonesia Tanjung Ledong,” tegas saksi di hadapan majelis hakim.

Lebih lanjut dikatakan saksi, modus operandi yang dilakukan terdakwa dengan memanfaatkan nasabah yang tidak bisa membayar tunggakan kredit.
“Nasabah yang tidak bisa membayar tunggakan kredit inilah yang dimanfaatkan terdakwa, dengan memberikan kucuran kredit,” ucap saksi.

Lanjut saksi, mestinya terdakwa tidak memberikan lagi kerdit macat itu dan terdakwa selaku Kacab BRI harus mencari solusi jalan keluarnya agar para kreditur bisa membayar tunggakan tersebut.
“Kredit yang disetujui terdakwa ini dananya dari pihak ketiga. Dalam hal ini ini BRI Cabang Tanjung Ledong mengalami kerugian Rp2,7 miliar,” ungkapnya.

Hal ini, lanjutnya, disebabkan terdakwa merekayasa agunan nasabah dengan meng gunakan dua nama. Hing ga kucuran kredit, dikucurkan pada dua kreditur yang telah direkayasa dan disahkan stafnya Mantris atas perintah terdakwa.

Dalam pengajuan kredit satu agunan dua nama pinjaman, tambah Rizal, hal itu dibenarkan, sepanjang pinjaman melalui prosedur yang benar. Tapi disini, Mantri dan Kacab menyalahgunakan kewenangan dan tidak menyetorkan pembayaran nasabah pada pimpinan. Atas keterangan saksi, terdakwa membantah semua keterangan saksi. Fandris mengaku, dia telah mengucurkan kredit tersebut sesuai prosedur.

“Keterangan saksi tidak benar pak hakim. Saya mengucurkan kredit ini sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan sesuai undang-undang perbankan,” bantah terdakwa.
Sementara Jaksa Penuntut Umum (JPU) Rehulina Purba mengatakan, Bank BRI melakukan perbuatan yang mempunyai hubungan satu sama lain dengan tujuan menguntungkan diri sendiri dan korporasi.

“ Terdakwa telah menyalahgunakan jabatan yang mengakibatkan negera dirugikan sebesar Rp2,7 miliyar,” dakwa jaksa.(rud)

Juga Rampok Gubernur LIRA

Sementara itu, sekitar pukul 11.25 WIB di Rumah Sakit Bhayangkara Jalan KH Wahid Hasyim Medan, terlihat Kapolres Belawan AKBP Endro Kiswanto keluar dari ruang tahanan rumah sakit tersebut. Endro tampak mendampingi istri dan keluarga dari Gubernur Lumbung Informasi Rakyat (LIRA) Sumut, Rizaldi Mavi yang menjadi korban perampokan di pintu keluar Tol Belmera beberapa waktu lalu.

Kedatangan tersebut untuk melihat salah satu pelaku perampokan. Ucapan terima kasih juga dilontarkan keluarga korban kepada polisi, yang telah menangkap pelaku perampokan tersebut.
Endro menuturkan, pelaku yang berhasil ditangkap tim gabungan kasus penculikan dan pembunuhan Ayu tersebut, juga pelaku kasus yang menimpa Rizaldi Mavi.  “Iya, pelakunya sama dengan pelaku Gubernur LIRA,” ungkap Endro.

Seperti diketahui, Gubernur LIRA Sumut, Rizaldi Mavi, 59, warga Jalan Medan Area bersama teman wanitanya dirampok, Jumat (29/7) kemarin. Korban mendapat siksaan dengan kondisi tangan diborgol dan mulut dilakban, hingga harus dirawat di rumah sakit.

Modus yang dilancarkan pelaku dengan menghentikan laju mobil Ford Everest BK 88 CO milik korban saat melintasi Jalan Krakatau Ujung, Kecamatan Medan Deli, setelah keluar dari pintu Tol Belawan, Medan dan Tanjung Morawa (Belmera). Menurut Endro, dugaan sementara, katanya, pelaku beraksi tanpa memandang korban. “Pelaku memilih korban, secara acak saja,” ungkapnya.(ari)

Di Komplek Waikiki Ngaku Pengusaha Ayam Asal Jakarta

Erwin Panjaitan adalah polisi berpangkat Brigadir Satu yang disersi karena kasus kriminal. Perkenalan antara Erwin dan istrinya Ria Hutabarat dengan korban Wahyuni Simangunsong (26) terjadi ketika mereka sama-sama tinggal di Komplek Wakiki, Sunggal. Erwin tinggal di Blok D No 25, sementara Sri Wahyuni di Blok E di bagian hook.

Di komplek perumahan ini, Erwin mengaku pengusaha ternak ayam. Seperti diakui YF Sinaga, Ramli dan Lamsar Sirait, petugas sekuriti Kompleks, Jumat (12/8) sore di Perumahan Waikiki. Berikut hasil penelusuran Sumut Pos di Perumahan Waikiki.

Saat wartawan Sumut Pos mendatangi perumahan itu kemarin siang, rumah yang pernah ditinggali Erwin dan Ria dalam keadaan tertutup. Wartawan Sumut Pos kemudian bertanya ke pos sekuriti tepat di depan rumah tersebut.
Namun tak satu pun sekuriti itu yang mengaku kenal. Ketika diperlihatkan foto Ria, ketiga petugas sekuriti itu langsung angkat bicara.

“Oh, kalau cewek itu memang tinggal di sini, pas di depan itu rumahnya,” cetus ketiganya.
YF Sinaga menuturkan, Erwin Panjaitan dan Ria adalah tipe orang pendiam dan tertutup. “Mereka itu tidak terbuka kepada warga di sini dan jarang keluar rumah. Sekitar 2 tahun mereka tinggal di sini, baru 2 kalilah suaminya si Erwin bicara di pos ini. Itu pun hanya sebentar, hanya 10 menit. Itu pun sudah lama kali,” tukasnya.

Ramli menambahkan, saat mendatangi pos mereka, Erwin mengaku sebagai pengusaha ternak ayam di Jakarta. “Dia itu pernah mau mengajak kawan kami untuk bekerja di Jakarta tapi kawan kami menolaknya. Katanya sih dia pengusaha di Jakarta,” pungkasnya.
Sementara itu, Lamsar Sirait mengaku pernah melihat ada mobil Toyota Kijang Kapsul warna silver datang ke rumah mereka.

“Kalau tidak salah, sekitar 10 hari lalu.  Yang keluar dari mobil si Ria. Yang saya ingat, mereka itu datangnya malam,” ujar Lamsar Sirait sambil berjalan menuju rumah Erwin Panjaitan yang tidak jauh dari pos sekuriti.
YF Sinaga menegaskan, sepeda motor yang dipakai mereka Yamaha Vega R warna biru dan Yamaha Vega R warna putih.

“Sekitar seminggu lalu ada polisi dari Polda Sumut mencari ciri-ciri wanita tapi yang dicari itu rambut pirang. Kami tidak menyangka kalau dia pelakunya. Maklumlah, mereka itu tidak terbuka dan ngaku-ngaku pengusaha dari Jakarta. Rumah itu kosong dan mereka itu jarang ke sini,” katanya kembali.

Sementara itu, seorang wanita berbaju pink sambil menggendong anaknya mengatakan, tidak kenal dengan Erwin Panjaitan. “Siapa, Erwin? Saya tidak kenal, cari saja di depan Blok D sana karena di situ nomor kecil,” cetusnya sambil masuk ke dalam rumah.

Di depan Kompleks Wakiki, Pak Roy Tarigan yang bekerja sebagai penambal ban mengaku mengenal Erwin setelah melihat fotonya.
“Dia itu pernah menempel (ban) keretanya di sini. Dia pernah menyuruh saya untuk jual togel dan dia yang menjamin tidak ada yang menangkap. Mana saya mau,” ujarnya.

Pak Roy Tarigan sudah menduga Erwin seorang petugas. “Saya tahu dia petugas dari gelagatnya. Saya tidak menyangka kalau dia itu pelakunya. Kok kejam kali mereka dan kok tega kali membunuh? Habis dirampok ya korbannya dilepaskanlah. Tidak perlu dibunuh,” ungkapnya sambil menempel ban sepeda motor. (jon)

Tersangka Erwin Berasal Dari Keluarga Polisi

Kediaman orang tua salah seorang pelaku pembunuhan Wahyuni Simangunsong (26) pegawai BRI Syariah Cabang S Parman Medan yakni, Briptu Erwin Panjaitan terletak di Komplek Sri Gunting, Blok G, No. 48 G, Kelurahan Sunggal Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli serdang.

Di rumah bercat putih, berpagar warna hitam dan terparkir sebuah mobil sedan warna merah BK 1030 FL, tampak tenang. Pintu rumahnya pun tertutup.

Salah seorang warga yang ditemui Sumut Pos di rumahnya, yang berada di belakang kediaman orangtua dan enggan disebutkan namanya menuturkan, Erwin Panjaitan adalah seorang personel polisi yang memiliki kepribadian santun, ramah dan pendiam.

“Oo, yang orangnya agak hitam ya. Itu rumah orangtuanya (Erwin Panjaitan, red) Bapak Panjaitan dan Ibu Panjaitan. Dia orangnya baik kok, ramah,” ungkap ibu yang memiliki sebuah kios kecil tepat di depan rumahnya.

Saat mulai ditanya, apakah Erwin Panjaitan telah lama tinggal di situ, ibu berkulit putih itu dengan wajah yang menunjukan raut curiga mengatakan, Erwin sudah lama tinggal di situ. Namun, Erwin juga telah memiliki rumah di tempat lain, sehingga tidak begitu sering lagi datang ke rumah orangtuanya.

“Sudah lama dia tinggal di situ. Tapi ada juga rumahnya sendiri sama istrinya,” jawabnya singkat.
Tak berapa lama, datang juga seorang ibu yang rumahnya berada di belakang rumah orangtua Erwin Panjaitan. Perempuan berpostur tinggi dan kurus tersebut juga menyatakan hal yang sama bahwa Erwin Panjaitan adalah orang yang baik.

“Baik orangnya. Bapak Panjaitan dan Ibu Panjaitan juga baik. Kalau Ibu Panjaitan kalau sore begini sering ke sini, ngobrol-ngobrol lah. Tapi sore ini, belum ada nampak. Mungkin lagi di rumah dia (Ibu Panjaitan, Red),” bebernya.

Tak berapa lama, Sumut Pos kembali berupaya menemui tetangga dari orang tua Erwin Panjaitan yang berselang beberapa rumah dari kediaman Bapak dan Ibu Panjaitan tersebut.
Dari seorang ibu Sumut Pos mendapat keterangan yang cukup berarti. Ibu itu juga membenarkan kalau Erwin Panjaitan memiliki kepribadian yang pendiam namun ramah.

“Kalau ketemu, dia sering menegur. Dia nggak banyak cerita, tapi nggak sombong. Kedua orangtuanya juga baik. Ramah-ramah orang itu. Dia kan punya rumah di daerah Paya Geli sana. Kalau kemari dulunya memang sering, tapi beberapa minggu ini kayaknya nggak pernah nampak,” kisahnya.

Dikatakannya, dalam dua pekan ini, tepatnya sebelum tanggal 1 Agustus atau hari pertama puasa Ramadan, Erwin Panjaitan memang sudah tidak pernah lagi kelihatan datang.
Mengenai berita pembunuhan Wahyuni Simangunsong tersebut juga, sempat menjadi perbincangan di komplek yang mayoritas dihuni para anggota kepolisian tersebut.

“Waktu tanggal 1 Agustus itu, saya ada cerita sama tetangga yang pulang dari Balige. Katanya ada pembunuhan pegawai Bank BRI itu. Tapi, kami tidak menyangka kalau tadi (kemarin pagi, Red) ternyata si Erwin ketangkap polisi katanya dia pelaku pembunuhan itu. Nggak nyangkalah, karena dia itu kan polisi, pendiam, ramah, pokoknya baiklah. Memang sejak 1 Agustus itu, dia nggak pernah lagi kelihatan datang kemari,” tuturnya.

Dijelaskannya, warga komplek sekitar tahu bahwa Erwin terlibat pembunuhan tersebut yakni sekitar pukul 07.00 WIB atau pukul 07.30 WIB, ada petugas polisi berpakaian preman dengan membawa mobil, dan ternyata di dalam mobil itu ada Erwin Panjaitan. Tak lama berselang, ada dua orang yang ditangkap yang katanya orang yang ikut dalam pembunuhan tersebut. Spontan saja, dengan kejadian itu menjadi tontonan warga komplek tersebut.

“Tadi pagi, ada mobil yang katanya dari Polresta Medan. Ternyata di dalamnya ada Erwin Panjaitan. Nggak lama, ada yang ditangkap. Dua orang itu suami istri. Tapi bukan polisi. Mungkin Erwin Panjaitan disuruh polisi Polresta Medan untuk menunjukkan pelaku lainnya. Betul, betul nggak nyangka saya. Tadi heboh lah komplek sini. Tadi Pak Panjaitan sekitar pukul 09.00 WIB, setelah kejadian itu nampak pulang naik mobil sedan merah itu. Mungkin mau ngurus itu ya,” bebernya lagi.

Dikatakannya, Erwin Panjaitan merupakan satu-satunya anak Bapak dan Ibu Panjaitan yang menjadi polisi. Sementara, abang dan adiknya memiliki profesi lain.

“Bapak itu punya tiga orang anak. Pertama abangnya Erwin, tapi sekarang di Jakarta. Katanya pengusaha. Kalau adiknya itu perempuan, dan kerjanya sebagai bidan. Jadi cuma Erwin lah yang jadi polisi. Kalau Pak Panjaitan itu juga polisi, tapi saya nggak tahu tugasnya dimana. Erwin juga saya tidak tahu tugasnya dimana,” paparnya.

Ibu tadi ini juga mengatakan, dua tahun lalu sebenarnya Erwin juga pernah melakukan perampokan. Dan berdasarkan sepengetahuannya, Erwin tidak ditahan. Malah teman Erwin yang dipenjara.
Diceritakannya, perampokan yang dilakukan Erwin saat itu melibatkan salah seorang warga di komplek tersebut bernama Sisu. Sosok Sisu ini adalah sosok warga biasa dan terbilang kurang mampu, serta memiliki satu orang anak.

“Kalau nggak salah dua tahun lalu, dia (Erwin, Red) juga pernah melakukan perampokan. Dia ngajak orang sini, namanya Sisu. Sisu ini orang susah gitulah, tapi sedikit bandal, mau mabuk dan sebagainya. Waktu itu heboh juga di sini, berarti dengan kejadian ini sudah dua kali. Tapi kalau yang itu tidak ada pembunuhan, yang sekarang ini ada pembunuhan. Waktu itu, kayaknya Erwin tidak ditahan. Yang ditahan itu si Sisu. Setelah keluar dari penjara, Sisu membawa istri dan anaknya kembali ke Jawa,” kisahnya.

Ibu itu menduga, dalam kasus ini bisa saja karena faktor percintaan antara Erwin dengan almarhum Wahyuni Simangunsong. “Ya, namanya polisi. Bisa saja kan kayak gitu,” prediksinya.
Keterangan seorang personel Sat Brimob Polda Sumut, Erwin Panjaitan merupakan anak petugas Sat Brimob Polda Sumut yang sekarang bertugas di Langkat.

“Bapaknya itu anggota Brimob juga dulu di Polda Sumut sebelum pindah tugas di Langkat. Sekarang bapaknya di Langkat bertugas,” cetus seorang perwira Sat Brimob.

Ditambahkannya, ibu Erwin Panjaitan juga merupakan pegawai di salah satu dinas di Pemko Medan. “Ibunya itu pegawai PNS di salah satu dinas yang ada di Medan ini dan masih aktif. Kalau saya tidak salah, antara si Erwin Panjaitan dan Ria br Hutabarat itu masih ada hubungan darah” tambahnya.
Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga kasus kejahatan yang pernah dilakukan Erwin pada tahun 2007. Kasusnya pun bukan penjambretan, tetapi kejahatan yang disebut dengan istilah opskolep, singkatan operasi kolor lepas.

Dalam kejahatan ini, Erwin dan Ria Hutabarat berpura-pura sebagai polisi yang sedang merazia di hotel-hotel kecil. Lantas pasangan mesum yang baru keluar dari hotel langsung diperiksa identitasnya. Jika berbeda alamat identitasnya, keduanya diancam akan diberitahukan kasus perselingkuhannya kepada keluarga yang bersangkutan. Jika tidak ingin diberitahu, maka harus membayar.

Dalam kasus ini, Erwin dihukum empat bulan penjara. Setelah dipenjara, Erwin ditugaskan di Polsek Kutalimbaru. Karena tidak pernah masuk, kemudian ditarik ke Polresta Medan dan dilakukan pembinaan. Berikutnya dalam proses pembinaan di kepolisian, ternyata Erwin kemudian tidak pernah melaporkan diri. Dia desersi sejak satu tahun lalu.

“Dicari tiga kali, tidak ketemu. Gajinya kemudian dihentikan karena desersi. Mungkin karena tidak ada uang makanya dia melakukan tindak kejahatan lagi,” kata Tagam. (jon/ari/mag-7)

Ogah Eksklusif

Besarnya potensi pada generasi muda dapat dilihat pada komunitas otomotif yang menyebut dirinya Belum Kelar. Terus berkarya tanpa batas menjadi visi komunitas yang terbentuk 2011 ini.
Udara subuh yang dingin tak menghentikan anggota memasang spanduk kebesaran di antara deretan mobil yang dijajar rapi di seputaran Jalan Gagak Hitam/Ring Road Medan beberapa waktu lalu.

Menghabiskan sisa waktu usai menggelar acara sahur bersama di salah satu pusat kuliner Kota Medan. “Kebetulan karena gerimis tidak semua bisa turun. Untuk anggota yang tercatat sampai saat ini sekitar 30 orang,” ucap Koordinator Belum Kelar, Joel kepada Sumut Pos.

Seperti disampaikan Joel, Belum Kelar terbentuk didasarkan oleh kesamaan hobi terhadap modifikasi kendaraan bermotor. Untuk itu, komunitas ini pun tidak menutup diri hanya pada roda empat atau mobil semata. Terdaftar pula beberapa anggota yang eksis pada sepeda motor. Perbedaan yang ada pun diberi ruang untuk menjadi satu kesatuan dalam ikatan kekeluargaan yang menjadi warna khas Belum Kelar.

Fokus di bidang otomotif, setiap anggota pun dibebaskan untuk berkreatifitas dengan kendaraan yang dimilikinya. Selain untuk kepuasan pribadi, juga mencari pengakuan lewat kontes yang digelar di Kota Medan. Bahkan di usia yang masih muda, Belum Kelar berhasil menggondol penghargaan. Seperti terpilih sebagai The Best Fineal Audio dan The Best Interior pada Akselera Auto Contes yang digelar Mei 2011 ini.

“Waktu itu kita turunkan mobil Honda Accord dengan gaya ekstrim dan mobil saya dengan gaya elegan. Dapat dua penghargaan. Sekarang kita lagi nyiapin mobil untuk kontes modifikasi dalam waktu dekat ini. Mudah-mudahan kita bisa mempertahankan prestasi dengan mendapat penghargaan dan kalau bisa lebih banyak penghargaan,” bebernya.

Sekalipun begitu, Belum Kelar tidak pernah mengeksklusifkan diri. Sebagai bagian dari masyarakat, mereka pun menggelar kegiatan-kegiatan sosial. Seperti di bulan Ramadan ini, mereka menggelar acara buka puasa bersama dengan abang-abang tukang becak di Kota Medan. Dengan demikian mereka pun memberikan arti kehadirannya di tengah-tengah masyarakat.

“Karena dasarnya kita adalah satu keluarga, itu yang ingin kita tunjukkan di tengah-tengah masyarakat. Dengan demikian keberadaan Belum Kelar di tengah-tengah masyarakat dapat bermanfaat. Kalau tidak ada halangan, dalam waktu dekat kita mau berbuka puasa dengan abang-abang becak,” pungkasnya. (jul)

Bicara Gaya Lewat Desain

Usia muda tidak membatasi Ottorio Christian Marsaringar Pangihutan Siregar (23) untuk tampil. Pengalaman berorganisasi dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha clothing company yang dijalaninya.

Dengan topi bergaya hip-hop, Ryo, demikian dia disapa, saat ditemui di Eufhoria Jalan Djamin Ginting No.335 Medan, terlihat serius dengan monitor komputer di depannya. Membentuk satu motif menarik yang diletakkan di belakang gambar bahagian punggung kemeja.

“Sementara ini, kita main di kaos dan kemeja dulu. Mulai dengan distro dan itu sudah kita buka di sini (Euforia, Red) dari Februari lalu. Tapi kita ada juga garap desain untuk cenderamata lain,” ungkapnya.

Namun ada yang beda dari design garapan pria bertubuh tambun ini. Tidak seperti motif kebanyakan, terlihat di beberapa tempat unsur kebudayaan khas Sumatera Utara (Sumut). Seperti pada motif dari uniform salah satu organisasi pemuda yang bergerak di bidang keagamaan. Modernitas yang terasa dalam tulisan diikuti dengan untaian tirai khas Melayu pada gambar masjid. Begitu juga saat menggarap kaos dengan nama dan logo musisi lokal yang ada di Kota Medan.

Perpaduan modernitas dan keunikan budaya memberinya warna tersendiri sekaligus menjadi daya tarik pada setiap karya yang dibuat. Dengan demikian, Ryo coba berkontribusi pada pelestarian dan promosi budaya lokal. Hal itu pun diharapkan dapat meningkatkan minat generasi muda untuk terus berkarya. Selain sebagai modal untuk menghadapi persaingan di bidang desain grafis belakangan ini.

“Banyak kita yang terlalu asyik dengan tema-tema modern hingga melupakan kekayaan yang ada pada kebudayaan kita. Saya rasa tidak terlalu muluk bila dengan hal kecil ini kita bisa mensupport budaya dan seniman lokal untuk terus melahirkan karya-karya yang kualitasnya tidak kalah dengan di luar Sumatera,” bebernya.

Dunia desain grafis sebenarnya bukan hal yang baru bagi Ryo. Ketertarikan yang sudah ada sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA) berlanjut di saat menempuh pendidikan tinggi di salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Kota Medan. Ditambah dengan kreatifitas yang ada, pendidikan selama satu tahun ini pun siap untuk diterapkan.

Pria kelahiran Jakarta, 16 Mei 1988 ini pun berkecimpung di beberapa clothing company. Tidak sedikit pula karyanya yang dimanfaatkan oleh beberapa perusahaan. Sebut saja logo juga website dari German Resto Roland, restauran kuliner Jerman yang terdapat di seputaran Setia Budi Medan.

Begitu juga di beberapa perusahaan yang diikuti sebelum bergabung di Euforia ini.  “Kita kebetulan tidak pernah membatasi diri pada satu kategori dalam berkarya. Justru dengan kebebasan itu kita dapat memberi yang lebih baik lagi,” tuturnya.

Ditengah kesibukannya, Ryo masih harus berjuang menyelesaikan pendidikan di Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sumatera Utara. (jul)