26 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14973

Lima Hari tak Ditangani Dokter

Pasien Lakalantas Ditelantarkan di RSUD dr Pirngadi Medan

MEDAN- Orangtua pasien di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Pirngadi Medan Winto Suwito alias Tatok (51) dan istrinya Mariana Sofyana (42), warga Jalan Syarifuddin, Kecamatan Air Putih, Batubara, kecewa dengan pelayanan rumah sakit milik Pemko Medan tersebut. Pasalnya, anak mereka, Yoga Bagaskara (13), sudah lima hari tidak mendapatkan perhatian dari dokter, terhitung sejak Selasa (19/7) hingga Sabtu (23/7).

Diterangkan Tatok, anaknya sudah dua minggu di rawat di RSUD dr Pirngadi Medan. Yoga terpaksa dilarikan ke RSUD Dr Pirngadi Medan karena kritis setelah mengalami kecelakaan lalulintas. Akibat kecelakaan yang dialaminya, Yoga mengalami luka serius di bagian kepala dan kakinya.

Sebelumnya, Yoga sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Horas Insani. Selanjutnya, dia dirujuk ke RSUD dr Pirngadi Medan pada Kamis (7/7) lalu. Namun, sudah lima hari belakangan ini, anaknya tidak diperhatikan dokter yang menangani luka pada kakinya.

“Memang saya akui kalau saya orang miskin. Tapi saya sudah mengurus Jamkesda dan yang menyuruh saya ke ruangan ini pihak rumah sakit sendiri,” ungkap Tatok saat ditemui di Ruang 510 Lantai V, RSU Pirngadi. Dia juga menjelaskan, anaknya ditangani oleh dua orang dokter, yakni dokter yang menangani syaraf otak atau bagian kepala dan dokter yang menangani luka pada kakinya.

“Yang kami sesalkan, dokter yang menangani luka pada kaki anak kami ini. Karena, sudah lima hari ini tidak pernah memperhhatikan anak kami,” ungkapnya. Melihat kondisi anaknya tidak ditangani secara serius oleh dokter, Winto mengaku lebih memilih pulang dari pada berlarut-larut di rumah sakit. Apalagi, saat ini mereka tidak punya biaya dan sudah tak sanggup lagi membayar biaya selama berada di rumah sakit tersebut.

“Mau ditahan setahun atau dua tahun di rumah sakit ini, kami tetap tidak akan membayar biayanya, karena kami sudah tidak punya uang. Kemarin sudah kami ajukan Jamkesda, tapi pihak rumah sakit tidak menerimanya,” ucapnya.
Hal senada juga dituturkan Mariana, istri Tatok. Menurut Mariana, sebelum masuk ke rumah sakit, mereka sudah mengatakan kalau mereka pasien Jamkesda. “Sebelum masuk ke rumah sakit, kami bilang kalau ini masuk dalam biaya Jamkesda dan kami juga bilang Jamkesdanya sedang dalam pengurusan. Malah pihak rumah sakit memasukkan anak kami ini ke pasien umum. Kami tidak sanggup membayar biayanya. Beli resep saja kami tidak punya uang lagi. Jadi, lebih baik kami diizinkan pulang,” ungkapnya.

Sementara, Humas RSUD dr Pringadi Medan Edison Peranginangin membantah tudingan itu. “Tidak benar itu, karena kami menangani pasien secara serius, baik itu pasien umum maupun pasien Jamkesda atau Jamkesmas. Tidak ada dibeda-bedakan,” ujarnya.(jon)

Pembunuh Massal Norwegia Tertangkap

Korban Tewas Jadi 94 Orang

OSLO- Pelaku pengeboman dan penembakan masal di Norwegia yang total menewaskan 94 orang tertangkap kemarin (23/7). Pria yang oleh media setempat diidentifikasi sebagai Anders Behring Breivik itu dibekuk di Pulau Utoya, tempat pria 32 tahun yang sehari-hari bekerja sebagai petani organik tersebut menembak mati 87 orang yang sedang mengikuti perkemahan anak muda yang dihelat Partai Buruh.

Meski belum dipastikan, diduga kuat serangan ganda yang merupakan serangan terburuk di Norwegia pasca-Perang Dunia II itu bermotif politik. Yaitu, ditujukan ke Partai Buruh, partai asal Perdana Menteri Jens Stoltenberg. Partai tersebut berkoalisi dengan Partai Sosialis Kiri dan Partai Tengah.

Dalam akun Facebook-nya, Breivik menyebut dirinya sebagai “Kristen”, “konservatif”, dan sangat tertarik pada permainan komputer seperti World of Warcraft dan Modern Warfare 2. Foto di akun tersebut menampangkan Breivik berambut pirang dan alisnya ditindik.

Keterangan dalam akun jejaring sosial itu memperlihatkan bahwa aliran politik Breivik yang ultrakanan berseberangan dengan rezim berkuasa di bawah Stoltenberg yang cenderung sangat kiri. Keterangan tersebut juga sama dengan informasi yang dirilis polisi.

“Dia (Breivik) memiliki kecenderungan politik kanan dan antimuslim. Selama pemeriksaan, dia kooperatif,” ujar Komisioner Polisi Sevinung Sponheim kepada stasiun televisi NRK sebagaimana dikutip AFP.

Tertangkapnya Breivik itu mengakhiri spekulasi yang beredar sebelumnya bahwa pelaku terkait dengan Al Qaeda. Kebetulan, Norwegia tengah mengadili dua terdakwa perencana teror yang terkait dengan organisasi radikal yang didirikan mendiang Osama bin Laden tersebut.

Selain itu, pekan lalu, Negeri Skandinavia tersebut menyidang seorang ulama kelahiran Iraq yang mengancam politisi negeri tetangga Swedia itu. Dia mengancam akan membunuh mereka jika sampai dideportasi.

Aksi keji Breivik diawali pengeboman di dekat gedung berlantai 17 di Oslo tempat PM Stoltenberg dan Menteri Keuangan Sigbjorn Johnsen berkantor pada Jumat sekitar pukul 16.00 waktu setempat (beda lima jam dari WIB). Keduanya selamat. Tapi, bom berkekuatan besar itu menewaskan tujuh orang dan melukai belasan lainnya.
Selang dua jam berikutnya, di Pulau Utoya yang berjarak sekitar 40 kilometer dari Oslo, Breivik yang menyamar sebagai polisi mendatangi tempat perkemahan kader muda Partai Buruh yang dijejali 700 orang dengan menaiki feri. Mereka yang hadir dalam acara pembinaan kader itu rata-rata berusia 16 sampai 22 tahun.

Di tempat terpisah Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengirimkan pesan belasungkawa. Dia juga menegaskan, kekejian di Norwegia membuktikan sekali lagi bahwa penanggulangan terorisme harus menjadi tanggung jawab semua pihak.(c5/ttg/jpnn)

Suami Cemburu, Gorok Istri Hingga Tewas

TAPTENG- Imelda br Manalu (21) tewas digorok suaminya Ilham Yahya Hutabarat (27), Sabtu (23/7). Peristiwa itu dilakukan tersanga di kediamannya Gang Prona, Kelurahan Sarudik Kecamatan Sarudik Tapteng.

Jenazah korban pertama kali ditemukan mertuanya, Alimin Hutabarat. Saat ditemukan, posisi korban tengah terlentang di bawah tempat tidur dengan luka menganga di leher dan darah berceceran.

Kepada METRO TAPANULI (grup Sumut Pos), suami korban Ilham Yahya Hutabarat di Mapolsek Pandan mengaku nekat menghabisi nyawa istrinya dengan alasan dipicu rasa cemburu. Sebab ia mendengar istrinya akan menikah lagi dengan orang lain.

“Aku membunuhnya karena cemburu, karena mau nikah dia sama orang,” aku Ilham.
Ia mengatakan, subuh sebelum melakukan penggorokan leher istrinya, dia berada di rumah sejak hari masih terang. Bahkan malam itu, si korban masih sempat membawa anak mereka pijat dan si korban masih sempat menonton di rumah salah satu famili mereka hingga pukul 23.00 WIB. “Kemudian dia tidur di kamar dan saya menyusul ikut tidur di kamar,” ungkapnya.

Namun saat hari sudah subuh, dia pergi ke dapur rumah kediaman mereka dan mengambil sebilah pisau dapur yang ada di sana dan kembali ke kamar, sementara istrinya masih tertidur lelap. Saat itu juga, dia kemudian menggorok leher istrinya dengan menggunakan pisau dapur yang ada di tangannya hingga menyebabkan istrinya tewas.  Selain karena cemburu, kata tersangka, dirinya nekat menggorok leher istrinya karena stres ,  akibat tidak mendapat pekerjaan.
Sebelum ditangkap tersangka nyaris dimassakan warga . Ratusan warga juga melontarkan caci maki dan emosi dengan kelakuan tersangka yang tega menggorok leher istrinya.  Bahkan saat tersangka sudah diamankan di mobil dinas Polsek Pandan, massa sempat menghentikan mobil tersebut dan memaksa membuka pintu mobil. (tob/leo/smg)

Cerita dari Gorong-gorong

Cerpe:  Hasudungan Rudy Yanto Sitohang

Senja kembali datang dari lorong sudut kota. Senja yang menawar luka, membawa air mata darah, dan bara menyala-nyala. Coba engkau saksikan sendiri, ketika tiba-tiba darah dan air mata itu tumpah, membiru berbau busuk. Lalu anjing-anjing malam yang lapar datang berlari, menjilat-jilat dengan rakus. Tak ada yang peduli. Sungguh. Semua begitu asyik mengambil bagian, sisa hasil pesta para petinggi kota tadi malam. Bahkan saat pagi meninggi, mereka makin menjadi-jadi, seperti takut kehabisan jatah yang tak selalu datang setiap masa. Penduduk kota menyebut mereka: binatang senja yang lahir dari bawah kota. Para penghuni gorong-gorong.

Inilah sebuah cerita yang telah melegenda di kota kami.  Manusia-manusia yang telah dijadikan ‘binatang’ oleh penduduk Negeri Cahaya. Manusia-manusia terbuang dari kota impian. Tersingkir dari tanah perjanjian.

Tersebutlah sebuah hikayat, cerita tentang manusia yang lahir dari gorong-gorong di lorong sudut kota. Mereka telah lama diasingkan dan dibiarkan berkembang di sana. Sebagian petinggi kota berharap, penghuni gorong-gorong, satu-persatu mati ditelan waktu, agar tidak menyusahkan sebuah masa. Namun sebagian lagi malah menyatakan bahwa kehadiran penghuni gorong-gorong itu justru membawa peradaban. Karena dengan adanya mereka, riset dan penelitian seputar penghuni gorong-gorong akan menjadi karya ilmiah untuk dijadikan perbandingan kehidupan generasi mendatang, anak-anak di kota kami.

Entah darimana awal mulanya, engkau bisa saksikan sendiri, pemandangan yang sampai hari ini masih terlihat jelas. Di sana, di lapangan kota, sebuah tontonan tersaji begitu menyeramkan diiringi teriakan dan gelak tawa para penjagal maupun petinggi kota. Benar-benar memuakkan. Tapi justru menyenangkan bagi mereka yang bersorak gembira. Engkau bisa saksikan manusia-manusia yang di karantina, dibungkam, lalu perlahan-lahan dibunuh. Satu-sama lain mulai diadu ke tengah lapangan. Inilah sebuah pertunjukan gratis dipertontonkan para petinggi kota bagi penduduknya. Sebuah parade aduan manusia dari gorong-gorong.

Mereka dipaksa dan diajarkan untuk saling menindas, saling membunuh, saling memakan, dan jadi tontonan para manusia serakah. Mereka pun harus tinggal di pinggiran, di gorong-gorong, di lorong gelap atau tempat di mana matahari tak pernah bersinar. Dan justru di sana pula akan engkau temui ratapan yang begitu menyayat, tangis yang tak berhenti, maupun air mata yang terus mengalir bak anak sungai. Karena di sana pula hikayat ini tak pernah lelah ditulis, digambarkan, lalu menjadi kesaksian. Entah bagi siapa.

Cerita penghuni gorong-gorong semakin pilu di antara sekat-sekat kardus bermata sendu. Malam pun menjelang.
“Besok anak ini harus segera kau serahkan,” sahut lelaki itu pada istrinya.
“Ke mana?”

“Terserah.” Perempuan itu terdiam, tak sanggup meneruskan. Dinginnya malam telah membuat kaku seluruh tubuhnya. Matanya nanar menatap bayi di pangkuannya. Bayi itu tertidur lelap, tenang, setelah lelah menangis seharian sejak senja tiba. Lelaki itu menatap bara api yang menyala di depannya. Panasnya begitu terasa serupa helaan napas yang tak habis membakar waktu, seperti nyamuk-nyamuk dari neraka tak pernah lelah menggigit. Lalu mati  terbunuh. Berkalang tanah.

“Serahkan saja pada Tuan Levi.”
“Aku tak setuju! Anak ini hanya akan jadi budak baginya”
“Dari mana kau tahu,” selidik lelaki itu penasaran. Matanya tajam menatap istrinya.
“Entahlah. Tapi kudengar nasib anak Pak Sarmin setelah dititipkan di sana.”
“Apa dijadikan budak?”
“Anaknya kemarin ditemukan mati. Isi perutnya sudah tak lengkap lagi. Hati dan jantungnya, katanya hilang. Aku tak mau anak ini bernasib seperti itu,” sahut perempuan itu penuh tekanan. Lelaki itu terdiam. Hanya suara-suara jangkrik terdengar parau di luar.

“Apa kau yakin?” tanyanya lagi memastikan. Dia pun ikut-ikutan cemas.
“Begitulah kata orang-orang. Tapi apa kau ingin anak ini jadi binatang seperti kita?”  Lelaki itu menghela napas. Lamat-lamat di ujung lorong terdengar gelegak tawa histeris. Memang tangis pilu dan tawa kerap silih berganti memenuhi sepinya gorong-gorong. Kali ini, tangis dan tawa itu, milik Mpok Sarmi yang dipasung di dalam rumahnya. Mpok Sarmi jadi gila setelah satu-persatu anaknya dijual suaminya dan tak tahu bagaimana nasibnya.
Lelaki itu menatap istrinya. Sejuta iba hilang sudah. Setiap penghuni tak lagi memikirkan satu sama lain. Karena hidupnya sendiri berada di ujung tanduk kematian.
***
Walau senja memancarkan bara, para penghuni berusaha tetap tegar keluar-masuk gorong-gorong. Bau sampah, tikus-tikus yang bersilliweran menjadi teman sejati mereka. Apalagi di luar tak ada tempat diberikan, karena label sebagai binatang malam sudah disematkan. Bahkan untuk bermimpi sekalipun, tak akan pernah diberikan. Sedikitpun. Karena mimpi hanya milik orang-orang beradab di kota. Mimpi hanya menjadi barang mahal yang tak terpikirkan sama sekali.
“Aku bermimpi, anak ini dipelihara orang-orang beradab itu,” ucap istrinya.
“Jangan berpikir aneh-aneh!” sahut lelaki itu. Keduanya rebah di atas karung yang dibuat jadi alas tidur berlantai tanah.

“Aku hanya berharap…”
“Pengharapan punya orang bermartabat.”
“Aku memikirkan anak kita. Seperti katamu, aku ingin dia menjadi manusia, bukan binatang malam seperti kita,” ujar perempuan itu menegaskan.
“Tidurlah!”
“Tapi bukankah kita berdua bisa membesarkannya sendiri? Walau sedikit, tapi hasil pekerjaanku sebagai peminta-minta sudah lebih dari cukup,” bela istrinya.

“Suatu saat kau pasti digusur. Kau ingat, ketika kau bawa anak kita mengemis di persimpangan itu? Kau digaruk petugas. Bahkan anak ini hampir dirampas. Kau ingin itu terjadi lagi?” keluh lelaki itu. Ia ingat, bagaimana sampai pontang-panting membawa istri dan anaknya kembali dari tempat penampungan, ketika keduanya diangkut petugas. Bagi mereka, tempat penampungan ibarat neraka, walau orang-orang mengatakan tempat itu adalah tempat memanusiakan para binatang, tempat memasyarakatkan orang seperti mereka yang tinggal di gorong-gorong.
Tapi bagaimana memanusiakan orang seperti mereka kalau petugas di sana membawa peluru? Apa memanusiakan manusia harus pakai peluru? Ah, walau mereka binatang malam, tapi mereka tahu bahwa peluru hanya membuat nasib lebih buruk daripada seekor anjing malam.

“Kalau gitu aku akan melacur.”
“Melacur?”

“Ya, demi anak kita,” pintanya berharap. Lelaki itu semakin gelisah.
“Itu keputusanmu. Tapi menjual dirimu berbeda dengan si-Inah, temanmu yang tinggal di seberang jembatan itu.”
“Loh…apa bedanya?”
“Kau lihat! Dia menjual diri di losmen kelas melati. Sedangkan kau, paling-paling menjajakan dirimu di pinggir Kali Atas. Aku yakin tak banyak lelaki melirikmu. Paling-paling laku sama tukang gali proyek.”
“Itu pun sudah cukup.”

“Ongkos gubuk di pinggir kali saja sudah berapa, belum sewa tikar, pembersih, dan seember air dari anak-anak kali itu. Jadi berapa yang kau bawa pulang untuk beli susu anak kita? Tak sebanding.” Lelaki itu bergumam. Ia sedang berhitung, untung ruginya.
“Jadi kau tak setuju,” sahut istrinya memaksa.

“Sudahlah, sudah malam. Kita tidur saja. Besok kita cari jalan keluarnya.” Lelaki itu mendengus panjang. Ia kehabisan akal melihat istrinya. Sepertinya tak rela berpisah dengan anaknya.

Ah, mengapa ia harus berharap? Bukankan pengharapan hanya milik manusia? Bukankah binatang malam seperti mereka dilarang bermimpi? Dalam sedu-sedan itu, mereka tampaknya hanya bisa menjalani hidup yang diterima, yang membelenggu setiap kali mimpi datang. Hidup sudah diperas oleh manusia-manusia kota dan hanya sisa-sisa yang tertinggal. Sisa-sisa yang menjadi rebutan seperti tulang. Kemudian mereka akan saling bunuh satu sama lain untuk mendapatkannya, karena demikianlah jalannya. Jalan para binatang malam, penghuni gorong-gorong.
Sudahlah. Mereka, para binatang malam harus segera tidur: jangan bermimpi apalagi berharap, karena senja akan pulang ke peraduannya. Karena mentari pagi pun tidak akan dibagi kepada mereka. Karena penghuni gorong-gorong tak terdata dalam peta harapan.

***
Lelaki itu bergegas melangkah pulang. Ia ingin secepatnya sampai di rumah, dan menemui istrinya. Pagi tadi sebelum pergi, ia dan istrinya telah sepakat siapa mengantar anaknya itu.
“Kau sendiri yang pergi, aku ada urusan,” pinta lelaki itu pada istrinya.
“Urusan apa?”
“Cari uang.”

“Kalau ditanya namanya, aku harus bilang apa,” tanya istrinya. Lelaki itu terdiam. Sejak anak mereka lahir, tak terpikirkan sama sekali untuk memberinya sebuah nama. Mereka terlupa. Tapi bukankah mencari nama saja sudah jadi persoalan baru bagi mereka, jadi tambahan beban yang seharusnya tidak mereka tanggung. Nama bukanlah penentu rejeki seseorang, jadi kenapa pula mereka harus repot memikirkan nama anaknya?
Lelaki itu berpikir keras.
“Terserah kau saja. Asal jangan diberi nama:Tikus,” sahutnya spontan. Ia merasa nama itu lebih rendah, lebih hina daripada nasib mereka, walau orang kota selalu memanggil  mereka dengan nama itu.
Tapi lelaki itu kembali bingung. Barusan ia membohongi takdirnya, karena ia telah memelihara harapan dalam dirinya. Huh…

Sejak ia tahu, bahwa gorong-gorong tempat mereka tinggal akan dibersihkan para petinggi kota, maka ia dan istrinya ingin anaknya diasuh orang kota. Mereka tidak ingin anaknya menjadi binatang malam. Dan berharap anaknya jadi manusia yang kelak dipandang layak punya mimpi.
Lelaki itu tiba di rumah. Istrinya tersenyum menyambutnya.
“Sudah kau serahkan anak itu?” tanyanya dengan wajah berpeluh.
“Aku tidak jadi pergi.”

“Loh…” Lelaki itu menatap khawatir, mengharap penjelasan dari istrinya.
“Aku berikan anak itu kepada perempuan yang menawarnya. Menurutku, justru di tangannya anak kita lebih berharga. Karena perempuan yang menawarnya itu telah menukarnya dengan uang sebanyak ini,” kata istrinya berbinar sambil menunjukkan segepok uang ratusan ribu yang terikat rapi. Lelaki itu terkejut.
“Kenapa…!” Matanya melotot kea rah istrinya.

“Aku…Aku tak yakin. Aku takut anak itu tak punya harapan di tempat itu. Sedangkan perempuan yang menawarnya, datang membawa harapan walau aku tahu, dia akan hilang dan kita tidak akan bertemu dengannya lagi. Tapi setidaknya anak itu menjadi manusia beradab. Tak seperti kita,” kata istrinya memelas.
Lelaki itu duduk terpaku. Kepalanya menunduk. Ia tahu, mereka tak boleh punya mimpi, apalagi berharap anaknya akan kembali. Karena mereka telah membiarkan takdir membawanya pergi. Direnggut sebuah masa yang memayungi mereka ketika saling memangsa satu sama lain, bagai binatang malam di dalam gorong-gorong.
Medan, Akhir Maret 2011

 

Herman Felani Ditangkap KPK

JAKARTA- Aktor film era 1980-an, Herman Felani, Sabtu (23/7) malam ditangkap tim Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sejak pukul 20.00 Wib tadi malam, Herman menjalani pemeriksaan intensif di gedung KPK, Jakarta. Herman, yang sudah ditetapkan sebagai tersangka perkara suap proyek penayangan iklan Biro Hukum Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pada pertengahan Februari 2011 itu, ditangkap di kawasan Pondok Gede.

“Ditangkap di Pondok Gede, sekarang sudah dibawa di gedung KPK,” ujar sumber koran ini yang menyaksikan penangkapan Herman, Sabtu (23/7) malam. Dia enggan menceritakan lebih detil bagaimana kondisi Herman saat ditangkap.

Sebelumnya, saat mengumumkan penetapan Herman sebagai tersangka pada 25 Februari 2011, Juru Bicara KPK, Johan Budi menjelaskan, Herman diduga  telah memberikan sejumlah uang suap kepada sejumlah pejabat Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Tujuannya, untuk meloloskan proyek iklan yang didanai APBD DKI tahun 2006-2007.(sam)

ONH Beres, Visa Calon Jamaah Diurus

JAKARTA- Persiapan penyelenggaraan ibadah haji 2011 terus dimatangkan. Setelah pemerintah dan DPR sepakat tentang biaya penyelenggaraan ibadah haji (BPIH) alias ongkos naik haji (ONH), kini visa calon jamaah haji mulai diurus. Paspor calon jamaah sudah mulai dimasukkan ke Kedutaan Besar (Kedubes) Arab Saudi untuk memperoleh visa haji.

Menteri Agama Suryadharma Ali (SDA) di Jakarta kemarin (23/7) menjelaskan, pihak Kedubes Saudi berjanji optimal dalam mengurus proses pemvisaan. “Mudah-mudahan bisa cepat selesai,” kata SDA.

Sebelumnya, perwakilan Saudi berjanji sanggup memproses pengurusan visa sekitar 15 ribu sehari. Dengan target tersebut, pengurusan visa untuk seluruh calon jamaah bisa rampung paling lama satu bulan.

Setelah berhasil diterbitkan, kata SDA, visa dan paspor tidak lantas dikembalikan lagi ke calon jamaah. Namun, dokumen imigrasi tersebut bakal dikembalikan lagi ke calon jamaah saat mereka masuk ke embarkasi. Pemberian visa dan paspor itu dilakukan sekaligus dengan pemberian dokumen perjalanan ibadah haji (dapih).

Selain menerangkan proses pembuatan visa, SDA mengatakan  tahun ini calon jamaah masih mendapatkan uang saku ketika sudah berada di Makkah. Tahun ini besaran uang saku atau living cost yang diberikan lagi ke calon jamaah adalah SAR (Saudi Arabia real) 1.500 atau sekitar USD 500. Dengan patokan Panitia Kerja (Panja) BPIH, 1 USD = Rp 8.700.
Selanjutnya, SDA juga menyatakan, BPIH yang ditetapkan sebesar Rp 30.771.900 itu adalah nilai rata-rata.(wan/c9/agm/jpnn)

Yang Terutama Yesus Hadir

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Suatu hari, telepon di kantor pendeta gereja Presiden Roosevelt di Washington berdering. Seseorang di ujung telepon bertanya, “Katakan, apakah presiden akan ikut kebaktian di gereja Minggu ini?”“Saya tidak bisa memastikan hal itu,” ujar pendeta itu. “Namun, yang pasti, Allah hadir di sana. Dan, itu cukup untuk menarik jemaat.” (Reader’s Digest, Omnipresent).

Keinginan orang tersebut datang di kebaktian gereja karena presidennya juga akan hadir jauh lebih besar daripada karena kehadiran Allah. Barangkali kebaktian akan lebih semarak jika ‘pejabat ini’ atau ‘tokoh itu’ juga hadir di gereja?
Saudaraku, jangan kita terjebak dalam keinginan dan motivasi yang salah datang di ibadah gereja. Ibadah itu akan diberkati bukan karena seorang pejabat tinggi yang hadir di sana, bukan karena sekelompok selebritis menjadi jemaatnya. Tetapi kita beribadah mau bertemu Tuhan Yesus Kristus, merasakan hadirat-Nya.

Di dalam suatu ibadah, Pribadi yang lebih besar dan patut mendapat penghormatan, pengagungan, kebesaran, kejayaan adalah Allah yang hadir. Tidak peduli apakah dia pejabat tinggi, tokoh masyarakat, atau orang penting, siapapun dia yang datang di kebakatian harus tunduk dan hormat akan kehadiran-Nya.

Jangan kecil hati kalau di gereja saudara hanya ada orang-orang biasa, tidak ada tokoh penting, pejabat, selebritis, konglomerat, tetapi bersukacitalah beribadah karena Tuhan Yesus, Raja di atas segala raja itu hadir di sana. Dia bertahta di atas puji-pujian umat-Nya. Mazmur 22:4 “Padahal Engkaulah Yang Kudus yang bersemayam di atas puji-pujian orang Israel.” Ketika kidung-kidung pujian dinaikkan, lagu-lagu rohani dinyanyikan maka Tuhan hadir melalui Roh Kudus-Nya dan menikmati puji-pujian kita.

Bukan pula karena musiknya hebat, pemimpin pujiaannya luar biasa, gedung ibadahya full AC, dihadiri selebritis, dll maka ibadah akan lebih semarak. Tetapi jika Allah hadir di sana, itu alasan terbesar bagi kita untuk bersukacita dan diberkati. Tuhan berkenan hadir di tengah-tengah kita yang berkumpul atas nama-Nya. Puji Tuhan.Banyak alasan orang-orang datang di kebaktian. Saudaraku, jangan lupa bahwa tujuan utama kita datang di gereja adalah untuk bertemu Tuhan Yesus Kristus melalui Roh Kudus-Nya dan merasakan hadirat-Nya. Dia maha hadir (Omnipresent). Dia menikmati puji-pujian kita, juga menikmati penyembahan kita. Dia akan berfirman melalui hamba-hamba-Nya dan kemudian menyembuhkan berbagai penyakit melalui bilur-bilur-Nya.

Dia mau mencurahkan segala berkat-Nya bagi gereja Tuhan akhir zaman ini. Sejak lama Dia menginginkan persekutuan dengan umat-Nya mulai sejak zaman Adam, Ia mengatur kunjunga-kunjungan kepada manusia itu di Taman Eden. Bahkan setelah manusia itu jatuh dalam dosa, Ia mengupayakan pemulihan dan rindu berada di tengah-tengah mereka. Bukan saja kita tetapi Dia sangat menikmati persekutuan dengan umat-Nya.

1 Timotius 6:6 “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” Rasul Paulus mengingatkan anak rohaninya Timotius bahwa ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Puji Tuhan.
Yesus Kristus sampaikan dalam Matius 18:20 “Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.” Puji Tuhan, di mana dua atau tiga orang berkumpul bersama, berdirilah gereja meskipun mereka orang awam. Kalau Tuhan hadir di tengah kita maka Ia juga hadir dengan segala berkat-Nya, damai sejahtera-Nya, sukacita-Nya, kesembuhan-Nya dan segala kuasa-Nya, haleluyah.

Kita bertemu Tuhan yang hadir dengan segala berkat-Nya. Bukankah itu suatu keuntungan besar? Banyak hal yang mempengaruhi berlangsungnya suatu ibadah atau kebaktian, tetapi kita harus berfokus kepada pribadi Yesus Kristus, Putra Allah itu.

Yesuslah yang menjadi pokok ibadah kita. Bahkan nanti sampai di sorga, Yesus Anak Domba Allah menjadi sentral penyembahan dan pemujian umat tebusan darah-Nya. Perhatikan kitab Wahyu 4-5. Biarlah kita beribadah dan merasa cukup karena Tuhan Yesus hadir di sana. Hadirat-Nya akan dinyatakan karena hati yang rindu dan haus kepada-Nya. Setiap orang yang mengasihi-Nya akan merasa terpuaskan dengan kehadiran Tuhan dalam kondisi yang bagaimanapun.
Selamat beribadah bagi semua kaum Nasrani. Beribadahlah di tempat-tempat kebaktian, abaikan setiap hal-hal yang mencoba mempengaruhi perasaan kita untuk merasa tidak puas, arahkan imanmu kepada Yesus Kristus dan rindukan kehadiran-Nya dan lawatan-Nya.

Sesungguhnya Dia juga sangat merindukan kehadiran kita di dalam bait-Nya. Dia akan menjadi Allah kita dan kita menjadi umat-Nya. Ada hubungan bilateral antara kita dengan Tuhan pada waktu beribadah. Artinya, sebagai Allah kita sembah dan puji Dia dan segala kebutuhan kita akan diperhatikan sebagai umat-Nya.  “Mendekatlah kepada Allah maka Ia akan mendekat kepadamu.” Yakobus 4:8a. “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar.” 1 Timotius 6:6.  (*)

Sammy Simorangkir Bangkit Bersama Tuhan

Pelan-pelan Sammy Simorangkir mulai menata karir dan kehidupannya lebih baik lagi setelah keluar dari penjara gara-gara kasus narkoba. Setelah menunggu lama, akhirnya video klip solo pertamanya mulai dikerjakan. Bekas vokalis Kerispatih itu mengaku senang dengan keluarnya video klip single Sedang Apa dan Dimana. Baginya ini suatu momentum kembalinya di dunia musik.

“Akhirnya ya, saya bersyukur sama Tuhan, sama teman-teman. Hari ini adalah momentum setelah lama nggak syuting video klip akhirnya ini video klip pertama yang aku perbuat dan bisa dinikmati,” paparnya. Uniknya, beberapa adegan video klip ini mengambil setting di Lapas Cibinong. Tentu penjara adalah tempat yang tidak asing buatnya. “Begitulah, apa adanya,” tukasnya singkat.

Sammy menuturkan bahwa lagu ini disesuaikan dengan tema lagu yang menceritakan tentang perjalanan kecil dalam hidupnya.

“Lagu ini menggambarkan perjalanan kecil hidup saya kemarin, bahwa saya kemarin jatuh. Nilainya berharga, walaupun saya meninggalkan semuanya tapi di sini adalah titik balik saya, dan di lagu ini adalah saya mencari cinta sejati itu lagi,” terangnya. Ada perasaan sedih nggak dengan kembali ke penjara? “Nggak ada rasa sedih tapi rasa bangga,” tutupnya. (net/jpnn)

Suka Cita Warnai Kunjungan Kasih

MCA Etnis Tamil-Gereja Methodist Wesley Indonesia Jalin Kerja Sama

Kunjungan kasih Pastor Romel Silitonga beserta rombongan ke gereja Maranatha Christian Assembly (MCA) Etnis Tamil di Medan, belum lama ini mendapat sambutan hangat dari puluhan masyarakat etnis Tamil yang tergabung dalam MCA. Kunjungan kasih berlangsung sukacita di gereja MCA etnis tamil di Jalan Karya Jaya Mongonsidi Medan.
Acara diawali dengan ibadah Minggu dan doa pembukaan dibawakan oleh  Pimpinan Maranatha Christian Assembly (MCA) Etnis Tamil di Medan, Pastor Surya Kumar. Setelah itu pujian dan penyembahan dipandu oleh  Ev FV Ethelinda Rajeshwari AMd.

Sebagai penghormatan renungan disampaikan Pastor Romel Silitonga. Dalam khotbahnya disampaikan bahwa Allah tidak pernah pandang bulu mencintai semua suku bangsa. Hamba Tuhan yang merupakan salah satu pimpinan pusat Gereja Methodist Wesley Indonesia ini menambahkan, kasih Yesus tidak terbatas pada manusia dalam mencintai umatnya. Itu sebabnya ia mengorbankan nyawanya bagi semua umat manusia.

“Kunjungan kasih kami pada masyarakat etnis tamil merupakan gambaran dalam mengikuti teladan Tuhan Yesus dalam melayani suku bangsa tanpa pandang bulu. Dalam kesempatan ini Gereja Methodist akan bekerjasama dengan  Maranatha Christian Assembly Etnis Tamil dalam pelayanan dan pendidikan di Medan.”

Pada pelayanan perdana Pastor Romel Silitonga kepada etnis Tamil ini, ia mengaku merasakan sukacita yang luarbiasa, termasuk ketika mendengarkan puji-pujian dalam bahasa Tamil. Menurutnya, ibadah dengan Maranatha Christian Assembly Etnis Tamil merupakan pengalaman yang mengesankan, kita tidak usah capek-capek datang ke India untuk beribadah dengan masyarakat Tamil tapi lebih baik beribadah dengan sukacita dengan masyarakat Tamil yang tergabung di MCA di Medan, urainya.

Sementara itu Pemimpin MCA Etnis Tamil di Medan, Pastor Surya Kumar menyambut sukacita kunjungan kasih Pastor Romel Silitonga bersama rombongan. Sukacita tersebut bertambah dalam hubungan kerjasama yang baik dengan Gereja Methodist Wesley Indonesia. Menurut Pastor Surya Kumar, sebenarnya dirinya sudah lama mengenal dan bekerjasama dalam pelayanan dengan Gereja Methodist di Medan. Sekitar tahun 1982 ia pertama kali mengenal Kristus dan dibaptis oleh Bishop A Sitorus di Gereja Methodist Indonesia (GMI) Hang Tuah Medan. Selain itu dalam kerjasama dalam pelayanan Pastor Surya Kumar pernah pula berkecimpung dalam pos Pengabaran Injil GMI Hang Tuah Medan tahun 1985. Selain itu Pdt J Silaban dari GMI Medan pernah pula membawakan renungan natal MCA Etnis Tamil di Wisma Kangkung Medan pada 23 Desember 2010 lalu. (rahel sukatendel)

Francis Chan, ‘Tampar’ Iman Kristen dengan Buku Bestseller

Penulis dan pendeta terkenal Francis Chan menduduki peringkat atas penjualan terbaik versi The New York Times dimana ketiga bukunya, Crazy Love, Forgotten God, dan buku terbarunya berjudul Erasing Hell masuk dalam papan atas dan menduduki peringkat Paperback Advice & Miscellaneous top 10 minggu ini. Erasing Hell menduduki peringkat ketiga, Crazy Love peringkat keempat, dan Forgotten God ada di posisi aman peringkat ke-10.

Penerbit Don Pape dan David C Cook membagikan di dalam pernyataan, “Francis menggemakan pesan kepada pembacanya di seluruh dunia dengan pesan yang masa kini dan menantang” kata mereka. “Dengan memiliki ketiga bukunya ini, kita bisa melihat bagaimana dia siap meningkatkan pengaruhnya tidak hanya di dalam gereja, tapi juga melalui percakapan yang penuh iman tentang Tuhan dan agama. Francis menghadapi kekristenan untuk masa depan millennium.”

Adapun buku terakhir yang ditulisnya ini merupakan respon terhadap buku Rob Bell berjudul Love Wins, yang dengan kukuh dikritik oleh beberapa pemimpin Kristen untuk idenya yang universal dan tidak tradisional tentang surga, neraka, dan penyelamatan. Bell bersikeras bahwa neraka bukanlah untuk selamanya dan bahwa cinta, pada akhirnya, akan menang dan semua orang akan dipertemukan lagi kepada Tuhan, bertolak belakang dengan banyak umat Kristen yang berpegang pada pengajaran Alkitab akan kekekalan dan nyatanya neraka itu.

Ketika itu, Francis mulai mencari sumber-sumber lain yang berkaitan dengan neraka, tapi semakin banyak dia menemukan, semakin dia sadari bahwa hal itu mengubahnya. “Saya melihat banyak dosa-dosa yang sudah saya lakukan atau pikirkan, hal ini merupakan hal yang lebih besar lagi,” katanya.

Untuk itulah, dia mengakui bahwa dia sudah meremehkan kata-kata Yesus karena ingin membuat Tuhan lebih menarik dan enak bagi orang lain. Dia mengakui semuanya dan berjanji untuk taat kepada Tuhan. “Saya ingin memastikan bahwa saya setia dalam mempresentasikan Tuhan seperti Dia sudah mempresentasikan Diri-Nya sendiri. Saya tidak malu karena hal ini…. Mungkin saya tidak mengerti secara keseluruhan, tapi saya taat. Dan saya ingin menyatakannya dengan berani sekarang.”

Francis juga memperingatkan orang-orang bahwa dia tidak ingin mereka ke neraka. Jika mereka mengabaikan hal ini, maka mereka akan berakhir di sana. Francis yang sukses dengan buku-bukunya ini terus bertumbuh dan berbalik kepada Tuhan, kita pun sebagai anak Tuhan mulai berbalik dari dosa-dosa maupun kenakalan kita dan mengakuinya di hadapan Tuhan. Buku-bukunya ini begitu banyak memberkati orang. Saat ini, bukunya yang berjudul Crazy Love sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia. (cp/lh3/jc)