26 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 14972

Kelola Profesional

MEDAN- Menatap musim depan, sepak bola nasional tengah dilema lantaran tak dibolehkan lagi menyerap APBD. Termasuk PSMS yang belum melakukan apapun untuk berbenah demi tercapainya cita-cita kembali ke Indonesian Super League (ISL).

Padahal idealnya pengurus dan manajemen mesti gerak cepat mencari alternatif sokongan dana. Meski masih main di Divisi Utama, dana yang dibutuhkan mengarungi musim tetap besar. Jumlahnya mencapai milyaran. Rincian terberat dari persoalan dana adalah pembayaran gaji pemain. Disusul akomodasi selama away.

Musim lalu, PSMS disokong APBD Kota Medan. Jumlahnya mencapai Rp7 milyar. Di paruh kedua kompetisi, Bank Sumut masuk menjadi sponsor. Di samping itu ada tambahan dana dari penjualan tiket. Namun dengan sokongan dana sebesar itu, pengurus mengaku kekurangan dana untuk mengurusi klub. Ujungnya para pemain kerap telat gajian.
Nah, untuk menyoroti agar hal itu bisa diminimalisir musim depan, beberapa waktu lalu awak koran ini sempat berbincang dengan pengamat sepak bola Rafriandi Nasution. Da beberapa poin yang disampaikannya. Dan tampaknya saran tersebut masuk akal juga jika diterapkan dengan baik.

Pertama, Rafriandi menyarankan agar pengelolaan pertandingan kandang PSMS tak lagi dikelola panitia pelaksana yang orangnya dari pengurus juga. Ada baiknya mencoba menggunakan even organizer alias EO profesional. Dengan menyewa EO, diharapkan pengelolaan uang masuk dari tiketing bisa dipertanggungjawabkan dan diputar untuk keperluan tim. “Selama ini tiketing tetap pemasukan menjanjikan. Tapi tak pernah ada pertanggungjawabannya,” kata Rafriandi.

Di tangan EO, penjualan marchendise juga diharapkan berjalan. Tak usah jauh-jauh mencontek gaya pelaku sepak bola Eropa mencari tambahan dana dari marchendise, coba belajarlah dari klub ISL seperti Persipura, Arema Indonesia, Persib Bandung hingga Sriwijaya FC. Selain perlengkapan tim memang disponsori merk aparel terkenal, penjualan marchendise atau jersey klub bisa mendatangkan keuntungan. Lalu coba bayangkan dengan PSMS musim lalu yang perlengkapan timnya tak didanai sponsor. Boro-boro menjual jersey. Ironis.

Lalu, ada juga saran agar memperdayakan sistem tiket terusan. Ini juga pemasukan luar biasa jika dikelola maksimal. “Kan ada orang-orang kaya yang gila bola. Atau pengusaha yang juga peduli bola. Nah dari tipikal orang seperti itu, bisalah didekati agar mau membeli tiket kandang PSMS selama semusim. Bikin harga VVIP yang benar-benar VVIP. Berikan tempat duduknya dan nomori. Kalau sang pemilik tiket terusan tak datang, kursinya haruslah tetap kosong. Itu baru namanya kenyamanan menonton sepak bola. Ini bisa saja diatur, jika memang mau,” terang mantan anggota DPRD Medan itu.

Di samping itu, renovasi Stadion Teladan memang harga mati yang harus diupayakan pengurus. “Desak ke dewan, pasti ada anggaran untuk perbaikan. Selama ini Teladan memang jauh dari kata layak,” tambah ketua Badan Liga Instansi itu.
Terlepas dari itu semua, ada baiknya pengurus yang ada saat ini berkaca. Kalau memang tidak mampu membawa perubahan ke arah lebih baik, bagus mundur saja dengan kerendahan hati. Toh publik sudah muak. Seperti diwakili SMeCK Hooligan sebagai basis suporter PSMS terbesar, yang ingin adanya revolusi. “Kami sudah muak dengan cara pengurus bekerja,” beber Nata ketua SMeCK. (ful)

Ambisi dan Sensasional

Amir Khan vs Zab Judah

LAS VEGAS- Petinju Inggris Amir Khan bakal adu kekuatan melawan Zab Judah dalam perebutan sabuk kelas walter WBA dan IBF, Minggu (24/7) pagi WIB di Mandalay Bay, Las Vegas.

Khan berambisi ingin merebut gelar IBF milik Judah guna menambah koleksi gelar WBA yang sudah dimilikinya. Meski menyadari lawannya kali ini amat berat dibandingkan dengan lawan-lawannya sebelumnya, Khan menegaskan dirinya siap mengalahkan dan memaksa Judah untuk menggantungkan sarung tinjunya. Baginya, pertandingan ini merupakan ujian bagi dirinya sebagai seorang petinju.

“Saya pikir dia mungkin salah satu lawan terberat. Dia adalah pemilik gelar juara dunia lima kali dan dua gelar juara dunia lainnya. Dia sangat berpengalaman. Dia mempunyai skill dan gaya pukulan kidal yang sangat aneh,” kata Khan.
Kendati mengakui jika Judah adalah lawan yang cukup tangguh, Khan yakin bisa mengatasinya. Catatan enam kali kekalahan enam kali dari total 49 kali karir tinju Judah, menjadi faktor pelecut Khan untuk bisa mengalahkan petinju asal Amerika Serikat itu.

“Akan selalu ada seekor Singa Muda yang datang dan saya akan mengalahkan serta merebut gelarnya. Saya menginginkan gelar juara dunia dan dia memilikinya. Ini adalah pertarungan unifikasi dan saya berharap dia berlatih lebih keras karena saya akan mengalahkannya. Saya pikir Zab Judah sudah harus menggantung sarung tinjunya,” tandasnya.

Amir Khan menegaskan bahwa pengalamannya menjadi lawan latih tanding Manny Pacquiao akan membantunya untuk mengalahkan Zab Judah.

“Saya sudah melakukan sparring dengan Manny selama tiga tahun. Dia memiliki kecepatan, tenaga dan pergerakan yang hebat, serta dia adalah petinju kidal. Latih tanding dengannya akan membantu saya dalam pertarungan ini,” ujar Khan kepada Boxingscene.com.

Sementara itu Judah, yang lima kali menjadi juara dunia, sangat optimistis bisa meraih kemenangan. Bahkan, dia berjanji melakukannya (menang) dengan cara sensasional.
“Saya melihat, bahwa saya akan jadi pemenang dalam pertarungan ini. Ini akan jadi kemenangan sensasional,” tegas Judah. (net/bbs/jpnn)

Kompresor Meledak, Tukang Tempel Ban Tewas

MEDAN- Ledakan kompresor terjadi di bengkel tambal ban di Jalan Setia Budi, Simpang Selayang, Medan, Sabtu (23/7) sekitar pukul 11.00 WIB. Akibatnya, tukang tempel ban bernama Murdap Sembiring (57) terpental dan tewas di lokasi kejadian. Dalam insiden itu, putranya bernama Jhonson Sembiring (20) juga mengalami luka-luka.

Seorang saksi mata, Nanda (18), mengatakan, ledakan terjadi saat Murdap usai menambal ban sepeda motor yang bocor. Mesin kompresor yang digunakan untuk mengisi angin ban sepeda motor ternyata sudah usang, sehingga tidak berfungsi seperti biasanya. Murdap kemudian mencoba memperbaiki kerusakan pada mesin kompresornya.
“Katanya mesin otomatis pembuangan angin pada mesin tidak berfungsi, angin mengendap di dalam tabung sehingga meledak,” kata Nanda.

Suara ledakan sempat menggegerkan warga setempat. Murdap langsung terpental tiga meter dan terkapar ke aspal. Murdap tewas di lokasi kejadian, sementara anaknya Jhonson Sembiring yang hanya berjarak tiga meter dari ayahnya mengalami luka ringan.

Warga kemudian berduyun-duyun ke lokasi kejadian dan memberi pertolongan kepada korban. Kejadian itu juga sempat menjadi tontonan warga sekitar, sehingga arus lalulintas macet total di sekitar lokasi kejadian. Darah terlihat berceceran. Ledakan terdengar hingga radius 500 meter itu juga menyebabkan kerusakan pada bagian atap bengkel.
Keduanya langsung dibawa ke Rumah Sakit Bukit Permai di Jalan Jamin Ginting Simpang Selayang. Personel Polsekta Delitua berserta tim indentifikasi Polresta Medan yang tiba di lokasi kemudian melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Murdap mengalami luka di sekujur tubuh akibat pecahan tabung kompresor menghamtam tubuhnya. Sedangkan Jhonson hanya mengalami luka ringan pada tangan.

Anak korban, Jhonson Sembiring menuturkan, tabung kompresor tiba-tiba meledak. “Ayah saya terlempar. Seluruh badannya mengalami luka-luka akibat ledakan tabung kompresor,” ucapnya.

Kepala Unit Reserse Kriminal Polsek Deli Tua AKP Simion Sembiring masih menyelidiki kejadian tersebut. Simon Sembiring menduga penyebab ledakan karena tekanan angin demikian kuat di dalam kompresor dan mesin juga tetap menyala. “Kompresor itu sudah tidak ada alat ukur tekanan anginnya,” kata Simion Sembiring. (mag-7/jon)

Anas Masih Aman

SBY Pilih Kambinghitamkan Lawan Politik

BOGOR- Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono mengisyaratkan, bahwa posisi Anas Urbaningrum sementara masih aman. Pidato sambutan pendiri Demokrat sekaligus presiden RI itu justru menepis sejumlah spekulasi tentang pelengseran ketua umum DPP PD itu dari posisinya. SBY menyatakan tidak gampang menentukan seseorang bersalah atau tidak. Indonesia, kata dia, adalah negara demokrasi yang menghormati penegakan hukum. Pengadilan lah yang menentukan apakah tudingan dan pernyataan seseorang benar atau tidak. “Itu namanya trial by the court, bukan trial by the press, (trial by) SMS atau BBM,” tegas SBY, di depan peserta Rakornas PD, saat upacara pembukaan, di Gedung SICC, Sentul, Bogor, kemarin (23/7).

Beberapa hari terakhir, wacana pelengseran Anas terus mengemuka. Hal itu menyusul nyanyian dan tudingan mantan Bendahara Umum DPP Partai Demokrat M. Nazaruddin, yang belakangan justru focus mengarah pada sosok mantan ketua umum PB HMi tersebut. Terus bergulir wacana, bahwa rakornas akan dijadikan ajang untuk menonaktifkan Anas dari jabatannya sebagai ketua umum. Bahkan, juga berhembus kencang isu dorongan agar rakornas menjadi  titik awal segera melaksanakan kongres luar biasa (KLB).

Meski tidak  disampaikan secara eksplisit, SBY memberi sinyal kalau kader Demokrat justru  harus meningkatkan kekompakan menghadapi gonjang-ganjing belakangan ini. “Jangan berkecil hati, tetaplah tabah, tetap bersemangat karena masih ada hari esok, yang penting terus introspeksi dan berbenah diri,” tandasnya, di awal-awal sambutan.
Lebih lanjut, SBY justru memilih menyeret pihak lain di luar partai yang berkontribusi menciptakan gonjang-ganjing di tubuh partainya, belakangan ini. Yaitu, lewat serangan khususnya ditujukan pada kader yang telah melanggar tiga prinsip partai. Yaitu, politik bersih, cerdas, dan santun. Secara terbuka, dia mengakui, di hampir 10 tahun usia Demokrat, partainya belum terbebas sama sekali dari kekurangan dan kelemahan.

“Oleh lawan politik, titik lemah dan kesalahan kader ini dijadikan sasaran tembak utama,” tegas SBY,  Kemudian, lanjut dia, oleh media massa hal itu lantas terus dijadikan tema dan headline selama berbulan-bulan. “Mengalahkan isu besar lainnya,” imbuh pendiri Demokrat sekaligus Presiden RI tersebut. Lewat serangan terhadap sejumlah kader partai tersebut, SBY menyatakan, bahwa reputasi Demokrat menjadi rusak karenanya. “Ini benar-benar karena nila setitik, rusak susu sebelanga,” tandasnya.

Kepada ribuan kadernya, SBY mengingatkan, bahwa politik memang keras. Fitnah, adu domba, dan pencemaran nama baik kerap dijadikan sejumlah pihak sebagai jalan untuk meraih kemenangan. “Tapi, yakinlah, yang gemar memfitnah dan mengadu domba akan mendapat ganjarannya. Namun, jangan hanya pasrah, jangan biarkan fitnah dan pencemaran nama baik dilakukan seenaknya,” perintahnya.

Saat menyampaikan pidato sambutan sekaligus arahan pada acara pembukaan tersebut, SBY tampak
sangat serius. Beberapa kali bahkan, SBY menyampaikan arahannya dengan suara bergetar.      Misalnya, saat dia menyerukan agar kader Demokat agar meningkatkan kekompakan dan tidak justru saling menyalahkan dalam menghadapi kondisi terkini partai. “Hadapi badai politik, saya akan berdiri di depan dan bersama-sama saudara semua untuk hadapi dan mengatasi ujian dan cobaan ini,” tegas SBY, disambut tepuk tangan ribuan kader PD yang hadir.
Pada kesempatan tersebut, beberapa kali memberikan tekanan agar setiap kader Demokrat kembali meneguhkan tiga prinsip politik partai. Jika sudah tidak mau dan tidak mampu, dia bahkan secara terbuka mempersilahkan agar yang bersangkutan keluar dari partai berlambang mercy tersebut. “Siapa saja diantara kita yang tidak mau menjalankan prinsip perjuangan partai, terutama etika politik bersih, lebih baik meninggalkan partai ini,” tegasnya, kembali disambut  tepuk tangan.

Dia juga berjanji, nantinya sebagai ketua dewan kehormatan partai, dirinya juga akan lebih konsen untuk mengawal tiga prinsip tersebut. Yaitu, dengan lebih proaktif untuk mengusut dan menegakkan tiga hal tersebut. “Sebab, citra dan kehormatan partai itu di atas segalanya. Jangan karena ulah satu dua kader, jutaan kader lain jadi terganggu dan merasa malu,” ujar SBY.

Meski relatif sementara aman, suara-suara yang menginginkan adanya KLB atau alternatif lain dengan penonaktifan tetap terdengar. Misalnya, dari Sekretaris DPD Jawa Tengah Danny Srianto. Dia secara terbuka meminta agar rakornas dapat membuat langkah strategis penyelamatan partai dengan dua alternatif tersebut. “Kalau menunggu proses hukum berjalan, terlalu lama, keburu partai ini hancur, ketua umum itu termasuk figure utama,” ujar Danny, di tengah arena rakornas.     Dorongan lainnya, meski lebih halus sempat disampaikan, salah seorang pendiri Partai Demokrat
Vence Rumangkang. Dia juga meminta Ketua Dewan Pembina Demokrat membersihkan partai dengan tidak lagi melihat orang per orang. Tapi, lebih mengedepankan kepentingan partai. “Ini harus ada solusi, membela partai atau membela orang,” kata Vence, juga di tengah arena rakornas.  Vence meminta ada penyelesaian yang konkret. Kemungkinan penyelesaian melalui perombakan, menurut dia, bisa menjadi salah satu jalan keluar. “Yang penting sekarang itu ada langkah politik yang tepat dan secepatnya,” imbuh mantan wakil ketua umum Demokrat tersebut. Pintu menuju pelengseran Anas lewat rakornas memang terbuka. Berdasarkan AD/ART Partai Demokrat, KLB dimungkinkan melalui dua cara. Pertama, ada keinginan majelis tinggi yang diketuai SBY. Atau, melalui mekanisme pengusulan dari setengah DPD (provinsi) yang dan dua per tiga DPC (kabupoaten/kota).

Umumnya, rakornas hanya dihadiri pengurus hingga tingkat DPD. Namun, Rakornas kali ini berbeda karena juga mengundang DPC seluruh Indonesia.  Di tempat terpisah, pengamat politik Burhanuddin Muhtadi menilai, tidak mengambil pilihan pelengseran karena melihat arus bawah dukungan terhadap Anas masih cukup besar. “SBY tentu sulit jika mengambil resiko melawan arus bawah,” ujar Burhanudin, disela diskusi Polemik Trijaya, di Sentul City, tak jauh dari lokasi rakornas. (dyn/jpnn)

102 TKI Terancam Hukuman Mati

JAKARTA- Selain empat TKI yang sudah divonis hukuman mati, masih ada sejumlah WNI yang terancam hukuman mati di Malaysia. Dari penelusuran Satgas Perlindungan TKI, setidaknya ada 102 tenaga kerja asal Indonesia yang terancam hukuman mati di negeri jiran itu.

Data mengenai TKI yang terancam hukuman mati di Malaysia itu dikumpulkan Satgas Perlindungan TKI sejak 21 Juli 2001 lalu. Saat mengunjungi Penjara Sungai Buloh di negara bagian Selangor, mereka menemukan 60 WNI yang ditahan dengan ancaman hukumam mati.

“Sementar itu di penjara negara bagian Selangor, yang terdiri dari penjara laki-laki dan perempuan, ada 23 TKI yang terancam hukuman mati. Dan di Penjara Bentong, negara bagian Pahang, ada 10 TKI terancam hukuman mati,” katanya.
Kemudian di penjara Tapah, negara Bagian Perak, Satgas Perlindungan TKI juga menemukan sembilan orang yang terancam hukuman mati.

“Kesemuanya akan di kroscek satu per satu oleh Satgas TKI agar mendapatkan data yang valid juga menilai sejauh mana proses hukum yang terjadi,” kata anggota Satgas Perlindungan TKI Humphrey Djemat dalam rilisnya, Sabtu (23/7).
Selain itu, Satgas Perlindungan TKI juga akan memastikan pendampingan untuk para TKI yang sedang mengalami persoalan hukum tersebut. “Yang terpenting adalah pendampingan yang efektif yang bisa diberikan secara efektif,” kata Humphrey. (net/jpnn)

Kami Wong Ndeso, Masak Senekat Itu

Keluarga Anas Urbaningrum di Blitar ketika Badai Politik Menerpa

Badai politik yang menerpa Anas Urbaningrum tidak terlalu berpengaruh pada keluarganya di Blitar. Mereka tetap yakin Anas bersih dan semua yang terjadi merupakan ujian.

Abdul Aziz Wahyudi, Blitar

Suasana rumah di RT 2, RW 3, Dusun Sendung, Desa Ngaglik, Kecamatan Srengat, Kabupaten Blitar, itu terlihat sepi. Di halaman rumah, seorang ibu sibuk mengorek-ngorek nasi yang dikeringkan di terpal warna biru. Tangannya masih terlihat kuat  memegang kayu seukuran alu atau penumbuk padi. Di depan rumah itu juga berdiri Musala Darunnajah, tempat warga dusun biasa salat berjamaah.

“Nasi ini tadi malam sisa kenduri megengan (selamatan menyambut Ramadan, Red). Daripada dibuang sia-sia, saya keringkan jadi karak dan saya simpan,” kata perempuan berjilbab putih itu, lirih.

Dialah Sriati, ibunda Anas Urbaningrum, ketua umum DPP Partai Demokrat yang beberapa pekan terakhir menjadi sorotan karena nyanyian Nazaruddin yang menudingnya menerima fee proyek hingga miliaran rupiah dan main politik uang saat kongres Demokrat di Bandung akhir 2010. “Saya sudah dengar kabar itu. Sebagai orang yang mengandung dan ngemong dia dan paham dengan  karakternya  (Anas)  tidak mungkin menerima uang seperti itu. Ada-ada saja,” ujarnya perempuan 65 tahun itu menanggapi berita tersebut.

Pantas Sriati tidak percaya dengan kabar menyakitkan itu. Sebab, menurut pandangannya, selama menapaki karir politik, anak kedua dari empat bersaudara tersebut tidak pernah neko-neko. Apalagi  menerima uang.

Rumah Anas di Ngaglik terdiri atas dua bagian. Rumah di belakang atau yang berdempetan dengan Musala Darunnajah merupakan rumah neneknya,  Sumilah, 90, yang kini masih terlihat segar. Rumah bergaya joglo itu jauh dari kesan mewah. Yang ada hanyalah kesan ndeso. Kursi reot masih teronggok di teras rumah, lantainya pun masih plester biasa. “Rumah itu ditinggali ibu saya sendirian. Tiap hari lebih banyak menghabiskan untuk salat bersama-sama,” kata Sriati.
Sementara, rumah bagian depan merupakan rumah keluarga Anas sendiri. Rumah itu kini ditinggali ibu dan adiknya, Kholis Fikri. Tidak ada yang istimewa pada rumah tersebut jika dibandingkan dengan rumah-rumah di kampung tersebut. Ukurannya sekitar 100 meter persegi. Kalaupun ada yang sedikit mencolok, itu adalah dindingnya.  Sebagian dinding itu dilapisi keramik warna kuning hasil renovasi sekitar sepuluh tahun lalu. Debu tebal menempel di tembok keramik tersebut.

Perbedaan lain, di rumah tersebut nongkrong Toyota  Kijang Innova keluaran tahun 2008 bernopol B 7411 WJ warna hitam. Lagi-lagi, terlihat debu tebal menempel pada kaca depan dan belakang. “Mobil itu yang nyetir ya Kholis. Jarang dipakai, wong  tidak ke mana-kemana, lebih banyak naik motor,” jelas Sriati.

Anas Urbaningrum merupakan anak kedua dari empat bersaudara pasangan Sriati dan Habib Mughni (alm). Tiga saudara Anas semua laki-laki. Kakak Anas adalah Agus Nasirudin yang kini menjabat sekretaris desa Ngaglik. Kedua adik Anas adalah Anna Lutfi (wakil ketua DPW PAN Jatim dan wakil ketua komisi B DPRD Jawa Timur) serta  Kholisul Fikri (PNS di sekretariat DPRD Kabupaten Blitar).

Ayah Anas, Habib Mughni, semasa hidup merupakan guru agama di MTs Al Kamal, Kunir, Kecamatan Wonodadi, Blitar. Pendidikan Anas semasa SD  ditempuh di SDN Ngaglik hingga kelas V. Entah apa alasannya, ketika naik ke kelas VI, Anas pindah ke SDN Bendo I,   Kecamatan Ponggok, yang jaraknya sekitar satu kilometer dari rumah. Untuk berangkat ke sekolah, dia berjalan kaki. Di SD tersebut, Anas sering didapuk sebagai pengibar bendera ketika upacara hari Senin.
Setamat SD, Anas melanjutkan pendidikannya ke MTs Al-Kamal, Desa Kunir, Kecamatan Wonodadi, kemudian melanjutkan ke SMAN  Srengat, Blitar. Sejak SD, dia dikenal memiliki otak encer dan juara kelas.  Namun, Sriati menganggap hal itu biasa saja. “Anaknya biasa saja, mungkin nurun bapaknya yang  juga guru ilmu agama,” tuturnya.
Selama menempuh pendidikan hingga SMA, Anas merupakan anak “rumahan”. Sesudah bersekolah, langsung pulang. Namun, ada satu kegemarannya yang menurut ibunya tidak pernah dilupakan. Yakni, mencetak batu bata di belakang rumah bersama ayahnya.  Batu bata tersebut digunakan untuk mendirikan masjid di kampungnya.

Saking asyiknya, Anas kadang malah dimarahi karena tangan dan kakinya berlepotan lumpur.  Tak heran, ketika pulang kampung, kadang Anas menyempatkan diri melongok dan ikut nimbrung tetangga yang mata pencarian membuat batu-bata. Maklum, selama ini Dusun Sendung  merupakan dusun penyuplai batu bata merah di Blitar.  “Dulu kan  tidak ilok  (pantas, Red) anak muda keluar di malam hari. Lebih banyak di rumah belajar,” kata Sriati. Lantaran ayahnya guru agama, membaca Alquran merupakan santapan wajib.

Setelah tamat SMA, Anas meneruskan pendidikan di Universitas Airlangga Surabaya, fakultas ilmu sosial dan politik. Sejak saat itulah, karir politiknya dirintis. Dia menjadi ketua umum pengurus besar (PB) Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), kemudian anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Kini, untuk memenuhi kebutuhan hidup, Sriati memilih mengandalkan hasil panen sawahnya daripada bergantung kepada anak-anak. Meskipun  anak-anaknya sudah sukses, baik karir maupun pekerjaan.  Sawah seluas sekitar 200 meter persegi merupakan harta yang sangat berharga bagi Sriati. “Hasil panennya sudah cukup untuk menghidupi saya dan  adik-adik Anas. Syukur, kami tidak kekurangan,” kata Sriati yang  aktif dalam kegiatan pengajian di kampungnya itu.

Sebenarnya, tiap bulan dirinya juga menerima uang pensiun suaminya. “Sudah bisa makan dan minum seadanya  bagi kami alhamdulillah,” tambahnya lagi. Terkait kabar buruk yang menerpa Anas, Sriati menganggap hal biasa dan sudah menjadi risiko. Dia sadar, ketika menduduki posisi penting, anaknya pasti akan kerap menjadi sorotan.

Dia mencontohkan ketika Anas terpilih menjadi ketua umum PB HMI dan anggota KPU. Fitnah terus bertubi-tubi  mendatangi anaknya. “Kami tidak kaget, dia itu sudah sering digitukan. Sama seperti saat kasus, siapa itu?,  si Nazar ya” Saya lebih percaya anak saya. Dia tidak neko-neko,” katanya.

Hantaman dan gencarnya pemberitaan tentang Anas dianggap Sriati sebagai risiko atau cobaan. Dia mengibaratkan Anas sebagai layang-layang. Semakin tinggi mengudara, semakin kencang anginnya. Bila benangnya tidak kuat menahan angin, sudah pasti putus dan jatuh. Tetapi, dia yakin, Anas tidak seperti yang disangkakan.

“Kami ini wong ndeso (orang desa, Red), masak sampai nekat seperti itu. Saya yang mengandung dan membesarkan dia dan paham dengan karakternya. Dia tidak berbohong dan ingat asal-usulnya sebagai kaum cilik,” katanya lagi.
Sampai saat ini, lanjutnya, keluarga besarnya di Blitar sama sekali tak terpengaruh dengan isu-isu atau kabar yang beredar di panggung politik nasional. Kabar bahwa Anas menerima uang miliaran dianggap sebagai  alat untuk mencemarkan nama baik putranya sebagai bocah Blitar yang hendak berbuat baik bagi negara dan bangsa.
Para tetangga pun tetap percaya dan menganggap Anas sebagai anak kampung yang baik. “Sudah menter (kebal, Red). Ya, mungkin ada yang iri anak yang dulunya pernah membuat batu bata merah kini menjadi orang penting di Partai Demokrat,” katanya.

Selama pulang, kata Sriati, Anas tidak pernah curhat tentang politik. “Ngomongnya cuma pingin dimasakin ibu sendiri. Terserah apa saja, katanya kangen dengan sayur-sayuran,” cerita Sriati.

Terakhir Sriati bertemu Anas ketika khitanan anaknya  di Jakarta beberapa waktu lalu. Waktu itu, Anas pesan kepada keluarga di Blitar agar mendoakan dirinya tetap tabah dan sabar, istiqomah dan  tawakal. Bahwa ada kabar miring yang saat ini ramai dibincangkan  dianggap sebagai bumbu untuk sukses.

Menurut Sriati, terakhir Anas pulang ke Blitar ketika menghadiri pernikahan Kholis, satu bulan lalu. Saat itu, Anas menyempatkan diri berziarah ke makam ayahnya yang tidak jauh dari rumah.  Rencananya, Anas akan pulang lagi pada  Lebaran nanti bersama istrinya,  Atya  Laila, dan empat anaknya: Akmal Naseery, Aqeela Nawal Fatina, Najih Enayat, dan  Aisira Najma Waleefa. “Alhamdulillah, hubungan dengan  besan saya di Krapyak, Jogjakarta, juga serupa. Anggap ini adalah cobaan,” jelasnya.

Kakak kandung Anas yang juga sekretaris Desa Ngaglik, Agus Nasirudin,  juga mengatakan hal serupa. Dia mengibaratkan posisi adiknya laksana pohon yang kini lagi tumbuh  menjulang. Semakin tinggi dahan, semakin kencang anginnya. “Saya yang mewakili keluarga tetap percaya Anas. Dia tidak seperti yang disangka orang-orang, dia hemat bicara,” ujarnya.

Menurut dia, prinsip nerima ing pandum yang ditanamkan ayahnya  hingga kini masih melekat. Anas juga tidak lupa daratan meski telah menjadi orang penting di negeri ini. Itu terbukti ketika pulang kampung, Anas masih menyempatkan diri  untuk nimbrung dengan tetangga dan teman kampungnya. “Biarlah yang memfitnah itu diingatkan sama Tuhan. Kami ikhlas dan mudah-mudahan  saja tetap diberi ketabahan,” kata Agus.
Setiap pulang kampung, ujar Agus, ada satu ciri khas adiknya, yakni tidak pernah  bicara tentang politik. Agenda utamanya hanyalah pulang kampung sambang keluarga dan tetangga. “Dan tak lupa ziarah ke makam ayah,” katanya lagi.  Hingga kini, keluarga belum berencana untuk berangkat lagi ke Jakarta. “Kami masih percaya  bahwa dia baik-baik. Semoga,” harapnya. (c1/nw/jpnn)

Ramadan Tetap Sibuk

Atiqah Hasiholan

Sehari-hari beraktifitas sebagai artis yang nyambi sebagai aktivis seni, Atiqah Hasiholan mengaku sudah agak kerepotan. Tapi itu tidak berarti dia akan menjalani Ramadan dengan setengah hati.

“Kayaknya aku tetap kerja seperti biasa aja deh,” selorohnya. Bila terlalu dibayangkan, katanya bulan puasa pasti akan terasa berat. Berbeda saat sudah dijalani. Kekasih aktor Rio Dewanto ini menilai akan banyak kenikmatan batinn bila seseorang bekerja keras sambil berpuasa.

“Kayak begini aja. Saya tidak akan merubah diri. Bulan puasa atau nggak, saya tetap menyibukkan diri,” cetusnya.
Bintang iklan sabun mandi ini juga akan memperhatikan cara berpakaian. Meski di luar Ramadan dia bilang jarang memakai pakaian seksi, tapi sikap menjaga diri untuk tidak menggoda orang akan diperhatikan betul.

“Saya memang jarang pakai yang mini-mini. Paling kalau ada undangan penting aja agak seksi. Tapi saya tetap jaga-jaga lah,” ujarnya.

“Saya juga nggak sembarangan kok pilih-pilih pakaian. Pokoknya selama puasa ini saya akan lebih coba mencocokkan pakaian dengan situasinya,” sambung Atiqah.

Bagaimana dengan job Ramadan? Atiqah bilang sudah ada beberapa tawaran. Tapi dia belum memutuskan mau ambil yang mana. “Ada beberapa pertimbangan,” tandas pemeran Berbagi Suami ini. (cr-4/rm/jpnn)

Tuah Kostum Merah-Hijau

Indonesia  vs  Turkmenistan

ASHGABAT- Bermain di kandang lawan memakai kostum merah-hijau di Olympic Stadium Ashgabat, Sabtu (23/7) malam WIB, timnas Indonesia mendapat berkah, dengan berhasil membawa pulang hasil imbang 1-1 Turkmenistan, di leg pertama babak kualifikasi Piala Dunia zona Asia putaran II.

Bertandang ke Olympic Stadium Ashgabat, timnas yang hanya berbekal persiapan serba darurat, Firman Utina dkk berhasil meraih hasil positif. Hasil ini membuat peluang timnas Merah Putih lolos ke babak berikutnya terbuka lebar. Sebab leg kedua akan digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada Kamis lusa (28/7). Dengan hasil positif di laga away ini pasti akan membuat pecinta bola tanah air akan berbondong bondong memenuhi GBK. Dengan hasil 1-0 saja  Indonesia akan lolos ke putaran berikutnya.

Saat berangkat ke Ashgabat tim yang kini dibesut Wim Wijsbergen dan asisten Rahmad Darmawan itu diragukan. Tapi perjuangan yang ditunjukkan timnas Merah Putih di lapangan layak diapresiasi meski secara permainan sama sekali belum terlihat bentuknya.

Dalam pertandingan tadi malam pola timnas Merah Putih tidak kelihatan. Strategi  4-3-3 dengan kombinasi 4-3-2-1 seperti yang dirancang sebelum berangkat tidak jalan. Itu karena kondisi lapangan yang sungguh sangat tidak layak untuk menggelar pertandingan internasional. Seperti yang pernah dikatakan mantan pelatih timnas Alfred Riedl saat membawa timnas pra Olimpiade di stasion yang sama  awal tahun lalu. Saat itu pelatih asal Austria itu mengatakan jika lapangan Olimpic Stadium, Ashgabat adalah lapangan terburuk yang pernah dia lihat di sepanjang karir.

Di babak pertama, tuan rumah yang unggul stamina dan postur langsung tampil dengan permainan cepat. Itu membuat barisan belakang Indonesia berjibaku dan beberapa kali membuat pelanggaran di dekat kotak terlarang. Berawal dari pelanggaran itulah The Green, julukan Turkmenistan akhirnya berhasil menjebol Indonesia yang dikawal Ferry Rotinsulu lewat free kick V Krendelev

Tapi Indonesia yang tampil penuh semangat berhasil menyamakan kedudukan lewat sonteken pemain asal Persija Jakarta M. Ilham di menit ke-29 memanfaatkan kemelut di depan gawang Turkmenistan.

Tanpa mengecilkan peran pemain lainya, kehadiran Boaz Solossa di lini depan membuat timnas lebih bertaji dan menakutkan. Bertandem dengan Cristian Gonzales, pemain terbaik dan top scorer Indonesia Super League (ISL) musim 2010/2011 itu berkali-kali berhasil merepotkan benteng pertahanan tuan rumah.  Di menit ke-76 Indonesia mendapat keuntungan ketika striker tuan rumah A Gevorkyan mendapat kartu merah langsung setelah memukul salah satu pemain Indonesia di saat Turkmenistan bersiap melakukan tendangan bebas di depan gawang Ferry Rotinsulu.  Sayang, keunggulan jumlah pemain tak mampu dimanfaatkan Firman dkk untuk memenangkan pertandingan. (ali/jpnn)

Seorang PSK Pingsan Saat Diamankan

Dinkesos Sumut Gelar Razia Jelang Ramadan

MEDAN- Puluhan Pekerja Seks Komersial (PSK) dan pasangan mesum, anak jalanan, pengamen dan gelandangan terjaring razia petugas Dinas Kesejahteraan dan Sosial (Dinkesos) Sumut dari berbagai tempat, Sabtu (23/7) sore. Razia ini digelar dalam menyambut datangnya Bulan Suci Ramadan 1432 Hijriyah.

“Razia ini untuk memberantas penyakit masyarakat menjelang datangnya Bulan Suci Ramadan dan membina tuna susila,” kata Kadis Kesos Sumut Robetson di sela-sela pengarahan terhadap para PSK yang terjaring di kantornya, Sabtu (23/7).
Menurutnya, razia ini dilakukan dengan target PSK yang biasa mangkal di kafe remang-remang dan hotel-hotel kelas melati di lima lokasi yakni Tuntungan, jalan lintas Medan-Binjai, Marelan, Jalan Pancing dan kawasan Tanjung Morawa. Dari razia tersebut, sedikitnya 59 PSK dan 10 pasangan mesum diamankan.

Dalam razia yang digelar tersebut, seorang PSK yang diamankan dari Hotel Melani di Jalan Medan Binjai jatuh pingsan. Bahkan, seorang yang mengaku pengelola hotel, sempat menghalangi petugas ketika hotelnya digerebak petugas.
Setelah merazia PSK dan pasangan meseum, sorenya, Dinkesos kembali meraziapara  gepeng dan anak jalan di perempatan jalan seperti Jalan Karatau, Jalan Pancing, Jalan Jalan AR Hakim dan kawasan Sei Kambing. (mag-7/jon)

Terbukti Disiksa, Polisi Bisa Dituntut

MEDAN- Keluarga Arlen Manalu alias Edo Manalu alias Tulang, warga Jalan Pintu Air IV, Kelurahan Kwala Bekala, Medan Johor, diimbau untuk membuat visum. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui penyebab kematian Edo yang tewas saat ditangkap polisi.

“Kalau hasil visum rumah sakit menyatakan korban tewas karena dianiaya, keluarga harus menuntut pertanggungjawaban dan melapokan kasus ini ke Propam Poldasu,” kata Wakil Direktur LBH Medan Muslim Muis, Sabtu (23/7).
Muis mengaku heran, mengapa tersangka bisa tewas saat hendak ditangkap polisi. “Ini kan hal yang mustahil. Kalau tidak dianiaya, tidak akan mungkin korban tewas begitu saja,” duga Muis.

Jika benar korban tewas akibat dianiaya polisi, Muslim mengaku tak habis pikir, mengapa tindakan aparat kepolisian dalam melakukan penggerebekan dan penangkapan masih memakai pola lama dengan melakukan penyiksaan.
Diketahui, Sat Narkoba Polresta Medan mengamankan seorang pengedar narkoba jenis sabu-sabu di Jalan Pintu Air IV, Kelurahan Kwala Bekala, Medan Johor, Jumat (22/7) pukul 10.30 WIB. Namun naas, tersangka tewas saat akan ditangkap. Penangkapan ini berawal saat petugas yang memantau tersangka sejak pagi melihat tersangka keluar rumah mengendarai sepeda motor. Ketika tersangka akan pergi petugas langsung berusaha menyergapnya.

Mengetahui dirnya akan diamankan, tersangka lari kembali ke rumah, dan terjadi saling dorong pintu rumah antara tersangka dengan petugas. Tak lama berselang, tersangka tampak lemas dan terduduk di lantai dan langsung tergeletak.
Akhirnya petugas memanggil keping, petugas Polsek Deli Tua dan keluarga tersangka untuk melakukan pemeriksaan terhadap tersangka. Ternyata tersangka telah tewas.(rud)