25 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 15043

Briptu Norman Dijemput Propam

GORONTALO- Meski sempat dielu-elukan, Briptu Norman Kamaru tak bisa seenaknya meninggalkan tugas. Setelah dijemput paksa oleh Propam Mabes Polri karena tampil di stasiun TV di Jakarta tanpa izin atasan, kini anggota Brimob Polda Gorontalo tersebut harus bersiap menjalani pemeriksaan internal.
Jumat lalu (8/7), tidak bisa tidak, Norman harus kembali ke kesatuannya. Di Polda Gorontalo, dia harus mempertanggungjawabkan perbuatannya karena meninggalkan tugas.

Namun, tidak seperti kedatangannya terdahulu yang disambut bak pahlawan. Begitu tiba di Bandara Djalaludin, anggota Brimob yang terkenal dengan lagu India Chaiya Chaiya itu keluar melalui pintu pemadam kebakaran yang berada di sebelah kanan bandara. (ama/rdl/jpnn)

Gaji ke-13 Dipotong Oknum PGRI

JAKARTA- Gaji guru PNS ke-13 sudah mulai bisa dicairkan. Di kalangan guru, muncul persoalan pemotongan gaji ke-13 oleh pihak Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) tingkat kabupaten atau kota. Pengurus Besar (PB) PGRI menegaskan, tidak ada instruksi resmi kepada seluruh pengurus PGRI di daerah untuk menarik gaji tambahan tersebut.

Pemotongan gaji ke-13 bagi PNS guru yang menjadi anggota PGRI diantaranya muncul di Kabupaten Gresik, Jawa Timur. Potongan mencapai Rp125 ribu per guru. Bagi guru yang sudah lolos sertifikasi dan mengantongi sertifikat pendidik, ditarik Rp500 ribu.

Ketua PB PGRI Sulistyo menuturkan, belum menerima kabar tarikan tersebut. Dia menuturkan, secara kelembagaan PB PGRI tidak pernah mengeluarkan instruksi penarikan sejumlah uang kepada guru.
“Apalagi sampai menarik uang dari gaji ke-13. Gaji itu hak mereka (guru, Red),” ujar senator asal Jawa Tengah itu kemarin (9/7).

Kalaupun tarikan sejumlah uang dari gaji tersebut diperuntukkan untuk kebutuhan tingkat lokal, Sulistyo menuturkan bersifat sumbangan atau sukarela. Jadi, tidak ada unsur paksaan. Guru anggota PGRI boleh memberikan sumbangan boleh tidak. Selain itu, karena bersifat sumbangan yang sukarela, jumlahnya juga tidak ditentukan.

Sulistyo menuturkan, jika memang pengurus PGRI daerah membutuhkan sejumlah uang, bisa dirembuk dengan seluruh anggota. Dalam pertemuan tersebut, bisa dibahas nilai sumbangan oleh seluruh anggota. Pihak PB PGRI juga mempersilahkan jika ada anggotanya yang ingin mengadu sejumlah tarikan yang dilakukan pengurus PGRI di daerah.

Catatan Sulistyo, mulai PGRI terbentuk pada 25 November 1945 silam hingga sekarang, hanya ada satu jenis iuran rutin yang resmi bagi anggota PGRI. Yaitu, iuran sebesar Rp 2.000 per bulan bagi setiap anggota. Saat ini, Sulistyo memperkirakan jumlah anggota PGRI yang terdaftar mencapai 3,4 juta guru.

“Baik yang berada di bawah naungan Kementerian Agama (Kemenag), maupun di Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas),” jelas dia. Anggota PGRI tidak hanya PNS, tapi juga swasta.
Jika uang bulanan resmi tersebut dikalikan dengan seluruh anggota PGRI, terkumpul duit Rp 6,8 miliar.

Menurut Sulistyo, uang itu tidak rutin disetorkan oleh anggota. “Banyak anggota yang juga masih menunggak,” tandasnya. Masih munculnya fenomena iuran yang menunggak, Sulistyo mengaku cukup menyayangkan jika guru masih harus dibebani aneka tarikan lainnya.
Iuran resmi PGRI tersebut, digunakan mulai dari jajaran pusat hingga daerah.

“PGRI adalah organisasi profesi yang tidak disponsori pihak manapun. Kami mandiri,” kata Sulistyo. Dia menjelaskan, PB PGRI mendapatkan jatah Rp 200, provinsi (Rp 400), kabupaten/kota (Rp 600), cabang/kecamatan (Rp 600). Uang tersebut, diantaranya digunakan untuk pengembangan profesionalisme anggota PGRI. wSulistyo menuturkan, sangat disayangkan jika memang terbukti ada pengurus PGRI daerah yang tega menarik gaji ke-13 dari para guru. Pasalnya, PGRI selama ini menjalankan misi untuk memperjuangkan hak-hak guru. (wan/jpnn)

Survei: Agama Masih Penting

Poling yang dilakukan oleh Ipsos MORI menemukan bahwa agama masih dianggap penting bagi kebanyakan manusia di seluruh dunia. Survei  hasil dari jajak pendapat dari 18.000 orang yang berada di 24 negara yang berbeda, termasuk Inggris dan Amerika Serikat.

Tujuh dari 10 orang yang disurvei mengatakan bahwa mereka mempunyai agama tapi sebagai pembedanya ada yang berbeda-beda. Yang paling dominant adalah agama Kristen dan Islam yang mempunyai suara terbanyak dalam poling tersebut. Dalam negara yang mayoritas penduduknya Islam, 94% dari mereka setuju jika iman mereka sangat penting dalam kehidupan mereka, bila dibandingkan hanya 64 persen peserta poling dalam negara mayoritas penduduk Kristen.

Mereka juga mengatakan bahwa iman mereka atau agama mereka adalah kunci motivasi yang memberikan waktu dan uang kepada mereka yang membutuhkan Secara keseluruhan, ada 30 persen yang mengatakan hal tersebut. Dimana 61 persen nya merupakan umat Islam dan 24 persennya adalah orang Kristen. Sementara itu sebanyak 52 persen orang yang mengatakan bahwa iman tidak membawa perubahan apa-apa dalam hidup mereka.

Yang paling menakjubkan dari hasil poling ini adalah ditemukan bahwa iman sangat penting bagi anak-anak muda. Ada 73% yang usianya berada di bawah 35 tahun mengatakan bahwa agama atau iman mereka penting bagi hidup mereka. Hasil survey ini diterima oleh pengelolanya Tony Blair, seorang praktisi Katolik dan juga pendiri Tony Blair Faith Foundation.

“Survei ini menunjukkan bahwa agama masih penting…” katanya mengomentari hasil survey. Dia berharap ke depannya akan ada dialog antar agama agar orang-orang bisa belajar menghargai agama orang lain. Bagi umat Kristen, agama bukan hal yang penting, tapi Yesuslah yang terpenting. Ketika Dia ada di dalam hati kita, kita menyadari bahwa Dialah yang akan menuntun hidup kita dan terlebih lagi mengampuni kita. Dan itu yang membuat kita menyadari betapa pentingnya Dia. (chtd/lh3)

Penginjilan dengan Sembako, Haram

Gereja Sedunia Keluarkan ‘Fatwa’

Dewan Gereja Sedunia, Vatikan dan Aliansi Injil Sedunia mengeluarkan lima buku halaman pedoman penginjilan. Dalam hasil pertemuan itu terjadi kesepakatan untuk meninggalkan cara-cara penginjilan terselubung, seperti misalnya lewat sembako. Kode etik itu disusun melalui perundingan rumit sejak tahun 2005, demikian menurut Radio Netherlands Worldwide.

Ketiga organisasi Kristen terbesar di dunia itu berharap dapat mengurangi rasa permusuhan dengan Islam maupun agama lain akibat kegiatan penginjilan tersebut. “Metode tidak pantas dalam mengerjakan tugas-tugas misionari lewat cara-cara terselubung dan pemaksaan harus ditinggalkan,” bunyi salah satu butir yang terdapat dalam buku-buku tersebut. “Pola-pola tersebut mengkhianati Injil dan bisa menyebabkan pihak lain menderita.”

Di beberapa negara seperti Pakistan, India, termasuk Indonesia, kegiatan penginjilan sering menyebabkan kekerasan. Sejak tahun 2006, sedikitnya sudah 200 gereja di Indonesia yang dirusak atau dibakar akibat ketegangan antar umat beragama. World Council of Churches, Roman Catholik dan World Evangelical Alliance merasa konflik dapat dikurangi jika mereka yang ingin menyebarkan kabar baik itu menempuh cara bersahabat. “Mengedepankan upayan membangun hubungan saling menghormati dan saling percaya dengan semua pihak beragama,” katanya.

Namun, panduan bertitel “Saksi Kristen dalam Dunia Multi Agama : Rekomendasi Kode Etik” yang diluncurkan di kota Jenewa, Swiss itu dirasa sulit dilaksanakan di negara miskin dan berkembang. “Untuk wilayah tertentu di daerah-daerah miskin, kadang kala kita memberitakan kasih Kristus dengan cara konstektual.

Misalnya mereka kekurangan gizi, maka gereja atau pelayanan-pelayanan misi turun ke sana,” kata Andriyan Makawimbang, penginjil muda di Jakarta. “Mereka ingin membagi nilai-nilai kemanusiaan. Tapi, ini sering dicap sebagai misi dari Kristen itu sendiri. Padahal ini hanya untuk membantu kemanusiaan.

Panggilan utama umat Kristen adalah mengabarkan kasih Yesus kepada semua orang. Setiap orang perlu mendengar Injil. Sebenarnya ada banyak cara bagi kita untuk melakukannya. Bukan hanya melalui perkataan, lebih nyata lagi kalau dilakukan dengan tindakan.

Contohnya, menjadi pribadi yang sesuai dengan Kristus agar semua orang dapat melihat kasih Yesus dalam hidup kita. Kita bisa memberikan sumbangsih dan perhatian kepada tetangga yang sedang bersedih, mendengarkan curhatan teman-teman kantor, penuh perhatian kepada sesama kita yang ada di sekitar kita.(bbs/net)

Beredar, Iklan ‘Jesus A Prophet of Islam’

Beredarnya papan iklan dengan tulisan “Jesus A Prophet Of Islam” atau “Yesus Nabi Islam” di beberapa tempat di Australia menimbulkan silang pendapat diantara masyarakat untuk menyikapi hal ini.

Iklan itu diketahui sebagai bagian dari kampanye perdamaian kelompok Muslim terhadap umat Kristen di bumi kangguru tersebut.

Dilansir Telegraph pekan lalu kampanye tersebut dilakukan oleh sebuah kelompok Muslim bernama “MyPeace” (Damai Milikku). Papan iklan itu pertama kali berdiri di Kota Sydney, di atas bangunan sebuah toko ban dekat perempatan jalan. Menurut pendiri MyPeace, Diaa Muhammad, pihaknya akan memasang papan iklan serupa berikutnya di Kota Adelaide.

Biro Standar Iklan Australia pun kena getahnya dengan menerima puluhan surat protes dan kecaman atas dimuatnya iklan yang menurut beberapa orang kontroversi dan dapat memicu perpelisihan yang besar antar kedua agama.

Namun, otoritas iklan Australia menolak semua keluhan itu dengan alasan kebebasan berpendapat dalam negara demokrasi. Salah satu pendukung ide iklan itu menyatakan, “Tentu tidak akan ada kesempatan sebuah papan iklan “Yesus Putra Tuhan” terpampang di Iran.”

Namun Ian Powell seorang pendeta di Sydney menanggapi positif hal ini dengan kerap bertemu dengan Diaa Muhammad untuk membahas soal agama dan ekstremisme. Menurut Diaa, sebagai bagian memberikan pemahaman soal Islam terhadap penganut agama lain, kantornya membagikan Al-Quran gratis bagi siapa saja yang memerlukan. “Telepon sekarang, operator kami siap membantu,” katanya.

Menyikapi positif seperti pendeta Ian Powell harus kita ikuti jika ada wacana dan gerakan untuk perdamaian.

Pesan yang diusung dalam kampanye inipun akan menjadi jalan memperkenalkan kepada setiap masyarakat tentang siapa Tuhan Yesus sebenarnya  dalam kerangka komunikasi dialogis yang dalam lingkup besar dapat mematikan aksi teroris.(telegraph/jc)

Lebih Giat dari yang Lain

1 Korintus 15:10
“ Tetapi karena kasih karunia Allah aku adalah sebagaimana aku ada sekarang, dan kasih karunia yang dianugerahkan-Nya kepadaku tidak sia-sia. Sebaliknya, aku telah bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia Allah yang menyertai aku.”

Oleh:   Pdm. Edison Sinurat STh

Rasul Paulus mengakui bahwa dirinya adalah yang paling hina dari semua rasul, bahkan tidak pantas disebut rasul mengingat aktivitasnya di masa lalu yang menganiaya jemaat Allah. Tetapi Tuhan Yesus berkenan menjadikannya sebagai rasul-Nya melalui sebuah perjumpaan yang mengubahkan hidupnya dari seorang penganiaya jemaat Allah menjadi seorang pemberita Injil yang militan. Paulus menganggap bahwa perkenanan Tuhan itu adalah sebuah kasih karunia, sebuah anugerah.
Dirinya yang sepatutnya dihukum tetapi justru dipakai menjadi alat-Nya Tuhan.

Menyikapi kemurahan Allah tersebut, maka rasul Paulus bekerja segiat-giatnya bagi pekabaran Injil. Totalitas merupakan prinsip hidupnya kini bagi pekabaran Injil yang semula sangat ditentangnya. Ia bahkan bekerja lebih keras, lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ini dapat kita buktikan setelah membaca surat Kisah Para Rasul.

Perjuangannya dalam pemberitaan Injil tidaklah mudah. Seperti pengakuannya yang dicatat dalam surat Korintus berikut ini: “Apakah mereka pelayan Kristus? aku berkata seperti orang gila aku lebih lagi! Aku lebih banyak berjerih lelah; lebih sering di dalam penjara; didera di luar batas; kerap kali dalam bahaya maut.

Lima kali aku disesah orang Yahudi, setiap kali empat puluh kurang satu pukulan, tiga kali aku didera, satu kali aku dilempari dengan batu, tiga kali mengalami karam kapal, sehari semalam aku terkatung-katung di tengah laut. Dalam perjalananku aku sering diancam bahaya banjir dan bahaya penyamun, bahaya dari pihak orang-orang Yahudi dan dari pihak orang-orang bukan Yahudi; bahaya di kota, bahaya di padang gurun, bahaya di tengah laut, dan bahaya dari pihak saudara-saudara palsu.

Aku banyak berjerih lelah dan bekerja berat; kerap kali aku tidak tidur; aku lapar dan dahaga; kerap kali aku berpuasa, kedinginan dan tanpa pakaian, dan, dengan tidak menyebut banyak hal lain lagi, urusanku sehari-hari, yaitu untuk memelihara semua jemaat-jemaat.” (2 Korintus 11:23-28). Segala sesuatu dihadapi dengan tegar demi tersampaikannya Injil kepada sebanyak mungkin orang.

Kita dapat memperhatikan perjalanan penginjilannya di halaman-halaman terakhir Alkitab, ada tiga kali ia melakukan perjalanan penginjilan, mulai dari Yerusalem, ke Antiokhia, ke Asia Kecil (Turky sekarang) sampai ke Eropa (Roma), baik melalui darat maupun laut. Membuktikan bahwa ia bekerja lebih giat dari rasul-rasul yang lain. Ia berupaya mengejar ketertinggalannya dari rasul-rasul yang lain dengan membuktikannya melalui keseriusannya melayani Tuhan.

Orang yang mengalami kasih Tuhan patutlah meneladani rasul Paulus ini. Sebagai pelayan Kristus, kita pun harus bekerja lebih giat lagi. Bukankah kita yang hidup di zaman ini juga telah banyak mengalami kemurahan Tuhan? Bandingkan dengan umat yang hidup di zaman Torat.

Semua kita yang telah ditebus oleh darah Yesus adalah imamat rajani, digelar sebagai duta-duta Injil yang harus menyampaikan berita keselamatan ini kepada setiap orang. Dengan segala risiko dan konsekuensi, kita harus siap mengingat kedatangan Kristus kedua kali sudah di ambang pintu.

Waktunya sangat singkat, saatnya bagi kita untuk lebih bergiat melayani Tuhan sesuai dengan talenta yang dikaruniakan untuk merefleksikan kasih Allah kepada setiap orang yang berduyun-duyun menuju kebinasaan. Kepada anak rohaninya Timotius, rasul Paulus mensehatkan agar memberitakan Injil ini baik atau tidak baik waktunya.

Roh belas kasihan merupakan motor bagi pekerjaan mulia ini yang harus kita miliki seperti ada pada Yesus Kristus (Matius 9:35-37). Sesungguhnya ladang telah menguning dan siap dituai oleh kita. Masih banyak orang yang membutuhkan belas kasihan Yesus yang diharapkan mengalir melalui kita. Injil harus menjangkau seluruh bangsa, suku, kaum, bahasa, semua segmen dan seluruh lapisan strata masyarakat. Saya tidak akan henti-hentinya menyuarakan hal ini.

Pekerjaan ini merupakan prioritas setiap orang percaya, untuk inilah Roh Kudus dicurahkan kepada kita agar kita dapat menjadi saksi-Nya sampai Injil tersebar ke seluruh dunia. Kerinduan untuk bertemu Yesus pada kedatangan-Nya kedua kali harus kita wujudkan dalam pekabaran Injil secara lebih serius lagi. Manfaatkanlah waktu yang ada, potensi yang dipunya, tekhnologi yang tersedia, dengan roh yang menyala-nyala membawa jiwa sebanyak-banyaknya ke dalam kerajaan Sorga. Haleluyah. (*)

Foto Syur di Majalah Pria Dewasa

Andi Soraya

Andi Soraya bisa dibilang bukan perempuan muda lagi. Namun, di usia yang menginjak 35 tahun, dia masih terlihat seksi. Dia memamerkan kemolekan tubuhnya di sebuah majalah pria dewasa.

Pose bintang film Hantu Puncak Datang Bulan itu juga dijadikan cover majalah yang terbit Juli ini. Di majalah tersebut artis yang pernah berseteru dengan Catherine Wilson itu berpose 13 foto mengenakan lingerie hitam, biru, putih, dan keemasan.

Terlihat pose-pose seksi ibu dua anak itu menghiasi halaman 57 hingga 71.
Semua posenya seksi dan menggairahkan. Mantan teman kumpul kebo Steve Immanuel itu tampil dengan pose yang mempesona serta terlihat anggun.

Di salah satu foto artis yang akrab disapa Aya itu hanya mengenakan bra dan celana dalam serta diselimuti bahan yang menerawang yang memperlihatkan kemolekan tubuhnya.(net/bbs/jpnn)

Pilih-pilih Pacar

Hemalia Putri

Hemalia Putri masih mencari-cari sosok pria yang terbaik untuk dijadikan pendamping hidupnya. Meski sudah memasuki batas usia layak menikah 27 tahun, pesinetron berhidung mancung itu berharap bisa mendapat jodoh secepatnya.

“Doain aja mudah-mudahan secepatnya. Karena urusan jodoh itu urusan Tuhan. Kalau sudah dikasih jodohnya besok pun aku nikah. Sampai sekarang belom. Masih mencari yang terbaik. Doain aja,” ucap Hemalia Putri di acara LSPR Walk Of Fame, Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi London School, Thamrin, Sudirman, Jakarta Pusat, Jumat (8/7).

Artis sinetron yang populer lewat sinetron Sharmila itu, tidak ingin disebut sebagai perempuan yang pilih-pilih, ia memiliki kriteria pria yang sama dengan perempuan pada umumnya.
“Dibilang tipe pemilih, Belum sreg aja. Semua perempuan pasti menginginkan pria yang baik, seagama, ya gitu dah,” tuturnya. (net/jpnn)

Menanti Reformasi

MEDAN- Rabu (6/7) lalu fans PSMS ramai-ramai menyerbu Stadion Teladan. Padahal kompetisi liga tengah libur. Ternyata mereka ingin menonton laga uji coba tim sepak bola Pra PON Sumut melawan Medan All Star yang dihuni sejumlah mantan pemain PSMS. Sebuah kerinduan luar biasa.

Tentu saja. Jika ada seribu fans PSMS ditanya soal siapa pemain yang layak berkostum PSMS, mungkin 990 orang di antaranya akan menyebut beberapa nama yang masuk tim Medan All Star itu.
Apalagi jika nama yang disebut adalah pemain yang membawa PSMS jadi runner up Divisi Utama 2007 lalu. Coba sebut saja nama Saktiawan Sinaga, Mahyadi Panggabean hingga Markus Horison. Dengan sergah cepat, fans pasti ingin nama-nama itu kembali mengenakan kostum PSMS.

Ya, pada laga eksebisi itu nama-nama seperti  Usman Pirbadi, Fadly Hariri, Irwanto, Agus Cima, Ari Yuganda, Alamsyah, Jecky Pasarella, Donny F Siregar, Wijay, Saktiawan Sinaga, dan M Rizal Kajub kembali memberi atmosfer kejayaan sepak bola Kota Medan khususnya. Lewat sebuah media bernama PSMS, orang-orang di kota ini bahkan Sumut, merasa punya hiburan dan kebanggaan.

Tapi itu cerita masa lalu. Tantangan ke depan bagi PSMS makin mengenaskan. Selain APBD yang asli sudah tak lagi ditolerir penggunaannya bagi klub sepak bola profesional, PSMS juga masih disibukkan dengan masalah internal. Apalagi kepengurusan PSMS dinilai tak berhasil mengangkat prestasi PSMS.

Para mantan pemain tadi bukannya tak mau kembali ke PSMS. Hampir seluruh pemain menyatakan ingin kembali jika pengurus memang serius. Serius di sini tak semata soal urusan kontrak, namun lebih kepada kepentingan yang lebih besar lagi seperti pembenahan stadion hingga tekad masuk ke ISL.  Dan sayang sekali tampaknya hal itu masih jauh dari visi para pengurus.

“Sejak lama kami mimpikan PSMS menjadi klub profesional. Kami harap pengurus yang merasa gagal mundur, sebelum publik melakukan reformasi dengan caranya sendiri,” beber Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan.

“Ke depan kami inginkan pembinaan pemain lokal. Pelatih dipilih publik. Seleksi digelar terbuka, dan tentu saja yang punya fanatisme,” sambungnya.

Bani Gultom yang juga pendukung setia PSMS dari bendera yang sama juga berharap demikian.
“Fanatisme masih dibutuhkan di PSMS. Putra daerah pasti banyak yang bisa jadi bintang di sini. Kalau pelatih, lebih baik putra daerah juga. Nama seperti Suimin Diharja masih kami inginkan. Beliau sosok yang keras dan tak sungkan mengkritik manajemen dan pengurus jika memang berjalan di jalan yang tak benar,” katanya. (ful)

Lebih Longgar Kembali ke Tahun 80-an

Seragam Anak Sekolah

Usia remaja merupakan usia untuk mencari jati diri. Masa peralihan ini yang membuat para remaja menjadi pangsa pasar utama terutama produk fashion. Trend fashion yang biasanya berganti setiap 3 bulan ini juga tidak luput dari perhatian para remaja kota.

Tren fashion bukan hanya pada pakaian glamour atau sehari-hari, seragam pakaian sekolah juga mengalami trend, khususnya seragam sekolah SLTP (SMP) maupun SMU (SMA). Tapi, tak hanya di Indonesia saja tren seragam sekolah ini mewabah, tapi juga di beberapa negara, mulai dari Jepang, Cina, Iran, Rusia, Korea dan lainnya.

Nah, jika ditilik, pada tahun 70-an, seragam sekolah ngetren dengan serba ketat, baik seragam sekolah laki-laki dan perempuan sehingga membentuk tubuh yang jadi terkesan seksi.
Lalu, melaju di tahuan 80-an, seragam sekolahnya beralih ke model serba gobrong. Misalnya, rok sekolah di bawah lutut, untuk celana seragam sekolahnya dengan model ukuran paha yang lebih lebar tapi dibagian kaki justru kuncup (kecil).

Namun, memasuki tahun 2011 ini, tren seragam sekolah justru kembali lagi ke zaman tahun 80-an, tapi lebih dimodif lagi. Seragam ini mengingatkan kita akan zaman ke emasan musik Pop, yang lebih mengedepankan komposisi pakaian yang terdiri dari atasan dan bawahan yang agak longgar. Dan biasanya siswi yang memakai seragam dengan model ini, akan menambahkan aksesoris berupa ikat pinggang sebagai pemanis. Tapi model inilah yang menjadi trend lagi.

Sesuai dengan trend pakaian yang sedang berlaku saat ini, dimana pakaian ala Pop juga sedang booming. Keunikan dari trend seragam ini, yaitu bawahan atau rok yang digunakan panjangnya di bawah lutut yang sesuai dengan aturan yang tetapkan oleh sekolah. “Biasanya anak remaja akan mengikuti trend yang sedang in atau sedang berlaku,” ujar Pengamat Mode dari KM Studia, Afif.

Menurutnya, trend seragam yang sedang berlaku saat ini yaitu kembali ke era 80an, dimana para siswi sekolahan akan memakai baju seragam yang sedikit longgar tetapi tidak body fit. Sedangkan bawahan atau roknya dikancing di pinggang. “Belakangan ini kita lihat rok anak SMA pasti di pinggul dan sepan, tapi batasnya di bawah lutut. Lebih sopanlah,” tambah Afif.

Bagi yang berbokong besar atau yang memiliki berat tubuh sedikit berlebih, lanjutnya,  seharusnya jangan mengikuti gaya seperti ini karena akan kelihatan aneh seperti badut.

Afif menjelaskan, seragam dengan model ini akan menunjukkan lekuk tubuh pada pinggang dan pinggul. “Jadi bagi yang memiliki perut yang sedikit buncit, usahakan untuk menghindari pemakaian ikat pinggang, dan bila perlu baju seragam sedikit dikeluarkan untuk mengelabui mata,” ujarnya.

Nike, salah satu siswi SMA Swasta Eria Medan mengaku, ia juga bergaya seperti itu. “Saya tidak tahu ini lagi trend, hanya saja banyak yang saya lihat teman-teman yang memakai seragam model gini,” ujarnya.

Begitu juga Fika, dari sekolah yang sama. Ia mengaku biasanya siswi sekolahannya merombak sendiri seragam mereka sesuai dengan trend yang sedang berlaku. “Tinggal ke tukang jahit, renovasi sebentar, jadilah model yang diinginkan,” ujar Nike.

Kalau Farah, mahasiswi Ekonomi USU menanggapi model trend seragam sekolah saat ini. “Waktu aku SMA, model seragam kayak begitu dibilang culun, hehehe,” ujarnya.

Staf Pengajar Psikologi Komunikasi Fakultas Fisip USU Emilia Ramadhani mengatakan, untuk trend paling mudah dipengaruhi adalah para remaja, karena cara berfikir mereka yang belum matang.

Menurutnya, seragam sebagai identitas pelajar haruslah disesuaikan dengan pendidikan. “Harus ada ketegasan pihak sekolah dalam mengatur seragam para siswa siswinya. Selain sekolah, keluarga juga bertanggung jawab atas cara berpakaian anaknya yang menjadi murid di sebuah sekolah agar berpakaian terpelajar,” tegasnya.

Menurut Emil, trend yang menjadikan para remaja sebagai sasarannya akan menjadikan trend itu cepat berkembang. “Karena pada dasarnya anak remaja yang cepat terpengaruh,” ujarnya.

Jadi dalam hal ini, tugas sekolah dan keluargalah untuk membuat anak sadar akan lingkungan sekitarnya, termasuk didalamnya trend. “Dukung yang positif dan sadarkan anak bila negatif. Baju seragam sekolah tidak layak dijadikan fashion model,” pungkas Emil. (juli ramadhani rambe)