26 C
Medan
Monday, December 29, 2025
Home Blog Page 15068

Renovasi Stadion Teladan

MEDAN- Berbagai pihak mendesak agar Pemko Medan melakukan renovasi Stadion Teladan agar layak menggelar pertandingan Liga Super Indonesia (LSI). Apalagi pengerjaan stadion masih punya banyak waktu karena PSMS itu belum mampu lolos ke LSI musim depan.

“Mungkin salah satu hikmah kita belum lolos ke super liga dikarenakan untuk membangun stadion terlebih dahulu. Kita tak mau mengulang sejarah kelam dengan bermain di kandang orang karena Teladan tidak lolos verifikasi PT Liga Indonesia untuk menggelar laga super liga,” beber Nata Simangunsong Ketua Suporter Medan Cinta Kinantan (SMeCK) Hooligan kemarin.

Tapi Nata menyayangkan karena hingga kini Stadion Teladan tidak disentuh perbaikan. Malah ada dua gedung baru di Teladan, yakni KONI Medan dan wadah atlet.

“Seharusnya Pemko Medan menganggarkan perbaikan Stadion Teladan. Saya kira DPRD Medan juga akan merestui, karena stadion merupakan wadah hiburan rakyat dengan menonton sepak bola,” sambung Nata.
Sebagai salah satu kota besar, bisa dibilang hanya Kota Medan yang tak punya stadion standar. Padahal animo masyarakat akan kehadiran stadion ciamik sangat besar. Pun penggemar sepak bola di kota ini tidak bisa dibilang kecil.

Mantan penyerang PSMS di era keemasan 2007 silam ketika lolos ke final Divisi Utama, Saktiawan Sinaga pun menyarankan demikian. Pemain yang kini merumput di Semen Padang itu pada dasarnya ingin kembali ke PSMS. Namun dia ingin stadion direnovasi, pengurus juga direvolusi agar PSMS bisa berjalan di jalur semestinya. “Maunya bangun dulu stadion yang bagus. Nanti kalau suatu saat lolos ke super liga PSMS tidak terusir lagi seperti masa lalu,” bebernya.

Kondisi Stadion Teladan saat ini memang mengenaskan. Yang bisa diacungi jempol hanya lampu stadion. Itupun belum mencapai kecukupuan terang standar yang mencapai 1800 lux.

Kondisi lapangan sangat memprihatinkan. Selain bergelombang, di lapangan Teladan juga tumbuh tumbuhan duri putri malu yang bahaya bagi pemain. Saluran air tidak bekerja bagus lagi, sehingga jika turum hujan maka dipastikan lapangan Teladan akan kebanjiran.
Tribun penonton pun tak kalah mirisnya. Mulai dari bangku yang mulai ditumbuhi ilalang dan lumut, debu juga tak terelakkan berada di bangku tribun VIP.
Di ruang dalam yang agak lumayan hanyalah ruang ganti pemain. Di sana sudah ada pendingin udara dan ada loker. Namun kalau ingin buang air kecil, maka silahkan menutup hidung rapat-rapat, karena aroma busuk dan kotoran . (ful)

Jangan Bentrok Saat Pengosongan Tanah

Warga dan aparat sering bentrok terkait pengosongan lahan pemerintah yang sudah ditempati warga. Apa penyebabnya? Berikut wawancara wartawan Sumut Pos, Jhonson P Siahaan dengan Fernando Z Tampubolon SH, dosen Universitas HKBP Nommensen.

Apa tanggapan Anda terkait lahan pemerintah yang diduduki oleh warga?
Saya melihat pemerintah dinilai lalai dengan lahan negara yang telah di usahai oleh masyarakat. Pemerinah juga tidak ada melakukan sosialisasi bahwa tanah yang ditempati oleh masyarakat adalah tanah negara. Jika dilakukan sosialisasi maka warga atau masyarakat mengetahui bahwa tanah atau lahan itu tidak bisa ditempati.

Apa yang harus dilakukan oleh pemerintah agar tidak terjadi penyerobotan tanah atau lahan?
Pemerintah harus melakukan antisipasi sejak dini agar tanah negara tak digarap warga. Tidak hanya itu, pemerintah juga harus mempunyai data administrasi yang lengkap, baik dan pailit tentang tanah atau lahan yang diusahai oleh masyarakat.

Apa langkah agar pengosongan lahan atau tanah yang telah ditempati oleh warga tidak terjadi benturan?
Pejabat harus turun langsung agar tercipta suasana kondusif saat pengosongan lahan atau tanah tersebut. Tidak hanya itu, pejabat juga harus melakukan pendekatan kepada masyarakat atau warga.

Apa imbauan Anda?
Kepada pemerintah agar tanah-tanah pemerintah didaftarkan ke intansi terkait mengenai statusnya dan dilakukan sosialisasi kepada masyarakat umum bahwa tanah atau lahan yang kosong itu adalah tanah negara. Kepada warga, agar jangan menempati atau mengusahai tanah atau lahan yang statusnya belum jelas.

Apa harapan Andai?
Harapan saya agar dalam pengosongan lahan atau tanah tidak ada lagi benturan supaya tidak jatuh korban dan tidak ada yang dirugikan atau yang diuntungkan. (*)

Polisi Panggil 5 Dekan

MEDAN- Terkait konflik pengelolaan Universitas Islam Sumatera Utara (UISU) Al Munawwarah Jalan SM Raja Medan, sejauh ini penyidik Direktorat Reserse Kriminal Khusus (Ditreskrimsus) Polda Sumut telah memeriksa empat dekan di universitas tersebut.

Selain keempatnya, penyidik juga akan memeriksa lima dekan lainnya dalam status sebagai saksi.
Dari kelima dekan tersebut, hari ini baru akan dipanggil dua dekan lainnya yakni, Dekan Fakultas Pertanian dan Dekan Fisipol. Setelah itu, barulah penyidik akan memanggil terlapor Profesor
Zulkarnaen Lubis dan Ir Helmi Nasution.

“Empat Dekan sudah kita periksa sebagai saksi. Besok (hari ini, Red), kita akan kembali memeriksa dua Dekan lagi,” ungkap Kasubbid Pengelola Informasi dan Dokumen (PID) Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan, Senin (4/7).
Diutarakannya, keempat saksi yang telah dimintai keterangan tersebut antara lain, Dekan Fakultas Kedokteran Rahmat Nasution, Dekan Fakultas Tehnik Bangun Pasaribu, Dekan Fakultas Agama Islam Zulkarnain Guci dan Dekan Fakultas Sastra bermarga Barus.

“Tapi, status terperiksa untuk saat ini masih sebagai saksi. Belum ada yang kita tetapkan sebagai tersangka,” tegas Nainggolan.

Sebelumnya, penyidik telah memeriksa tiga saksi pihak pelapor masing-masing, Haris Bahrum Jamil, Syaiful Zihad dan Zulkifli.  Prof Zulkarnain Lubis dan Ir Helmi Nasution diadukan pendiri dan anak pendiri Yayasan UISU ke Direktorat Reskrimsus Polda Sumut, karena mengelola UISU Almunawwaroh tanpa izin pemerintah.

Zulkarnain Lubis dan Helmi Nasution dilaporkan karena mengikuti dan mengulangi perbuatan yang sama dilakukan terdakwa dr Chairul Mursin yang saat ini sedang menjalani proses persidangan di Pengadilan Negeri (PN) Medan.
“Haris Bahrum Jamil melaporkan Prof Zulkarnaen Lubis dan Helmi Nasution dengan nomor LP/166/lV/2011/SPKT lll, tanggal 2 april 2011. Sebelum memeriksa terlapor, penyidik terlebih dahulu memeriksa saksi-saksi,” terang Nainggolan.(ari)

Tewas di Tangan Teman Sendiri

MEDAN-Effendi Sinaga (28), warga Jalan Dusun II, Desa Cinta Damai, Percut Sei Tuan tewas ditikam temannya sendiri tersangka Tonggoh Purba, Senin (3/7) sekitar pukul 22.30 WIB, di kedai tuak tak jauh dari rumah korban. Keterangan adik korban, Adi Sitanggang mengatakann kejadian tersebut bermula sat keduanya minum di kedai tuak. Entah kenapa, tiba-tiba Tonggoj marah dan memaki korban.

“Sempat terjadi cekcok, lalu Tonggoh menghajar abang saya. Setelah itu dipisah teman mereka yang ada di kedai tuak,” kata Adi Sitanggang.

Menurutnya, saat Effendi hendak pulang ke rumah Tonggoh yang sudah kalap mengejar korban dan menarik pisau dari kantong celananya. Sempat terjadi perkelahian, Tonggoh menikam rusuk sebelah kiri korban. Korban langsung pingsan dan bersimbah darah. Pelaku yang ketakutan langsung lari meninggalkan korban.

Dalam keadaan kritis korban dilarikan ke RS Siringo-ringo Percut Sei Tuan lalu dirujuk ke RS Joko Sei Antis. Kedua rumah sakit tersebut tak dapat menangani korban dan dirujuk ke RS Haji. Namun dalam perjalanan korban tewas.  Selanjutnya jenazah korban dibawa ke RSUD dr Pirngadi Medan untuk diotopsi.

“Saya memang punya firasat buruk sebelum kematian abang saya. Saya kenal sama pelakunya, dia memang sering minum tuak di kedai itu. Saya dendam dengan pelaku tapi semua saya serahkan kepada polisi,” ujar Adi.
Setelah proses otopsi jenazah korban dibawa ke rumah duka untuk dikebumikan. Hingga kini pelaku masih dalam pengejaran. Beberapa orang saksi masih dimintai keterangannya mengenai kejadian tersebut. Kapolsekta Percut Sei Tuan, Kompol Maringan Simanjuntak mengatakan pelaku masih dalam pengejaran. (mag-7)

Gawat, Blangko SIM Habis

Warga yang Mau Ngurus Kecewa

MEDAN- Blanko pembuatan Surat Izin Mengemudi (SIM) beberapa hari belakangan ini habis. Akibatnya, proses pembuatan SIM di Satlantas Polresta Medan terganggu.

Didi Syahputra, seorang warga yang ingin memperpanjang SIM C terpaksa gagal. Alasannya, karena blangko habis. “Petugas memang sebelumnya sudah memberi tahu bahwa blangko sudah habis,” ungkapnya.

Dikatakannya, petugas memberikan pilihan untuk mengurus di lain hari saja, padahal saat itu SIM C nya telah habis masa berlakunya.  “Kalau sudah begini, nanti waktu di jalan ditilang, padahal mau memperpanjang tapi blangko habis,” ujarnya. Didi berharap agar pihak Satlantas Polresta Medan segera mengadakan blangko SIM.
Direktorat Lalulintas (Ditlantas) Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Polda Sumut) mengaku hal itu disebabkan karena kurangnya koordinasi masa perjalanan ekspedisi antara Mabes Polri dengan Polda Sumut.

“Baru kali ini kejadiannya. Sebelumnya tidak pernah. Ini karena masalah perjalanan ekspedisi pengantaran dari Mabes Polri ke Sumut. Biasanya memang hanya seminggu perjalanan, tapi kali ini kita belum tahu lagi. Katanya sudah sampai, tapi akan kita cek lagi,” ungkap Dir Lantas Polda Sumut Kombes Pol Bambang Sukamto melalui Kasubag Ren Min Ditlantas Polda Sumut Kompol Murthada di Ditlantas Polda Sumut, di Gedung Ditlantas Poldasu Jalan Putri Hijau Medan, Senin (4/7).

Dijelaskannya, frekuensi stok blanko SIM yang dikirim dari Mabes Polri ke masing-masing daerah, telah mendapat jatahnya masing-masing selama selama setahun.“Biasanya sudah dijatah untuk setahun di setiap daerah. Misalnya, untuk Satlantas Polresta Medan sebanyak 4 ribu eksemplar per bulan,” terangnya.

Saat ditanya jumlah pastinya, Kompol Murthada enggan menjelaskannya secara detil. “Karena harus lihat data lagi, dan sepertinya enggak perlu kali lah harus pakai data. Biasanya memang tidak menentu jumlahnya,” kilahnya.
Kasat Lantas Polresta Medan Kompol I Made Ary melalui Kanit Reg Ident SIM AKP Sri Pinem mengaku sudah dua pekan yang lalu balangko habis. “Iya sudah dua minggu ini habis stok blangkonya, tapi kita berusaha masih tetap melakukan pelayanan, sambil menunggu dari Dirlantas Polda Sumut,” ujarnya. (ari/mag-7)

Bulan Ini, MoU Diteken

Sengketa Tanah Sari Rejo

MEDAN-Wali Kota Medan Rahudman Harahap berjanji akan menyelesaikan sengeketa tanah Sari Rejo dan akan dilakukan penandatanganan MoU Jakarta di bulan Juli in.

“Insya Allah, bulan ini akan ditandatangani MoU antara pihak Pemko Medan dengan pihak TNI AU di Jakarta. Dalam konteks rencana penyelesaian mengenai masalah sengketa tanah Sari Rejo, “ ujar Wali Kota Medan, Rahudman, usai menggelar rapat di Pemko Medan, Senin (4/7).

Dijelaskannya, warga Sari Rejo sudah bisa tenang menduduki tanah yang merupakan hak mereka. Dengan begitu, tambah Rahudman, perkembangannya ke depan apakah pangkalan udara akan bertahan atau pindah ke lokasi lain.
“Tapi sampai sekarang, pangkalan udara tetap dipertahankan,” tambahnya.
Rahudman yang sudah melakukan pertemuan bersama.

Kasau, Minggu (4/7) kemarin. “Untuk hasil pertemuannya, sudah menjurus ke arah yang lebih baik, “ cetusnya.
Ketua Komisi A DPRD Kota Medan, Ilhamsyah mengatakan warga dan dewan diminta untuk dilibatkan saat penandatangan MoU tersebut.

“Nanti hanya kata-kata saja, kita saja tidak tahu apa isi dari MoU tersebut. Beritahu kepada kita isi dari MoU tersebut, “ katanya singkat.

Sedangkan perwakilan warga Sari Rejo, Abyadi Siregar selaku Wasek Formas sangat mengapresiasi kinerja Wali Kota Medan, Rahudman Harahap yang sudah mementingkan masyarakat. Tetapi, Abyadi juga mempertanyakan kepada Pemko Medan, khusunya Wali Kota Medan atas ketidakjelasan MoU tersebut.

“Kalau penyelesaian sengketa ini dilakukan lewat MoU, draf MoU tersebut harus dibuat bersama bukan malah drafnya difinalisasi oleh TNI AU. Kemudian, masyarakat dan BPN Medan disaksikan Pemko Medan. Bukan hannya diteken oleh Pemko dan TNI AU, “ pintanya.

Menurutnya, draf MoU tersebut sedang difinalisasi oleh  TNI AU. “Itu tidak boleh, masyarakat meminta agar isi MoU tersebut menguntungkan masyarakat. Karena sesungguhnya masyarakat adalah pemilik tanah sesuai putusan MA. Dimana, penyelesaian lewat MoU sudah membuat masyarakat mengalah karena semestinya penyelesaian kasus tersebut harus  diselesaikan lewat penegakan hukum  sesuai dengan putusan MA, “ bebernya. (adl)

Ajang Unjuk Bakat Melukis Anak-anak

Road Show Lukisan Monalisa

MEDAN- Faber Castell mengadakan kegiatan edukasi untuk anak-anak. Salah satunya Road Show Lukisan Monalisa dengan menggunakan teknik Poinlism. Lukisan berukuran 4×6 meter itu dikerjakan oleh 276 anak SD di Jakarta untuk mendapatkan status dari MURI dengan rekor dunia dan dipamerkan di Plaza Medan Fair mulai 4-10 Juli mendatang.

“Selain road show lukisan Monalisa ini, berbagai kegiatan yang berkaitan dengan lukisan juga kita selenggarakan, dengan maksud agar anak-anak tidak takut menggambar,” ujar Area Protion Supervisor PT Mentari Sinar Abadi, Sole Agent of Faber Castell Sumut, Fauzi.

Acara yang berlangsung di Atrium Plaza Medan Fair ini akan mengajarkan kepada anak-anak tentang berbagai macam teknik lukisan, seperti teknik Patterning, Shading, Squiggling, dan Pointlism. Dan semua pembelajaran tersebut gratis, tanpa syarat dan ketentuan.

“Ini murni gratis, karena kita ingin memberikan edukasi kepada masyarakat terkait dengan alat lukis,” ujar Fauzi.
Faber Castell, produk asal Jerman ini mengeluarkan produk terbaru yaitu Connector Pen. Sesuai namanya, cat yang berbentuk seperti pulpen ini sangat nyaman dan mudah digunakan, terutama bagi anak-anak. Selain mudah digunakan, kelebihan lain dari produk ini aman untuk siapa saja. Misalnya, zat pewarna pada cat menggunakan zat pewarna makanan, air atau tinta yang digunakan sebelumnya telah disterilkan, atau dengan kata lain air mineral yang digunakan untuk cat ini. sedangkan untuk penghapus, tidak menggunakan talet yang berbahaya.

Dengan berbagai variant, Connector Pen memiliki harga yang terjangkau untuk masyarakat. seperti Connector Pen isi 10 warna memiliki harga Rp16 ribu, isi 20 warna harganya Rp32 ribu, isi 30 warna harganya sekitar Rp48 ribu dan isi 50 warna harganya sekitar Rp70 ribu. dan setiap Connector Pen telah habis, maka dapat digunakan sebagai bongkar pasang untuk merakit mainan berbentuk pesawat ataupun mobilan.

Sementara itu, untuk acara puncak road show lukisan Monalisa dengan Teknik Pointlism ini akan diselenggarakan lomba mewarnai yang akan diikuti 100 anak pada hari Minggu (10/7) mendatang, dan hadiah utama yaitu 1 buah Netbook. (mag-9)

Tangkap Pelakunya, Jangan Tunggu Ada Korban Lagi…

Wanita Hamil Tewas Terjatuh Saat Dijambret

MEDAN-Keluarga wanita hamil yang tewas terjatuh saat dijambret Darajatun Sri Wahyuni (30) meminta polisi untuk mengungkap pelakunya. “Semenjak kejadian itu, keluarga sudah memberikan ciri-ciri pelaku, namun sampai sekarang polisi tak berhasil mengungkap pelakunya,” Hardiman, abang korban, usai menemui juru periksa yang menangani kasus adiknya di Mapolresta Medan.

Hardiman menyesalkan juru periksa yang menangani kasus adiknya, karena tak memberikan jawaban yang memuaskan. “Kami tanya juru periksa malah bilang akan memanggil saksi dulu Jumat mendatang. Itukan waktu yang lama, apa mesti tunggu ada korban lagi,”ujar Hardiman.

Kanit Jahtanras Polresta Medan AKP Yudi Prianto mengatakan sampai saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan. “Masih kita selidik dan telah memanggil saksi,” ujarnya.

Sementara itu Kapolsek Medan Timur Kompol Patar Silalahi mengatakan pihaknya telah melakukan antisipasi terjadinya tindak kejahatan di lima titik rawan di wilayah Medan Timur. “Ada lima daerah titik rawan yakni di Jalan Madong Lubis, Jalan Pahlawan, Jalan Krakatau, Jalan Malik Ibrahim serta Jalan Gaharu. Untuk melakukan antisipasi polisi melakukan operasi rutin untuk mengurangi tindak kejahatan perampokan,” ujarnya.

Sebelumnya, Darajatun Sri Wahyuni merupakan korban jambret yang dilakukan dua pengendara sepeda motor Mio yang tidak diketahui identitasnya, Minggu (26/6) lalu. Seorang pelaku merampas tas sandang korban yang sedang menumpang becak bermotor sehabis belanja yang mengakibatkan korban terjatuh ke badan jalan dan mengalami pendarahan pada bagian kepala. Akibat kejadian itu korban kritis dan tak sadarkan diri hingga menghembuskan nafas terakhirnya Minggu (3/7) sekitar pukul 07.00 WIB. (mag-7)

Kompol Elisabeth Belum Ditahan

MEDAN-Kompol Elisabeth yang telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penganiayaan dua pembantu rumah tangga (PRT), yang bekerja di rumahnya, hingga saat ini belum ditahan.

“Untuk menahan atau tidaknya itu kepentingan dan wewenang dari penyidik. Yang jelas, kita tidak tahu alasannya,” tegas Kasubbid Pengelola Informasi dan Dokumen (PID) Humas Polda Sumut, AKBP MP Nainggolan, Senin (4/7).
Dijelaskannya, meskipun tidak ditahan, tapi proses hokum terhadap Kompol Elisabeth tetap berjalan dan akan dilanjutkan hingga ke kejaksaan.

“Jika sudah ada putusan hokum tetap atas pelanggaran tindak pidana umum, barulah dilakukan proses internal Polri. Nah, penyidik dapat tidak melakukan penahanan terhadap tersangka, jika tidak mengulangi perbuatannya, menghilangkan barang bukti dan tidak mempersulit proses penyidikan,” terangnya.

Kompol Elisabeth diduga telah melakukan penganiayaan terhadap dua PRT yang bekerja di rumahnya, yakni Ngatinem (56), warga Kampung Manggelaten, Magelang, dan Ropiah (14) warga Kampung Kaleng Pandan Brebes.
Sebelumnya, polwan itu juga pernah dilaporkan ke Mapolsekta Medan Baru dalam kasus yang sama. Kompol Elisabeth merupakan sosok yang ringan tangan.(ari)

Remaja Jadi Pemacu Pendidikan Keamanan Pangan

MEDAN- Pendorong dan pemacu pendidikan keamanan pangan tidak hanya dari pemerintah, dan akademisi melainkan dari pelajar yang didominasi remaja. Sebab, di usia remaja adanya transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa tidak hanya berkembang secara fisik melainkan kognitif.

“Seorang remaja termotivasi memahami dunia karena perilaku adaptasi secara biologis. Di mana informasi yang didapatkan tidak langsung diterima begitu saja ke dalam skema kognitif mereka saja, melainkan lebih dari itu,” ujar Sekretaris Tim Teknis Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan, Prof Dr Posman Sibuea, Senin (4/7).

Di usia remaja, paparnya, bisa membedakan antara hal-hal atau ide-ide yang lebih penting dibandingkan ide lainnya Artinya seorang remaja tak mengorganisasikan apa yang dialami dan diamati, namun remaja mampu mengolah cara berpikir mereka sehingga memunculkan suatu ide baru.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM mendukung jika ada tim relawan dari pelajar yang dapat menginformasikan atau mensosialisasikan begitu pentingnya makanan alternatif dari makanan sebelumnya.
“Dalam hal ini mereka akan dididik dahulu bagaimana mensosialisasikan, dan jika ada alternatif pangan lainnya bisa membuatnya menjadi yang lebih menarik dan enak dari makanan sebelumnya,” ujarnya.  (ril)