26 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 15094

Izin Diskotek Super akan Dicabut

MEDAN- Poldasu akan melakukan tindakan tegas terhadap Diskotek Super. Tindakan tegas tersebut seperti, pencabutan izin tayang dan melanjutkan proses hukum terkait tewasnya Bripka Beni  Simbolon, Minggu (26/6) lalu. Pernyataan tegas ini disampaikan, Kepala Bidang (Kabid) Humas Poldasu AKBP Raden Heru Prakoso, di Mapoldasu Senin (27/6).

Heru menegaskan, akan melakukan tindakan tegas terhadap tempat-tempat hiburan, jika menyalahi waktu tayang. Tindakan tegas itu merupakan pencabutan izin tayang dan proses hukum, jika ditemukan tindak pidana yang menjadi penyebab kematian korban.

“Kita bersama Dinas Pariwisata Kota Medan, akan melihat kembali izin operasional Diskotek Super. Karena, sesuai ketentuan dari Dinas Pariwisata Kota Medan, izin operasional tempat hiburan itu hanya sampai pukul 02.00 WIB. Tapi ternyata, ditemukan korban terjatuh sekitar jam 04.00 WIB,” tegas Heru Prakoso.

Dijelaskannya, untuk penyebab kematian korban sampai saat ini belum bisa dipastikan. Sebab, dari hasil otopsi pihak rumah sakit belum keluar. Andai kata kematian korban, disebabkan Over Dosis (OD) penggunaan zat terlarang (narkoba), pihak kepolisian akan memproses kasus tersebut.

Dan sebaliknya, jika penyebab kematian korban karena hal lain misalnya karena penyakit yakni penyempitan jantung, maka proses hukum tidak akan dilakukan. “Jadi, bisa saja pemilik tempat hiburan itu dimintai keterangan,” ungkap Heru.

Lebih lanjut Heru menuturkan, dari catatan Polsekta Percut Sei Tuan, korban memiliki loyalitas kerja yang baik. Sebelum ajal, korban sempat melakukan razia di wilayah hukumnya. Setelah itu, korban pulang ke rumah dan berpamitan kepada istrinya untuk menemui temannya.

“Korban cuma bilang sama istrinya mau menemui temannya. Tapi tidak memberi tahu tempatnya, dan akhirnya ditemukan di Diskotek Super,” terang Heru.

Sejauh ini, lanjut Heru, pihak kepolisian telah mengambil keterangan sejumlah pekerja diskotek. Dari penyelidikan di Tempat Kejadian Perkara (TKP), di sekitar lokasi korban terjatuh tidak ditemukan zat atau benda terlarang. Dan di sekitar meja tempat duduk anggota Provost Polsekta Percut Sei Tuan tersebut, hanya ditemukan minuman kaleng dan mineral. “Tidak, tidak ada kita temukan zat terlarang di sekitar korban, hanya air mineral dan minuman kaleng,” tandas Heru.

Sementara Kapolsekta Medan Baru AKP Doni Alexander mengatakan, pihaknya sudah melakukan otopsi dan mengambil sampel darah yang sedang dilakukan pengujiannya di labfor Cabang Medan. namun, hasilnya belum diketahui.

Sampai saat ini pihaknya juga telah memeriksa empat orang saksi di antaranya, karyawan Diskotek Super dan personel Polsek Percut Sei Tuan. Menurut informasi, kata Doni, korban ke Diskotek Super ingin menemui temannya yang sudah menunggu di sana.

Secara terpisah, Kadis Pariwisata Kota Medan, Busral Manan yang dikonfirmasi wartawan menegaskan, pihaknya akan memberikan teguran secara tertulis kepada manajemen Diskotek Super. Hal itu dilakukan, karena pihak manajemen Diskotek telah prosedur yaitu menyalahi izin waktu tayang. “Batasannya pukul 02.00 WIB. Maka dari itu, kita akan memberikan teguran tertulis,” tegas Busral Manan.(ari)

Pertahankan Kelulusan UN 100 Persen

Perguruan Islam Al-Ulum Terpadu

MEDAN- Penerapan kurikulum sehari penuh (full day school) dan secara terpadu yang dilakukan oleh Perguruan Islam Al-Ulum Terpadu  ternyata mampu memberikan hasil yang positif. Dengan berbekal pengalaman yang masih terbilang muda yakni tujuh tahun, perguruan ini mampu membuktikan lewat kelulusan Ujian  Nasional (UN) dengan angka kelulusan mencapai 100 persen.

Muhammad Zahrin Pilliang, selaku Ketua Bidang Pendidikan Yayasan Amanah Karamah (YAK), juga mengakui, hasil kelulusan sempurna yang diterima siswa didiknya telah menjadi tradisi selama empat tahun berturut-turut. “Kelulusan yang mencapai angka sempurna ini berhasil didapat seluruh siswa tak hanya jenjang SD saja namun juga SMP dan SMA. Selain itu kita juga berhasil mendapatkan kulaifikasi nilai A dalam UN tahun ini,” sebutnya.
Raihan positif itu sendiri, lanjut Zahrin, berdampak terhadap meningkatnya animo para orangtua siswa untuk menyekolahkan anaknya di Perguruan Islam Al-Ulum Terpadu.

Alhasil hampir setiap tahun jumlah calon siswa yang mendaftar melebihi kapasitas yang disediakan pihak yayasan. Bahkan untuk penerimaan siswa baru, pada tahun 2011, yang mana dari delapan kelas yang disediakan dengan rata-rata 36 siswa setiap kelas, telah mengalami kelebihan kapasitas.

Dan untuk menyikapi hal itu, menurut Zahrin para calon siswa yang ingin terdaftar di Perguruan Islam Al-Ulum harus menjalani beberapa tahapan dan seleksi.

“Selain melihat hasil UN, para calon siswa dituntut harus dapat membaca Al-Quran dan memiliki pengetahuan Keislaman serta menjalani tes tertulis dan tes wawancara untuk bisa diterima” ungkapnya.

Sekolah yang seluruh jenjang pendidikannya memiliki akreditas “A” ini, selain memiliki berbagai prestasi menjanjikan di bidang akademik, Perguruan Isalam Al-Ulum Terpadu juga memiliki prestasi di luar akademik.
Diantaranya yakni raihan juara tiga dalam OSN bidang matematika tingkat SD, dan juara pertama dalam O2SN olahraga bulutangkis yang tengah dipersiapkan dalam ajang skala nasional.

Untuk menyelaraskan pelaksanaan pendidikan dan proses belajar mengajar di Perguruan Islam Al-Ulum Terpadu, berbagai fasilitas disiapkan sebagai pendukung. Al-Ulum  juga menyediakan staf pengajar yang professional sesuai kompetensi yang dimiliki. (uma)

Diversifikasi Pangan Butuh Peran Perguruan Tinggi

MEDAN- Diversifikasi atau penganekaragaman pangan semakin mendesak. Bila tak segera mungkin dilakukan, krisis pangan akan cepat terjadi. Ancaman itu memang belum terasa, tapi terus mengancam. Untuk mewujudkan percepatan diversifikasi pangan itu diperlukan peranan perguruan tinggi (PT).

Anggota Dewan Ketahanan Pangan Kota Medan Prof DR Posman Sibuea memaparkan, selama ini pengertian tentang ketahanan pangan masih keliru. Sebenarnya masalah pangan bukan hanya soal ketersediaan melainkan menyangkut distribusi dengan harga terjangkau agar mudah diakses keluarga.

Dia menyebutkan, panganan nonberas seperti singkong, dianggap tak layak konsumsi. Bahkan, ketika ada kelompok masyarakat memakan singkong, semakin cepat terekam di lensa wartawan dan jadilah berita utama kelaparan. Padahal, warga yang mengonsumsinya tak ada masalah.

Seperti diseminarkan Pasca Sarjana Antropologi Unimed dengan tema seminar nasional wisata kuliner berbasis panganan lokal. Pada seminar itu menghadirkan pembicara dari Pusat Studi Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta dan ahli diversifikasi konsumsi pangan, Prof DR Posman Sibuea, Senin (27/6).

Pertemuan itu membahas panganan lokal yang memiliki potensi besar dalam memajukan wisata lokal di setiap wilayah.  Menurut Posman, pembahasan itu merupakan hal yang dibutuhkan dalam memajukan setiap wilayah. “Protein makanan lokal seperti singkong dan ubi jalar  tak kalah saing dengan beras, selanjutnya dari sisi harga singkong dan ubi jalar jauh lebih murah dari pada beras,”katanya.

Kepala Badan Ketahanan Pangan Kota Medan, Ir Eka R Yanti Danil MM menyampaikan, di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah, makanan pokok masyarakat adalah tiwul. Masyarakat Nusa Tenggara Timur dan Madura biasa makan jagung dan pisang, penduduk di Papua, Maluku dan Maluku Utara makanan pokoknya sagu dan umbi-umbian lokal. Apalagi dicampur sup ikan yang secara lokal mudah didapat, rasanya sangat enak dan bergizi.

“Mongonsumsi pangan lokal merupakan pola makan masyarakat setempat,” katanya.
Dia menyebutkan, budaya masyarakat telah tercipta sejak dahulu kala, sehingga harus didorong. Maka dari itu, peranan perguruan tinggi, mahasiswa dan peras sangat penting dalam mendorong upaya ini.
“Kita jangan mau dijajah beras, kalau kita sadar. Negeri ini adalah negeri surplus pangan,” ucapnya. (ril)

Mau Cari Kerja, Wanita Asal Aceh Diperkosa

MEDAN- Maksud hati ingin mencari pekerjaan di Medan, Bunga (17), bukan nama sebenarnya, warga Peurlak Nangroe Aceh Darussalam, malah diperkosa dan dirampok seorang penarik becak bermotor (betor) bermarga Aritonang, warga Jalan Sei Mencirim Medan. Bunga diperkosa di sebuah hotel di kawasan ringroad, Kamis (23/6) lalu.

Menurut pengakuan Bunga, di Mapolresta Medan saat membuat pengaduan, Senin (27/6), peristiwa itu terjadi saat dia baru tiba di Terminal Pinang Baris, Medan Sunggal pada Kamis (23/6) siang lalu. Saat itu, Aritonang menawarinya tumpangan becak. Setelah sempat berbincang, diketahui kalau Bunga ke Medan ingin mencari pekerjaan. Mendengar pengakuan itu, Aritonang pun menjanjikan akan memberi pekerjaan. Bunga percaya dan bersedia diajak Aritonang pergi ke kawasan ringroad. Namun, ternyata Bunga dibawa ke salah satu hotel di kawasan Ringroad. Aritonang beralasan, Bunga harus beristirahat karena baru tiba dari Aceh.

Namun setelah masuk ke dalam kamar hotel, Bunga bukannya disuruh beristirahat, namun disuruh melayani nafsu bejatnya. Karena menolak, akhirnya Bunga diperkosa. Bukan cuma itu, HP miliknya pun diambil oleh Aritonang. Setelah itu, Bunga diantar Aritonang ke Yayasan Kasih Bunda milik Muhammad Daniel, di Jalan Sei Ular Baru, sekitar pukul 19.00 WIB. Aksi bejat tersangka ini terbongkar saat Muhammad Daniel dan istrinya curiga melihat tingkah korban yang terlihat depresi. “Saya menaruh curiga dengan gerak gerik korban. Ia terlihat depresi, seperti ada yang disembunyikannya,” ujar Daniel.

Akhirnya, setelah terus-menerus diinterogasi oleh Daniel dan istrinya, akhirnya korban mengaku telah diperkosa dan HP nya diambil pelaku.

Merasa tidak senang, Daniel yang mengenali pelaku mencoba menghubunginya dan memintanya untuk datang ke Yayasan Milik Daniel. Saat tiba di tempat Daniel dan terus dipaksa, akhirnya pelaku mengaku telah memperkosa korban. Aritonang sempat meminta kepada Daniel agar kejadian ini jangan dilanjutkan ke polisi dan berdamai dengan korban.

Ajakan damai ini ditolak Daniel karena dia merasa tak senang atas perbuatan Aritonang yang mengantarkan korban setelah dinodai. Akhirnya, setelah membuat visum mereka mengadukan kasus ini ke Polresta Medan. Kanit Judi Sila Polresta Medan AKP Hartono mengaku akan menindaklanjuti kasus ini dengan mengejar tersangka. “Setelah membuat laporan ini, kita akan melakukan penyelidikan” tandasnya.

Supir Dituding tak Ada Otak

Kecelakaan Bus ALS

Kecelakaan maut di Aek Latong Tapanuli Selatan yang menimbulkan 14 korban jiwa ternyata lebih buruk dari dugaan. Pasalnya, saat kejadian sekira pukul 03.00 WIB Minggu (26/6) dini hari, ternyata ada satu unit bus ALS dari Bukit Tinggi menuju Medan yang juga melintas di TKP. Namun, supir tersebut tancap gas saja, bukannya memberikan pertolongan.

Seorang penumpang bus ALS jurusan Bukit Tinggi-Medan yang tak mau namanya dikorankan, menjelaskan, ia sempat melihat ada banyak penumpang di jalan dekat TKP sekira pukul 05.00 WIB.

“Awalnya kami tak tahu apa yang terjadi. Ternyata di jurang, bagian belakang bus terlihat. Saya yakin supir kami juga melihat hal itu, tapi supir ini tancap gas saja. Seperti tak punya hati dan pikiran supir itu,” tegasnya.

Penumpang tersebut menduga, bila mereka singgah dan mencoba memberi pertolongan, ada kemungkinan beberapa korban terselamatkan.

Humas PT ALS, Alwi, membantah keterangan penumpang bus ALS tersebut. Alwi mengatakan, tak ada informasi adanya bus ALS jurusan Bukit Tinggi-Medan yang melintas di TKP. “Kalau ada kejadian seperti itu jangankan kecelakaan, bus mogok saja pasti supir kami akan berhenti, berkoordinasi dengan supir bus lain yang mengalami kerusakan mesin. Begitu prosedurnya,” jelas Alwi.

Telepon Ibu, Diangkat Perawat

Seorang keluarga korban, Reza (36) menjelaskan, ia mendatangi stasiun ALS pukul 16.30 WIB Minggu (26/6). Yang menjadi korban pada kecelakaan tersebut adalah sang ibu Risna (58). Pada jam tersebut Reza mencoba menghubungi telepon seluler sang ibu dan diangkat seorang perawat. “Saya bertanya dari mana mendapat HP ini? Kata perawat perempuan itu dari kantong pakaian ibu. Dan ia mengatakan, ibu sudah meninggal. Namun, hingga saat ini saya belum mendapatkan konfirmasi dari pihak ALS,” katanya.

Sedikitnya ia menghubungi nomor HP ibunya sebanyak empat kali sejak pukul 16.30 WIB. “Saya berharap, jasad ibu bisa dibawa pulang ke rumah. Tadi orang ALS bilang sejam lagi sampai di Medan. Tapi belum sampai juga hingga saat ini (sekira pukul 17.30 WIB),” jelas Reza,.

Reza juga menyayangkan, supir jurusan Bukit Tinggi-Medan tersebut sama sekali tak berhenti untuk menolong bus yang ditumapngi ibunya pada saat kejadian.

Jadi, hingga wawancara sekira pukul 17.00 WIB Minggu (26/6) bus ALS tersebut belum bisa diangkat dari jurang. Alhasil, masih ada lima korban jiwa yang jasadnya belum ditemukan. Sementara itu, mayat 14 korban telah dievakuasi di RS Sidimpuan. Sedangkan penumpang selamat telah dipulangkan ke rumah-masing-masing. Dan yang menjadi supir bus tersebut belum tau keberadaannya dan telepon selulernya juga belum bisa dihubungi.(saz)

Baca juga:

Dapat Santunan Jasa Raharja

Korban Kecelakaan Bus ALS

Jumlah penumpang bus ALS BK 7088 DL dengan nomor pintu 90 yang naas di Aek Latong, ada sebanyak 14 orang. Bagaimana tanggung jawab manajemen PT ALS?

Humas PT ALS, Alwi Matondang mengungkapkan, korban yang meninggal akan diberikan santunan. “Nanti  akan diberikan santunan oleh pihak Jasa Raharja,” paparnya.

Alwi menjelaskan, saat berangkat jumlah penumpang di bus berkapasitar 45 orang itu hanya 36 penumpang. “Yang membeli tiket dari loket 36 orang. Namun, kita tak tahu apa masih ada penumpang yang naik di jalan,” jelas Alwi di Kantor PT ALS Jalan Sisingamangaraja Medan, Minggu (26/6).

Saat perjalanan, bus yang dikemudikan Unggul (38) beralamat di Lubuk Pakam tersebut sempat mengalami kerusakan di daerah Toba, sebelum Aek Lotung. “Bus itu berangkat dari sini Jum’at (24/6) pukul 15.00 WIB. Memang kabarnya sempat rusak.

Sejauh ini korban meninggal sebanyak 14 orang, sisanya selamat. Supir dan kernetnya lari,” terangnya.
Saat diminta data manifes penumpang bus naas tersebut, Alwi Matondang berupaya untuk menutup-nutupi. “Nanti saja lah, setelah ada laporan dari polisi,” jawabnya.

Ditambahkannya, dari data yang diperoleh dari pihak kepolisian, 14 korban meninggal tujuh diantaranya adalah anak-anak dan sembilan orang warga Medan dan seorang warga Lubuk Pakam serta tiga warga Bengkulu.

Sementara itu, Pihak Poldasu melalui Kabid Humas Poldasu AKBP Raden Heru Prakoso membeberkan, bus tersebut masuk ke parit yang berisi air. “Hampir 3/4 badan bus terendam air di parit. Supirnya melarikan diri,” terangnya.
Menurut data yang didapat kepolisian, jumlah penumpang di bus tersebut ada 65 orang. korban selamat sebanyak 49 orang dan korban meninggal 14 orang. “Yang meninggal terjebak di bus dalam keadaan tidur. Korban meninggal dibawa ke Rumah Sakit Sipirok,” terangnya.(saz/ari)

Baca juga:

Becak Masuk Sawah, Kerabat Mimpi 4 Giginya Tanggal

Kisah di Balik Musibah Sekeluarga Korban Naas Bus ALS

Keluarga korban naas bus PT ALS, adalah Desi Indriani (30) dan tiga anaknya ternyata punya firasat buruk sebelum kejadian. Seorang kerabat bermimpi empat giginya tanggal. Selain itu, beberapa jam sebelum berangkat, becak bermotor yang ditumpangi para korban masuk ke sawah.

Ari Sisworo/Indra Juli, Medan

Suasana haru menyelimuti kediaman pasangan Ali Umar dan Nurbima, warga Jalan Pasar 3 Tembung Gang Fajar Tasbih, salah satu rumah duka korban Bus ALS naas yang terjun ke jurangn
di Aek Latong Km 7-8, Minggu (26/6) sore.

Saat wartawan Sumut Pos mengunjungi rumah duka, tampak sebuah tenda terpasang di bagian depan rumah yang sangat sederhana itu. Terlihat pula para kerabat dan tetangga berkumpul menanti empat jenazah keluarga mereka yang menjadi korban Bus ALS Jurusan Medan-Bengkulu tersebut. Mereka mengenakan kopiah dan selendang untuk bertakziah.

Di ruang tamu juga tampak empat tilam yang telah dipersiapkan sebagai tempat persemayaman. Anggota keluarga pasangan Ali Umar dan Nurbima tersebut kehilangan empat kerabatnya. Mereka adalah Desi Indriani (30) dan tiga anaknya Yuni Cipiani (9), Rendy (5) dan Dimas (3). Sementara Cipeng, nama panggilan suami Desi Andriani, selamat dari maut.

Ali Umar dan Nurbima tak mampu menutupi kesedihan atas meninggalnya putrid dan cucu-cucu mereka tersebut. “Kami dapat kabar, tadi malam (Minggu dinihari, Red) jam 3 dari Cipeng yang selamat. Rencananya, mereka mau ke Padang,” ujar Ali Umar dengan wajah sedih.

Ditambahkannya, menantunya Cipieng sehari-hari bekerja sebagai penjual kain, sedangkan Desi Indriani membantu suaminya dengan menjahit di rumah. Sedangkan ketiga cucunya sehari-hari di rumah mereka.

Sekarang, pasangan kakek dan nenek itu tidak akan mendengarkan gelak tawa cucu-cucunya mereka tersebut. “Yuni Cipiani baru naik kelas 4 SD, si Rendy dan Dimas belum sekolah. Nggak ada lagi lah ketawa-ketawa lucu dari cucu-cucu ku itu,” kata pria berusia 60 tahun ini.

Ali Umar dan Nurbima mengaku tidak merasakan firasat apa-apa sebelum kejadian naas tersebut. Nurbima pun terlihat syok, wajahnya lesu, matanya berkaca-kaca. Hendra Syaputra, adik Desi Indriani, terlihat berusaha menutupi kesedihannya.

Sedangkan Jus, bibi Desi Indriani, yang berada di rumah duka tersebut mengaku, anaknya Ikmal pernah bermimpi empat gigi bagian atasnya tanggal.

“Anak saya pernah mimpi, tapi memang tidak sampai diceritakan kepada keluarga. Ternyata ini kejadiannya,” kisahnya dengan wajah yang seolah hendak menitikan air mata.

Hendra Syaputra juga mengatakan hal yang sama. Dirinya mendapat pertanda saat mengantarkan kakak serta abang ipar dan ketiga keponakannya menuju stasiun Bus ALS di Jalan Sisingamangaraja sekira pukul 14.00 WIB, Jumat (24/6).

Hendra mengantarkan semua korban menggunakan becak bermotor. Namun, baru beberapa saat meninggalkan rumah ternyata betor yang mereka naiki tersebut terjerembab ke sawah. Anehnya, ketika diangkat betor tersebut terasa sangat berat dari biasanya dan diperlukan beberapa orang untuk mengangkatnya.

Setelah betor terangkat, perjalanan ke stasiun bus ALS dilanjutkan. Di perjalanan, muncul keanehan lain. Semua korban tersebut hanya terdiam. “Biasanya, kami selalu ngobrol, bercanda, ketawa-ketawa. Di becak itu, semuanya diam. Kakak ku diam, abang ipar ku diam, keponakan-keponakan ku yang biasanya lucu-lucu jadi diam. Jadinya, sampai di tempat yang dituju paling hanya beberapa kata saja yang kami bicarakan,” ungkap Hendra sembari mengenang hal itu.

Sementara itu, Nurbima beberapa kali mempertanyakan tanggung jawab PT ALS sebagai pemilik armada. “Kekmana ini yah. Kalau memang bus nya rusak, kenapa penumpangnya nggak disuruh keluar,” keluhnya.

Begitu pula dengan Ali Umar. Dengan suara pelan dan sayu, Ali Umar mengatakan hal yang sama. “Kekmana itu yah. Kami nggak ngerti, kami orang susah. Apa ada bantuan dari yang bersangkutan untuk membantu?,” tanyanya kepada Sumut Pos.

Sementara itu, papan bunga berukuran besar yang terpasang pinggir jalan memperlihatkan bagaimana suasana haru keluarga Dahniar (56) warga Jalan Bhayangkara No.424 Kelurahan Indra Kasih Medan yang menjadi korban kecelakaan bersama cucu tercinta Assifa Azhara (7) di Aek Latong, Minggu (26/6) dini hari.

Halaman rumah pun tampak dipenuhi pelayat dari keluarga, handai tolan, dan tetangga yang datang silih berganti. Menanti kedatangan jenazah yang hingga berita ini diturunkan masih memasuki Kota Rantau Prapat. Meskipun diperkirakan kedua jenazah baru tiba di Medan menjelang subuh. “Masih di Rantau Prapat, mungkin jam dua pagi nanti baru sampai. Entah pun lewat,” ucap keponakan salah satu keponakan Almarhum Dahniar, Supri.

Pria bertubuh tinggi ini lalu membawa Sumut Pos menemui keluarga korban lainnya yng berkumpul di rumah tanpa diplester di bagian dalam. Tampak beberapa tubuh tergolek lemas di atas kasuryang memang disediakan untuk merebah. Hanya seorang yang terlihat khyusuk dalam doa yaitu Tuti, ibu dari Assifa Azhara. Menghadap sang Khalik dengan harapan anak tercinta nantinya mendapat tempat yang layak.

Anak yang memberi banyak kenangan indah di tengah-tengah keluarga kelima kakak beradik ini. Anak yang dikaruniai rambut keriting, tubuh gmpal dalam balutan kulit putih menarik perhatian siapapun. Yang dengan cintanya menolak ajakan sang kakek untuk turun dari bus ALS untuk menemani sang nenek menjemput ajal.
“Padahal sudah disuruh turun sama Ayah. Tapi Siffa nya gak mau. Katanya dia mau nemani nenek. Jadilah kakeknya bawa Lisa (kakak Siffa, Red) sementara Siffa dan nenek di dalam,” tutur Julita Nur, putrid bungsu Almarhum Dahniar yang juga pernah mengasuh Siffa.

Tiba-tiba seorang remaja putri bernama Dina yang juga sepupu Siffa, memecah keheningan. “Siffa,” pekiknya. Hal itu pun terjadi beberapa kali yang mengungkapkan kedekatannya dengan almarhum Siffa. DI beberapa lokasi Dina mengakui beberapa kali melihat kehadiran Siffa.

Beratnya peristiwa kehilangan kembali membuat Tuti mengucurkan air mata. Selain kepergian yang tidak memberi tanda, kebersamaan dengan putri tercinta yang terpisah di usia 3 ahun sebelum kembali bersama di usia enam tahun. “Jujur saja saya terpukul karena tidak ada pertanda seperti kalau orang mau pergi. Malah saya masih sempat ambil rapor trus menyusun bajunya dan si kakak. Saya juga belum puas karena hanya beberapa bulan kami bersama setelah di usia tiga tahun kami pisah,” tutur Tuti sembari menepuk dada beberapa kali.

Tuti pun tak dapat membendung air mata kala mengingat saat Siffa menyampaikan keinginannya. “Mama kan belum punya rumah, Adek pengen cari uang belikan mama rumah,” ucap Tuti yang akan berusaha kuat menyambut kedatangan jenazah putri bungsu dan ibu tercintanya. (*)

14 Ibu dan Anak Tewas Tenggelam

  • Bus ALS Masuk Jurang di Aek Latong
  • 10 Korban Warga Medan, 4 Diantaranya Sekeluarga

SIPIROK-Kecelakaan moda transportasi darat kembali terjadi dan memakan korban. Kali ini menimpa bus PT Antar Lintas Sumatera (ALS) BK 7088 DL  bernomor pintu 90 tujuan Medan-Bengkulu, Minggu (26/6) sekitar pukul 02.30 WIB. Bus berjalan mundur di jalan mendaki di Km 7-8, Aek Latong, kecamatan Sipirok, Tapanuli Selatan (Tapsel) dan masuk jurang yang digenangi air (telaga) di sisi kiri jalan. Akibat kejadian itu, sedikitnya 14 penumpang bus yang terdiri dari ibu-ibu dan anak-anak, tewas tenggelam bersama bus yang masuk telaga dengan kedalaman sekitar 8 meter.

Para korban meninggal kemudian dibawa ke RSUD Tapsel di Sipirok untuk proses identifikasi. Beberapa penumpang lain diperkirakan hilang dan masih dalam pencarian. Sementara bangkai bus masih berada di telaga di jurang tersebut dan masih menunggu proses pengangkatan.

Setelah identifikasi dilakukan, 10 dari 14 korban tewas adalah warga Medan. Bahkan tujuh orang diantaranya beradal dari satu keluarga. Tiga warga Jalan Bhayangkara No 424 B, Medan Tembung dan empat lainnya terdiri dari ibu dan anak, warga Gg Pajak Tasbih Tembung Pasar III.

Berdasarkan informasi dihimpun METRO TAPANULI (grup Sumut Pos) dari beberapa penumpang selamat seperti Sudirman (62), Mariam (62) Supriyadi (34) Eriyanto (37), Cecep (17) dan Syaripan (27), bus yang ditumpangi berangkat dari Medan Jumat (24/6) siang dengan kondisi hampir penuh.

Ketika di Tebing Tinggi dan Pematangsiantar, banyak penumpang naik sehingga bus sarat penumpang. Seluruh bangku tempel pun dipenuhi penumpang yang hendak menuju Panti, Padang hingga Bengkulu.

Di sepanjang jalan, sempat terjadi beberapa kali kerusakan, antara lain di perbatasan Taput dan Tapsel, sekitar 8 kilometer dari lokasi bus masuk telaga di Aek Latong. Untuk perbaikan kerusakan, mereka harus istirahat selama sekitar 10 jam.

“Katanya saat itu rusak kolahar roda depan bagian kiri,” ujar Darwin (25), warga Desa Laut Tador, Kecamatan Laut Suka, Kabupaten Batubara salah satu penumpang selamat dari musibah maut tersebut.

Kernet bus kemudian membeli nasi sebanyak 70 bungkus, untuk penumpang dan awak bus. Perbaikan pun selesai dan bus melanjutkan perjalanan. Di lokasi jalan yang rusak dan mendaki di Aek Latong, supir berusaha mengendalikan bus yang sarat penumpang. Unggul (38), sang supir, berupaya melewati tanjakan dengan permukaan jalan bergelombang. Baru sekitar 30 meter menaiki tanjakan ke arah Sipirok, tiba-tiba roda depan terganjal gelombang permukaan jalan yang tak rata dan bus tidak mampu melanjutkan perjalanan.

Karena kesulitan menanjak, kernet bus turun berupaya mengganjal roda dengan batu yang ada di sekitar. Bus kemudian berhenti di tengah tanjakan curam sembari meminta penumpang untuk turun.
Meskin cuaca dingin dan gelap, sebagian besar penumpang pria turun dan berjalan kaki. Selebihnya bertahan di bus dengan alasan ketiduran. Ada juga  yang enggan keluar karena cuaca dingin, jalan licin dan menanjak serta mempertimbagkan kondisi anak-anak mereka yang ikut termasuk anak-anak yang sakit.

“Memang saat itu ada anak-anak yang sakit jadi tidak turun dan tetap di gendong ibunya,” tutur Darwin.
Setelah tak ada lagi penumpang yang turun, supir bernama Unggul tersebut memendam pedal gas. Tetapi bukan berjalan ke depan, bus malah mundur. “Saat mundur jalannya pelan sekali,” kata Darwin.

Dalam cuaca gelap dan dingin, tanpa diduga bus malah mengarah ke pinggir jalan sebelah kanan dan hitungan detik masuk ke telaga dengan kedalaman sekitar 4 meter sehingga seluruh badan bus hilang tenggelam dalam air.

“Mesin bus tidak pernah mati, maka kami terus berjalan lebih ke atas di kegelapan malam itu. Baru sekitar 50 meter kami beranjak namun salah seorang diantara kami menjerit dan berlari menuju mobil yang sudah mundur dan masuk jurang, kamipun mendekat namun karena kondisi tanah yang berjurang dan medan yang belum kami pahami akhirnya kami pasrah, menunggu hingga hari terang dan berupaya menghubungi beberapa keluarga,” kata penumpang lain yang mengaku sebagian keluarganya berada di bus naas itu.

Berdasarkan keterangan beberapa penumpang, jumlah penumpang dan seisi bus nas tersebut diduga adalah 70 orang. Hal ini berdasarkan jumlah makanan yang dibelikan kernek Bus selama mereka menunggu proses perbaikan kerusakan di perbatasan Tapsel-Taput.

“Yang jelasnya kami diberikan makanan satu bungkus satu orang, dan yang kami tahu kernek selalu membeli makanan dengan jumlah 70 bungkus, dan semua habis dibagikan,” ujar penumpang tersebut.

Tak ada penumpang yang berani memberi pertolongan. Mereka hanya menatapi bus naas yang ditelan telaga Aek Latong. Pukul 09.00, sekitar 12 orang yang merupakan sopir dan kernek Bus ALS lainnya, berupaya menyelam dengan memecah jendela kaca dan berselang dan satu per satu penumpang yang didominasi anak-anak dan wanita ditemukan dalam kondisi tubuh kaku. Evakuasi bus hingga tadi malam belum berhasil dilakukan. Kendati berbagai upaya dilakukan sejak pagi hari dengan mengerahkan bantuan melalui truk yang lewat, truk milik POLRI, dan alat berat milik PU namun belum berhasil karena kondisi jurang yang curam. (ran/smg)

Maut di Aek Latong

Nama Bus:    ALS BK 7088 DL, nomor pintu 90
Kapasitas:     45 penumpang
Pengemudi:    Unggul (38), penduduk Lubuk Pakam

Kronologis kejadian

Jumat, 24 Juni Pukul 15.00 WIB:

  • Berangkat dari Pool PT ALS di Jalan Sisingamangaraja Medan membawa 36 penumpang.
  • Di Kota Tebing Tinggi dan Pematangsiantar, penumpang naik hingga mobil penuh dan seluruh bangku tempel terisi penumpang tujuan Panti, Padang hingga Bengkulu.

Sabtu (25/6)

  • Mobil berulang kali mengalami kerusakan mesin. Termasuk 8 kilometer mendekati Aek Latong dan diperbaiki hingga memakan waktu sekitar 12 jam.
  • Kernet bus membeli 70 bungkus makanan untuk para penumpang

Minggu (26/6) Pukul 02.30 WIB:

  • Bus dipaksa mendaki namun malah mundur perlahan hingga akhirnya masuk telaga dengan kedalaman sekitar 8 meter.

Korban Meninggal

  1. Maulida Asmar (30)    Jl Bunga Raya Medan Sunggal
  2. Eka Santi (31)        Jl Bunga Raya Medan Sunggal
  3. Putri Balkis (15)        Jl Bhayangkara No 424 B, Medan Tembung
  4. Dahniar (56)            Jl Bhayangkara No 424 B, Medan Tembung
  5. Assifa Azhara (7)        Jl Bhayangkara No 424 B, Medan Tembung
  6. Desi Indriani (30)        Gg Pajak Tasbih Tembung Pasar III
  7. Yuni Sipiani (9)        Gg Pajak Tasbih Tembung Pasar III
  8. Rendy (5)            Gg Pajak Tasbih Tembung Pasar III
  9. Dimas (3)            Gg Pajak Tasbih Tembung Pasar III
  10. Trisnawati (55)        Bandar Selamat Tembung
  11. Husni Amaliyah (9)        Bengkulu
  12. Kumala Sari (11)        Bengkulu
  13. Rohana            Bengkulu
  14. Dedi (Bertato)        Belum diketahui

Korban Belum Ditemukan

  1. Siti Rahayu (30)        Lubuk Pakam
  2. Poppy Mustika (9)        Lubuk pakam
  3. Rifki Anugerah (2)        –
  4. Adinda Pratiwi (5)        –
  5. Rendi (4)            –

Korban Selamat

  1. Sudirman (62)
  2. Mariam (62)
  3. Supriyadi (34)
  4. Eriyanto (37)
  5. Cecep (17)
  6. Syaripan (27)

Digandeng Fachri Akbar

Luna Maya

Kabarnya, Luna Maya dan Fachri Albar sering berduaan menjenguk bekas Pemred Majalah Playboy Erwin Arnada saat ditahan di Lapas Cipinang. Kedekatan itu mengulang memori cinta mereka beberapa tahun
silam.

Hidup Ariel ‘Peterpan’ di bui bisa jadi makin tidak tenang mendengar kabar ini. Sang kekasih, Luna Maya, disebut-sebut mulai lengket lagi dengan bekas pacarnya, Fachri Albar. Bisa benar, bisa juga cuma gosip. Tapi setidaknya Luna dan Fachri sudah kepergok jalan bareng, ikut menyambut bekas Pemimpin Redaksi Majalah Playboy Erwin Arnada saat baru dibebaskan dari Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Cipinang Jakarta Timur, Jumat (24/6)n
Pemandangan di siang hari itu cukup menarik perhatian. Sekitar pukul 11.45, Luna datang bersama Fachri, dan sutradara Joko Anwar. Luna datang dengan gaya casualnya. Ia mengenakan kemeja lengan pendek bermotif tutul dan celana jeans ketat. Senada dengan Luna, Fachri yang kini berpacaran dengan Marscha Timothy, terlihat santai dengan kemeja putihnya. Keduanya tampak kompak menyambut detik-detik pembebasan Erwin Arnada.

Menurut pengakuan pemilik sebuah kantin di Lapas, bukan kali pertama Luna dan Fachri mendatangi Lapas tersebut. Sebelumnya, mereka juga sering terlihat datang bersama untuk menjenguk Erwin.
“Luna dan Fachri juga datang jenguk Pak Erwin,” ujar pemilik kantin di Lapas tersebut.

Manajer Luna Maya, Vita saat dikonfirmasi membantah Luna balik ke pelukan Fachri. Dia bilang, hubungan Luna dan Fachri sebatas teman biasa. “Aduh, itu gosip. Nggak, nggak ada ceritanya balikan. Lagian jalannya nggak cuma berdua kok. Bareng Joko Anwar juga,” kata Vita saat dihubungi Rakyat Merdeka (grup Sumut Pos), akhir pekan lalu.
Vita juga membantah kabar Luna sering jalan bareng Fachri. “Nggak pernah mereka sering keluar bareng berduaan. Itu gosip, Mas,” cetusnya lagi.

Menurut Vita, Luna masih ‘resmi’ milik Ariel. Buktinya, Luna masih rutin datang menjenguk Ariel di Rutan Sukamiskin Bandung. “Hubungan mereka baik-baik saja. Luna masih ama Ariel,” tegasnya.
Seperti diketahui, sebelum populer seperti sekarang, Luna memang dipacari Fachri yang putra rocker gaek Ahmad Albar. Keduanya cukup lama menjadi sepasang kekasih. Mereka putus sekitar tahun 2005. (bcg/jpnn)

Rangkap Ketua Parpol, Kepala Daerah Disanksi

JAKARTA-Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Gamawan Fauzi terus mengusung wacana larangan bagi kepala daerah yang merangkap ketua partai politik. Wacana yang diusung pun tak berhenti sebatas pelarangan saja, namun juga perlunya sanksi jika larangan itu dilanggar.

Menurut Mendagri, pihaknya mengusulkan agar larangan dan sanksi itu dimuat dalam draft revisi UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (UU Pemda). Ditemui sebelum membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kependudukan dan Pencatatan Sipil 2011 di Jakarta, Minggu (26/6) malam, Mendagri mengatakan, seiring pemberlakuan otonomi maka kewenangan kepala daerrah memang semakin besar.

Namun besarnya kewenangan, sambungnya, juga diikuti dengan semakin meningkatnya persoalan yang dihadapi kepala daerah. “Di sisi lain dana yang ke daerah juga makin besar. Jika 2005 hanya Rp 139 triliun, nanti 2012 mencapai Rp 437 triliun. Tentu persoalan juga akan bertambah. Kalau kepala daerah jadi ketua partai pula, tambah pula beban dia,” ucapnya.

Mantan Gubernur Sumatera Barat itu mengungkapkan, untuk menjadi kepala daerah saja seorang calon sudah harus merogoh banyak dana. Namun bukan itu saja yang membuat kepala daerah juga terbebani. “Dia (kepala daerah) juga masih dibebani oleh partai politik untuk menghimpun dana,” ucapnya.

Karenanya, Mendagri melontarkan wacana larangan bagi kepala daerah agar tidak merangkap ketua parpol itu juga disertai sanksi. “Usulan ini dalam UU Pemerintahan yang baru. Tentu nanti kita tawarkan ke DPR (untuk dibahas bersama),” sambungnya.

Mendagri juga mengatakan, perlu adanya pembedaan jenis sanksi bagi kepala daerah. Sebab, bisa saja pelanggaran yang dilakukan kepala daerah hanya persoalan sistem atau administrasi birokrasi.

Namun demikian, cetusnya, perlu juga disiapkan sanksi bagi kepala daerah yang jenis pelanggarannya tidak terkait dengan sistem atau administrasi tetapi karena kebijakan pribadi. “Kalau pribadi yang melanggar, sanksinya ke pribadi juga,” cetusnya.

Untuk opsi sanksinya, imbuh Mendagri, bisa saja kepala daerah yang melanggar larangan dinonaktifkan selama tiga bulan atau enam bulan. Namun saat ditanya apakah ada kemungkinan sanksi itu juga berbentuk pemecatan, Mendagri belum memastikannya. “Nanti kita lihat saja. Tapi tetap terlu ada sanksi,” pungkasnya.(ara/jpnn)