26 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 15265

Lapangan Gajah Mada Ditembok, Warga Marah

Pemko Diminta Tindak Oknum Mengaku Ahli Waris

MEDAN- Oknum yang mengaku ahli waris Lapangan Gajah Mada, Jalan Krakatau, Medan Timur, berniat menutup lapangan yang selama ini menjadi pusat kegiatan masyarakat sekitar. Bahkan saat ini, lahan seluas lebih dari 110 x 90 meter itu mulai dipagari tembok setinggi lebih kurang 1,5 meter.

Tetapi upaya itu mendapat perlawanan keras warga. Sejumlah Organisasi Kemasyarakatan Pemuda (OKP) se-Kecamatan Medan Timur menolak pemagaran Lapangan Gajah Mada tersebut. Mereka melarang para pekerja yang memagar lapangan tersebut melanjutkan pekerjaannya, Sabtu (20/5).

Amri T SH, perwakilan dari OKP kepada wartawan mengaku kecewa atas tindakan oknum yang mengaku sebagai ahli waris lapangan tersebut. Menurutnya, Lapangan Gajah Mada itu sudah lama ada dan dipergunakan masyarakat setempat untuk segala kegiatan. “Kami, seluruh OKP yang ada di Kecamatan Medan Timur sangat terpukul dengan hal ini. Saya turut prihatin dengan pemagaran Lapangan Gajah Mada ini yang dilakukan oleh orang yang mengaku-ngaku ahli waris. Lapangan ini sudah lama ada dan kenapa baru sekarang diklaim, ada ahli warisnya,” kata Amri.
Menurutnya, lapangan tersebut adalah milik Pemko Medan. Apalagi, lapangan tersebut sudah sering dipergunakan masyarakat untuk berbagai kegiatan seperti kampanye, kegiatan keagamaan, kegiatan anak sekolah, kegaiatan pemuda dan kegiatan lainnya.

Karenanya, kata Amri, seluruh OKP yang ada di Kecamatan Medan Timur meminta agar Pemko Medan tegas dalam permasalahan pemagaran ini. “Kami meminta ketegasan Pemko Medan,” tambahnya.

Sementara, Lurah Pulo Brayan Darat I Bayanuddin Nasution mengatakan, pihak kelurahan sudah memberitahukan hal ini kepada camat dan akan menyurati Pemko Medan. Dia menambahkan, pihaknya juga sudah mempertanyakan hal tersebut kepada pihak yang mengaku-aku ahli waris tentang dasar yang menguatkankepemilikkan.
“Kita juga sudah menyurati pihak kecamatan. Lapangan Gajah Mada ini milik Pemko Medan dan pemilik tidak mempunyai dasar-dasar yang kuat tentang pemagaran ini. Kita sangat setuju jika pemagaran ini diberhentikan,” ungkapnya.(jon)

Anggap Kurang Berat, Jaksa Ikut-ikutan Kasasi

Satgas Klaim Temukan Asal Usul Duit Gayus

JAKARTA – Perusahaan-perusahaan kakap penyuap markus pajak Gayus Halomoan Tambunan harus bersiap-siap. Satgas Pemberantasan Mafia Hukum mengklaim telah menemukan asal duit suap Rp 24 miliar yang diterima Gayus untuk praktek patgulipat pajak yang dia lakukan.

“Kami bisa menyampaikan bahwa ada perkembangan-perkembangan positif. Yakni, kee arah mana, dari mana uangnya, di mana berada,” kata Sekretaris Satgas Denny Indrayana dalam diskusi di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, kemarin (21/5).

Namun, Denny tak bisa mengungkapkan detail informasi tersebut. Sebab, pihaknya masih berupaya mematangkan informasi yang dia dapatkan sebelum akhirnya membukanya kepada publik. “Beri waktu kami untuk bekerja dulu,” katanya.

Denny menegaskan bahwa dalam kasus tersebut, Satgas tak berhenti meski mantan pegawai Direktorat Jenderal Pajak itu sudah dipidana dengan pasal berlapis-lapis. Pihaknya masih terus menelusuri dan membahas praktik-praktik penyimpangan di bidang pajak. “Kami terus telusuri dan berkoordinasi untuk update kasus,” katanya.
Seperti diketahui, dalam sidang terungkap duit Rp 24 miliar diperoleh Gayus dari mengurus keberatan dan banding pajak tiga perusahaan Bakrie. Yakni, Arutmin, PT Kaltim Prima Coal, dan PT Bumi Resources. Mabes Polri telah melakukan pelimpahan tahap kedua (menyerahkan tersangka dan barang bukti) kepada Kejaksaan Negeri Jakarta Pusat.

Setelah banding Gayus di Pengadilan Tinggi DKI Jakarta diputus sepuluh tahun, saat ini ada tiga kasus baru yang harus dihadapi Gayus. Selain duit suap Rp 24 miliar itu, kasus penyuapan terhadap Kepala Rutan Brimob Kelapa Dua, Depok dan kasus pemalsuan paspor.

Kasus suap Rp 24 miliar dan pemalsuan paspor tinggal menunggu sidang.
Di bagian lain, jaksa penuntut umum memutuskan untuk mengajukan kasasi atas putusan banding PT DKI Jakarta meski hukuman Gayus diperberat menjadi sepuluh tahun.

Alasannya, vonis hakim Pengadilan Tinggi DKI belum mencapai dua pertiga dari tuntutan jaksa dua puluh tahun penjara dan denda Rp 500 juta.  Ini berarti, baik jaksa maupun Gayus sama-sama mengajukan kasasi atas putusan banding hakim PT.   Pada 11 Mei 2011 lalu, Gayus melalui pengacaranya, Dion Pongkor, mengajukan kasasi karena menganggap vonis tersebut sangat berat. (aga/jpnn)ga/jpnn)

Nelpon SLJJ Gratis Plus Diskon 50% ke GSM

Telkom Luncurkan Program “Flexi Bebas Bicara Plus” di Sumatera

Medan- Setelah sukses ‘memanjakan’ pelanggannya di Jakarta, Jawa Timur dan Jawa Barat, kini Telkom Flexi kembali meluncurkan program Flexi Bebas Bicara (BeBi) plus yaitu gratis bicara SLJJ se-Sumatera. Disebut BeBi Plus karena tidak hanya memberikan gratis bicara SLJJ sesama pelanggan Flexi se-Sumatera, tapi juga diskon 50 persen panggilan lokal dan SLJJ ke seluruh operator GSM mulai pukul 00.00 WIB hingga 06.00 WIB.
Flexi memberikan kemudahan bagi pelanggan yang ingin mengikuti program ini tanpa perlu melakukan registrasi. Cukup melakukan isi ulang minimal Rp20.000 pelanggan akan langsung mendapatkan manfaat tersebut secara otomatis selama 30 hari.

Demikian dijelaskan Executive General Manager (EGM) Telkom Flexi Mas’ud Khamid kepada wartawan di Palembang, di sela-sela rangkaian kegiatan peluncuran program Flexi BeBi+ di Sumatera, Sabtu (21/5).
Peluncuran program Flexi Be-Bi+ ini adalah apresiasi Telkom kepada seluruh pengguna layanan CDMA di Sumatera. Diharapkan dengan program gratis bicara antar Flexi se Sumatera dan diskon 50 persen untuk pembicaraan ke GSM dapat menjawab kebutuhan layanan komunikasi 50 juta penduduk di Sumatera.

Dengan program ini dipastikan dapat mengurangi biaya komunikasi penggunakan seluler (CDMA+GSM) yang dianggap masih mahal. “Dengan Program Flexi BeBi+, pelanggan Flexi tidak perlu kuatir akan biaya meskipun melakukan pembicaraan cukup lama baik sesama Flexi mau pun ke GSM,” jelas Mas’ud.
EGM Telkom Flexi itu optimis, masyarakat di Sumatera – mulai dari Sabang sampai Bandar Lampung – akan menyambut kehadiran Flexi BeBi+  ini.

Terkait dengan tarif Flexi saat ini, Mas’ud menegaskan bahwa tarif Flexi tetap yang paling irit karena masih menetapkan tarif flat Rp49 per menit untuk pembicaraan lokal antar Flexi. Dengan program Flexi BeBi+ ini Telkom semakin memantapkan posisi Flexi sebagai telepon paling murah.(mag-9)

Karateka Tewas Usai Bertanding

MAKASSAR-  Nasib naas menimpa Muhammad Muslim, peserta kejuaraan nasional (Kejurnas) karate Wadokai di Makassar, Sulawesi Selatan. Muslim kontingen asal Sulawesi Tenggara, menghembuskan nafas terakhir usai mengikuti laga tanding kumite 55 kg Kelas 16-15 di Stadion GOR Matoangin, Makassar.

Muhammad Muslim, tak bisa meraih mimpinya untuk menjadi salah satu kontingen tim Wakado Karate-do Indonesia dalam pentas Nasional dan Internasional. Sebelum meraih tropi sebagai salah satu juara, Muslim menghembuskan nafas terakhir.

Kematian Muslim tak urung membuat para peserta Kejurnas sedih. Terkhusus rekan-rekannya sesama utusan dari Sulawesi Tengah tak mampu membendung air mata, begitu jazad muslim tiba di RS Bayangkara.
Bahkan beberapa diantaranya pingsan dan histeris tak mampu menanggung beban kehilangan. Yah Muslim adalah andalan bagi kontingen Sulawesi Tengah.

Hari ini dalam laga tanding final Muslim di prediksi akan memenangkan pertandingan. Sayang belum mengangkat tropi, nyawa muslim pun melayang. Kematian Muslim terbilang cukup tragis. Menurut Hermansyah, pelatih asal Kalimantan Tengah, dalam laga tanding melawan anak asuhnya, sore tadi, Muslim bermain dengan baik dan stabil. Muslim mampu menahan lawannya dan bermain cukup imbang dengan skor 6-6 di pertandingan final kumite 55 kg kelas 16 -17 tahun.

“Wasit pun memberhentikan untuk perpanjangan waktu. Saat mau tanding lagi, tiba-tiba Muslim ambruk di atas matras,” kata Hermansyah.

Kepanikan pun seketika di ruang tanding. Kata Hermansyah, panitia berupaya memberikan pertolongan pertama. Sayangnya, nyawa pemuda tanggung ini tak dapat tertolong lagi. Meski telah meninggal dunia, panitia tetap membawa jazad Muslim ke RS Bayangkara Makassar. Sementara ini, panitia penyelenggaran tak satupun mau memberikan keterangan kronologis kematian Muslim. Meski menelan korban jiwa, panitia tetap akan melanjutkan kegiatan kejurnas yang sisa sehari lagi.

Kegiatan ini dilaksanakan sejak 20-22 Mei yang diikuti sekitar 400 atlet dari 14 pengurus provinsi Wadokai di seluruh Indonesia.(net/jpnn)

Berkas Sempurna, Cicit Soeharto Segera Sidang

JAKARTA – Penanganan kasus narkoba yang menjerat cicit Soeharto, Putri Aryanti Haryowibowo terus bergulir. Penyidik Polda Metro Jaya siap melakukan pelimpahan berkas tahap dua pekan depan. Polisi berjanji menangani kasus ini secara profesional.

Perkembangan penangan kasus Putri tersebut, disampaikan Kepala Bidng Humas Polda Metro Jaya Kombes Baharudin Djafar. Dihubungi tadi malam, perwira dengan tiga melati di pundak itu mengatakan berkas Putri sudah P-21 alias sempurna. “Berkas perkara sudah kami limpahkan ke kajaksaan (Kejagung, red). Pekan depan giliran tersangka (Putri, red) dan barang bukti,” kata dia.

Baharudin berharap, pelimpahan tahap kedua (tersangka dan barang bukti) ini berjalan awal pekan ini. Sebab, berkasnya sendiri sudah rampung sejak Kamis lalu (19/5). Dengan pertimbangan tersebut, dia berharap persidangan Putri bisa segera berjalan. Apakah nanti Putri akan dimasukkan ke panti rehabilitiasi langsung tanpa mendekam di penjara atau bagaimana, semua  diserahkan kepada majelis hakim.(wan/nw/jpnn)

Rintik Rindunya Kepada Siapa

Oleh: Ramadhan Batubara

Ada selembar kertas terselip di saku celana saya. Sebuah kertas yang berisikan beberapa kalimat tentang hujan. Setelah saya cermati, kalimat tersebut tak lain adalah sajak karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul Hujan Bulan Juni. Hm, siapakah yang menyelipkan kertas itu?

Jujur, jika kertas tersebut ditemukan oleh istri saya tentunya bisa bahaya. Ayolah, sajak Sapardi kan memiliki kekuatan kata yang dahsyat. Diksi yang dia gunakan berkesan romantis. Indah. Fiuh, bukankah bisa muncul sebuah kecurigaan dalam diri saya tentang wanita idaman lain?

Tapi sudahlah, saya bukan ingin curhat soal keluarga saya, hal itu sangat tak layak menjadi konsumsi publik; tentu saya bukan selebritas yang makin hebat ketika urusan dapurnya habis dieksploitasi media. Yang menjadi pikiran saat ini adalah siapa orang iseng yang menyelipkan kertas itu. Saya curiga penyelip itu bukanlah perempuan; meski sajak Sapardi cenderung romantis. Ya, saya khawatir ini adalah sebuah pesan. Hm, semacam sandi yang dititipkan seseorang bak dalam film detektif. Bah, kalau begitu, saya ikuti saja kemauannya. Ya, berpikir ala detektif.
Perhatikanlah kutipan sajak itu: tak ada yang lebih tabah//dari hujan bulan Juni//dirahasiakannya rintik rindunya//kepada pohon berbunga itu.

Itu adalah bait pertamanya. Menurut saya ada beberapa kata kunci dari bait tersebut yakni tabah, hujan bulan Juni, rahasia, dan pohon berbunga. Tabah menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti tetap dan kuat hati, berarti ini tentang sikap dalam menghadapi sesuatu. Lalu, hujan bulan Juni. Gabungan kata ini maksudnya apa? Ya, kenapa hujan di bulan Juni, kenapa bukan Agustus atau Januari atau lainnya? Begini penjelasannya (tentunya sangat subjektif), harus bulan Juni karena saat ini sudah mencapai akhir-akhir bulan Mei dan bersiap menyambut Juni. Hm, gampangkan kan? Hehehe.

Tapi, ketika mengingat hujan di bulan Juni, bukankah tergambar kondisi iklim yang sedang kita hadapi? Maksudnya, akhir-akhir ini Kota Medan memang sedang dilanda cuaca yang tak menentu. Bayangkan saja, tiba-tiba panas dan tiba-tiba pula hujan. Seandainya saja badan kita ini adalah sebatang kayu, maka dengan kondisi semacam itu dia akan lapuk. Nah, kalau sudah lapuk, maka kayu itu pun sudah tak bisa lagi menopang atap rumah kan? Jadi, cobalah berkeliling kota, maka kita akan menemukan banyak warga yang terserang flu, demam, dan penyakit lainnya.

Sejatinya, durasi hujan di bulan Juni memang tak begitu banyak bukan? Masa ini adalah masa transisi dari musim hujan ke kemarau. Namanya transisi, ada sesuatu yang belum mapan di tempatnya bukan? Kalau masih tak mapan, berarti tak kuat, bisa juga dikatakan lapuk. Bah! Berarti si penyelip kertas itu ingin mengatakan saya lapuk?
Tunggu dulu, ada larik yang lain: dirahasiakannya rintik rindunya//kepada pohon berbunga itu. Wow, lirik ini menggambarkan semangat. Ya, sebuah tekad pada kata ‘rahasia’ dan ada sebuah cita pada kata ‘pohon berbunga’. Hm, ini berarti bukan saya lapuk yang dimaksud si penyelip tadi bukan.

Baiklah, saya coba menggabungkan analisis supersubjektif tadi. Bait sajak itu bagi saya adalah semacam pesan agar kita terus berencana meskipun dalam keadaan payah. Dengan kata lain, sebagai manusia yang berakal ya harus gunakan akal dan jangan menyerah pada keadaan. Contohnya soal hasil Ujian Nasional (UN) tingkat SMA beberapa waktu lalu. Sumatera Utara (Sumut) yang kabarnya memiliki banyak orang pintar ternyata tidak masuk dalam sepuluh SMA dengan Tingkat Kelulusan dan Nilai UN Tertinggi. Sumut malah kalah jauh dari provinsi tetangga yang sesungguh sering kita kalahkan di masa lalu, Aceh. Bayangkan saja, di sepuluh peringkat tersebut, Aceh menempatkan dua SMA-nya. Tidak tanggung-tanggung, SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh meraih peringkat teratas dengan nilai 9,53. Lalu, SMA 2 Modal Bangsa Kuta Baro, Kabupaten Aceh Besar meraih peringkat lima dengan nilai 9,37. Fiuh. Kemana SMA unggulan yang ada di Sumut? Hebatnya lagi, dua SMA di Aceh itu adalah wakil dari Sumatera, lainnya berasal dari Bali dan Jawa.

Nah, kenyataan ini, jika kita sesuaikan dengan bait pertama sajak Hujan Bulan Juni, maka kita sebagai warga Sumut jangan kecil hati. Kita punya otak, kita punya kemampuan, kita punya kemauan, dan kita punya tekad untuk maju, maka gunakan itu. Rangkailah semua itu menjadi sebuah rencana matang agar generasi berikutnya bisa bicara di tingkat nasional. Ya, tahun depan, SMA di wilayah kita harus menembus sepuluh besar tadi. Ya, jadikan dia sebagai rintik rindu yang dirahasiakan untuk pohon berbunga itu. Bukankah begitu?

Lalu, apa maksud si penyelip kertas tadi kepada saya? Setelah saya selesaikan teka-teki ini (tentunya menurut teori saya sendiri), lalu apa? Ya, apalagi setelah itu? Ah, entahlah. (*)
21 Mei 2011

KAMMI Nilai SBY Gagal Emban Reformasi

MEDAN- Ratusan massa Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), melakukan aksi damai di Bundaran Majestik, Jalan Gatot Subroto, Sabtu (21/5) pagi. KAMMI menilai, kepemimpinan SBY-Boediono gagal dalam mengemban reformasi.

Aksi ini berjalan tertib dan mendapat pengawalan dari pihak kepolisian. Dalam orasinya, para mahasiswa menilai SBY-Boediono dinilai gagal dalam mengemban amanat reformasi.

Koordinator aksi, Riko Putra dalam orasinya mengatakan, SBY-Boediono tidak mampu melakukan perubahan setelah reformasi berjalan. “13 tahun sudah reformasi berlalu, tapi Negara Republik Indonesia yang tercinta ini di bawah kepemimpinan SBY-Boediono tidak mampu menjalankan amanat tersebut,” katanya.

Selain melakukan orasi, mereka juga membacakan pernyataan sikapnya dalam aksi tersebut.  Dalam pernyataan sikap tersebut, mereka mengungkapkan 9 kegagalan SBY diantaranya, gagal dalam supremasi hukum, gagal dalam mengawal transisi demokrasi, gagal mengelola perekonomian, gagal dalam mensejahterakan rakyat Indonesia, gagal dalam memberantas budaya KKN, dalam gagal menciptakan rasa aman, gagal melindungi kekayaan Indonesia dan gagagl dalam menjaga kedaulatan NKRI dari berbagai ancaman.(jon)

Saya Ingin Berbuat yang Terbaik…

Buku Oegroseno Diluncurkan di UMSU

Dalam memimpin dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Komjen Pol Oegroseno menerapkan beberapa filosofi. Di antaranya, filosofi pohon yang ditopang akar yang kuat dan filosofi laut yang menerima arus dari sungai.

“Dengan menerapkan filosofi tersebut, kita dapatkan berbagai pengalaman dari masyarakat. Dalam menghadapi orang berani, kita harus nekat. Mengahadapi orang nekat, kita harus gila.

Sedangkan mengaadapi orang gila, kita harus waras. Itu merupakan suatu bentuk sifat melayani,” ucap Oegroseno dalam peluncuran bukunya berjudul; Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah yang ditulis dua Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yakni Yulhasni dan Arifin Saleh Siregar di Auditorium UMSU Jalan Mukthar Basri, Medan, Sabtu (21/5) sekitar pukul 09.00 WIB.

Hadir dalam peluncuran buku tersebut, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Rektor UMSU Agussani, Kabid Propam Polda Sumut Kombes Pol Edi Napitupulu, Kadansat Brimobdasu Polda Sumut Kombes Pol Verdianto BC, Direktur Bimas Polda Sumut Kombes Pol Hery Subiansauri, Kapolsek Medan Timur Kompol Patar Silalahi, kalangan advokat, akademisi, aktivis kampus dan mahasiswa.

Oegroseno yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Kalemdiklat) Mabes Polri mengaku, sama sekali tak pernah membayangkan buku tentang konsep pemikiran dan pengalamannya semasa menjabat Kepala Polda Sumut akan diterbitkan. Sebab, selama menjabat Kapoldasu, dia hanya ingin mengubah citra polisi menjadi lebih baik di mata masyarakat.

Karenanya, selama dia menjabat Kapoldasu, ia menciptakan motto ‘Jangan Ada Lagi Darah dan Air Mata di Kantor Polisi’. “Karena, saya merasa sedih jika budaya kekerasan tidak bisa hilangkan. Makanya saya ciptakan motto itu,” beber Orgroseno.

Namun, tak lama ia meluncurkan motto tersebut, pada 22 September 2010, Mapolsek Hamparan Perak diserang sekelompok orang bersenjata api. Tiga petugas tewas dalam peristiwa tersebut. Kejadian ini, menambah kasus besar sepanjang 2010 itu dengan perampokan Bank CIMB Aksara Jalan Aksara Medan 18 Agustus 2010, dengan petugas Brimob tewas ditembak pelaku.

Saat itu, pengungkapan kedua kasus besar tersebut terletak pada tanggungjawab Oegroseno sebagai Kepala Polda Sumut. “Saya sangat sedih. Saya hanya bisa berdialog dengan Tuhan. Saya ingin buat yang terbaik. Tetapi, semua terungkap berkat bantuan Tuhan dan waktu yang diperlukan untuk membongkar kasus itu hanya 1,5 bulan,” tutur Oegroseno yang semasa kecil bercita-cita menjadi pilot dan supir bus itu.

Sementara penulis buku Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah, Yulhasni mengatakan, diterbitkannya buku tentang Oegroseno tersebut, menggambarkan sosok pemikiran Oegroseno yang dinilai banyak melakukan perubahan mendasar dalam usaha memperbaiki citra polisi di Indonesia. Penerapannya dilakukan saat menjabat Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu). “Pak Oegroseno membawa perubahan pada polisi, lebih humanis kepada masyarakat. Untuk itu, bagi saya dan Arifin Saleh Siregar merasa perlu mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah buku,” ujar Yulhasni.

Ditambahkannya, jika tidak dijadikan dalam bentuk tulisan, apa yang menjadi konsep pemikiran Akabri angkatan 1978 itu akan sirna dan pencitraan masyarakat terhadap polisi tidak akan berubah. “Pemikiran beliau kadang melampaui dari yang kita pikirkan. Saya harap Pak Oegroseno tidak berhenti sampai di sini dan terus berbuat untuk lebih baik lagi kedepannya,” ucapnya.

Dalam buku setebal 157 halaman yang dibagi dalam empat bahagian tersebut tertulis rekaman tentang program, pemikiran dan pengalaman Oegroseno semasa menjabat. Yakni, Polisi di Mata Masyarakat, Stigma Polisi yang Sulit Dihapus, Membumikan Citra Polisi Humanis, Oegroseno Berbakti tidak Harus Jadi (Ka) Polri, dan Mereka Bicara.
Pengungkapan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Aksara dan penyerangan Kantor Polsek Hamparan Perak juga diulas dalam buku bersampul gambar Oegroseno tersebut. Kedua pengalaman tersebut menjadi kisah perjalanan hidup tersendiri bagi Oegroseno yang sudah tidak asing lagi di Kota Medan.

Sementara, Plt Gubsu Gatot Pudjonugroho menuturkan, terbitnya buku Oegroseno: Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah tersebut, juga menjadi contoh bagi pejabat untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. “Mestinya seorang aparat dan pejabat harusnya memang begitu, bahwa problematika masyarakat kita harus cepat dan tidak mengenal waktu. Masyarakat merasa diayomi,” kata Gatot.

Gatot menambahkan, dengan peluncuran buku ini, dapat menjadikan semangat dan teladan bagi anggota Polri, pejabat dan seluruhnya. Sebab, perbaikan menjadi lebih baik tentunya menjadi yang utama terus dilakukan jajaran Polri. “Peluncuran menjadi spirit bagi kita semua. Bahwa bekerja itu dengan sepenuh hati, tidak akan mengenal lelah,” pungkasnya. (adl)

Dicari, Pembimbing Rohani bagi Warga Binaan

Warga binaan, sebutan untuk narapidana, menjadi bagian masyarakat yang sangat membutuhkan bimbingan rohani dan mental. Karenanya, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Kemenhuk HAM) Sumut Drs Baldwin Simatupang BcIP SH MH membuka pintu selebar-lebarnya pada rohaniawan untuk membina mental warga di lingkungan departemen yang dipimpinnya. Khususnya warga binaan yang sedang menjalani hukuman di rumah tahanan dan di lembaga pemasyarakatan.

“Bagi saya, cuma iman yang tebal membuat manusia, pribadi masing-masing, takut pada Tuhannya hingga tidak melakukan kesalahan duniawi dan rohaniah,” tandasnya usai kebaktian massal yang diadakan Sumatera Berdoa di Aula Kemenhuk HAM Medan , Jumat (13/5). “Penebalan iman pun bagian dari penegakan HAM!” tegasnya lagi.
Sebagiamana diketahui, Sumatera Berdoa sebagai jaringan doa dunia yang di Sumatera dipusatkan di Medan, setiap bulan di Jumat kedua, mengadakan doa secara berpindah dengan tuan rumah denominasi gereja yang ada di daerah ini. Untuk pertama kali Kemenhuk HAM menjadi tuan rumah kegiatan. Meski digelar instansi pemerintah, doa bersama lintas denominasi tersebut diapresiasi oleh pimpinan gereja.

Kegiatan yang pertama kali itu diikuti lebih dari 200 orang. Selain dihadiri para tokoh dan pimpinan instansi militer dan sipil seperti Kaajendam I/BB dan Kabintal Dam I/BB dengan puluhan perwira aktif, pimpinan di lingkungan Kemenhuk HAM, sejumlah pimpinan organisasi gereja seperi Pimpinan Pusat GMI Wil I Bishop Darwis Manurung STh, pimpinan Gereja Orthodox Indonesia Pater DR CP Manalu MTh, Ketua Umum Yayasan Sumatera Berdoa JA Ferdinandus, sekretaris Dra Nurhawati Simamora, Pdt Paul Wakkary, Pdt Samuel Ghozaly D, Pdt Lucas Timoteus MA, Ev Ance Colia, Pdt P Simanjuntak, Pdt Alberto Silaban, Pdt Alex Agustine STh, Pdt DL Simatupang STh, Ev Rosianny Hutagalung MA, cendikiawan Nias Drs Panyabar Nakhe, Pastor Moses Alegesan MA, Pdt D Napitupulu, dr Naomi Silalahi, Karupbasan MA Siburian, Thurman Hutapea, Pdt Eben Panjaitan, Pdt P Sihombing STh, Pdt Grietje SH Iroth MA, Mayor Inf Adi Sutrisno SS, Dra Chrisma Tridoarti, Nabari Ginting, Sabam IS Sihotang, Prof DP Tampubolon, Pdt Aladin Sitio MTh, Ny SB Sitompul, puluhan generasi muda yang kesehariannya berdoa untuk keselamatan negara dan bangsa seperti Hendrik Sinaga, cendikiawan muda Binsar Simatupang yang aktivits GAMKI Sumut.

Di doa bersama itu, dimohonkan ragam hal seperti untuk keselamatan bangsa dan negara serta Sumut, kesatuan Tubuh Kristus, melestarikan kesatuan kerukunan umat beragama dan terhindar dari bencana. Doa Syafaat disampaikan Ev Ance Colia, Pdt P Simanjuntak, Pdt Alberto Silaban dan Pdt Alex Agustine.

Dalam firmanNya, Bishop Darwis Manurung STh menegaskan, iman tiap pribadi akan tebal dan memberi cahaya pada orang lain bila meyakini bahwa kesatuan Tubuh Kristus diamalkan dan dipedomani dalam kehidupan duniawi.
Pdt Paul Wakkary menyampaikan terima kasih pada pihak Kemenhuk HAM khususnya Kakanwil yang bersedia menjadi tuan rumah kegiatan dan sebagai pertanda bahwa kemulian Tuhan telah menjamah Kemenhuk HAM Sumut melalui kebaktian bersama tersebut. “Bulan depan tuan rumah kegiatan adalah Katolik dengan kebaktian di Gereja Katedral Maria Tak Bernoda Asal Jl Pemua Medan,” ujar Pdt Paul  Wakkary.

Beda dengan kegiatan sejenis, kali ini artis nasional Yunita Sitorus Br Manurung berkesaksian diselingin penampilan suara merdu sang  jawara sejumlah festival itu disusul tampilnya Ny Baldwin Simatupang BR Pakpahan yang melantunkan Kidung Penyembahan. (rahel sukatendel)

Malaysia Digoyang Isu Kristenisasi

Tuduhan serius para blogger Malaysia yang diangkat salah satu media cetak terbesar di Malaysia, Utusan Malaysia berbunyi “Malaysia, Negara Kristian?” terus mengundang polemik dari berbagai pihak. Tuduhan yang tadinya hanya diangkat sepihak kini merembet hingga ke petinggi pemerintahan negeri jiran tersebut.

Radio Nederland merilis, salah satu petinggi pemerintah tersebut adalah Menteri Dalam Negeri Malaysia Hishamuddin Hussein yang menuturkan bahwa tuduhan tersebut membunyai bukti dan dasar yang kuat untuk diusut yaitu laporan kepolisian di Pulang Pinang mengenai kebenaran bahwa memang terjadi “grand design” sistematik diantara para pastor Kristen yang berkomplot dengan pihak oposisi Partai Aksi Demokrasi untuk mengangkat seorang Kristen sebagai Perdana Menteri Malaysia dan menjadikan agama Kristen sebagai agama resmi Malaysia.

Berbeda dengan Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Najib Razak yang cepat menenangkan opini publik dengan meredam isu tersebut sampai dilakukan pengusutan yang tuntas. “Tenanglah sampai kita mengetahui fakta-faktanya. Hal ini tidak akan bermanfaat bagi siapa pun.  Siapapun itu, apakah mereka oposisi atau pro-pemerintah, mereka tidak dapat dan tidak harus mengeksploitasi masalah ini, “ ujar Datuk Seri Najib Razak pada sebuah media Malaysia di penutupan Asean Summit ke-18 Jakarta Minggu (08/05).

Kalangan besar batang tubuh Barisan Nasional pun berwacana positif dengan menyebut media Utusan Malaysia mengangkat berita yang mengada-ada bahkan cenderung membahayakan persatuan nasional. Karenanya mereka meminta pemimpin media tersebut untuk diusut dan ditindak tegas.

Suasana di kalangan masyarakat Malaysia pun terhadap masalah ini dikabarkan cukup bereaksi serius. Mereka mengkhawatirkan bahwa laporan-laporan seperti itu dapat mengobarkan kembali huru-hara hebat seperti yang pernah terjadi pada tanggal 13 Mei 1969 di Malaysia.(radio nederland)