28 C
Medan
Friday, May 17, 2024

Saya Ingin Berbuat yang Terbaik…

Buku Oegroseno Diluncurkan di UMSU

Dalam memimpin dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Komjen Pol Oegroseno menerapkan beberapa filosofi. Di antaranya, filosofi pohon yang ditopang akar yang kuat dan filosofi laut yang menerima arus dari sungai.

“Dengan menerapkan filosofi tersebut, kita dapatkan berbagai pengalaman dari masyarakat. Dalam menghadapi orang berani, kita harus nekat. Mengahadapi orang nekat, kita harus gila.

Sedangkan mengaadapi orang gila, kita harus waras. Itu merupakan suatu bentuk sifat melayani,” ucap Oegroseno dalam peluncuran bukunya berjudul; Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah yang ditulis dua Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yakni Yulhasni dan Arifin Saleh Siregar di Auditorium UMSU Jalan Mukthar Basri, Medan, Sabtu (21/5) sekitar pukul 09.00 WIB.

Hadir dalam peluncuran buku tersebut, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Rektor UMSU Agussani, Kabid Propam Polda Sumut Kombes Pol Edi Napitupulu, Kadansat Brimobdasu Polda Sumut Kombes Pol Verdianto BC, Direktur Bimas Polda Sumut Kombes Pol Hery Subiansauri, Kapolsek Medan Timur Kompol Patar Silalahi, kalangan advokat, akademisi, aktivis kampus dan mahasiswa.

Oegroseno yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Kalemdiklat) Mabes Polri mengaku, sama sekali tak pernah membayangkan buku tentang konsep pemikiran dan pengalamannya semasa menjabat Kepala Polda Sumut akan diterbitkan. Sebab, selama menjabat Kapoldasu, dia hanya ingin mengubah citra polisi menjadi lebih baik di mata masyarakat.

Karenanya, selama dia menjabat Kapoldasu, ia menciptakan motto ‘Jangan Ada Lagi Darah dan Air Mata di Kantor Polisi’. “Karena, saya merasa sedih jika budaya kekerasan tidak bisa hilangkan. Makanya saya ciptakan motto itu,” beber Orgroseno.

Namun, tak lama ia meluncurkan motto tersebut, pada 22 September 2010, Mapolsek Hamparan Perak diserang sekelompok orang bersenjata api. Tiga petugas tewas dalam peristiwa tersebut. Kejadian ini, menambah kasus besar sepanjang 2010 itu dengan perampokan Bank CIMB Aksara Jalan Aksara Medan 18 Agustus 2010, dengan petugas Brimob tewas ditembak pelaku.

Saat itu, pengungkapan kedua kasus besar tersebut terletak pada tanggungjawab Oegroseno sebagai Kepala Polda Sumut. “Saya sangat sedih. Saya hanya bisa berdialog dengan Tuhan. Saya ingin buat yang terbaik. Tetapi, semua terungkap berkat bantuan Tuhan dan waktu yang diperlukan untuk membongkar kasus itu hanya 1,5 bulan,” tutur Oegroseno yang semasa kecil bercita-cita menjadi pilot dan supir bus itu.

Sementara penulis buku Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah, Yulhasni mengatakan, diterbitkannya buku tentang Oegroseno tersebut, menggambarkan sosok pemikiran Oegroseno yang dinilai banyak melakukan perubahan mendasar dalam usaha memperbaiki citra polisi di Indonesia. Penerapannya dilakukan saat menjabat Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu). “Pak Oegroseno membawa perubahan pada polisi, lebih humanis kepada masyarakat. Untuk itu, bagi saya dan Arifin Saleh Siregar merasa perlu mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah buku,” ujar Yulhasni.

Ditambahkannya, jika tidak dijadikan dalam bentuk tulisan, apa yang menjadi konsep pemikiran Akabri angkatan 1978 itu akan sirna dan pencitraan masyarakat terhadap polisi tidak akan berubah. “Pemikiran beliau kadang melampaui dari yang kita pikirkan. Saya harap Pak Oegroseno tidak berhenti sampai di sini dan terus berbuat untuk lebih baik lagi kedepannya,” ucapnya.

Dalam buku setebal 157 halaman yang dibagi dalam empat bahagian tersebut tertulis rekaman tentang program, pemikiran dan pengalaman Oegroseno semasa menjabat. Yakni, Polisi di Mata Masyarakat, Stigma Polisi yang Sulit Dihapus, Membumikan Citra Polisi Humanis, Oegroseno Berbakti tidak Harus Jadi (Ka) Polri, dan Mereka Bicara.
Pengungkapan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Aksara dan penyerangan Kantor Polsek Hamparan Perak juga diulas dalam buku bersampul gambar Oegroseno tersebut. Kedua pengalaman tersebut menjadi kisah perjalanan hidup tersendiri bagi Oegroseno yang sudah tidak asing lagi di Kota Medan.

Sementara, Plt Gubsu Gatot Pudjonugroho menuturkan, terbitnya buku Oegroseno: Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah tersebut, juga menjadi contoh bagi pejabat untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. “Mestinya seorang aparat dan pejabat harusnya memang begitu, bahwa problematika masyarakat kita harus cepat dan tidak mengenal waktu. Masyarakat merasa diayomi,” kata Gatot.

Gatot menambahkan, dengan peluncuran buku ini, dapat menjadikan semangat dan teladan bagi anggota Polri, pejabat dan seluruhnya. Sebab, perbaikan menjadi lebih baik tentunya menjadi yang utama terus dilakukan jajaran Polri. “Peluncuran menjadi spirit bagi kita semua. Bahwa bekerja itu dengan sepenuh hati, tidak akan mengenal lelah,” pungkasnya. (adl)

Buku Oegroseno Diluncurkan di UMSU

Dalam memimpin dan memberikan pelayanan kepada masyarakat, mantan Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu) Komjen Pol Oegroseno menerapkan beberapa filosofi. Di antaranya, filosofi pohon yang ditopang akar yang kuat dan filosofi laut yang menerima arus dari sungai.

“Dengan menerapkan filosofi tersebut, kita dapatkan berbagai pengalaman dari masyarakat. Dalam menghadapi orang berani, kita harus nekat. Mengahadapi orang nekat, kita harus gila.

Sedangkan mengaadapi orang gila, kita harus waras. Itu merupakan suatu bentuk sifat melayani,” ucap Oegroseno dalam peluncuran bukunya berjudul; Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah yang ditulis dua Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) yakni Yulhasni dan Arifin Saleh Siregar di Auditorium UMSU Jalan Mukthar Basri, Medan, Sabtu (21/5) sekitar pukul 09.00 WIB.

Hadir dalam peluncuran buku tersebut, Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho, Rektor UMSU Agussani, Kabid Propam Polda Sumut Kombes Pol Edi Napitupulu, Kadansat Brimobdasu Polda Sumut Kombes Pol Verdianto BC, Direktur Bimas Polda Sumut Kombes Pol Hery Subiansauri, Kapolsek Medan Timur Kompol Patar Silalahi, kalangan advokat, akademisi, aktivis kampus dan mahasiswa.

Oegroseno yang saat ini menjabat Kepala Lembaga Pendidikan dan Latihan (Kalemdiklat) Mabes Polri mengaku, sama sekali tak pernah membayangkan buku tentang konsep pemikiran dan pengalamannya semasa menjabat Kepala Polda Sumut akan diterbitkan. Sebab, selama menjabat Kapoldasu, dia hanya ingin mengubah citra polisi menjadi lebih baik di mata masyarakat.

Karenanya, selama dia menjabat Kapoldasu, ia menciptakan motto ‘Jangan Ada Lagi Darah dan Air Mata di Kantor Polisi’. “Karena, saya merasa sedih jika budaya kekerasan tidak bisa hilangkan. Makanya saya ciptakan motto itu,” beber Orgroseno.

Namun, tak lama ia meluncurkan motto tersebut, pada 22 September 2010, Mapolsek Hamparan Perak diserang sekelompok orang bersenjata api. Tiga petugas tewas dalam peristiwa tersebut. Kejadian ini, menambah kasus besar sepanjang 2010 itu dengan perampokan Bank CIMB Aksara Jalan Aksara Medan 18 Agustus 2010, dengan petugas Brimob tewas ditembak pelaku.

Saat itu, pengungkapan kedua kasus besar tersebut terletak pada tanggungjawab Oegroseno sebagai Kepala Polda Sumut. “Saya sangat sedih. Saya hanya bisa berdialog dengan Tuhan. Saya ingin buat yang terbaik. Tetapi, semua terungkap berkat bantuan Tuhan dan waktu yang diperlukan untuk membongkar kasus itu hanya 1,5 bulan,” tutur Oegroseno yang semasa kecil bercita-cita menjadi pilot dan supir bus itu.

Sementara penulis buku Oegroseno, Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah, Yulhasni mengatakan, diterbitkannya buku tentang Oegroseno tersebut, menggambarkan sosok pemikiran Oegroseno yang dinilai banyak melakukan perubahan mendasar dalam usaha memperbaiki citra polisi di Indonesia. Penerapannya dilakukan saat menjabat Kepala Kepolisian Daerah Sumatera Utara (Kapoldasu). “Pak Oegroseno membawa perubahan pada polisi, lebih humanis kepada masyarakat. Untuk itu, bagi saya dan Arifin Saleh Siregar merasa perlu mengaplikasikannya dalam bentuk sebuah buku,” ujar Yulhasni.

Ditambahkannya, jika tidak dijadikan dalam bentuk tulisan, apa yang menjadi konsep pemikiran Akabri angkatan 1978 itu akan sirna dan pencitraan masyarakat terhadap polisi tidak akan berubah. “Pemikiran beliau kadang melampaui dari yang kita pikirkan. Saya harap Pak Oegroseno tidak berhenti sampai di sini dan terus berbuat untuk lebih baik lagi kedepannya,” ucapnya.

Dalam buku setebal 157 halaman yang dibagi dalam empat bahagian tersebut tertulis rekaman tentang program, pemikiran dan pengalaman Oegroseno semasa menjabat. Yakni, Polisi di Mata Masyarakat, Stigma Polisi yang Sulit Dihapus, Membumikan Citra Polisi Humanis, Oegroseno Berbakti tidak Harus Jadi (Ka) Polri, dan Mereka Bicara.
Pengungkapan pelaku perampokan Bank CIMB Niaga Cabang Aksara dan penyerangan Kantor Polsek Hamparan Perak juga diulas dalam buku bersampul gambar Oegroseno tersebut. Kedua pengalaman tersebut menjadi kisah perjalanan hidup tersendiri bagi Oegroseno yang sudah tidak asing lagi di Kota Medan.

Sementara, Plt Gubsu Gatot Pudjonugroho menuturkan, terbitnya buku Oegroseno: Pengabdian Polisi tak Kenal Lelah tersebut, juga menjadi contoh bagi pejabat untuk memberikan pelayanan bagi masyarakat. “Mestinya seorang aparat dan pejabat harusnya memang begitu, bahwa problematika masyarakat kita harus cepat dan tidak mengenal waktu. Masyarakat merasa diayomi,” kata Gatot.

Gatot menambahkan, dengan peluncuran buku ini, dapat menjadikan semangat dan teladan bagi anggota Polri, pejabat dan seluruhnya. Sebab, perbaikan menjadi lebih baik tentunya menjadi yang utama terus dilakukan jajaran Polri. “Peluncuran menjadi spirit bagi kita semua. Bahwa bekerja itu dengan sepenuh hati, tidak akan mengenal lelah,” pungkasnya. (adl)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/