27 C
Medan
Sunday, December 21, 2025
Home Blog Page 15370

Medan Tenggelam, Tinggal Tunggu Waktu

Bangunan Menjamur di Bantaran Sungai

MEDAN- Jangan bermain-main dengan keseimbangan alam kalau tidak mau menanggung akibat fatal. Terkait hal itu, tiga pemerhati lingkungan dan tata kota menantang Pemerintah Kota (Pemko) Medan untuk bertindak bijak, demi keselamatan warga kota.

Pemerhati lingkungan dari Universitas Sumatera Utara (USU), Jaya Arjuna, menantang Pemko membongkar bangunan di sekitar daerah aliran sungai (DAS) yang mengakibatkan penyempitan sungai. Cukup mengikuti peraturan yang menentukan berapa jarak bangunan yang boleh berdiri di dekat sungai.

“Kalau sudah menyalahi aturan, bongkarlah. Jangan diam saja. Kalau Pemko tidak berani, tinggal menunggu waktu bagi Medan untuk tenggelam,” tegas Jaya Arjuna kepada Sumut Pos, Selasa (5/4).

Pemerhati Tata Kota Medan Abdul Rahim Siregar menjelaskan, penurunan kemampuan Sungai Babura dan Sungai Deli menampung debit air akibat penyempitan sungai, tidak terlepas dari banyaknya bangunan di DAS yang menyalahi aturan. Pendirian bangunan itu berkorelasi dengan pengurusan izin analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL), penerbitan surat izin pendirian bangunan (IMB) yang dikeluarkan Pemko Medan terkesan begitu mudah.
“Jangan karena uang saja. Pikirkan juga dampak yang ditimbulkan. Bayangkan saja, dalam beberapa bulan ini saja Medan sudah dua kali dilanda banjir,” tegasnya.

Abdul Rahim mendukung penertiban bangunan di DAS dan menuntut ketegasan Pemko Medan dalam bersikap. “Kenapa tidak? Harus ada langkah-langkah tegas, jangan hanya cakap-cakap. Patut juga digarisbawahi, banjir ini baru aba-aba dari yang menciptakan alam ini,” tandasnya lagi.
Mantan anggota DPRD Medan periode lalu ini tidak setuju bila permasalahan ini hanya ditimpakan pada developer, pemilik atau pengelola gedung di bantaran sungai. “Pemko Medanlah pihak yang paling bertanggung jawab,” ungkapnya.

Selain bangunan di DAS, banjir juga disebabkan ketidakmampuan Medan menyiapkan drainase yang memadai. Sejatinya, ada dua sistem drainase yakni sistem drainase primer (sungai) dan sistem drainase sekunder yakni parit dan selokan. “ Medan belum siap untuk itu. Ke depan, harus ada kesinambungan perencanaan dan pemetaan kota yang lebih baik. Dalam hal ini, anggota dewannya juga harus proaktif,” tukas Abdul Rahim.

Arsitek muda Medan Sulaiman Sembiring menuturkan, genangan air akibat banjir secara langsung mengurangi kekuatan struktur bangunan yang tergenang. Dampaknya antara lain, terjadi penurunan pondasi dan penyerapan air dinding bangunan semakin menurun. “Kalau bangunannya pakai pondasi pancang, tidak terlalu bermasalah. Tapi kalau pakai pondasi tapak, ini lah yang riskan,” kata alumni Jurusan Artsitektur Institut Teknologi Medan (ITM) Medan.

Dari sisi kekuatan, pondasi pancang lebih tangguh dibandingkan pondasi tapak. Sebab, pondasi pancang biasanya terlebih dulu dilakukan pemasangan paku bumi berdiameter kecil sekitar 10 cm-20 cm. Kalau untuk jembatan paku buminya berukuran 40 cm sampai 50 cm.

Khusus untuk bangunan di DAS, arsitek Jembatan Sudirman Medan ini memaparkan, berdirinya bangunan di DAS secara langsung membuat bibir sungai menyempit. Namun, keberadaan bangunan di DAS itulah yang rawan. Pasalnya, bangunan berdiri di lahan dengan struktur tanah yang relatif tidak terlalu kuat jika dibandingkan tanah yang berada di dataran biasa.

“Keberadaan bangunan di DAS itu membuat beban bagi sungai. Karena membuat resapan air baik pada sungai dan tanah di sekitaran sungai itu menurun karena beban bangunan yang ada. Maka dari itu, dibutuhkan sebuah rancangan aturan tata kota yang lebih riil lagi, agar bisa membatasi bahkan melarang pendirian bangunan-bangunan di sepanjang DAS. Meskipun memang ada aturan yang membolehkan pendirian bangunan di dekat sungai dengan jarak antara 10 meter sampai 15 meter,” tuturnya.

Terkait ambruknya bangunan Akademi Kebidanan (Akbid) Senior di Padang Bulan, selain dikarenakan rendaman air, mungkin bangunan tersebut hanya menggunakan pondasi tapak. “Terlalu banyaknya air yang menggenang akan mengurangi daya resap dinding. Secara otomatis struktur bangunan juga akan berubah. Ditambah lagi, genangan air itu juga berdampak pada kekuatan tanah yang menjadi tempat berdirinya bangunan itu. Itu selain dari sisi pondasinya,” bebernya.

Pirngadi Gratiskan Biaya Pasien Rujukan

Ada kabar baik bagi warga Medan yang menderita sakit akibat banjir besar Jumat (1/4) lalu. Direktur RSUD dr Pirngadi Medan Dewi F Syahnan SpTHT menyebutkan, rumah sakit tersebut menggratiskan perawatan pasien rujukan korban banjir. “Ini kita lakukan karena masalah ini merupakan bencana. Dalam undang-undang sudah ditegaskan, korban bencana gratis berobat. Ini juga sudah saya instruksikan di petugas UGD agar merawat gratis korban banjir yang masuk. Tapi sejauh ini belum ada pasien korban banjir yang masuk,” katanya.

Sementara itu, 1.818 warga Medan terserang berbagai penyakit pasca banjir besar Jumat (1/4) lalu. Dari jumlah tersebut, penderita infeksi saluran pernafasan atas (ispa) mencapai 50 hingga 60 persen. Disusul penyakit batuk yang disebabkan masuk angin, hipertensi, gagal-gatal dan infeksi kulit.

Kepala Dinas Kota Medan Edwin Effendi melalui Kabid Penanggulangan Masalah Kesehatan, Rumondang, di ruang kerjanya menyebutkan warga yang terserang penyakit tersebut berdasarkan jumlah warga yang berobat di 52 posko kesehatan yang tersebar di 12 kecamatan.

Kecamatan Medan Maimun menjadi daerah yang warganya paling banyak mengeluh terserang penyakit dengan pasien 235 orang. Disusul Medan Johor dengan 218 pasien dengan penyakit demam, menceret, Ispa, luka dan gatal-gatal serta gastrinis. Kemudian dihari keempat pasca banjir sebanyak 67 warga lainnya juga mengeluhkan penyakit yang sama.

Wilayah Desa Lalang Medan Sunggal juga terdapat 68 warga yang mengeluh sakit pasca banjir. Sedangkan di Kecamatan Medan Labuhan tercacat 166 warga mengeluhkan pening, demam dan Ispa.

Kepala Dinas KesehatanSumut, Candra Syafei SPOG, menyebutkan pihaknya sudah menggerakan sumber daya yang ada di Regional Medan untuk membantu Dinkes Kota Medan dan kabupaten/kota lain yangg terkena banjir termasuk pendirian beberapa posko kesehatan dan dokter. Selain itu, di Kecamatan Medan Polonia terdapat empat posko Kesehatan, Medan Maimun ada 2 posko keseharan serta Medan Labuhan (Martubung) dibuka satu.

Kerugian Infrastruktur Rp50 M

Banjir yang melanda 14 kecamatan Kota Medan menimbulkan kerugian infrastruktur Rp50 miliar. Kerusakan itu berada di 100 titik lebih kerusakan jalan dan drainase. Demikian disampaikan Kepala Dinas Bina Marga Kota Medan, Gunawan Surya Lubis usai menerima kunjungan kerja Komisi D DPRD Medan di kantornya, kemarin.
Kerusakan itu meliputi masalah jalan, drainase dan dua jembatan Aloha di Medan Labuhan dan jembatan gantung di Kelurahan Sari Rejo, Medan Polonia.

Persoalan ini secara perlahan akan dituntaskan mulai dengan meningkatkan pelaksanaan patching menggunakan aspal mixing plan (AMP). Selanjutnya, dilaksanakan pengaspalannya oleh tenaga out sourching Dinas Bina Marga sendiri. “Setiap harinya lima armada kami dan para petugas kami melakukan patching di Kota Medan, tapi semuanya belum bisa mewakilinya. Karena jalan di Kota Medan sangat panjang mencapai 3 ribu Km,” sebutnya.
Sementara itu, untuk pelaksanaan pembangunan jalan dan drainase di Kota Medan pada 2011 ini Dinas Bina Marga mengucurkan anggaran Rp188 miliar. Sebesar 30 persen atau Rp40 miliar diantaranya berada di 4 kecamatan yang ada di kawasan Medan utara.

Anggota Komisi D DPRD Medan, Ahmad Arif menyampaikan, perbaikan kerusakan akibat banjir tak boleh ditunda-tunda. “Sehingga kerusakan infrastruktur tak mempangaruhi kerusakan infrastruktur yang masih bagus,” sebutnya. (ari/mag-7/ril)

Bau Bangkai di Reruntuhan

MEDAN-Dua hari setelah ambruknya gedung Kampus Akademi Kebidanan (Akbid) Senior di Jalan Bahagia Gang Pelita Nomor 32, Padang Bulan, aroma tak sedap menyeruak dari sekitar reruntuhan di bantaran Sungai Babura itu. Baunya menyengat, mengganggu penciuman orang di sekitar.

“Bau bangkai apa ini ya, kok bau sekali,” ujar mahasiswi yang berada di sekitar runtuhnya gedung saat melihat kondisi kamarnya yang sudah tidak kelihatan.

Warga sekitar juga terus bertanya-tanya terkait sumber bau tak sedap itu. “Kita tidak tahu itu bangkai apa, bangkai manusia apa aroma lainnya yang baunya seperti bangkai. Kenapa semua yang mendekat selalu menutup hidung, karena disekitar runtuhan mengeluarkan aroma bangkai,” ucap Manto, warga sekitar, kemarin (5/4).

Warga masih belum percaya, tidak ada korbanjiwa ambruknya gedung tersebut. “Belum percaya kalau di runtuhann
tidak ada yang tertimbun sebelum dilakukan evakuasi atau pembersihan,” cetusnya.

Menanggapi aroma bangkai yang tercium di sekitar runtuhan gedung, Humas Akbid Senior Hasudungan Siahaan tidak tahu dengan aroma bau tersebut. “Bisa saja itu bau bangkai binatang, nasi bungkus dan lainnya. Yang jelas itu bukan bangkai mayat,” bebernya saat dikonfirmasi melalui telepon.

Pihaknya juga telah melakukan pengecekan seluruh mahasiswa. Tidak korban jiwa. “Sudah kita cek semua mahasiswi kita memang tidak ada yang hilang, dan semuanya lengkap di sini,” ujar Hasudungan.

Disinggung mengenai Surat Izin Bangunan (SIMB) gedung kampus, Hasudungan mengatakan dalam waktu dekat pihaknya akan memfotocopy SIMB. “Nanti akan kita berikan kepada rekan-rekan semuanya. Nanti saya dibilang bohong dan banyak retorika,” jelasnya.

Pantauan di lapangan, bau tak sedap terasa dari jarak beberapa meter dari reruntuhan. Sedangkan di sekitar runtuhan gedung, tanahnya masih basah akibat luapan air sungai dan guyuran hujan. Sementara garis polisi masih terpasang.

Beberapa orang dari pengurus yayasan dan mahsiswi terlihat nekat naik keatas lantai IV gedung. Dengan hati-hati, mereka memindahkan barang yang masih bisa diselamatkan. Orangtua yang terus berdatangan untuk membantu mengevakuasi barang-barang milik korban tidak diperkenankan masuk gedung.

“Yang boleh naik mahasiswi dan pengurus yayasan saja. Orangtua dan teman tidak dipersilakan naik, takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” beber mahasiswi yang berdiri di depan ruangan pengurus Akbid.

Mahasiswi yang sudah mengambil barang-barang miliknya langsung meninggalkan gedung dengan menaiki becak bermotor.

Wisma seorang mahasiswi tingkat I Kebidanan senior mengatakan, sejumlah barangnya tertinggal di gedung yang ambruk hingga kini masih dicarinya. Ia tidak sempat menyelamatkan barang berharga karena saat kejadian dia bersama teman-temannya berlari tunggang langgang menyelamatkan diri.

“Tidak sempat lagi menyelamatkan barang-barang. Kami panik untuk menyelamatkan diri,” ujar Wisma.
Dini mahasiswi tingkat II juga mengalami perasaan yang sama. “Bagaimana mau menyelamatkan barang-barang lagi Bang, menyelamatkan diri aja sudah syukur. Suasana malam itu sangat panik dan diselimuti rasa takut,” Katanya.
Sedangkan seorang mahasiswi tingkat akhir yang ingin mengambil flashdisc yang skripsinya di lokasi runtuhnya gedung posisi kamarnya tidak diperbolehkan masuk oleh pihak yayasan. Dikarenakan, lantai gedung masih goyang sehingga yang coba berjalan diatas gedung harus berhati-hati bila tidak akan ikut jatuh bersama runtuhan.
“Aku cuma mau ambil flashdisc skripsi, nggak diizinkan. Stres aku jadinya,” katanya kepada pihak yayasan.

Sementara pihak yayasan yang dimintai izin, mengaku dia sendiri tidak berani naik ke gedung. “Saya tidak berani naik walau di atas ada barang yang harganya miliaran. Aku masih sayang dengan nyawaku yang tidak bisa dihargai dengan uang,” akunya. (adl/mag-8)

Bangun Rel KA, Pusat Tender Proyek Rp81 M

Kualanamu Menuju Bandara Termodern

MEDAN-Bandara Kualanamu akan memiliki banyak kelebihan dibanding bandara lain di Indonesia, termasuk Bandara Soekarno-Hatta. Kelebihan itu antara lain tersedianya akses transportasi kereta api menuju bandara. Moda transportasi ini akan melayani rute Kualanamu-Medan dan kota lain, mendukung akses jalan tol dan jalan masuk lainnya.

Saat ini, proyek pembangunan perlintasan kereta api Medan-Kualanamu sedang digodok di Dirjen Perhubungan Darat RI. ”Mudah-mudahan proses pengerjaannya dikerjakan Mei ini,” tegas Irwan Humas PT KAI Divre I Sumut-Aceh, Irwan, di Jalan Prof HM Yamin, kemarin (5/4).
Tahap awal proyek yang proses tendernya ditangani pusat tersebut diperkirakan akan  menelan biaya Rp81 miliar. “Dana itu untuk pembebasan lahan dan pembangunan perlintasan kereta api dari Stasiun Aras Kabu hingga Kualanamu yang berjarak 5 km,” sambung Irwan.

Selain itu, turut dibangun stasiun dan sarana transportasi kereta api lainnya.

Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumut Gatot Pujo Nugroho membenarkan, secara teknis sebenarnya PT KAI sudah siap. Hanya saja, masalah pembebasan lahan menjadi kendala. Karenanya, Gatot berharap Pergub Kerohiman yang saat ini drafnya sudah tahap finalisasi itu, diharapkan bisa menjadi solusi seluruh masalah pembebasan lahan. “Kalau ini sukses, bandara baru ini akan menjadi bandara termodern,” kata Gatot.

Pergub Kerohiman juga bisa digunakan pelepasan lahan untuk fasilitas pendukung Kualanamu lainnya. Gatot Pujo Nugroho mengakui pembebasan lahan menjadi kendala utama. Tidak hanya mengenai 34 Kepala Keluarga (KK) yang masih bermukim di area pembangunan bandara, namun juga terkait proyek jalan akses non tol dari Simpang Kayu Besar ke Kualanamu.

Khusus mengenai kendala pembangunan akses non tol ke Bandara Kualanamu tersebut, Gatot mengaku telah melakukan evaluasi. “Hasil evaluasi yang saya lakukan lebih ke soal pembebasan lahan,” ujar Gatot Pudjonugroho kepada koran ini usai menghadiri acara di gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), kemarin.

Lahan yang masih menjadi persoalan itu, kata Gatot, dipilah menjadi tiga kluster yakni lahan PTPN, lahan eks Hak Guna Usaha (HGU) PTPN, dan lahan yang masih ditempati warga masyarakat. Dijelaskan Gatot, sebenarnya untuk lahan yang ditempati masyarakat itu bisa diselesaikan dengan pemberian ganti rugi.  Hanya saja, lanjut Gatot, sudah terjalin rasa solidaritas antara warga dengan warga masyarakat yang menduduki eks HGU PTPN.  “Jadi, warga itu mau menerima ganti rugi, jika kawan-kawannya yang di eks HGU PTPN juga diberikan ganti rugi,” ujar Gatot.
Hanya saja, kata Gatot, berdasarkan masukan dari Kejaksaan Tinggi Sumut, warga yang menduduki eks HGU PTPN tidak boleh diberikan ganti rugi. Karenanya, dana ganti rugi yang belum dipakai itu sudah dikembalikan lagi ke APBD. “Karena belum bisa dieksekusi,” imbuhnya.

“Dengan Pergub Kerohiman ini kita harapkan menjadi solusi atas masalah pembebasan lahan atau aset pemerintah yang dimanfaatkan masyarakat dalam rentang waktu tertentu,” beber Gatot. Di Pergub itu nanti juga diatur secara rinci nilai nominal uang ganti rugi.

Terkait dengan proyek lain yang masih dalam satu rangkaian proyek Bandara Kualanamu, yakni tol Medan-Tebingtinggi juction Kualanamu, saat ini masih dalam proses tender yang diurus pemerintah pusat. Tol ini nantinya juga melewati tanah-tanah PTPN dan perkebunan milik swasta. “Kita kemarin sudah menyurati kementrian BUMN untuk mendapatkan izin penggunaan lahan itu” ujar Gatot. (rud/sam)

Gita KDI Nyanyi di Gedung DPR

Sikap politik tak selalu harus disampaikan dengan gaya tegang dan serius. Gitalis Dwi Natarina “akrab disapa Gita KDI- yang menegaskan penolakannya terhadap pembangunan gedung baru DPR, punya cara lain.

Kemarin, seorang diri, Gita mengadakan jumpa pers tentang penolakannya terhadap proyek pembangunan gedung dewan yang banyak mengudang reaksi negative dari sejumlah masyarakat tersebut. Yang berbeda, sebagai penutup, politisi perempuan PKB yang memang berlatarbelakan penyanyi dangdut ini kemudian melantunkan sebuah lagu sebagai pemanis pernyataan sikapnya.

“Saya mau menyanyi, tapi saya minta semua diam dulu ya,” kata Gita, di komplek parlemen, Senayan, Jakarta, kemarin (5/4). Ruangan jumpa pers seketika senyap.

Semua diam menunggu perempuan kelahiran Garut, 10 Oktober 1985 tersebut, menyanyi.
“Hai manusia, hormati ibumu, yang melahirkan dan membesarkanmu,” nyanyi Gita. Bait demi bait syair lagu berjudul “Keramat” yang diciptakan Rhoma Irama itu terus mengalun dengan apiknya. Meski, tanpa iringan musik.
“Bila kau sayang dengan kekasih, lebih sayanglah pada ibumu, bila kau patuh pada rajamu, lebih patuhlah pada ibumu,” lanjut Gita, memancing tepuk tangan meriah dari para wartawan yang hadir. “Eh, sudah ya, ini saya mau ada rapat lagi,” pungkas anggota Komisi IX itu.

Sebelumnya, Gita sempat memaparkan panjang lebar alasannya menolak proyek gedung senilai Rp 1,1 triliun lebih tersebut. Terutama, alasan bahwa dirinya telah banyak menerima banyak keluhan dari konstituennya di Garut, Jawa Barat, dan sekitarnya. “Kebetulan ini saya baru pulang dari daerah pemilihan. Mereka tanya, “Kok DPR nggak pro rakyat sih”,” ujarnya.

Dia juga menegaskan, akan mempertahankan sikapnya tersebut apapun resikonya nanti. Bahkan, ancaman di PAW, jika nanti partainya ternyata memilih sikap berbeda. “Saya siap apapun resikonya. Saya ini seniman, bukan hanya dikenal orang sekarang saja,” tegas Gita. (dyn/jpnn)

Terduga Pembunuh Awie Dilepas

MEDAN-Polresta Medan yang sudah berhasil mengamankan terduga pelaku penembakan pasangan suami istri, Kho Wie To alias Awi (34) dan istrinya Lim Chi Chi alias Dora Halim (30). Tetapi berdasarkan hasil penyidikan, yang disebut-sebut tersangka harus dilepaskan dengan alasan tidak cukup bukti.

“Dalam rangka penyelidikan setelah diperiksa untuk diambil keterangannya. Bila tidak terbukti akan dipulangkan. Para saksi dipulangkan karena dari hasil penyelidikan tidak terbukti, “ ujar Kassubid Dok Liput Humas Poldasu, AKBP MP Nainggolan, Selasa (5/4) siang.

MP Nainggolan mengaku tidak tahu, siapa dan berapa orang tersangka yang dipulangkan tersebut. “Polisi melakukan pemeriksaan wajar. Ada belasan orang sudah diperiksa untuk diminta keterangannya dalam peristiwa itu, tetapi semuanya masih berstatus saksi,” ucapnya lagi.

Ditegaskan Nainggolan, pihaknya tidak ada menutup-nutupin perihal kasus pembunuhan yang terjadi di Jalan Akasia I Nomor 50 Kecamatan Medan Timur. Namun, polisi masih mendalaminya. “Bukan ditutup-tutupin, tapi dalam proses penyelidikan dan pengembangan, jadi lebih rahasia (private, Red). Kita terus bekerja,” cetusnya. Lanjutnya, para saksi tersebut memang ada yang dipanggil maupun dijemput dari suatu lokasi. Akan tetapi semuanya dalam rangka penyelidikan untuk membongkar kasus tersebut.

Dijelaskannya, Penyidik yang bekerja berangkat dari tempat kejadian perkara hanya bekerja dengan mencari bukti dengan melakukan pemeriksaan terhadap sejumlah saksi yang diduga terlibat dengan penembakan tersebut.
“Untuk mengungkap kasus pembunuhan ini, semuanya kita mulai dari tempat kejadian perkara (TKP), lalu barang bukti dan saksi. Yang sudah dimintai keterangan untuk berhasil mengungkap peristiwa berdarah tersebut, “ ungkapnya.

Dengan itu, lanjut Nainggolan, segenap Satwil Polres di bawah satuan Poldasu  diminta meningkatkan razia rutin di perbatasan. “Razia itukan memang sudah menjadi agenda rutin, cuma diminta untuk lebih diaktifkan kembali dan lebih maksimal,” ungkanya.

Saat disinggung perihal opini masyarakat yang mempertanyakan keprofesionalan polisi hingga belum mampu mengungkap pelaku penembakan tersebut , Nainggolan mempersilakan masyarakat mengoreksi citra Polri . Tapi dia meyakinkan bahwa korps Bhayangkara pasti bekerja dengan profesional. “Silahkan saja, dimana dalam mengungkap kasus tersebut tidak segampang membalikkan telapak tangan. Polisi harus betul-betul melakukan penyelidikan, “ bebernya lagi.

Kemudian dengan adanya informasi yang berkembang kalau sebenarnya pelaku sudah ditetapkan dari hasil pemeriksaan terhadap keseluruhan saksi di Polresta Medan. Nainggolan membantahnya. “Tersangka belum ada, Saksi semua yang diperiksa,” pintanya.(adl)

Penyelidikan ’Jalan di Tempat’

Korupsi Alkes di Kedokteran USU

MEDAN-Penyelidikan dan pengusutan kasus dugaan korupsi, pengadaan alat-alat kesehatan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (FK USU) anggaran tahun 2010, yang merugikan negara sebesar Rp8-10 miliar, diperkirakan akan berjalan ditempat. Diduga, hal ini disebabkan isu pergantian jabatan strategis di Kejatisu.
Beberapa pejabat Kejatisu yang dikonfirmasi, Selasa (5/4) hanya mengatakan masih lid (penyelidikan). Seperti dikatakan Asisten Tindak Pidana Khusus (Aspidsus) Erbindo Saragih SH. “Kasus itu (dugaan korupsi alkes FK USU) masih penyelidikan belum ada perkembangan baru. Kalau ada perkembangan baru akan kita kabari,” tegas Erbindo Saragih.

Erbindo juga mengatakan, kasus tersebut ditangani bidang intelejen. “Belum sampai ke kita, masih penyelidikan. Apabila, sudah tahap penyidikan baru ke bidang Pidsus,” tegas Erbindo. Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara, Sution Usman Adjijuga mengatakan hal senada. “Kalau sudah ada perkembangan kasus dugaan korupsi Alkes FK USU, kita akan ekspos. Sementara kita saja belum melakukan gelar perkara.Intinya kasus itu tidak akan dihentikan,” tegas Sution.

Direktur LBH MedanN Nuriyon SH menegaskan, isu pergantian pucuk pimpinan di Kejatisu jangan dijadikan alasan memperlambat mengusut dugaan korupsi di FK USU. “Isu pergantian pucuk pimpinan dan jabatan strategis, dilingkungan Kejatisu, jangam dijadikan atau  mempengaruhi penyelidikan kasus korupsi FK USU, karena penegakan hukum tidak boleh ditawar-tawar lagi,” tegas Nuriyono di Jalan Hindu Medan. Nuriyono juga menegaskan, pengusutan korupsi jangan lamban dan terkesan jalan di tempat.(rud)

Mobil Ditembak, Rp85 Juta Raib

Pria Bersenpi Rampok Kepala Gudang PKS

BANDAR MASILAM- Dua perampok dengan menggunakan senjata api (senpi), berhasil menggasak uang milik Pabrik Kelapa Sawit (PKS) PT Prima Sauhur Lestari Kerasaan Rp85 juta, Selasa (5/4) sekira pukul 08.30 WIB.

Uang itu dibawa Kepala Gudang, Tony alias Acin (29), warga  Nagori Kerasaan Kecamatan Bandar Kabupaten Simalungun. Walau tidak ada korban jiwa, namun hampir saja nyawa Acin hilang, saat kejadian karena salah seorang perampok menembak kaca sebelah kanan mobil Rocky yang dikendarai Acin.

Saat kejadian, Acin bermaksud menuju gudang konsumen di Partimbalan  tepatnya di Jalan Lintas Perdagangan–Bandar Tinggi Huta III Nagori Panombean Baru Kecamatan Bandar Masilam.

Diduga , perampok yang berjumlah 2 orang  serta memakai helm corong warna hitam yang wajahnya sama sekali tidak terlihat mengendarai sepeda motor tanpa nomor polisi itu  menyikat uang Acin Rp85 juta serta satu unit HP merek LG  yang berada dalam sebuah tas yang dibawa Acin bersama kedua rekan Budi (31) dan Iwan (29) dari PKS  PT Prima Sauhur Lestari.

Acin mengaku, dari awal dia sudah tahu ada yang membuntutinya. Setelah melewati tikungan simpang tiga Panombean baru dan karena sudah merasa curiga Acin pun kemudian langsung tancap gas sehingga terjadi aksi kejar-kejaran antara mobil yang dikendarai Acin dengan sepeda motor tersebut.

Lalu perampok tersebut menembak kaca mobil Acin hingga pecah. Karena takut Acin menyerahkan tasnya, sementara mobil yang dikendarai Acin masuk ke parit. Diduga, perampok lari ke Kuala Tanjung Kabupaten Batubara.
Muhammad Idris (25), yang ketika itu tengah mengenderai sepeda motor bersama anaknya melintas di jalan itu juga mendapat ancaman agar tidak mendekat, saat perampok itu beraksi.

Kapolres Simalungun AKBP Drs Marzuki MM mengatakan, korban dirampok dengan menggunakan senjata api. Pelaku berhasil  membawa kabur  HP merek LG dan uang Rp85 juta dari tangan Acin. Sejauh ini polisi akan terus melakukan penyelidikan dan mengejar pelaku hingga ketemu.(bim/smg)

Parit Pembatas Diprotes

LANGKAT- Pengerukan parit pembatas antara PTPN 2-PT Langkat Nusantara Kepong (LNK) dengan warga Lingkungan II Batu Lapan, Kelurahan Bingai, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Selasa (5/4), diributi warga.

Pasalnya, pengerukan parit pembatas areal seluas 2 meter yang dilakukan pihak perkebunan tersebut, dinilai sebagai aksi sepihak, tanpa mengindahkan garis-garis batas milik warga sekitar.

Akibatnya, tidak sedikit, lahan milik warga yang bergandengan dengan areal perkebunan Gohor Lama itu, terkena imbas pengerukan parit sedalam 3 meter tersebut. Bukan hanya lahan perkebunan warga yang terkena imbas pengerukan, tetapi rumah warga juga nyaris menjadi sasaran pembatas wilayah dimaksud.

Melihat pengerukan sepihak itu, puluhan warga yang berdiam diri di Lingkungan II Batu Lapan, langsung mendatangi lokasi pengerukan dan meminta oprator excavator yang mengerjakan proyek pengerukan parit pembatas, untuk menghentikan pekerjaannya, sebelum pihak PTPN II ataupun PT LNK datang menemui warga.

Menurut Kusmayadi (34) Kepala Lingkungan II Batu Lapan, pihaknya akan tetap bertahan dilokasi pengerukan, sampai pihak perkebunan bersedia menunjukan tapal batas milik mereka sesuai hak guna usaha (HGU) dimiliki. Sebab, sejauh ini, pihak perkebunan, sudah melakukan pengerukan di areal milik warga. “Dimana rupanya batas milik PTPN-PT LNK, kok seenaknya saja melakukan pengerukan diareal warga,” ujar Kusmayadi. (ndi)

Pengadaan Mobil Dinas Tanpa Tender

BINJAI- Pengadaan 2 unit mobil dinas pimpinan DPRD Binjai, sampai saat ini menjadi gunjingan. Pasalnya, pembelian 2 unit mobil merek Nissan X-Trail warna hitam dan masih berplat toko itu, tidak melalui tender, melainkanpenunjukan langsung (PL) ke showrom di Medan dengan harga Rp673 juta untuk dua mobil .

Pembelian mobil dinas yang diperuntukan untuk pimpinan dewan, yang berinsial B dan H itu, sejauh ini terkesan janggal dan tidak seperti biasanya.

Putri S, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) yang ditunjuk Sekretariat (Sekwan) DPRD Binjai, mengaku, tidak mengerti soal aturan proses pengadaan dan pembelian 2 unit mobil tersebut.

Dari Tebing Tinggi, Sekretariat DPRD Kota Tebing Tinggi juga menganggarkan Rp1,6 milir untuk pembelian 6 unit mobil merek Toyota Avanza dan 2 unit mobil merek Mitsubishi Pajero.

Sekretaris DPRD Tebing Tinggi, Ismail Budiman didampingi Kabag Umum dan Keuangan Drs Mukhtar Harahap, membenarkan alokasi anggaran tersebut. Proses pembelian mobil itu juga dilakukan secara PL. Hal ini sesuai dengan Perpres No 54 Tahun 2009. “Untuk pengandaan mobil dinas kita PL-kan,” jelas Mukhtar.(dan/mag-3)

Kamar Acak-acakan, Rp21,5 Juta Hilang

KARO-Aksi pencurian  kembali terjadi  Brastagi. Kamar tidur istri pemilik panglong Nanggalutu, Nellyati Beru Sembiring (47) di Jalan Jamin Ginting, Simpang Korpri, Kecamatan Berastagi, dibobol  maling. Akibat peristiwa itu, uang senilai Rp21,5 juta rupiah serta satu unit HP berhasil dibawa kabur.

Nelly mengatakan, kejadian itu berlangsung, Minggu (3/4) sekitar pukul 18.00 WIB. Dimana saat pulang dari satu urusan di luar, korban sudah mendapati kamar tidurnya acak acakan. Bahkan tempat menyimpan uang puluhan juta rupiah di bawah tempat tidur dengan cara dibungkus telah kosong. Selain uang yang harusnya disetorkan ke salah satu Bank tersebut, satu unit handphone juga raib dari dalam tas yang disusunnya dibawah tempat tidur.

Keesokan harinya, korban mendatangi Polres Tanah Karo guna mengadukan nasib yang ia terima dengan tanda bukti lapor Nomor:STPL/220 C/IV/2011/SU/RES T.Karo. Ditemani beberapa orang anggota Reserse, Nellyati kemudian berangkat menuju Desa Ajijahe, Kecamatan Tigapanah, guna menemui seseorang warga berinisial UP (16) yang pernah bekerja sebagai buruhnya.(wan)