28 C
Medan
Thursday, December 25, 2025
Home Blog Page 15414

Pemko Jangan Zalimi Warga

Proses Peralihan Tanah Sari Rejo Sedang Berjalan

MEDAN- Proses peralihan tanah Sari Rejo dari TNI AU ke Pemerintah Kota (Pemko) Medan, akan segera terlaksana. Dan hal itu ditegaskan Wali Kota Medan Rahudman Harahap saat ditanya Sumut Pos, usai menghadiri launching sebuah media terbitan Medan di Wisma Benteng, Selasa (29/3).

Dijelaskannya, sejauh ini proses yang akan dilakukan Pemko Medan adalah melakukan kosolidasi penyelesaian persoalan tersebut ke Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu) RI.
“Setelah dibuat Memorandum Of Understanding (MoU) dengan Angkatan Udara. Mereka siapkan dan kita siapkan, baru saya menyurati Menteri Dalam Negeri untuk menyurati kepada Menteri Keuangan. Nanti sama-sama kita dengan Angkatan Udara ke Menteri Keuangan,” kata Rahudman.

Lebih lanjut Rahudman menyatakan, penyerahan tanah Sari Rejo ke Pemko Medan dilakukan oleh enam jenderal Angkatan Udara RI. “Kesepakatan dengan enam jenderal Angkatan Udara. Iyalah, enam jenderal itu loh. Sekarang sudah dibuat konsepnya, saya akan ke Jakarta, kalau sudah usai akan ditandatangani. Kesepakatan inilah hakekat untuk menyelesaikan,” tandasnya lagi.

Namun ada kekhawatian masyarakat, penyerahan tanah Sari Rejo itu kepada Pemko Medan hanya untuk memuluskan penggusuran terhadap warga di sana. Saat ditanyai soal itu, Rahudman mendadak berang.
“Nggak ada yang menggusur. Menggusur apa? Kalau sudah diserahkan ke Pemko, ya kasihlah. Itukan rakyat kita, macam mana kau? Pandai-pandaian kau saja,” jawab Rahudman dengan nada tinggi.

Terkait hal ini, Wakil Ketua Komisi A DPRD Medan Surianda menyesalkan, jika memang peralihan yang dilakukan TNI AU ke Pemko Medan, sama artinya peralihan tugas penggusuran, dimana Pemko lah yang akan melakukan penggusuran itu.

“Kalau memang seperti ini, sungguh sangat disesalkan. Saya pikir, semua masyarakat Sari Rejo telah mengupayakan upaya-upaya, baik dialog dan juga upaya hukum. Tapi, jika memang itu terjadi ini sama artinya, Pemko Medan menzalimi warganya sendiri,” tegas Surianda.

Sementara itu, masyarakat Sari Rejo melalui perwakilannya yakni, Forum Masyarakat Sari Rejo menyatakan, kebijakan yang diambil dan dilakukan TNI AU dan Pemko Medan adalah kebijakan yang terkesan membodoh-bodohi masyarakat.

“Kami melihat ini dengan unsur pemerintah. Kami rakyat kecil yang memohon keadilan. Yang kami minta tidak banyak, hanya sertifikat saja,” ungkap Ketua Formas Riwayat Pakpahan kepada Sumut Pos.

Lebih lanjut Riwayat menuturkan, sikap yang diambil Pemko Medan juga sama artinya terkesan memutar persoalan yang ada. “Kami ini hanya diputar-putar saja. Makin nggak negrti kami seperti ini. Kami sudah pertanyakan ke Kementerian Keuangan, tapi Kementerian Keuangan tidak bisa membuktikan bahwa tanah kami ini adalah tanah aset. Kami juga sudah punya bukti-bukti hukum, kurang apa lagi. Wali Kota juga pernah berjanji pada saat kampanye lalu dan akan menerbitkan sertifkat. Kami cuma meminta itu. Yang jadi pertanyaan lagi, kenapa rapat waktu itu tertutup dan tidak melibatkan perwakilan masyarakat. Ini jadi muncul beragam penafsiran terhadap masyarakat,” tegasnya.(ari)

Hanas Sudah Dua Kali Diperiksa…

Kejari Tolak Kasus Humas Pemko Disebut Lambat

MEDAN- Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasipidsus) Kejari Medan, Dharmabella Timbasz tidak terima dikatakan lamban dalam menuntaskan penyelidikan kasus dugaan korupsi di Bagian Humas Setda Kota Medan tahun 2010.
“Bukan kita hentikan, namun kita masih menunggu laporan dari tim yang menangani kasus tersebut,” katanya pada wartawan, Selasa (29/3).

Dikatakan Dharmabella lagi, saat ini timnya yang ditugaskan untuk melakukan pemeriksaan, sebagian ditugaskan dalam menangani perkara lainnnya, termasuk perkara kasus terorisme yang sedang digelar di pengadilan negeri (PN) Medan. Dalam kasus ini, lanjut Timbasz, perlu kehati-hatian dalam mengungkap kasus dugaan korupsin
apalagi dugaan tersebut menyangkut instansi pemerintahan. Ditambah lagi, laporan tentang adanya dugaan kasus tersebut sudah berlangsung setahun silam. “Pidsus tidak mau disalahkan kalau nantinya dalam penyelidikan terkesan terburu-buru, hanya untuk mengejar target penuntasan kasus korupsi,” ujarnya.

Dan kalaupun, dalam penyelidikan kasus itu tidak ditemukan adanya unsur-unsur perbuatan pidananya, pihaknya akan mempublikasikan kepada masyarakat, dan begitu juga sebaliknya. Jadi tidak ada yang harus ditutupi dalam kasus ini. “Kasus ini merupakan prioritas utama yang akan dituntaskan, tunggu saja,” sergahnya.
Menurut Dharmabella, terkait penyelewengan aliran dana APBD 2010 ini, sejumlah pejabat yang dinilai mengetahui secara langsung maupun tidak langsung sudah diperiksa.

“Mantan Kabag Humas Pemko Medan Hanas Hasibuan sudah dua kali kita panggil untuk dimintai keterangan dalam kasus ini, dan termasuk pejabat-pejabat lainnya,” terang Timbasz.

Sementara itu menyikpi kasus tersebut, wakil Direktur Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Medan Muslim Muis, mendesak pihak Kejari Medan, untuk segera menuntaskan penyelidikan terhadap kasus yang diduga terjadi di Humas Pemko Medan.

Kalau hal ini terkesan diulur-ulur, lanjut Muslim, maka akan jadi preseden buruk bagi kejaksaan sendiri, dan secara jelas akan menuai pemikiran yang negatif di tengah-tengah masyarakat.

Seperti diketahui, penelusuran kasus dugaan korupsi ini dilakukan setelah, pihak kejari Medan, menerima laporan berbagai elemen masyarakat yang didukung sejumlah data-data terkait aliran dana APBD itu. Dimana bentuk dugaan korupsi anggaran bidang humas Setdako Medan antara lain pengadaan  bahan-bahan bacaan dan perundang-undangan sebesar Rp910 juta Kemudian, kucuran dana untuk penyediaan bacaan buku kliping dari surat kabar, majalah dan tabloid sebesar Rp100 juta dan dinaikkan menjadi Rp135 juta pada Perubahan APBD TA 2010.
Selain itu, dana penerbitan buku petunjuk telepon sebesar Rp104.280.000, anggaran peliputan penyelenggaraan kegiatan kepala daerah pada hari kerja dan hari libur sebesar Rp 350 juta dan jumlahnya naik menjadi Rp 450 juta pada perubahan ABPD.

Lalu, pembelian buku UU, misalnya, seharusnya ini tidak perlu dianggarkan di APBD. Sebab kalau bidang  humas perlu buku UU, cukup memintanya kepada Bagian Hukum karena di bagian itu tersedia buku UU dari A sampai Z.(rud)

Dari Karyawan Perkebunan jadi Seniman

Boy Sutoyo, Pelukis dan Perajin Bingkai Lukisan

Tak seorang pun tahu jalan hidup yang bakal dilaluinya. Begitu juga dengan Boy Sutoyo pria kelahiran Kisaran, 46 tahun silam. Untuk terus eksis, keputusan sulit pun harus diambil.

INDRA JULI, Medan

Ditemui di sanggarnya, di seputaran Jalan Tanjung Sari/Setia Budi, Boy Sutoyo yang akrab dipanggil Boy terlihat serius dengan pekerjaannya. Potongan-potongan kayu dengan ukuran tertentu dirangkai menjadi bingkai. Tempat bersandarnya sebuah lukisan asal Pulau Dewata. Sementara itu tidak sedikit lukisan yang telah dibingkai berjejer mengisi ruang 2×3 meter yang sederhana tempatnya bekerja.

“Ada pesanan bingkai untuk kaligrafi. Sekarang mau pasang latarnya dulu,” jelas Boy kepada Sumutpos, Selasa (29/3).

Untuk latar, Boy memilih kertas berwarna putih. Dengan bingkai yang berwarna hitam, kaligrafi berwarna keemasan pun semakin memperlihatkan keindahannya. Begitulah, pemilihan latar dan warna bingkai merupakan pertimbangan mutlak bagi Boy untuk memberikan hasil maksimal dari kerjanya. Selain untuk memenuhi eksistensinya di dunia seni setelah beberapa pergeseran.

“Ya dengan memberikan yang terbaik, maka materi itu akan datang sendiri. Bagaimana pun saya sudah buktikan kepada orangtua bila pilihan yang saya buat tidak terlalu salah,” ucap pria berkulit hitam manis dan berkumis ini.
Seperti yang dituturkan Boy, pekerjaan yang dilakoni saat ini merupakan akhir dari pencahariannya. Sekalipun untuk itu dirinya pernah memberi kekecewaan kepada kedua orangtua.

Lahir dengan bakat seni, Boy sudah aktif dalam kegiatan melukis sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Berbagai perlombaan pun kerap diikuti dengan membawa pulang tropi juara. Seperti saat tampil sebagai Juara I pada Peringatan Bulan Bahasa saat duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA). Lomba yang paling berkesan bagi penggemar lukisan natural ini.
Namun tuntutan kehidupan dan keluarga membuat Boy harus memendam panggilan hati tadi. Anjuran keluarga untuk melanjutkan pendidikan di Fakultas Pertanian Panca Budi Medan pun dilaksanakan dengan baik. Pada 1992 dirinya menyelesaikan studinya dan diwisuda.
Setelah lulus, Boy pun terbang ke Bengkulu untuk bekerja sebagai karyawan di salah satu perkebunan karet milik asing. Setelah empat tahun bekerja Boy kemudian mengakhiri masa lajang dengan menikahi Dwi Rahmawati yang diboyongnya ke Pekan Baru. Di mana dirinya sebagai karyawan di salah satu perkebunan di daerah Perawang. “Sebelumnya saya sempat kerja di Aceh juga. Tapi karena ada GAM (Gerakan Aceh Merdeka) saya cabut,” kenangnya.

Sebagai manusia biasa Boy pun memiliki batas kesabaran. Pelarian panjang yang dilakoni tak juga dapat meredam suara hatinya. Justru keinginan untuk berkarya itu semakin kuat memberontak. Terlebih kenangan akan kepuasan saat lukisannya terpilih sebagai juara tak hentinya menggelitik. “Itu keputusan paling sulit yang pernah saya ambil. Biar itu menjadi yang terakhir, tidak ada lagi,” tukasnya mantap.

Menjadi sulit ketika sebagai nahkoda bahtera keluarga dirinya harus melepas semua kemapanan hidup di perkebunan. Untuk sebuah pencaharian akan kepuasan batin yang sepi. Apalagi masa itu tidak lebih baik dari masa kini, dimana nilai seni masih belum mendapat tempat untuk sebuah penghargaan.

Dan sepertinya Boy sudah mempertimbangkan semua itu. Kuasnya pun terus beraksi menggores keindahan-keindahan di atas kertas kanvas putih. Setiap goresan seolah kepuasan tak ternilai yang didapat. Yang tak bisa dibandingkan dengan hasil pembelian dari lukisan-lukisannya.

Namun tetap saja dirinya adalah manusia. Tetap punya batasan dalam mewujudkan ambisinya. Untuk itu Boy pun menggantung kuas untuk menekuni pembuatan bingkai lukisan. Dirangkai dengan pekerjaan seni lainnya ayah dari Garing Nugraha ini menjalankan kewajibannya dengan baik. Begitu pun ketika bakat tadi turun ke anak semata wayangnya, Boy hanya tersenyum. “Kalau sebagai hobi saya sangat mendukung. Tapi tetap saja itu belum bisa dijadikan profesi. Ketika negara ini belum bisa menghargai seni,” pungkasnya. (*)

BI Rate Diprediksi Naik Lagi 25 Bps Pada Akhir Kuartal III

JAKARTA-Inflasi akan terjadi pada akhir kuartal II atau awal kuartal III tahun ini, karena dimulainya periode sekolah dan Lebaran.

Oleh karena itu, Bank Indonesia (BI) diprediksikan akan menaikkan tingkat suku bunganya (BI Rate) sebesar 25 basis poin (bps) pada kedua momen tersebut.

Demikian diungkapkan Economist Standard Chartered Bank Indonesia Eric Sugandi di Jakarta, Selasa (29/3). “Sekarang ini, kalau komentar dari BI belum ada berniat untuk menaikkan BI Rate, tapi nanti melihat inflasi pada Maret, April, Mei dan harga minyak dunia, mungkin BI akan menaikkan BI rate,” tandasnya.

Seperti diketahui, BI rate Maret dipertahankan sebesar 6,75 persen. Keputusan ini tidak mengubah arah kebijakan moneter Bank Indonesia yang cenderung ketat sebagai upaya untuk pengendalian tekanan inflasi yang masih tinggi.
Tidak berubahnya angka BI rate tersebut seperti ekspekstasi pasar. Di mana situasi inflasi pada Februari melandai. Sekadar diketahui, BI Rate ditetapkan sebesar 6,75 persen sejak 4 Februari. Sejak 5 Agustus 2009, BI rate ditetapkan sebesar 6,5 persen. (net/jpnn)

Kain Bekas Dikira Bom

MEDAN SUNGGAL- Untuk kesekian kalinya warga Medan dihebohkan dengan isu bom. Kali ini dialami warga Jalan Tanjung Balai, Kecamatan Sunggal, Kabupaten Deli Serdang, Selasa (29/3). Sebuah tas berwarna hitam yang digantung di sepeda motor Astrea Prima BK 4855 PF yang terparkir di persimpangan jalan tersebut diduga bom dan diamankan tim Gegana Brimob Polda Sumut.

Yang membuat warga curiga terhadap bungkusan yang tergantung di stang sepeda motor tersebut, sejak pagi sekira pukul 06.00 WIB hingga pukul 10.00 WIB, pemilik sepeda motor tersebut tak kunjung datang mengambil barangnya.
“Iya bang, sejak pagi saat mau belanja, saya sudah melihat sepeda motor itu terparkir tepat di depan rumah saya. Pertama, kulihat posisinya pas di tengah-tengah rumah, tetapi karena tidak curiga saya biarkan,” ujar Oyong (40), warga sekitar.

Namun dia mulai curiga setelah hingga pukul 10.00 WIB, sepeda motor dan bungkusannya tidak juga diambil oleh pemiliknyan Dia pun mulai resah, pasalnya saat ini media massa marak memberitakan tentang teror bom. “Ya, saya teringat dengan bom buku seperti yang terjadi di Jakarta. Saya takut akan terjadi sesuatu, langsung saya kasih tahu kepada polisi lalulintas yang sedang mengamankan jalan raya,” katanya.

Tak lama berselang, sejumlah personel Polsekta Sunggak turun ke lokasi untuk mengamankan situasi. Setelah steril dan aman, mobil dan sejumlah petugas dari tim Jihandak Unit Poldasu terjun ke lokasi.

Sementara itu, ratusan warga yang melihat tas tergantung mendekati sepeda motor dan menemukan kunci sepeda motor masih tergantung itu menjadi heboh. Pasalnya, banyaknya aksi dan teror bom yang sedang heboh di Jakarta dan beberapa daerah lainnya yang, membuat para masyarakat menjadi was-was.

Kabid Humas Polda Sumut Kombes Pol H Hery Subiansauri saat dikonfirmasi mengatakan, tas yang dicurigai masyarakat sebagai bom tersebut berisikan kain bekas setelah dilakukan pemecahan dan mencerai-beraikan tas tersebut.

Dikatakanya, hingga kini pihaknya masih melakukan penyelidikan terhadap beberapa aksi yang dilakukan orang-orang tertentu untuk mengacaukan keamanan. “Ya masih kita selidiki, siapa tahu ada keterkaitanya. Karena ini kali ketiga terjadi di Medan,” kata Hery.

Lanjutnya, dia memberi apresiasi positif kepada masyarakat akan kewaspadaan dalam mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan sewaktu melihat benda yang mencurigakan.(mag-8)

Mobil Dinas Gatot pun Mogok

MEDAN- Bukan hanya mobil milik masyarakat saja yang bisa mogok, tapi mobil dinas yang biasa ditumpangi Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho pun juga bisa mogok. Insiden lucu itu terjadi saat Gatot Pujo Nugroho menghadiri acara launching sebuah media terbitan Medan di Wisma Benteng, Selasa (29/3).

Saat itu, Gatot telah selesai menghadiri acara launching tersebut dan hendak meninggalkan acara. Karena hendak meninggalkan lokasi acara itu, supir pribadi Gatot yakni, Rudi pun menghidupkan mobil dinas tersebut. Namun anehnya, mobil itu tidak kunjung hidup.

Nah saat melihat itu, Gatot hanya tersenyum dan mengatakan kepada sejumlah orang yang didekatnya, di antaranya Wali Kota Medan Rahudman Harahap bahwa, mobilnya mogok. “Mobil saya mogok,” katanya sambil menunjuk ke arah mobil Toyota Harrier BK 1000 NR tersebut.

Dengan kenyataan seperti itu, membuat orang-orang yang ada didekatnya panik, begitu pula pihak protokoler dan humas Pemprovsu. Terlihat meraka langsung menuju ke mobil tersebut dan berupaya untuk memperbaiknya.
Sementara itu, Wali Kota Medan Rahudman Harahap juga tampak kelimpungan dan panik sendiri dengan mendatangi mobil dinas Gatot yang mogok tersebut.(ari)

Gudang KIM III Roboh, 2 Tewas

LABUHAN- Gudang Kawasan Industri Medan (KIM) III di Kelurahan Tangkahan, Kecamatan Medan Labuhan, roboh. Akibatnya, dua pekerja tewas tertimpa reruntuhan gudang tersebut.

Menurut informasi yang diterima wartawan koran ini, gudang yang roboh tersebut masih dalam proses pembangunan. Dua orang pekerja yang belum diketahui identitasnya itu tewas saat memasang dinding batubata pada gedung setinggi 10 meter itu. Seorang dari pekerja naas itu jatuh bersama material bangunan, sedangkan seorang lagi sedang bekerja di bawah sehingga tertimpa material.

Seorang pekerja yang tidak mau namanya dikorankan membenarkan kejadian tersebut. Namun, mengenai dua korban, masih dirahasiakan namanya. “Saya tidak berani bilangnya,” ujarnya.

Pantauan wartawan koran ini di lokasi, tampak dinding yang terbuat dari batu bata tersebut roboh di bagian atas. Runtuhan tersebut sepertinya sudah dibersihkan. Namun masih ada sebagian material yang tersangkut di besi rangka bangunan gedung tersebut.

Kanit Reskrim Polsek Medan Labuhan Akp M Oktavianus mengaku mendengar informasi runtuhnya bangunan tersebut. Namun menurutnya, sampai kemarin pihak kepolisian belum menerima laporan.

Sementara itu, Camat Medan Labuhan Zein Noval mengatakan, gedung tersebut masih dalam sengketa. Beberapa kali Dinas TRTB memberikan surat, namun PT KIM mengakui lokasi ini masuk dalam wilayah Deli Serdang. “Lokasi tersebut bukan wilayah Medan Labuhan.

Humas PT KIM, Pangkal Simanjuntak saat dihubungi melalui telepon tidak mengangkat telepon selulernya. (mag-11)

Semarak 100 Tahun Industri Kelapa Sawit Didemo, Ricuh dan Nyaris Adu Pukul adlin

MEDAN- Perhelatan Semarak 100 Tahun Industri Kelapa Sawit Indonesia, yang mengambil tema ‘Sawit Sahabat Rakyat’ yang berlangsung di Hotel Tiara Medan, diserbu ratusan orang dari berbagai elemen masyarakat dan mahasiswa, Selasa (29/3). Bahkan, aksi tersebut berlangsung ricuh. Antara pihak demonstran dengan pihak petugas keamanan berpakaian batik yang mengamankan acara di Hotel Tiara tersebut nyaris adu pukul.

Kericuhan ini bermula, saat demonstran usai orasi dan hendak membakar replika bola dunia yang sengaja mereka persiapkan. Ketika seorang demonstran tengah menyirami bola dunia tersebut dengan bensin, seorang petugas keamanan berpakain preman langsung mengejar demonstran tersebut. Apa yang dilakukan petugas keamanan berpakaian preman tersebut, langsung diikuti petugas keamanan lainnya yang berpakaian batik. Karena mendapat serbuan itu, pihak demonstan tidak tinggal diam. Mereka pun melakukan perlawanan. Untungnya, petugas kepolisian yang berjaga-jaga di sekitar Hotel Tiara langsung mengendalikan keadaan, dan bias melerai pertikaian tersebut.
Sebelumnya, Direktur Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sumut Syahrul Isman dalam orasinya menyatakan, selama ini sudah sangat banyak lahan hutan lindung yang dikonversi menjadi perkebunan kelapa sawit yang dilakukan oleh para pengusaha kelapa sawit Indonesia.

Dan juga, perusahaan-perusahaan kelapa sawit yang ada selama ini tidak mensejahterakan para pekerjanya. “Saat ini luas perkebunan sawit mencapai 7,9 juta hektare, dengan komposisi kepemilikan 65 persen dikuasai korporasi dan 35 persen oleh non korporasi atau petani berdasi. (ari)

Lorenzo-Spies Saingan Ideal

MILAN – Ketika tim Yamaha masih dihuni Valentino Rossi persaingan dengan Jorge Lorenzo begitu panas. Musim 2011 ini berbeda. Lorenzo yang berpasangan dengan Ben Spies diklaim menciptakan atmosfer yang positif. Itu disampaikan mantan pembalap WSBK, Massimo Meregalli  yang kini menjabat sebagai direktur tim Yamaha MotoGP alias pimpinan dari Lorenzo dan Spies. Massimo meyakini pasangan pembalap tersebut merupakan pasangan yang ideal musim ini.
“Ini adalah hal terbaik yang dapat terjadi kepada saya, bisa bekerja dengan mereka adalah sebuah kehormatan,” kata Meregalli di Crash.

“Atmosfer tim ini luar biasa. Saya tidak bisa mengatakan hal buruk tentang mereka karena suasananya sangat bagus,” imbuhnya.

Bagi Meregalli, Spies bukanlah sosok asing karena ia turut berperan mengantarkan rider tersebut ke gelar juara dunia WSBK 2009. Sedangkan Lorenzo, meski belum terlalu dikenalnya, sudah mendapat kesan positif. “Saya mendapat kesan kalau Jorge adalah pemuda yang sangat baik, amat profesional dan amat cepat. Saya jauh lebih kenal dengan Ben sehingga bisa menilainya dengan lebih baik,” akunya.
“Saya harus bilang, dalam dua tahun terakhir ia sudah jauh berkembang. Di  2009 ia sudah sangat fokus, kini saya melihatnya dalam kondisi yang lebih baik lagi, tenang dan sangat berdedikasi mengejar tujuannya,” simpul Meregalli. (net/jpnn)

AKP Oktavianus Siap Dipropamkan

LABUHAN- Kanit Reskrim Polsek Medan Labuhan AKP Oktavianus mengaku siap melayani pengaduan pengusaha besi, Sumahdi (33), warga Jalan Bilal. AKP Oktavianus diadukan ke propam dengan nomor STPL/131/III/2011 Dit Propam Poldasu tertanggal 21 Maret 2011, terkait kasus dugaan pemerasan terhadap Sumahdi sebesar Rp5 juta.
“Kalau Polda memanggil dan menyuruh menghadap, saya siap,” ujar AKP Oktavianus kepada wartawan koran ini di ruang kerjanya, Selasa (29/3). Namun menurutnya, hingga kini dirinya belum ada menerima surat panggilan dari Polda Sumut.

Sebelumnya, Sumahdi didampingi kuasa hukumnya, Iim Syahrizal SH di Mapoldasu mengatakan, Kamis (17/3) sekitar pukul 17.00 WIB, Sumahdi dijemput oleh rekan bisnisnya dan membawanya ke satu warung kopi di Komplek Asia Mega Mas. Di sana Akeng menagih utangnya sebesar Rp70 juta. Tapi, korban tak sanggup bayar. Kemudian dibawa ke Mapolsekta Labuhan Deli.(mag-11)