26 C
Medan
Saturday, December 27, 2025
Home Blog Page 15448

Lakalantas,4 Tewas

SERGAI- Empat orang tewas, dua luka berat dan satu luka ringan akibat kecelakaan lalu lintas di dua tempat terpisah, Sabtu (16/4). Peristiwa pertama terjadi di jalan lintas Sumatera  (Jalinsum ), KM 51-52, persisnya di Dusun Darul Aman, Desa Sei Buluh Kecamatan Teluk Mengkudu, pukul 07:00 WIB.

Korban meninggal dunia yakni sepasang suami isteri yang mengendarai sepeda motor Vega R BK 5008 QV yang dikemudikan suaminya bernama Marianto (33) dan isterinya Sri Lestari (32), sedangkan putrinya Rima Aprilia (9) pelajar menderita luka berat.  Terpisah, kecelakaan beruntun antara sepeda motor juga terjadi di Jalan Umum Sei Rampah- Dolok Masihul.   Sepeda motor Revo BK 5428 NZ  yang dikemudikan Wahyudi (17) tabrakan saat berboncengan dengan Ayu (14).Akibatnya, Wahyudi dan M Agus tewas di lokasi (TKP), sedangkan Ayu luka berat dan Ngatino luka ringan. (mag-15)

Bocah Tenggelam di Siantar Hotel

SIANTAR HOTEL- Heboh, pengunjung kolam renang Siantar Hotel yang terletak di Jalan WR Supratman, Kelurahan Proklamasi, Kecamatan Siantar Barat, Pematangsiantar tiba-tiba mendadak heboh, ketika melihat seorang bocah tewas tenggelam, Minggu (17/4) sekira 18.00 WIB.

Diketahui, bocah tersebut bernama Rian Siregar (6) warga Jalan Regu, Kelurahan Bukti Sofa, Kecamatan Siantar Sitalasari, Pematangsiantar.

Informasi yang dihimpun, saat itu Rian dibawa bounya (namboru) Siska (20) berenang di kolam renang Siantar Hotel. Mereka tiba di kolam sekira pukul 17.00 WIB. Pertama, Siska dan Rian masih mandi sama. “Tadi Rian datang ke sini bersama seorang perempuan bernama Siska. Awalnya mereka sama-sama mandi, di kolam yang kedalamnya sekitar 1,5 meter. Saat Siska pergi ke kamar mandi, Rian mandi-mandi tanpa ada temannya. Selama 20 menit, Rian berada di dalam air. Pengunjung berpikir kalau Rian menyelam uji nafas,” ujar Manahan Pangaribuan salah seorang karyawan Siantar Hotel. (osi/smg)

RE Siap Diperiksa KPK

SIANTAR- Mantan Wali Kota Pematangsiantar, RE Siahaan menyatakan siap diperiksa KPK kapan saja, terkait  dugaan korupsi dana Bansos dan dana Rehabilitasi di Dinas PU tahun 2007. Tak hanya itu RE juga setuju diperiksa sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku.

“Iya siap diperiksa (KPK) kapan saja,” ungkap RE Siahaan melalui telepon selulernya, Minggu (17/4). Terkait pernyataan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum di Pamatang Raya saat pelantikan DPC Partai Demokrat Simalungun Sabtu lalu (16/4), saat itu Anas menyebutkan tidak akan melindungi kader partai ini yang tersangkut kasus hukum dan mempersilahkan proses hukum berjalan sesuai aturan yang berlaku.

“Sudah benar itu (pernyataan Ketua Umum, Rred),” jawabnya singkat seraya menyebutkan sedang berada di Medan.
Seperti diketahui RE Siahaan ditetapkan KPK sebagai tersangka sejak 6 Februari 2011 lalu dalam dugaan korupsi dana Bansos dan dana Rehabilitasi di Dinas PU tahun 2007. Namun hingga kini Ketua DPC Partai Demokrat Kota Siantar ini belum ditahan penyidik KPK. Jabatan RE Siahaan sendiri sebagai Ketua Partai Demokrat berakhir 27 Maret 2011 lalu.
Dihubungi terpisah, Wakil Sekretaris Partai Demokrat Kota Siantar Rudi Wu mendukung pernyataan Ketua Umum DPP Partai Demokrat Anas Urbaningrum untuk tidak melakukan intervensi apapun terhadap KPK terkait kader-kader partai ini yang tersangkut kasus hukum, termasuk kasus RE Siahaan.

“Harusnya memang seperti itu, tidak ada satupun warga negara di Indonesia ini yang kebal terhadap hukum. Jika bersalah ya harus ditindak sesuai prosedur hukum yang berlaku,” ungkapnya.
Jika RE Siahaan ditangkap dan ditahan KPK nantinya, apakah tidak menurunkan citra Partai Demokrat dihadapan masyarakat Kota Siantar.

“Citra Partai Demokrat, kita lihat sajalah nanti. Setiap manusia kan tidak bisa luput dari kesalahan. Kasus hukum seperti ini tidak saja dialami Partai Demokrat, tapi juga dialami partai-partai  yang lain,” tegasnya. (ral/smg)

Pembelian Mobil Dinas Pimpinan Dewan Diprotes

BINJAI- Pengadaan dua unit mobil dinas pimpinan DPRD Binjai, yang berinisial B dan H, sampai saat ini terus menuai protes dari sejumlah rekanan. Pasalnya, pembelian dua unit mobil dinas jenis Nisan Xtril itu, tanpa dilakukan pengumuman di media cetak.

Ketua Asosiasi Pengusaha Pengadaan Barang dan Jasa Indonesua (Aspanji) Kota Binjai, MA Sagala SH, kepada wartawan koran ini, Minggu (17/4) mengatakan, ia sangat menyesalkan proses pengadaan dua unit mobil dinas tersebut, yang dilakuka tanpa pengumuman dan lelang.

“Hal tersebut jelas bertentangan dengan Keppres 80 tahun 2003 dan Perpres 54 tahun 2010, tentang pengadaan barang dan jasa. Dimana seharusnya, dengan nilai Rp100 juta ke atas, pengadaan barang harus dilelang dan diumumkan di media cetak maupun elektronik,” ujar MA Sagala.

Menurut MA Sagala, pengunjukan langsung (PL) berdasarkan Perpres 54 tahun 2010, boleh dilakukan secara PL apabila nilai pengerjaannya Rp200 juta. Sesaui dengan pasal 37 huruf b, pasal 38 ayat 5 huruf e, dan pasal 73 ayat 3, menyatakan, pengunjukan langsung khusus kenderaan bermotor milik pemerintah, harus tetap diumumkan.
Melihat adanya kejanggalan dalam pengadaan dua unit mobil dinas tersebut, MA Sagala menilai hanya akal-akalan dan disinyalir syarat dengan KKN. Demi menguntungan pihak tertentu dan sudah melanggar undang-undang 28 tahun 1999 prihal penyelenggaraan negara yang bersih.

“Untuk itu, kami meminta kepada Kejari dan Polres Binjai, agar dapat melakukan penyidikan terhadap pengadaan dua unit mobil dinas DPRD Binjai, yang tidak sesuai dengan mekanisme yang berlaku,” katanya
Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Bagian Perencanaan Pembangunan, Pemko Binjai, Jhoni Maruli, yang ditemui mengatakan, pembelian mobil dinas itu sudah sesuai dengan Peraturan Presiden (Perpres) nomor 54 tahun 2010, diamana dalam salah satu pasalnya membenarkan pembelian kendaraan dinas roda dua dan empat dilakukan dengan melalui PL.(dan)

Keracunan, Warga Trauma Konsumsi Ikan Tongkol

TEBING TINGGI- Pasca keracunannya warga saat mengkonsumsi ikan tongkol, warga di Kelurahan Rambung, Kota Tebing Tinggi jadi takut membeli ikan laut.

Sebelumnya Kepala Lingkungan III, Job Sembiring (50) warga Jalan Cemara, Kelurahan Rambung, Kota Tebing Tinggi, Kamis (14/4) sekira pukul 18.00 WIB tiba-tiba keracunan.
Sebelumnya, Job menyantap ikan tongkol sambal yang dimasak istrinya. Tiba-tiba mendadak muntah-muntah dan pusing setelah mengkomsumsi ikan tersebut.

“Kita bingung bang, melihat kejadiaan saat itu. Pasalnya setelah menyatap ikan tongkol setelah satu jam kemudiaan suami saya mengalami pusing berat dan muntah-muntah,” kata Kulyatin, istri Job.
Diakui Kulyatin, ikan laut jenis tongkol paginya dibeli dari pedagang ikan yang mangkal di Pasar Gambir, Kota Tebing Tinggi.

Setelah sampai di rumah, ikan tersebut diolah menjadi masakan dengan disambal. Kebiasaan dirumah tangga Kulyatin anak-anak tak berani makan sebelum terlebih dahulu Ayahnya makan.
Melihat kejadiaan itu, Kulyatin melarang anak-anaknya untuk tidak mengkomsumsi ikan tersebut dan langsung membuang ikan sambal ke lobang sampah. Kondisi inilah yang membuat warga lain menjadi trauma memakan ikan tongkol. (mag-3)

RSU Pirngadi Layani Persalinan Gratis

Program Jampersal

Keluhan biaya persalinan mahal sepertinya sudah mulai ditinggalkan, RSU Pirngadi Medan memberikan solusinya. Bagi ibu hamil yang tidak memiliki biaya, bisa mendatangi rumah sakit milik Pemko Medan dan akan diberikan pelayanan gratis setara klas III.

Jaminan pelayanan persalinan gratis itu disebut dalam program Jaminan Persalinan (Jampersal). Sebuah program Kementrian Kesehatan (Kemenkes) RI melalui Program Jaminan Persalinan (Jampersal).

Demikian disampaikan Direktur RSU Pirngadi Medan, dr Dewi F Syahnan SpTHT  kepada wartawan akhir pekan lalu.  “Sekarang ada peraturan dari Menteri Kesehatan (Menkes) tentang rumah sakit untuk melayani Jampersal. Jadi, RSU Pirngadi siap melayani warga yang datang yang menjalani persalinan,” ujarnya didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pelayanan Medis (RSU Pirngadi, dr Risma.

Bagi masyarakat yang hendak mendapatkan layanan Jampersal ini, sebutnya masyarakat cukup datang ke rumah sakit dengan membawa KTP dan Kartu Keluarga (KK). Bukti kepemilikan itulah yang bisa menjamin seseorang bisa mendapatkan program Jampersal tersebut.

Untuk teknis program kerjasama ini, dr Risma menjelaskan sifat program tersebut memakai system INA-CBG (Indonesia Cash Back Group) atau dengan system paket pembiayaan kesehatan. Jadi, bagi peserta yang menjalani persalinan harus ada rujukan dari Puskesmas. Bila tidak, RSU Pirngadi hanya membenarkan atau menerima pasien dalam keadaan darurat (emergency,red) seperti kematian janin dalam kandungan (KJDK). “Jadi terpenting harus ada rujukan dari Puskesmas,” sebutnya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan, dr Edwin Effendy mengatakan di Kota Medan untuk sementara ini baru Puskesmas dan rumah sakit pemerintah  yang menjalankan program Jampersal. Pasalnya, sampai saat ini pihaknya belum menerim penjelasan yang terperinci untuk menjadi acuan dalam pelaksanaannya.
“Jangan nanti peraturannya menjadi multitafsir, jadi kami hanya melaksanakannya baru di rumah sakit pemerintah dan puskesmas saja,”ucapnya.

Program pemerintah pusat ini bisa dinikmati seluruh masyarakat, hanya saja dibatasi dengan menunjukkan bukti KTP dan KK.  “Semua masyarakat dapat mengikuti program Jampersal dan dirawat di kelas III rumah sakit,” kata Kabid Jaminan Sarana Kesehatan, Agustama.

Program Jampersal ini, sebutnya tidak hanya dilakukan di Kota Medan saja. Melainkan di seluruh daerah. Sebab, dalam program Jampersal ini Sumut mendapatkan anggaran sebesar Rp110.846.366.000 untuk 33 kabupaten/kota. Khusus Kota Medan mendapatkan anggaran terbesar dari 32 kabupaten/kota lainnya sebesar Rp14.607.440.000 disusul Deli Serdang Rp12.758.638.000, Langkat Rp9.223.846.000, Simalungun Rp6931.590.000 dan Asahan Rp4.860.671.000 serta sejumlah daerah lainnya. (mag-7)

Gang Dibangun Setengah-setengah

081375776xxx

Kepada yang terhormat Bapak Wali Kota Medan saya warga Jalan Saudara Gang Inpres No 35 B Medan Amplas ingin bertanya, mengapa pembetonan di Jalan Saudara Gang Inpres sepotong-serotong, padahal yang lainnya sudah dibeton sementara lingkungan kami sampai sekarang belum di beton seolah-olah ada tebang pilih, mohon perhatian dari bapak terima kasih.

Kami Teruskan

Terimakasih informasinya, kami akan sampaikan ke instansi terkait khususnya Dinas Perumahan dan Pemukiman Kota Medan. Sehingga, persoalan ini bisa ditindak lanjuti. Kemudian, warga langsung koordinasi dengan Lurah untuk disampaikan ke Kecamatan. Setelah itu dilanjutkan ke tingkat atasannya ke Dinas yang sama.

Khairul Buchari
Plt Kabag Humas
Pemko Medan

Harus Dibangun Penuh

Pembangunan tidak boleh setengah-setengah, harus penuh. Apabila ditemukan pembangunan tidak penuh, padahal satu kesatuan untuk pelaksanaan pembangunan. Hal itu dianggap salah dan rentan penyalahgunaan.
Sebaiknya, Wali Kota Medan melalui Dinas Perumahan dan Pemukiman segera mengecek wilayah tersebut untuk ditindak lanjuti. Sehingga, pembangunannya tidak sia-sia serta tak membuat masyarakat makin kecewa.
Kemudian, apabila instansi terkait ada kendala dalam penganggaran,  harusnya Pemko Medan melalui instansi terkait segera berkoordinasi dengan DPRD Medan, sehingga persoalan pembangunan gang tersebut bisa segera diantisipasi dan pembangunan harus berkualitas.

H Ahmad Arif SE MM
Anggota Komisi D DPRD Medan

Bomber Juga Pembunuh TNI

Polisi Yakin Bernama Muhammad Syarif

JAKARTA- Polisi tidak ingin dianggap lamban dalam menyelidiki kasus bom bunuh diri di Masjid Adz-Dzikra, kompleks Mapolres Kota Cirebon, Jumat siang lalu (15/4). Kemarin siapa bomber atau pelaku bom bunuh diri itu sudah diungkap. Dari pencocokan data post mortem (setelah kematian) dan data ante mortem (sebelum kematian) muncul nama Muhammad Syarif (MS). Dia adalah warga Astanagarib Utara, Kelurahan Pekalipan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon. Meski polisi yakin, tetap saja untuk memastikan itu harus menunggu tes DNA. Untuk keperluan itu, Polri sudah memeriksa sampel darah ibu dan saudara MS.

Polri sudah 97 persen yakin bahwa pengebom itu adalah Syarif. Hanya, untuk memastikan itu, tim identifikasi menunggu hasil pencocokan DNA yang baru selesai dalam 30 jam. Sampel darah mulai diteliti pukul 04.00 WIB Sabtu (16/4) dan baru selesai sekitar pukul 10.00 WIB, hari ini (17/4).

“Kami akan mengumumkan kepastiannya apakah MS atau bukan besok (hari ini) jam 13.00 WIB,” kata Kadivhumas Polri, Irjen Pol Anton Bachrul Alam, kemarin (16/4). Mantan Kapolda Jatim itu membenarkan adanya pemeriksaan sampel darah keluarga MS. “Ya, sudah diambil Sabtu dini hari dan sekarang masih diteliti,” katanya.

Seorang petugas Inafis Mabes Polri yang menolak dikutip namanya menyebutkan bahwa dari data lain, seperti struktur wajah dan sidik jari, identik dengan MS. “Margin error sidik jari itu kecil sekali, hanya 1 persen. Tapi, untuk lebih yakin, kami tetap menunggu hasil tes DNA,” katanya kepada Jawa Pos (grup Sumut Pos), kemarin (16/4).
Dari mana Polri mempunyai data sidik jari MS? Menurut dia, penyidik sudah berhasil memperoleh SIM (surat izin mengemudi) milik pemuda kelahiran 1979 itu. “Sekali lagi, pencatatan sidik jari kita belum maksimal. Jadi, tetap menunggu DNA,” kata perwira yang juga dokter itu.

Saat membeber ciri-ciri pelaku di RS Polri, Anton Bachrul Alam menjelaskan, tim ahli forensik sudah bekerja keras setelah mayat pelaku itu tiba di Jakarta sekitar pukul 20.30 WIB, Jumat (15/4). Setelah melakukan pemeriksaan, polisi menyimpulkan bahwa pelaku adalah pria dengan ras Mongoloid. Pria yang diduga berusia 25-35 tahun itu memiliki tinggi 181 sentimeter dan berat badannya diperkirakan 70 kilogram.

Mantan Kapolda Jatim itu menambahkan, ada beberapa tanda lahir pada mayat pelaku bom bunuh diri tersebut. Di antara tanda lahir tersebut, ada di paha kanan. Ciri lainnya adalah gigi atas pelaku pecah sedikit. Kuku jempol tangan kirinya terlihat bekas luka dan berjenggot tipis.

Setelah mayat pelaku tersebut diperiksa, Anton menjelaskan bahwa si pelaku telah mengelabui penjagaan petugas. Caranya, mengenakan busana rangkap lima. Cara itu dilakukan untuk membuat badannya semakin terlihat gemuk. Dengan begitu, bom yang digembol di perut bagian kanan tidak terlihat menonjol. Setiap busana yang dikenakan itu diselotip rapat. “Persiapan yang dilakukan benar-benar sudah rapi,” urai jenderal bintang dua itu. Akibat ledakan bom tersebut, perut sisi kanan bolong dan seluruh isinya terburai.

Anton lantas menjelaskan, korban bom bunuh diri yang meledak Jumat lalu pukul 12.17 WIB tersebut adalah 31 orang. “Termasuk pelaku yang meninggal di TKP (tempat kejadia perkara),” kata dia. Sebanyak 30 korban lainnya terdiri atas 24 terluka ringan dan 6 luka berat. “Delapan korban luka ringan menjalani rawat jalan,” papar Anton.
Wakabareskrim Mabes Polri, Irjen Pol Mathius Salempang menjelaskan, pihaknya saat ini berupaya memastikan siapa pelaku tersebut. Selanjutnya adalah menelusuri dia berasal dari kelompok mana. Mathius mengonfirmasi bom yang meledak itu berdaya ledak rendah atau low explosive. Di dalam bom itu terdapat paku, mur, baut dan satu baterai.

Berdasar hasil pemeriksaan terhadap mayat pelaku, Mathius mengatakan bahwa polisi tidak menemukan secarik identitas atau pesan-pesan yang lain. “Kami hanya menemukan sebuah setruk makan nasi di warung,” katanya. Sumber lain Jawa Pos di lapangan menyebutkan, penyidik sekarang memburu partner MS dalam aksinya di Cirebon. “Jejaknya terbaca ke Kuningan. Insya Allah, akan ada penangkapan segera,” katanya tadi malam. Dia tidak memerinci berapa orang yang diburu.

Perwira muda alumnus kursus antiteror di Manila itu menyebutkan, aksi MS bukan aksi individual. “Dipersiapkan dengan baik. Hanya memang aksesnya terhadap bahan peledak lemah. Jadi hanya low explosive,” katanya. Dia menduga, skenario MS seharusnya merangkul Kapolresta untuk membunuh. “Untungnya, dia terlalu bersemangat dan terburu-buru sehingga justru berbalik badan (membelakangi kiblat) dan meledak,” katanya.

Di bagian lain, aparat kepolisian di Polres Kota Cirebon hingga kemarin masih mengumpulkan sejumlah data dan fakta terkait sosok MS. Dari hasil penelusuran itu diperoleh data, MS diduga sebagai pelaku pembunuhan anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo di Jalan Raya Desa Cempaka, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, pada 3 April lalu. Saat itu Sutejo ditemukan tewas mengenaskan dalam keadaan leher digorok dan banyak luka tikaman senjata tajam. Nama MS disebut terlibat karena di TKP (tempat kejadian perkara) polisi menemukan SIM milik MS. “Kami masih harus mengumpulkan bukti-bukti lain keterlibatan dia (MS),” kata seorang petugas.

Soal keterlibatan MS dalam pembunuhan anggota TNI itu kemarin juga dikonfirmasi Kapolda Jawa Barat, Irjen Pol Suparni Parto dalam jumpa pers dengan wartawan kemarin. “Boleh-boleh saja menduga. Tapi, jika benar ada kaitannya dengan kasus pembunuhan terhadap anggota TNI di wilayah hukum Polres Cirebon, itu masih perlu waktu untuk analisis identifikasi dan pengumpulan data,” jelasnya. Informasi yang juga dihimpun polisi menyebutkan, MS pernah mondok di Solo. Tetapi, belum diketahui secara persis nama pondoknya. “Sepulang dari Solo, kata warga, dia (MS) menjadi orang yang radikal. Dia pernah merusak sebuah minimarket karena menjual minuman beralkohol,” ujar seorang sumber di Polres Cirebon. “Dia juga sering ikut demonstrasi di Cirebon,”  tambahnya.

Kecoh Polisi

Pelaku bom bunuh diri sengaja menyerang masjid diduga untuk mengecoh polisi siapa target sebenarnya dari serangan ini. “Ini sebuah operasi cipta kondisi. Di intelijen dikenal adanya gerakan pengecoh,” ujar pengamat kepolisian, Alfons Loemau, Sabtu (16/4). Alfons yakin serangan itu bukan menyerang polisi. Dengan meledakkan bom di kantor polisi, akan banyak dugaan motif serangan ini. Ini keinginan teroris, untuk mengaburkan motif sesungguhnya.

“Dengan melakukan bom bunuh diri di masjid tapi di kantor polisi, orang bingung. Banyak dugaan itu kayaknya menyasar kantor polisi. Tapi yang diserang masjid, nah ini kan orang jadi bertanya-tanya,” kata mantan Kombes ini.
Alfons berharap polisi tidak terlalu reaktif dengan kasus ini. Tidak perlu membuat kantor polisi menjadi tempat yang menyeramkan bagi warga yang ingin melaporkan sesuatu. Penggeledahan pada orang yang memasuki kantor polisi juga selayaknya dilakukan dengan wajar.

“Kerjaan polisi itu melayani orang. Jangan sampai menolak orang datang. Atau membuat orang malas untuk datang,” pesan Alfons.

Ke Masjid Jangan Bawa Peralatan

Kapolda Sumut, Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro meminta kepada masyarakat Sumut untuk mewaspadai orang-orang atau kelompok yang mencurigakan. “Saya prihatin atas peristiwa ledakan bom yang terjadi di masjid komplek Mapolresta Kota Cirebon. Aapalagi saat akan dilaksanakannya salat Jumat,” tegas Wisjnu di lapangan Benteng Medan, Sabtu (16/4).

“Saya berharap agar di Kota Medan dan Sumatera Utara umumnya peristiwa seperti ini tidak akan pernah terjadi.Untuk itu diharapkan agar seluruh lapisan masyarakat, untuk bekerjasama dengan aparat kepolisian, memantau setiap gerak orang yang mencurigakan,” tegasnya.

Dikatakannya, polisi bersama unsur muspida dan muspika komit saling bahu membahu, guna menciptakan rasa aman di Kota Medan dan Sumatera Utara.

“Sebelum terjadi peristiwa bom bunuh diri itu, Polda Sumatera Utara bersama muspida tingkat I dan II bersama-sama memerangi aksi teror,” tegasnya.

Dia juga telah mengimbau kepada pemilik tempat-tempat hiburan malam, pusat perbelanjaan, hotel dan tempat ibadah untuk meningkatkan kewaspadaan. “Pengamanan itu kita minta mulai dari tingkat RT, RW, lurah dan camat juga diimbau kalau ada melihat orang-orang yang mencurigakan dilaporkan kepada polisi. Kepada pengurus masjid ke depan juga diminta saat digelarnya salat berjamaah, diharapkan jamaah tidak membawa barang-barangnya masuk ke dalam masjid,” ujarnya.

Untuk mengantisipasi dan mempersempit ruang gerak pelaku bom bunuh diri Polda Sumut langsung meningkatkan kinerja intelijen. “Utamanya operasi intelijen harus ditingkatkan serta upaya-upaya lainya seperti pendekatan kepada masyarakat,”ujar Kabid Humas Polda Sumut, Kombes Pol Hery Subiansauri.

Dikatakanya, pihaknya juga akan memperketat pengawasan di tiap-tiap pos penjagaan kepolisian. “Kita akan meningkatkan penjagaan di tiap-tiap pos khususnya yang bersifat vital,” katanya. “Semua tempat kita awasi dan dianggap istimewa, kejadian di Cirebon peringatakan untuk meningkatkan kewaspadaan,” jelasnya.

Tapi, lanjutnya, semua itu tidak terlepas dari peran masyarakat. “Kesiapan kita ini juga tidak terlepas dari peran serta masyarakat dalam membantu kinerja kepolisian,” katanya.

Pantauan wartawan koran ini, peningkatan pengamanan khususnya di pos-pos jaga polisi juga ditingkatkan seperti di sentral pelayanan kepolisian. Dua dan tiga petugas terus mengamati masyarakat yang ingin membesuk tahanan. Bagi tamu yang tak dikenal masuk ke kantor polisi langsung ditanyai. ((rdl/wan/rdh/c4/kum/rud/mag-8/jpnn)

Jejak Terakhir Bomber

  1. Pelaku bom bunuh diri datang sendirian ke Mapolresta Cirebon, Jawa Barat menumpang becak dan turun di salah satu warung sebelah Mapolresta.
  2. Pelaku bom bunuh diri  singgah sebentar di sebuah warung yang berada di sebelah Mapolresta sekitar pukul 11.30 WIB, Jumat (15/4).
  3. Pelaku sempat membeli minuman. Pelaku juga sempat menawarkan parfum ke pemilik warung yang berada di sebelah Mapolresta Cirebon, Jawa Barat. Namun tawaran pelaku itu ditolak pemilik warung, Rahmat Sunyoto, yang juga menjadi korban ledakan bom.
  4. Setengah jam berada di warung, pelaku pun kemudian berjalan menuju masjid pukul 12.00 WIB.

Sumber:  Pemilik Warung.

Tinggalkan Istri Hamil Tua

Muhammad Syarif, Terduga Bomber

Pelaku bom bunuh diri di Masjid Ad-Zikra di lingkungan Mapolresta Cirebon, Jawa Barat, diduga bernama Muhammad Syarif. Dia meninggalkan seorang istri yang sedang hamil tua bernama Sri Maliha (27).

Menurut Sri Maliha, dia tak pernah lagi bertemu suaminya sejak sekitar dua pekan lalu pascaterjadinya kasus pembunuhan anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo, Minggu (3/4). Menurut Sri, dua pekan lalu suaminya pamit hendak pergi merantau mencari uang untuk biaya persalinan anak pertama mereka. Sri sendiri saat ini tengah hamil 9 bulan.

“Terakhir bertemu dua minggu lalu. Saat itu, suami saya pamit hendak merantau. Tapi ia tidak bilang merantau kemana,” kata Sri saat ditemui wartawan di kediamannya Dusun Senen Gang 30 Bata RT 0301, Desa Panjalin Kidul Kecamatan Sumberwaras Kabupaten Majalengka, Sabtu (16/4) sore.

Sri mengaku mengenal Sarip melelui telepon seluler sekitar 1 tahun silam. Setelah sering berkirim SMS dan saling telepon, mereka pun bertemu. “Kita saling telepon dan SMS-an. Setelah itu bertemu dan akhirnya menikah,” kata Sri tersipu.

Ia menyebutkan, sehari-hari suaminya bekerja di Cirebon sebagai desain grafis di sebuah tempat sablon. Disinggung apakah suaminya sering tak pulang lama, Sri mengelak. Menurutnya, setiap hari suaminya selalu pulang malam setelah bekerja.

“Baru kali ini saja nggak pulang karena bilangnya mau merantau. Saya sudah coba hubungi beberapa kali ke ponselnya, tapi tak pernah aktif lagi,” kata Sri.

Sri bersama suaminya tinggal di rumah berukuran sekitar 120 m2. Dalam satu area rumah tersebut, terdapat dua unit rumah. Sri dan suaminya tinggal di rumah mertua. Sedangkan rumah lainnya dihuni kerabat lainnya.
Syarif sempat kuliah di Bandung. “Suami saya dulu sempat kuliah di Bandung, tidak tahu di mana. Tapi ia juga kuliahnya enggak selesai,” kata Sri.

Sri mengatakan, suaminya bukan termasuk orang yang aneh. Sehari-hari, Syarif malah dikenal orang yang humoris. Hanya saja, sehari-hari Syarif jarang bercerita persoalannya kecuali masalah pekerjaan.
“Orangnya jarang curhat. Paling hanya seputar pekerjaan saja. Ya baru kali ini suami saya enggak terdengar kabarnya. Biasanya setelah kerja pasti pulang malam hari,” ujar Sri.

Di lingkungan tempat tinggalnya, Syarif jarang bergaul. Ia kerap marah-marah kepada orangtuanya.
“Si Syarif itu jarang pulang, berangkat pagi pulang malam. Jarang bergaul dengan tetangga,” kata tetangga Syarif, Enjoh, di sekitar kediaman orangtua Syarif di  Gang Rara Kuning II RT 3 RW 6 nomor 55, Petratean, Kecamatan Pekalipan, Cirebon, Jawa Barat, Sabtu (16/4). Rumah itu terletak di sebelah sekolah Al Huda, Cirebon.

Menurut dia, Syarif suka marah-marah apabila melihat sang ibunda, Ratu Srimulat, tidak mengenakan jilbab atau kerudung. “Dia juga marah kalau orang rumah sering nonton TV. Dia sering ngancam aku putus atau aku jual saja,” ujar Enjoh.

Enjoh mengatakan, Syarif lebih suka beribadah di musala di kawasan Kebon Pring. “Dia jarang salat di Musala Al Huda,” kata Enjoh.

Ketua RT 3, Ending, mengaku kurang kenal dengan Syarif. “Saya tidak terlalu kenal, dia jarang bergaul sama warga di sini. Dia berangkat pagi pulang malam,” kata Ending.

Kemarin (16/4), kediaman orangtua Syarif sepi. Rumah sederhana itu terletak di perkampungan padat. Rumah bercat merah jambu dan pintu pagar warna cokelat itu tampak tertutup. Lampu di teras dibiarkan menyala. Tidak ada penghuni yang beraktivitas.

Di mata tetangga, Muhammad Syarif, dulu gemar bergaul. Namun, setelah mengenyam pendidikan di pesantren di Solo, Jawa Tengah, sikap Syarif berubah. “Dulu sama warga sini dia akrab, cuma setelah masuk pesantren di daerah Solo, dia berubah. Pulang-pulang sudah memakai jubah,” cerita tetangga Syarif, Neni, di sekitar kediaman orangtua Syarif.

Neni mengaku tidak tahu nama pesantren tempat Syarif menimba ilmu dan sejak  kapan serta hingga kapan Syarif belajar di pesantren itu. Menurut Neni, Syarif sering marah-marah, dan melawan orangtuanya. “Seperti nendang TV dan berani sama orangtua, sering berantem sama bapaknya,” ujar Neni.

Syarif diketahui sebagai anak keempat dari tujuh bersaudara. Tetangga yang lain juga membenarkan Syarif pernah masuk pesantren di Solo. “Ia benar sejak pulang dari Solo dia sering marah-marah dan berani melawan sama orangtuanya,” kata seorang ibu yang enggan disebut namanya ini.

Namun Pondok Pesantren (Ponpes) Al Mukmin, di Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah belum bisa memastikan apakah Syarif pernah menimba ilmu di tempat tersebut.

“Secara pribadi saya tidak kenal dengan Sarip. Foto yang beredar di media saya juga tidak pernah kenal, tapi pengelola ponpes sedang mengkroscek,” ujar salah satu ustad di Ponpes Ngruki, Abdul Rohim Ba’asyir saat dihubungi, Sabtu (16/4).

Menurut anak kandung Ustad Ba’asyir ini, Syarip hanya disebutkan pernah di pesantren Solo, tapi hal tersebut belum tentu dari Al Mukmin, Ngruki. “Tapi sedang kita cek ke pengelola pesantren,” terangnya.

Pria yang akrab di sapa Iim ini juga tidak bisa memastikan apakah Syarif masuk dalam Jamaah Anshorut Tauhid (JAT) Cirebon. Hal ini dkarenakan JAT Cirebon sedang ada masalah. “JAT Cirebon ada masalah, kita agak sulit menghubungi mereka. Kita belum bisa memastikan apakah Sarip itu anggota JAT Cirebon,” imbuhnya.
Sebelumnya, dugaan terlibatnya Syarif dalam bom bunuh diri di Mapolres Cirebon Kota, mengemuka setelah salah satu kerabatnya, Elang Rasyid mengenali wajah pelaku bom tersebut mirip keponakannya. Syarip sendiri menjadi target buruan polisi karena diduga sebagai pelaku pembunuhan pembunuhan anggota Kodim Cirebon Kopral Kepala Sutejo, Minggu (3/4) lalu.

Identitas warga Jalan Pekalipan Kota Cirebon ini diketahui setelah SIM atas nama dirinya ditemukan di lokasi tempat pembunuhan sadis Kopral Sutejo di Jalan Raya Talun, Kecamatan Talun Kabupaten Cirebon.
“Wajahnya memang mirip keponakan saya. Sekarang bahkan pihak keluarga sudah dilakukan tes darah oleh pihak kepolisian,” ujar Elang.

Sebelumnya, polisi mengaku memeriksa tiga sampel darah warga Cirebon terkait aksi bom bunuh diri di Masjid Mapolres Cirebon Kota. Ketiga warga Cirebon tersebut datang ke Mapolres karena merasa kehilangan anggota keluarganya.

“Memang sudah ada dari masyarakat yang datang ke sini (Mapolres) yang datang melaporkan anggota keluarganya yang hilang. Mereka datang untuk menyesuaikan ciri-ciri korban tewas yang diduga pelaku,” kata Kabid Humas, Kombes Pol Agus Rianto di Mapolres Cirebon Kota, Sabtu (16/4). (net/bbs/jpnn)

Masya Allah, Anak Bunuh Ibu Kandung

TANJUNG BERINGIN-Warga Jalan Keramat Asam, Gang Jawa, Dusun I, Desa Pekan Tanjung Beringin, Sergai gempar. Pasalnya, seorang warga mereka bernama Muhammad Yunus alias Yunus (18), tega membunuh ibu kandungnya sendiri Maizini alias Wak Awo (60), di rumahnya Jalan Keramat Asam, Gang Jawa, Dusun I, Desa Pekan Tanjung Beringin, Sergai, Sabtu (16/4) dini hari. Anehnya, usai menghabisi orangtuanya, Yunus malah berteriak minta tolong sehingga mengundang kerumunan warga. Begitu warga datang melihat tubuh ibunya tergeletak di lantai berlumuran darah di dapur rumah semi permanen berukurang 4×6.  Peristiwa tersebut kemudian dilaporkan ke Mapolsek Tanjung Beringin yang berjarak 1 km dari rumah korban. Setelah dilakukan oleh tempat kejadian perkara, polisi menemukan pisau dapur yang telah dibuang ke belakang rumah. Polisi kemudian mengamankan pelaku yang saat itu berada di kamarnya bersama barang bukti ke Mapolsek Tanjung Beringin guna penyidikan.

Keterangan yang dihimpun menyebutkan, kejadian itu bermula ketika Yunus ingin makan mie instan. Yunus kemudian menyuruh ibunya memasakkan mie instan. Tapi, ibunya tidak memasakkan. Akibatnya, Yunus kedal dan menghabisi ibu kandungnya sendiri degan pisau dapur.

“Aku minta mamak masakkan mis instan buat aku karena aku lapar. Tapi ibu tidak mau memasakkan. Selama ini ibu selalu masakkan aku mie instan,” kata tersangka kepada polisi saat menjalani pemeriksaan di Mapolsek Tanjung Beringin.

Tetangga korban, Zahara (60) dan Syahrial (33) yang tinggal persis di belakang rumah korban mengatakan, sekira pukul 05.30 WIB WIB mereka mendengar jeritan. Saat itu Yunus berteriak-teriak kalau ibu kandungnya telah meninggal dunia. “Karena tidak berani kemudian kami mengabari tetangga lainnya, setelah itu baru memasuki rumah korban. Setelah memasuki rumah, betapa terkejutnya mereka melihat korban telah meninggal dunia dengan tubuh tergeletak bersimbah darah di dapur, sementara Yunus hanya terdiam.

Menurutnya, korban hanya tinggal berdua dengan pelaku di rumah. Korban sudah puluhan tahun hidup menjanda setelah bercerai dengan sumainya Ilyas. Tersangka bungsu dari tiga bersaudara.

Menurut Zahara, tersangka belakangan ini memang mengalami ganguan jiwa. Tersangka jarang bergaul dengan tetangga. Tersangka juga sering bertengkar dan melawan ibunya. Tapi, ibunya sangat sayang kepada Yunus.
Ayah tersangka, Ilyas mengatakan, dirinya mendapat kabar mantan istrinya meninggal karena dibunuh oleh anaknya. “Aku mendapat kabar sekitar pukul 07.30 WIB, aku bercerai sudah lama dengan korban seingatku Yunus masih umur 13 tahun,” ucapnya.

Menurut keluarga korban, Yunus memang mengidap gangguan saraf sekitar 3 tahun belakangan akibat mengunakan narkoba dan ngelem. “Kalau kumat dia sering merusak isi perabotan yang ada di rumahnya. Kami nggak menyangka dia tega menikam ibu kandungnya. Wak Awo menghidupi anaknya itu dengan cara mencarai nafkah seperti mencari sisa panen di sawah (ngetek) dan mengangsurkan pakaian kepada warga sekitar,” katanya warga.

Kapolsek Tanjung Beringin, AKP Yanto Nurdin Halomoan SH mengatakan, korban mengalami luka tikaman di bagian perut sebelah kanan sedalam 5 cm dan lebar 3 cm. “Kita masih melakukan penyidikan terhadap pelaku. Pelaku diduga mengalami ganguan jiwa dan akan kita lakukan pemeriksaan dipsikiater. Pisau dapur dan pakaian korban yang berlumuran darah telah kita amankan,” katanya.

Rencananya janazah korban akan dikebumikan sore ini menunggu anak pertamanya Ziah yang kini dalam perjalanan dari Malaysia.(lik/smg)