29 C
Medan
Sunday, December 28, 2025
Home Blog Page 15455

Efi Leliani Pimpin Hotel Indonesia Natour

PARAPAT-  Peringatan satu dasawarsa PT Hotel Indonesia Natour (HIN) sekaligus serah terima General Manager (GM) Inna Parapat Hotel dari pejabat lama Fin Soeharno kepada pejabat baru Efi Leliani Dalimunte, SE  berlangsung sederhana, di PT HIN, Senin (21/3).

Tema acara itu  Together For Succes.  GM Inna Parapat Hotel Efi Leliani SE mengatakan, hari ini merupakan hari yang sangat membanggakan bagi keluarga besar PT HIN,termasuk Inna Parapat Hotel, sebab dalam perjalanan panjang hingga satu dasawarsa PT HIN mampu berjalan dengan baik dengan sejumlah prestasi.

Bila sejenak kita refleksikan seputar perjalanan PT HIN dalam 10 tahun terakhir, atau sejak didirikan 19 Maret 2001 sebagai hasil merger dari PT HII dan PT Natour, kita melihat dinamika pasang surut yang sangat beragam seiring dengan kondisi dan perkembangan Pariwisata Indonesia maupun dunia yang sangat dipengaruhi oleh situasional didalam dan diluar Negeri, regional maupun Internasional.

Efi Leliani Dalimunte SE didampingi suami Mhd Jamil BA juga menyampaikan terimaksihnya atas segala dukungan moral yang diberikan kepadanya. “Saya tidak menyangka para bapak dan ibu sekalian berkenan hadir memenuhi undangan kami,” katanya.

Sementara GM lama Fin Soeharno mengatakan salam Horas dan perpisahan. Dengan kata terbatah-batah, Fin mengucapkan terimaksih dan bila ada kesempatan akan bersama lagi.(jst/smg)

Pesan Pj Wali Kota Tebing Tinggi Bikin Heboh

  • Eddy Syofian Jangan Bermimpi Jadi Wali Kota
  • Ditulis di Balik  Sampul Lembaran Soal

 

Tebing TInggi-Guru dan kepala sekolah di Tebing Tinggi mendadak heboh. Pasalnya, di balik sampul depan lembaran soal ujian terdapat pesan dan gambar Pj Wali Kota Tebing Tinggi, Drs Eddy Syofian, saat berlangsung Pra Ujian Nasional (UN) di tingkat SMP/MTs dan SMA/SMK di Kota Tebing Tinggi, Selasa (22/3).

Informasi yang dihimpun, seluruh lembaran soal baik tingkat SMP/MTs, SMA/SMK se-Kota Tebing Tinggi Pra UN berisi gambar dan pesan yang sama di halaman dua sampul depan.

Guru dan kepala sekolah yang merasa heran melihat gambar dan pesan yang tidak lazim itu tentu saja kasak kusuk. Amatan wartawan koran ini, di bawah gambar bertulis nama Pj Wali Kota Tebing Tinggi, Drs Eddy Syofian dan pesan bertuliskan, “Anak-anakku belajarlah dengan giat karena Tebing Tinggi ini akan maju kalau dipimpin oleh orang yang terdidik.”

Seorang pengamat dunia pendidikan yang tidak mau disebutkan namanya kepada wartawan koran ini mengaku, heran apalagi pesan itu bergambar Pj Wali Kota dan pesannya bermakna kepemimpinan. Menurutnya, hal itu terindikasi adanya kampanye terselubung.

”Jangan berpikir mudah menjadi Wali Kota Tebing Tinggi ke depan untuk menggantikan salah satu pasangan.
Eddy Syofian jangan bermimpi jadi wali kota Terpilih,” terang sumber yang tak mau disebut namanya.

Ketua LIRA Kota Tebing Tinggi, Syaiful Amuan mengatakan, PjWali Kota Tabing Tinggi jangan mencampur adukkan kepentingan politik dengan dunia pendidikan dan dunia pendidikan jangan dijadikan sarana politik, sementara anak-anak didik jangan terkontaminasi menjelang digelarnya pemilukada pemungutan suara ulang di Kota Tebing Tinggi.

“Anak didik diutamakan untuk belajar menjelang Ujian Nasional, jangan diajari politik karena mereka masih anak-anak dan pelaksanaan Pra UN yang sedang berlangsung tidak ada kaitannya dengan isu politik di Kota Tebing Tinggi,” ungkap Syaiful.

Pj Wali Kota Tebing Tinggi, Eddy Syofian ketika dikonfirmasi Sumut Pos  mengatakan, jangan semua kegiatan yang dilakukan diartikan dengan kepentingan politik dan jangan selalu berpikiran negatif.

“Apa yang saya lakukan salah. Saya hanyalah semata-mata untuk memotivasi siswa agar giat belajar. Jangan terus dialihkan ke dunia politik. Setiap kata-kata saya di lembar soal pun berbeda-beda baik untuk tingkat SD, SMP dan SMA serta di mata pelajaran,” terang Eddy.

Dikatakannya, hendaknya kita lebih mencermati kepentingan siswa-siswa agar termotivasi belajar. “Biarkan rumor yang beredar di luar, ambil sisi positifnya saja dan kita jangan cepat berpikir negatif,” cetus Eddy. (mag-3)

Sabu Disembunyikan dalam Pegangan Koper

TANJUNG BALAI- Zunaidah binti Usman (60) warga Desa Jangka Alue, Kecamatan Jangka, Kabupaten Bireuen, NAD, ditangkap petugas pelabuhan Teluk Nibung Tanjungbalai  karena membawa 200 gram sabu-sabu, Senin (21/3) sekira pukul 19.00 WIB.

Informasi yang didapat, penangkapan terhadap tersangka, ketika kapal Fery  KM Pasifik Jet Star, yang ditumpangi tersangka dari port Klang Malaysia sampai ke pelabuhan Teluk Nibung.  Seperti biasa, setiap barang bawaan penumpang diharuskan diperiksa melalui mesin X-Ray milik Bea dan Cukai Teluk Nibung.  Pada saat barang bawaan tersangka melewati mesin X-Ray, terdapat tanda mencurigakan dari mesin X-Ray. Kemudian petugas CNT BC menggeledah barang bawaan Zunaidah, dan terbukti, barang haram senilai Rp300 juta itu diselipkan di bawah pegangan koper  dengan dibungkus kertas almunium. Selanjutnya tersangka digelandang ke Markas Bea dan Cukai Teluk Nibung Kota Tanjungbalai untuk dimintai keterangan.

Zunaidah mengaku, koper  itu milik Edi  temannya yang juga warga NAD yang dititip padanya.(sht/smg)

Pangulu Perlanaan Curi Mobil

SIMALUNGUN- Giman (GM) alias Herman alias Gofar (46), Pangulu Nagori Perlanaan, Kecamatan Bandar, Simalungun diringkus petugas Gabungan dari Polresta Medan dan Unit Jahtanras Polres Simalungun Selasa (22/3) sekira pukul 10.00 WIB dari halaman Bank Sumut Perdagangan.

GM diringkus atas laporan Helmi (40) warga Balam, Riau di Polresta Medan bernomor LP/306/XII/2010/Resta Medan 16 Desember 2010 lalu terkait kehilangan satu unit mobil Toyota Fortuner miliknya. Mobil itu hilang saat parkir di salah satu hotel di Jalan Jamin Ginting, Kota Medan. Petugas Sat Reskrim Polresta Medan mencium pelarian GM ke  Simalungun. Lalu petugas menangkapnya di halaman Bank Sumut Perdagangan. Panit Ranmor Polresta Medan, IPDA Dwi Atmoko mengaku belum bisa memberikan keterangan.(hez/smg)

Tim Penanggulangan Kemiskinan Harus Aktif

MEDAN- Jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara tahun 2010 berdasarkan angka BPS (badan pusat statistik) mencapai 1,385,600 jiwa dari jumlah penduduk Sumatera Utara 13,029.540 jiwa. Angka ini cukup memprihatinkan dan dibutuhkan upaya untuk mengatasinya.

Kepala Bapemmas dan Pemdes Sumut, Drs H Rusli Abdullah mengatakan,  sejak keluarnya keputusan Gubsu No 412.05/4225.K/2009 tentang pembentukan tim koordinasi penanggulangan kemiskinan (TKPK), maka arah penanggulangan kemiskinan sudah mulai terlihat.

“Kalau tingkat provinsi, Ketua TKPK Wakil Gubernur Sumut dan kalau tingkat kabupaten adalah wakil bupati/wali kota,” ungkap Rusli.

TKPK ini, lanjut Rusli beranggotakan lintas SKPD dan Bappemas dan Pemdes Sumut sebagai wakil sekretaris. Rusli berharap momentum murenbang (musyawarah rencana pembangunan) di tingkat kabupaten/kota dan bahkan kecamatan dan desa, masalah penanggulangan kemiskinan ini dibahas.

“Ini mumpung momen musrenbang tingkat kabupaten/kota. Hendaknya ketua TKPK  berperan aktif dalam menjalankan tugasnya dan membahas masalah kemiskinan ini di daerah masing-masing,” kata Rusli.
Dia menuturkan, tanpa peran ketua TKPK, maka akan sulit mengkoordinasikan lintas SKPD. “Kalau kita di tingkat provinsi, lintas SKPD yang tergabung dalam TKPK ini sudah terbentuk dan bahkan menandatangani kesepakatan bersama,” ujarnya.

Lantas langkah apa yang dilakukan untuk mengatasi hal ini? Ditanya begitu Rusli menjawab sebelumnya masalah warga miskin ini dibagi dalam tiga kelompok yakni masyarakat miskin sekali, miskin dan hampir miskin.
Untuk masyarakat miskin lanjut Rusli ini sudah dibuktikan dengan penyaluran raskin, PKH (program keluarga harapan), dan bea siswa miskin. Sementara masyarakat miskin sudah dilakukan dengan program PNPM Mandiri, bantuan langsung masyarakat, fasilitas KUR, dan CSR. Dan masyarakat hampir miskin dilakukan dengan pemberian kredit usaha rakyat. “Ini merupakan beberapa contoh dalam mengatasi masalah penanggulangan kemiskinan. Tapi hendaknya ada juga program terkait yang dirumuskan masing-masing TKPK di setiap kabupaten/kota melalui hasil musrenbang,” tegasnya.

Rusli menambahkan dalam program kerja TKPK tahun 2014 mendatang, angka kemiskinan ini harus selesai. Jadi setiap tahun harus dievaluasi berapa penduduk miskin yang sudah diatasi.
“Kita pun dari Bapemmas dan Pemdes  terus membuat program-program dalam mengatasi masalah kemiskinan ini dan aktif berkoordinasi dengan lintas SKPD,” ungkapnya. (dra)

Susuri Jalan Sepi dalam Kewibawaan

H Fredie Arsi, Pegiat Seni Musik

H Fredie Arsi (67) memang tidak sepopuler Almarhum Ben Pasaribu yang dikenal sebagai Bapak Musik Kontemporer, atau Irwansyah Harahap lewat konsep world music yang sudah mendunia. Namun pria yang akrab disapa Papa ini bukti potensi Sumatera Utara dalam belantika kesenian tanah air. Seperti apa?
Dunia musikalisasi puisi yang dipilih, membuatnya jauh dari ketenaran.

Meskipun dalam kesepian itu pria kelahiran Binjai, 20 Juli 1964 ini tak lelah mengajak penerus bangsa ini menemukan kembali apa yang disebut karakter.

“Musikalisasi puisi bagi saya semacam proses pencarian yang mengasyikkan. Ke depan saya berharap setiap daerah mengangkat potensi yang ada di daerahnya. Apakah itu karya-karya seniman, juga instrumen tradisi yang ada. Karena itulah karakter bangsa ini, kekayaan yang tak terhingga,” kata Papa saat ditemui waratawan koran ini di Workshop Pelatihan Musikalisasi Puisi Guru SMP/SMA dan Mahasiswa se-Kota Medan di Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara (USU), Jumat (18/3).

Bagi Papa, dari proses pembuatan hingga pelaksanaannya, musikalisasi puisi merupakan karya seni yang paling berwibawa. Karya yang lahir dari kerjasama lahir batin dari seluruh pesertanya. Bagaimana semua harus dimulai dengan kesepakatan. Mulai dari memilih puisi, penafsiran yang berbeda, dan penentuan pembaca dari seluruh peserta. Dari seluruh kesepakatan tadi pun dilahirkan bunyi yang sesuai dengan tuntutan puisi oleh seluruh pelakunya.

Demikianlah dirinya yang sudah memasuki usia 67 tahun terus berjalan beberapa daerah di Indonesia untuk mengajak seniman-seniman lokal berkarya dengan penuh rasa tanggungjawab. Dari Kota Medan, Papa pun melanjutkan perjalanannya ke Langkat, Kuala Simpang, Kepulauan Riau, dan akan memenuhi undangan di Jambi. Berharap muncul karakter kuat di setiap penjuru tanah air. Seperti yang dilihatnya di Papua, di mana seniman lokal menggabungkan alat musik tradisional tifa dalam penampilannya.

“KoMPI Medan juga cukup baik saat menyertakan alat musik tradisional Karo. Bisa juga mengangkat puisi Hasan Syahbana yang memang asli sini dengan alat musik akordeon. Sangat kuat pastinya. Beberapa daerah lainnya seperti Jawa Barat dengan musik garindingnya,” papar suami Rosnilla ini.

Ketertarikan Papa terhadap seni sudah ada sejak masih duduk di sekolah rakyat (sekarang sekolah dasar, Red). Bahkan untuk mempertanggungjawabkan panggilan tadi, dirinya berhenti dari aktivitas pelayaran 1974 silam. Dirinya kemudian menggelar parade teater di Kota Binjai pada 1980-an. 12 kelompok teater se-Sumut turut andil dalam kegiatan tersebut.

Seretnya kehidupan sebagai seniman saat itu juga dirasakan Papa yang memiliki empat anak. Namun itu tidak membuat dirinya mundur seperti beberapa seniman yang ditemuinya di Pelabuhan Belawan. Pada 1980 Papa bersama istri dan empat anak memutuskan mengadu nasib ke Jakarta. Hidup serabutan dilakoni karena tekad yang kuat untuk sukses di Ibu Kota. “Saya bertekad untuk tidak kembali ke Sumatera Utara sebelum sukses di Jakarta,” tuturnya.

Meski begitu, jiwa berkesenian yang dimiliki tak henti ditransfer juga kepada kedua anak yang lahir di Jakarta. Dan semua jerih payah selama 10 tahun tadi berbuah manis. Keenam anak yang dibina tampil dengan mengagumkan bahkan pada 1994 mendapat penghargaan sebagai pemuda pelopor dari Menpora yang kala itu dijabat Hayono Isman.

Hal itu membuat dirinya mendapat tawaran dari Pusat Bahasa yang selanjutnya dijalani dengan total. Bersama beberapa rekan seniman dirinya pun membentuk satu komunitas musikalisasi puisi yang terinspirasi dari bencana tsunami di Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) 2004 lalu. Pendeklarasian pun dilakukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) 2009 lalu.

Dari perjalanan yang dilakukan, saat ini KoMPI sudah terdapat di 27 daerah tingkat satu dengan enam daerah bersifat koordinator. “Komunitas ini tidak harus ramai. Cukup dua atau tiga orang tapi punya keinginan untuk berkembang akan kita bantu,” tegas pria yang gemar mengenakan celana sarung ini.

Demikian lah Papa terus membangkitkan semangat kreatifitas di seluruh daerah di tanah air dalam kesetaraan. Tak ada kemewahan sambutan akan kehadirannya. Hanya panggilan Papa yang membuatnya dikagumi seniman lain di tanah air. Melalui musikalisasi puisi juga dirinya menjadi sahabat berbagai negara saat menunaikan rukun Islam kelima di Mekkah. “Saya sampai ditunggu setiap malam oleh petugas untuk kami bermusikalisasi puisi bersama. Waktu pulang juga mereka menyalami saya. Itu kesan tersendiri bagi saya. Sama seperti di Ternate, saya diterima dari agama yang berbeda,” kenangnya.

Untuk setiap daerah yang disinggahi, Papa terus menjaga koordinasi untuk kelanjutan komunitas tadi. Seperti dalam waktu dekat ini dirinya menggelar pertemuan beberapa komunitas musikalisasi puisi di Makasar yang dilanjutkan dengan pementasan di Taman Ismail Marzuki Oktober mendatang. (*)

Pengurusan IMB Menyalahi

LUBUK PAKAM- Sembilan permohonan izin mendirikan bangunan (IMB) melanggar  aturan. Hal ini mengakibatkan terjadinya kekurangan pembayaran retribusi IMB  Rp403 juta. Kekurangan pembayaran ini menjadi temuan BPK-RI.
Tahun 2009  Dinas Cipta Karya dan Pertambangan Deli Serdang menganggarkan Rp3,3 miliar, tetapi yang terealisasi  Rp44,19 persen atau Rp1,4 miliar. Tahun 2010 kembali menganggarkan Rp5 miliar,  namun saat uji petik dilakukan BPK-RI, Agustus retribusi Rp3,3 miliar. Ketika dilakukan uji petik BPK-RI mengunakan acuan Perda No 13/2000 tentang retribusi IMB  tentang penetapan indeks klasifikasi bangunan sebagai dasar perhitungan restribusi IMB.

Kepala Sub Bidang Tata Bangunan Dinas Cipta Karya Deli Serdang, Sahnan Nasution, ketika dikonformasi soal hasil uji petik BPK-RI tersebut, membenarkan adanya pelangaran Perda No 13/2000 tentang retribusi  IMB tersebut.(btr)
Namun, ditambahkanya bahwa tidak semua pemohon melakukan pelangaran Perda No 13/2000. Soalnya, saat dilakukan uji petik proses pengurusan IMB sedang dalam proses.(btr)

Pegawai Ditipu Rp24 Juta

LANGKAT- Bahrum (24) pegawai yang bertugas di Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Pemkab Langkat, tertipu sebesar Rp24 Juta oleh Usmanto (35) warga Kelurahan Pekan Kuala, Kecamatan Kuala, Langkat. Akibatnya, Bahrum melaporkan masalah ini ke Mapolres Langkat, Selasa (22/3).

Keterangan diperoleh di Mapolres Langkat menyebutkan, peristiwa itu terjadi  Sabtu (1/1) siang di rumah korban di Dusun II, Desa Pertumbukan, Kecamatan Wampu, Langkat. Kala itu, pelaku datang kerumahnya bersama seorang tetangganya Ali  memohon pinjaman uang sebesar Rp24 juta. Saat itu, pelaku memohon agar dirinya diberi pinjaman uang segar untuk membayar keperluannya dengan jaminan mobil Innova BK 1818 XV warna silver kepada korban.

Pelaku berjanji akan mengembalikan pinjamannya sebulan kemudian, sekaligus mengambil kembali mobil yang digadaikannya. Tidak begitu lama, pelaku kembali datang kerumah korban dan meminta untuk menukar pakai mobil Innova dengan mobil Xenia BK 1391 RB warna silver.  Tetapi belakangan mobil Xenia tersebut diambil pemiliknya.(ndi)
saja dengan tipu muslihat pelaku. Lalu, saat korban jalan-jalan ke Diski mengendarai mobil Xenia tersebut. Korban bertemu dengan pemilik mobil Xenia itu dan langsung meminta mobil tersebut.

Meski sudah menjelaskan duduk persoalan, namun pemilik mobil tetap meminta korban untuk turun dari mobil miliknya.

Kasat Reskrim Polres Langkat AKP Dony Alexander membenarkan laporan korban.Saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan.(ndi)

Pemuda Pancasila Kabupaten Karo Jadi Kontrol Pemerintah

KARO- Majelis Pimpinan Cabang Pemuda Pancasila (MPC PP) Kabupaten Karo, siap menjadi garda terdepan sebagai sosial kontrol pemerintah dalam mejalankan roda pembangunan dan pemerintahan.

Hal ini  diungkapkan Ketua Panitia Pelaksana Muscab MPC PP Karo, Drs Joe Harlim Sinuhaji, didampingi Wakil Ketua Karateker MPC PP Karo, Dermawan Purba,  kepada wartawan, usai rapat koordinasi jelang Muscab PP Kabupaten Karo, dengan MPW Sumut, Selasa (22/3) di Berastagi.

“Kader Pemuda Pancasila, khususnya MPC Tanah Karo, kedepannya akan menjadi sosial kontrol bagi pemerintah untuk kemajuan Tanah Karo. Untuk mewujudkan hal ini, PP Kabupaten Karo diharapkan merapatkan barisan dan menyatukan persepsi serta berupaya meningkatkan intelektualitas dalam berbagai bidang,” ujar  Sinuhaji.
Selain itu, menurut pria yang juga mantan anggota DPRD Karo periode 2005-2010 ini,  kedepannya kader PP juga harus lebih  berkorban untuk kebesaran organisasi. Sehingga organisasi Pemuda Pancasila di Tanah Karo yang  namanya  sempat harum hingga tingkat nasional dapat lebih meningkatkan kembali  citranya.

Jelang  Muscab MPC Karo, Sinuhaji berharap agar didukung sepenuhnya oleh masyarakat dan pemerintah, sehingga kedepannya organisasi yang menggenakan loreng merah hitam ini, dapat seiring sejalan  dalam memajukan Kabupaten karo.

Sementara itu,  Wakil ketua I MPW Sumut,  Drs Boyke Turangan, didampingi Wakil Sekretaris Korcab Karo, Dairi, dan Pakpak Bharat, Anshoruddin,  meminta kepada panitia, agar secepatnya menggelar muscab. Hal ini lanjut Boyke, dianggap penting mengingat langkah konsolidasi  sesuai keputusan  Rakornas dan Rakorwil Sumut harus segera dilaksanakan.

“Sesuai keputusan Rakornas  PP, konsolidasi dari tingkat pusat hingga anak ranting harus  selesai dikerjakan November tahun ini. Tidak ada alasan tidak mampu. MPC yang tidak sesuai dengan AD/RT pemuda Pancasila, akan dicopot atau dibekukan kepengurusannya. Walau demikian, kita pihak MPW tidak mau ikut campur dan intervensi terhadap Muscab Kab/Kota,” beber Boyke.(wan)

Naikkan Tarif, Tirtanadi Gegabah

MEDAN- Rencana Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi untuk menaikan tarif air pada April mendatang, dipastikan akan terganjal. Pasalnya, sejumlah anggota DPRD Sumut khususnya dari Komisi C tidak akan menyeujui rencana tersebut.

Salah seorang anggota Komisi C DPRD Sumut Arifin Nainggolan mengatakan, kebijakan yang dilakukan Direksi Tirtanadi yang baru adalah langkah yang gegabah.

“Saya tidak setuju. Dan itu terlalu gegabah. Kalau mau menaikkan itu, harus ada persetujuan dari Komisi C,” katanyan
Lebih lan jut politisi Demokrat ini juga menyatakan, kebijakan yang dikeluarkan itu juga bukanlah kebijakan yang populer yang akhirnya akan menimbulkan keresahan di masyarakat khususnya pelanggan Tirtanadi.
“Kita ketahui juga keabsahan Direksi Tirtanadi juga patut dipertanyakan. Jadi kebijakan akhirnya bisa cacat hukum atau ilegal yang membuat masyarakat menjadi dirugikan.

Masak baru dilantik yang dipertanyakan keabsahannya sudah mau buat kebijakan. Seharusnya melakukan efeisensi atau penghematan dulu. Karena penerimaan bukan hanya dari menaikan tarif air,” ungkapnya.

Arifin juga menyatakan, kebijakan menaikan tarif tersebut juga pernah dibatalkan oleh Komisi C DPRD Sumut. “Waktu saya menjabat Ketua Komisi C, kami juga sudah pernah menolak rencana kenaikan tarif itu. Dan sekarang rencana itu kembali akan dilakukan. Ini sungguh sangat tidak populer,” pungkasnya.

Senada dengan itu, anggota Komisi C DPRD Sumut lainnya Zulkarnain kepada Sumut Pos menyatakan, seharusnya Direksi Tirtanadi yang ada saat ini melakukan evaluasi kinerja. Khususnya kinerja Direksi Tirtanadi yang lama. Karena, dikhawatirkan ada kesan tumpang tindih yang nantinya bakal terjadi.

“Saya pribadi dan mungkin Komisi C DPRD Sumut tidak bisa memberikan dukungan atas rencana itu. Seharusnya ada evaluasi terlebih dahulu. Jangan langsung membuat kebijakan yang tidak populer. Kita ketahui, Tirtanadi saat ini tengah menghadapi masalah, baik utang dan dengan keberadaan Silpa,” ungkapnya.
Lebih lanjut anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS ini menyatakan, sampai saat ini Tirtanadi tidak pernah terbuka, khususnya terhadap dana-dana alokasi yang ada. Bukan hanya itu, bisa jadi ada dampak lainnya dari persoalan yang saat ini menerpa Tirtanadi.

“Bisa saja Tirtanadi saat ini tidak menggaji pegawainya. Kita saja di Komisi C yang meminta data alokasi dana tidak diberikan. Itu tandanya Tirtanadi tidak terbuka. Saya pikir, Direksi yang baru dengan Direksi yang lama sama saja. Tidak bisa melakukan pengelolaan yang lebih baik terhadap Tirtanadi. Jika begitu, sebaiknya kebijakan itu memang tidak harus disetujui,” tegasnya.

Zulkarnain juga mengomentari mengenai keberadaan Silpa sebesar Rp40 miliar. Dijelaskannya, keberadaan Silpa tersebut adalah awalnya merupakan dana penyertaan modal dari Provsu. Namun, karena pada saat pencairan di Bagian Biro Keuangan ada indikasi terjadinya pemotongan sebesar 10 persen oleh biro yang terus-terusan mendapat sorotan tersebut.

“Keberadaan Silpa ini karena ketidakpahaman Tirtanadi terhadap APBD. Di kira Tirtanadi penyertaan modal yang tidak dikeluarkan yang akhirnya menjadi Silpa Provinsi ini bisa dikeluarkan lagi di tahun ini. Sementara tahun ini tidak ada lagi anggaran itu. Nah, konon ceritanya saat itu terjadinya Silpa karena indikasi pemotongan sebesar 10 persen. Namun, tidak terjadi kesepakatan akhirnya tidak jadi dicairkan. Itulah akhirnya menjadi Silpa provinsi. Namun, saat itu dipertanyakan pada saat Rapat Dengan Pendapat (RDP) Komisi C DPRD Sumut dengan Tirtanadi beberapa waktu lalu, pihak Tirtanadi tidak bersedia menjawabnya,” tukas Zulkarnain.

Terkait hal itu, Humas PDAM Tirtanadi Delfi Yandri membantahnya. Menurutnya, dana penyertaan modal itu tidak jadi dicairkan karena ada masalah administrasi yang belum lengkap.
“Bukan. Itu karena ada masalah administrasi yang belum terselesaikan. Kan harus ada tender-tender, jadi dokumennya tidak lengkap makanya tidak bisa dicairkan. Sementara itu juga, waktunya juga sudah berakhir,” bantahnya.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Sumatera Gatot Pujo Nugroho yang ditemui Sumut Pos seusai menghadiri acara pembukaan Pekan Olah Raga dan Seni Tingkat Madrasah di Stadion Olah Raga Universitas Negeri Medan (Unimed) mengaku, dirinya belum mengetahui rencana itu. “Saya belum tahu. Tapi yang jelas, rencana itu harus dikonsultasikan kepada dewan. Jadi akan lebih baik, apakah Tirtanadi sudah melakukan konsultasi tersebut, dan kemudian keputusannya ada di Gubernur Sumut,” katanya. (ari)