24 C
Medan
Friday, December 26, 2025
Home Blog Page 15463

Plt Gubsu Minta Salinan Putusan MA

Sengketa Tanah Sari Rejo

MEDAN- Persoalan sengketa tanah Sari Rejo mendapat respon dari Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu, Gatot Pujo Nugroho. Pemprovsu akan menindaklanjuti dan menyelesaian masalah itu.

Hanya saja, Gatot mengaku, belum bisa mengambil sikap jika dirinya belum mengetahui persoalan tersebut, termasuk pula dasar-dasar hukum, khususnya yang dimiliki pihak masyarakat. Terutama mengenai putusan Mahkama Agung (MA) RI.

“Saya belum baca putusan MA-nya. Kalau ada, serahkan ke saya. Nanti akan kita tindak lanjuti,” jawabnya kepada Sumut Pos, usai mengantarkan Pemotivator Prof Rhenald Kasali Phd, di area parkir Kantor Gubsu, Kamis (14/4).
Sebelumnya, saat diungkapkan, bahwa persoalan tanah Sari Rejo ini pernah direspon olehn Gubsu Syamsul Arifin, Gatot enggan menjawabnya. “Nanti ya,” katanya sembari memasuki lift Kantor Gubsu.

Terkait hal itu, Ketua Forum Masyarakat Sari Rejo (Formas), Riwayat Pakpahan bersedia dan berkenan memberikan data-data yang dimilik Formas, kepada Pelaksana Tugas (Plt) Gubsu Gatot Pujo Nugroho.

“Kami punya data dan bukti yang berkekuatan hukum. Kami akan menyerahkan itu. Begitu pun tentang putusan MA tersebut,” ungkapnya menanggapi pernyataan Plt Gubsu tersebut.

Dijelaskannya, putusan Mahkamah Agung (MA) RI No 229K/Pdt/1991 tanggal 18 Mei 1995 tersebut, amar putusannya diantaranya, tanah-tanah sengketa adalah tanah garapan, bahwa perbuatan tergugat yang melarang penggugat membangun rumah atau mengharuskan penggugat-penggugat agar terlebih dahulu memperoleh izin dari tergugat untuk membangun rumah di atas tanah-tanah sengketa adalah perbuatan melanggar hukum.(ari)

Ibu-ibu Serbu PT Agro Jaya Perdana

Minta Ganti Rugi Rp4 M, Cuma Dikasi Sembako

MEDAN LABUHAN-Ratusan warga korban banjir yang tinggal di Lingkungan II, Kelurahan Martubung Kecamatan Medan Labuhan yang tergabung dalam tim 10 melakukan aksi demo di depan PT Agro Jaya Perdana, Kamis (15/4).
Aksi yang didominasi oleh kaum ibu-ibu di depan pintu PT Agro itu meminta pihak perusahaan mengganti kerugian akibat banjir yang lalu. Pasalnya, warga menuding banjir tersebut disebabkan oleh pihak perusahaan yang sedang melakukan pengerjaan proyek pengerukan di aliran Sungai Deli sehingga tanggul jebol.

Kekecawaan warga dituliskan dalam spanduk kecaman yang bertuliskan “Gara-gara PT Agro Rumah Kami Terendam Banjir”. Bahkan dinding PT Agro dicoret dengan menggunakan cat berwarna merah yang bertuliskan “PT Agro Perusak Lingkungan, dan di pintu masuk di tulis warga “PT Agro Disegel.”

Ketua tim 10, Dahsat Tarigan mengatakan akibat banjir tersebut warga sekitar sangat dirugikan, karena harta benda warga banyak yang rusak. “Kami meminta kepada PT Agro untuk mengganti kerugian kepada warga akibat banjir yang disebabkan oleh pengerjaan proyek pengerukan tanggul di Sungai Deli,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya sudah bertemu dengan oleh pihak perusahaan beberapa kali namun pihak perusahaan sendiri nampaknya tidak mempunyai itikad baik untuk mengganti kerugian kepada warga sekitar. “Selain mengganti kerugian, kami minta kepada PT Agro agar memperbaiki tanggul yang jebol, sehingga kalau hujan warga di sini tidak terkena dampak banjir lagi,”katanya.

Menurut data dari tim 10 yang dibantu pendataannya oleh kepala lingkungan dengan mendatangi setiap rumah warga korban banji, jumlah keseluruhan warga yang harus diganti rugi sebanyak 337 kepala keluarga dengan total kerugian sekitar Rp4 miliar.

Manager Excecutive PT Agro Jaya Perdana, Kariyanto mengatakan, pihaknya akan memberikan ganti rugi, namun pihaknya hanya sanggup mengganti kerugian dengan memberikan sembako. “Kalau memberikan uang dengan nilai nominal yang diajukan oleh warga kami tidak sanggup, kami hanya sanggup memberikan bantuan sembako saja,” ujarnya.

Sekretaris Camat Medan Labuhan, Sri Mahrani Damanik mengatakan PT Agro Jaya Perdana tidak ada melaporkan pengerjaan proyek pengerukan tanggul Sungai Deli untuk kepentingan pengambilan air baku permukaan dari Sungai Deli kepada pihak kecamatan. “Melapor saja tidak, apalagi untuk memberikan rekomendasi terhadap proyek pengerukan tersebut,” ujarnya.

Tapi, hal itu dibantah oleh Kariyanto.“Kami mempunyai izin terhadap proyek pengerukan tersebut, kami diberikan surat rekomendasi kepada Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumut,” ujarnya. (mag-11)

Beri Punishment Bangunan di DAS

MEDAN- Banjir yang melanda Kota Medan beberapa waktu lalu, salah satu faktornya adalah karena banyaknya bangunan yang berdiri di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Babura dan Deli.
Pelaksana Tugas Gubernur Sumatera Utara (Plt Gubsu), Gatot Pudjo Nugroho kepada wartawan, usai menghadiri acara seminar dalam rangka hari jadi ke-63 Provsu di Aula Martabe, Kamis (14) menyatakan, akan memberi punishment kepada bangunan-bangunan yang telah melanggar aturan.

“Bagi perusahaan-perusahaan yang memang sudah ada mekanisme dan aturan-aturan dan kemudian tidak diikuti peraturan-peraturan itu, saya pikir punishment adalah bagian dari proses,” tegasnya.
Sayangnya, Gatot tidak menjelaskan punishment seperti apa yang akan diberikan kepada gedung-gedung industri yang berdiri di DAS.

Sementara itu untuk penduduk, Gatot menegaskan, solusi yang paling relevan dilakukan adalah relokasi. Tapi, tetap saja solusi tersebut juga memiliki dampak yakni, dampak sosial dan psikologis baik bagi masyarakat di sekitar sungai maupun bagi pemerintah. Karena itu, katanya, perlu ada sosialisasi mendalam kepada masyarakat terkait solusinya.
“Relokasi adalah langkah yang paling baik, namun agar hal itu bisa menimbulkan dampak sosial dan psikologis di kemudian hari. Karenanya, perlu dilakukan pendekatan sembari menyiapkan langkah-langkah yang paling tepat,” cetusnya.

Dengan alasan tersebut, Gatot mengakui, belum akan merencanakan langkah relokasi untuk penduduk di sekitar sungai. Karena itu, katanya, pemerintah propinsi bersama dengan kabupaten/kota akan menanyakan langsung kepada masyarakat terkait keinginan mereka, apakah bersedia di relokasi atau tetap tinggal di DAS.

“Kalau mereka ingin tetap tinggal di sekitar sungai, berarti mereka (masyarakat, Red) memang tidak ingin menjauhi banjir. Maka kemudian, langkah yang perlu disiapkan adalah membuat kebijakan terkait bangunan rumah yang bisa mengantisipasi dampak banjir. Misalnya, dengan membuat rumah panggung, ini akan kami pikirkan dulu,” sebutnya.
Ketika ditanyakan ada ketentuan yang melarang pembangunan pemukiman di DAS, Gatot tidak menyangkal ketentuan yang sudah diatur dalam perundang-undangan tersebut. Namun, katanya, selalu harus ada pendekatan sosial dan psikologis terhadap suatu produk hokum. Hal ini, katanya, untuk menemukan solusi terbaik dan menghindari dampak terburuk.

“Karena itulah saya tekankan pentingnya dilakukan sosialisasi kembali kepada masyarakat,” tambahnya.(ari)

Kepala Jembatan Timbang Sibolangit Dipanggil Lagi

MEDAN-Masih ingat dengan kasus pungli yang dilakukan oleh Kepala Jembatan Timbang UPT II Sibolangit Dishubsu, Rasman Pinem, yang tertangkap tangan oleh kejaksaan beberapa waktu lalu. Kini, Rasman Pinem sudah pulang ke Medan usai berobat ke Penang Malaysia. Rasman bakal dipanggil untuk dimintai keterangan.

“Kemarin (Rabu, Red) sudah kita layangkan surat pemanggilan pada pejabat bersangkutan, namun dia tidak datang karena sakit dan berobat ke Penang Malaysia,” tegas Kasi Penkum Kejatisu, Edi Irsan Tarigan SH, Kamis (14/4).
Edi mengatakan ketidakhadiran pejabat timbangan Sibolangit ke Kejatisu berdasarkan surat pemberitahuan sakit dari instansi yang bersangkutan. “Surat pemberitahuan sakit itu melalui, surat yang dilayangkan pada kita (Kejatisu). Untuk itu kita memanggil wakilnya untuk dimintai keterangan sebagai saksi,” tegas Tarigan.

Ketika disinggung apakah ada pejabat timbangan Sibolangit akan dijadikan tersangka, Edi Irsan, mengatakan, bahwa penetapan tersangka menunggu hasil penyidikan dari tim penyidik.

“Kalau ada bukti yang mengarah keterlibatan pejabat tersebut bisa saja mengarah ke sana, tapi kalau tidak ada gimana? Semua ini menunggu hasil penyidikan tim penyidik,” tegas Tarigan.

Sebelumnya dua pejabat Dinas Perhubungan (Dishub) Sumut diperiksa Tim Penyidik Pidana Khusus(Pidsus) Kejatisu. Dua pejabat yang diperiksa diantaranya Wakil Kepala jembatan Timbang Sibolangit, Madju Tarigan, serta Bendahara Penerima di Dishub Provinsi Sumut. Kejatisu juga berencana memanggil Kepala Jembatan Timbang Sibolangit, namun yang bersangkutan mendadak sakit dan sudah diterbangkan ke Penang Malaysia.

Selain kepala timbangan Sibolangit, pejabat Dishub lainnya, Kepala Dinas Perhubungan Provinsi Razali, bakal diperiksa juga. Terkuaknya pungli ini ketika ketiga oknum ditangkap di Jembatan Timbang Sibolangit saat melakukan pungli terhadap sejumlah supir truk. (rud)

Tewas Dilindas Kereta Api

MEDAN-Sumadil (58), warga Jalan Perjuangan, Brayan Bengkel tewas mengenaskan setelah dilindas kereta api di perlintasan Kereta Api Jalan Perjuangan, tepatnya 15 meter dari kediamannya, Kamis (14/4) sekitar pukul 05.30 WIB, saat melakukan lari pagi.

Salah seorang anak korban, Sarah saat dijumpai di kamar mayat RSUD dr Pirngadi Medan mengatakan, seperti biasa ayahnya keluar dari rumah untuk lari pagi. Namun korban tidak mendengar Kereta Api jurusan Medan menuju Belawan yang melintas. Korban pun tewas setelah dilindas dengan kondisi leher, kaki kanan dan kiri patah, kepala samping kiri luka robek, serta pergelangan kaki remuk. (mag-7)

Tiga Mortir Aktif Ditemukan

MEDAN- 3 Mortir aktif ditemukan warga di Jalan Skip simpang rel kereta api, Kamis (14/4). Mortir pertama kali ditemukan Pandapotan Sibuea (30), warga Jalan Skip Medan Baru. Menurut Pandapotan Sibuea, dia tidak mengetahui kalau benda itu mortir.

“Saya tidak tahu itu mortir aktif,” katanya.

Diterangkannya, dia pergi ke tempat penampungan barang bekas (botot) Apuk di Jalan Karya untuk menjual barang botot miliknya. Tiba di lokasi, dia ditawari oleh seorang tukang botot mortir. “Saya ditawari tukang botot secara gratis mortir itu karena tidak laku. Karena warnanya cantik, lalu saya bawa ke sini tapi kata kawan-kawan mortir itu aktif maka kami pun menghubungi polisi dan polisi pun datang,” tukasnya.

Polisi langsung mensterilkan lokasi kejadian dan mengamankan 3 mortir tersebut dengan cara menutupnya dengan koran selanjutnya dibawa ke Mapolsekta Medan Baru dengan mobil Patroli Polsekta Medan Baru. “Akan kita bawa ke Polsekta Medan Baru untuk dilukan pengujian” kata seorang petugas. (jon)

Suka Celana Dalam

Pengalaman ibu-ibu di RT 15 RW 7, Tanjung Duren Utara, Grogol Petamburan, Jakarta Barat, pantas dijadikan pelajaran. Pasalnya, mereka sangat tahu bagaimana rasanya gatal akibat terkena bulu sejak ulat-ulat
mampir dan berkembang biak di 30 pohon cemara di sekitar tempat itu. Wabah gatal-gatal jadi penyakit massal di sana. Kaum ibu di sana mengingatkan agar warga lainnya menyelamatkan celana dalam dari rontokan bulu ulat yang beterbangan.

Ani (47), istri Ketua RT 15 RW 7 Usman Amar, menjelaskan, pagi dan sore ulat bulu turun dari pohon-pohon cemara. Jelang siang, ulat merambat ke atas pepohonan. Saat itulah bulu-bulu ulat beterbangan membuat gatal lebih dari 147 kepala keluarga di sana.

Celakanya, saat ulat bulu merambat ke atas itulah para ibu rumah tangga selesai mencuci pakaian dan menjemur. Nah, ketika itulah bulu-bulu ulat yang beterbangan menempel di jemuran, terutama pakaian dalam. Mengapa? “Saya pikir karena bahannya kaus, bulu-bulu ulat paling banyak nyangkut di pakaian dalam,” kata Yanti (30).

Bayangkan, berapa bulu ulat menempel ke kulit jika tubuh memakai pakaian rangkap, pakaian dalam dan pakaian luar. “Bagian tubuh paling gatal adalah yang ditutup pakaian dalam. Perempuan lebih parah gatalnya daripada laki-laki karena memakai pakaian dalam lebih banyak. Kalau laki-laki, kan, bisa enggak pakai kaus dalam biar enggak terlalu gatal. Kalau perempuan, masa enggak pakai BH?” kata Ani.

Itu sebabnya mereka berpesan, “Selamatkan pakaian dalammu dari bulu ulat dan pecahan kepompong ulat bulu yang beterbangan.”

Kalau diabaikan? “Ya, bakal enggak bisa tidur kita,” ucap Yanti. “Gara-gara ulat bulu, saya sampai enggak pakai celana dalam,” teriak salah satu ibu, dengan mimik kesal.

Apalagi kalau habis mandi badan belum kering langsung pakai pakaian dalam. “Wuaaah, bisa bentol merah semua badan kita,” tambah Ani. (bbs)

Ulat Bulu ‘Serang’ Medan

Ketua DPR: Ini Peringatan dari Tuhan

MEDAN-Teror ulat bulu tidak hanya menyerang Jawa Timur, Bali, Jakarta dan Bandung. Kota Medan kini seperti diinvasi binatang berbulu dan menyebabkan gatal di kulit manusia itu. Wabah tersebut setidaknya sudah menyerang 85 batang pohon pelindung di sejumlah jalan utama di Medan.

Hasil data penelitian Balai Proteksi Tanaman Pangan dan Horikultural (BPTPH) Sumut kemarin (13/4), ribuan ulat bulu menyerang pepohonan di Jalan Suprapto, Jalan Sudirman dan Jalan Diponegoro. Sangat memungkinkan, binatang ini juga sudah menyerang sejumlah pepohonan di tempat lain termasuk tanaman di halaman rumah warga kota.

“Kalau kontak langsung dengan manusia akan menyebabkan gatal-gatal luar biasa di kulit,” terang Gunawan, Kepala BPTPH Sumut, kemarin.

Menurut Gunawan, wabah ulat dari ordo lepidoptera ini muncul saat perubahan iklim dari musim hujan ke musim panas. Ulat dengan ciri tubuh berbulu berwarna hitam berbintik orange ini tumbuh dan berkembang di pohon-pohon mahoni, jintungan dan bunga palm.

Ulat ini berbeda dengan ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa. Bulunya jarang dan serta tubuhnya lebih pendek daripada ulat bulu yang mewabah di Pulau Jawa.

Pertumbuhannya pun sangat pesat karena hewan pemangsanya seperti burung walet, burung-burung kecil dan kadal jumlahnya sangat minim. “Kita melihat populasi persaingan di rantai makan hewan sudah tidak seimbang. Ulat bulu ini bisa berkembang dengan pesat tanpa persaingan alami,” ungkapnya.

Bila tidak segera dikendalikan, dikhawatirkan akan menggunduli pohon-pohon tersebut hingga membuat pohon mati. Setelah itu, ulat menyebar ke pohon lain, mengalami metamorfosis dalam waktu singkat dan berkembang biak lagi dalam jumlah sangat banyak.

“Kita juga heran, untuk pertama kali Kota Medan diserang ulat bulu dengan perkembangan sangat cepat,” kata Gunawan.

Sumadi (40), staf AXA Financial yang kantornya terletak di Jalan Sudirman, juga heran dengan kehadiran ulat-ulat ini. Ia mengetahui keberadaaan ulat bulu tersebut sejak empat hari lalu. “Saya tahunya ulat bulu ada di sekitar pohon yang di Jalan Sudirman sekitar 2-3 hari lalu,” tukasnya saat ditemui di depan kantornya kemarin siang.

Hal senada diakui Pak Marso (55), pekerja kebun di perusahaan asuransi itu. “Kami tahu ada ulat bulu ketika saya membersihkan halaman. Ulat bulu menempel di dinding pagar,” tukasnya. “Aku kena bulunya, gatal kali Bang,” tambah Wibowo, warga yang kebetulan melintas.

Baik Sumadi maupun Marso mengakui adanya penyemprotan yang dilakukan petugas, kemarin. “Tadi ada pegawai pemerintahan yang melakukan penyiraman ke pohon-pohon yang ada ulat bulunya. Tetapi ulat bulunya masih ada,” tambah Marso.

Wabah ulat bulu juga menyerang pepohonan di sekitar kediaman rumah dinas Gubernur Sumatera Jalan Sudirman. Ulat jenis yang sama juga terlihat di pohon tepat di depan rumah dinas Pangdam I/BB.

Menurut petugas TNI-AD yang menjaga rumah dinas Pangdam I/BB, ulat bulu tidak sampai memasuki rumah dinas. “Cuma di pohon yang dipinggir jalan di depan rumah dinas. Anda bisa lihat sendiri Bang,” tukas petugas berseragam dengan pangkat Pratu tersebut.

Hal yang sama  ditemui saat wartawan Sumut Pos berkeliling melintasi kediaman rumah dinas Gubenur Sumatera Utara. Namun tidak ada penjaga yang mau memberikan komentar.

Pihak BPTPH kini sedang meneliti ulat bulu tersebut di laboratorium Hama dan Penyakit Tumbuhan (HPT) di Dinas Pertanian Sumut. “Keberadaan ulat bulu ini sudah menganggu kehidupan manusia sekitar. Ulat Pohon ini bisa digolongkan dengan hama. Kita akan cari tahu apa penyebab pesatnya perkembangan ulut bulu ini,” kata Gunawan lagi.

Untuk meneliti dan mengendalikan ulat ini lebih lanjut, BPTPH berkoordinasi dengan dinas pertanian serta instansi terkait lain. Pada tahap awal, kemarin petugas menyemprotkan cairan insektisida Dusban 200 EC. Penyemprotan dilakukan di sepajang jalan tempat tumbuhnya pohon yang diserang ulat bulu ini.

Bagi Ketua DPR Marzuki Alie, fenomena ulat bulu ini jelas merupakan peringatan Tuhan untuk umatnya supaya intropeksi diri.

“Setiap kejadian itu pasti ada maksud di baliknya,” ujarnya di gedung DPR, Senayan, Jakarta, kemarin.
Politisi Partai Demokrat ini mengutarakan, fenomena ini harus dibaca sebagaimana perintah Tuhan. “Iqra yang artinya bacalah. Bacalah dengan nama tuhanmu. Jadi kita meyakini itu takdir yang dijadikan oleh Allah semata,” tukasnya.

Kebal Pestisida

Wilayah Tanjung Duren di Jakarta menjadi salah satu wilayah yang diserang ulat bulu. Dinas pertanian setempat sudah menyemprotkan pestisida untuk mengendalikan ulat-ulat tersebut. Tetapi jumlahnya bukan berkurang, malah bertambah.

Peneliti utama Balitbang Kementerian Pertanian, Prof Dr Deciyanto Soetopo, hal itu bisa disebabkan beberapa faktor. Pertama, jenis pestisida yang dipilih kurang tepat atau memiliki kadar yang rendah. Kedua, kemungkinan ada ulat bulu yang tidak terkena langsung dengan semprotan cairan insektisida kimia tersebut.

“Jadi, masih ada yang bertahan hidup sampai saat ini,” kata Deciyanto saat meninjau lokasi di Tanjung Duren.
Selain itu, ada jenis pestisida tertentu yang tidak menghasilkan efek langsung. “Jenis pestisida kimiawi tertentu efeknya baru bisa terlihat setelah beberapa hari,” ujarnya.

Ia mengaku tidak mengetahui jenis pestisida apa yang telah digunakan Suku Dinas Pertanian Jakarta Barat kemarin. Karena itu, pihaknya masih akan terus melihat sejauh mana efek yang dihasilkan dari upaya yang penyemprotan yang telah dilakukan.

Dijelaskan pula, pola hidup ulat bulu kerap menyulitkan upaya pemusnahan. Biasanya, ulat bulu akan bersembunyi pada siang hari dan mudah terlihat pada malam hari. (jpnn/mag-7/jon)

10 Menit, Perompak Somalia Takluk

Jika Pasukan Khusus TNI Diizinkan Lakukan Pembebasan

JAKARTA-Pemerintah Indonesia berpikir seribu kali merespons lampu hijau Somalia yang mengizinkan militer RI untuk membebaskan 20 awak kapal MV Sinar Kudus. Padahal, jika opsi pembebasan sandera yang diambil, pasukan khusus TNI cukup membutuhkan waktu 10 menit untuk beraksi.

“Anak-anak itu terlatih. Sangat terlatih, saya kira cukup sepuluh sampai 15 menit saja,” ujar mantan Kepala Staf Angkatan Laut Laksamana (pur) Slamet Soebijanto di Jakarta kemarin (13/04). Alumni AAL 1973 itu menyebut Detasemen Jala Mangkara (Denjaka) TNI AL memiliki kemampuan yang sangat baik untuk operasi laut.

“Sebenarnya yang dibutuhkan itu ketegasan pemerintah. Kalau ditanya apakah TNI siap, saya bisa jamin pasti 100 persen ready,” kata mantan KSAL yang menjabat di era 2005-2007 ini. Denjaka adalah prajurit pilihan TNI AL. Untuk menjadi anggota Denjaka, seorang prajurit harus berkualifikasi intai amphibi terlebih dulu. Denjaka berada dalam alur komando Korps Marinir.

Selama ini, Denjaka juga rajin berlatih penanggulangan aspek teror laut di kapal-kapal tanker di tengah laut. Semua personel Denjaka berkualifikasi penembak jitu dan bisa renang di laut dengan tangan terikat.  Mereka juga berkemampuan untuk melakukan penyusupan bawah air  dan juga peledakan bawah kapal (underwater demolition).
Slamet yakin, jika opsi militer diambil, kewibawaan pemerintah Indonesia di dunia internasional akan terjaga. “Saya kira ini juga akan menimbulkan efek jera juga bagi perompak. Ini kapal Indonesia, jangan main-main,” katanya.

Terpisah, Direktur Eksekutif  Lembaga Studi Pertahanan dan Strategi Indonesia Rizal Darmaputera menilai satuan penanggulangan teror  Sat-81 Kopassus juga memiliki kemampuan untuk melakukan penyelamatan awak kapal Sinar Kudus. “Kualitasnya diakui secara internasional. Reputasinya sangat baik,” kata Rizal.

Satgultor 81 Kopassus sekarang dipimpin oleh Kolonel Nyoman Cantiasa. Nyoman yang juga pernah menjabat sebagai Wakil Asisten Intelijen Kopassus itu dikenal sebagai prajurit komando yang punya rekam jejak anti teror mumpuni. Nyoman misalnya pernah memimpin operasi anti sniper gelap saat kerusuhan Ambon pecah di era 2000-2002.

Rizal menyebut, TNI pasti sudah melakukan kajian terhadap opsi-opsi pembebasan. “Tapi, emmang sangat tidak mungkin disebutkan karena itu namanya memberi bocoran pada musuh,” kata periset pertahanan yang baru pulang dari markas Pentagon Amerika Serikat ini.

Informasi yang dikumpulkan koran ini dari berbagai sumber, sejak awal bulan lalu, satu peleton Satgultor 81  Kopassus sudah disiapkan. Bahkan tim terpilih ini sudah digerakkan ke luar Jakarta. Namun, sumber resmi termasuk Danjen Kopassus Mayjen Lodewijk Freidrich Paulus menolak menyebutkan secara detail persiapan Kopassus. “Soal itu, tanya ke Panglima TNI,” kata Lodewijk di Mako Kopassus.

Pemerintah hingga kemarin (13/4), pemerintah masih menggunakan opsi negoisasi yang lebih mengutamakan keselamatan awak kapal. “Itu (operasi militer, Red) tanpa izin pemerintah Somalia kalau perlu, kita lakukan,” tegas Menko Polhukam Djoko Suyanto di Kantor Presiden, kemarin (13/4). “Tapi apakah itu jadi opsi kita satu-satunya? Kan opsi kita utamakan menyelamatkan (awak kapal),” sambungnya.

Djoko kembali menyinggung beberapa kasus pembajakan yang diselesaikan dengan operasi militer. “Banyak kasus karena tindakan seperti itu awak kapal malah jadi dibunuh,” ingatnya.

Mantan Panglima TNI itu mengungkapkan, opsi negoisasi hingga saat ini masih terus berjalan. Bahkan Djoko menyebut sudah menuju titik yang akan disepakati. “Tapi itu kan tidak mudah, memerlukan waktu,” katanya lantas mengatakan tidak bisa memberikan batasan waktunya. Nominal uang tebusan yang sering berubah-ubah juga menjadi kendala.

Saat ini, lanjut dia, yang sedang dimatangkan, baik dari pemerintah, pemilik kapal, dan pihak pembajak adalah mekanisme berikutnya. “Men-delivery-nya bagaimana, kepada siapa, contact personnya. Kemudian juga jalurnya bagaimana. Kan ini tidak sedikit, jadi proses itu yang sedang kita jalankan dan matangkan,” papar Djoko.
Komunikasi dengan perompak, menurutnya, terus dilakukan oleh pemilik kapal. Djoko mengakui ada keterlibatan agen-agen dari negara lain, seperti Ingggris, Singapura, dan Amerika. “Ada banyak. Kita kontak-kontak, kita cari yang paling pas,” jelasnya. (fal/rdl/zul/gen/jpnn)

Tripoli Masih Kirim Rp2 Miliar Bulan Lalu

Masjid Muammar Qaddafy di Bogor ketika Libya Dilanda Perang

Di Sentul, Bogor, Jawa Barat, sejak dua tahun lalu berdiri megah Masjid Muammar Qaddafy. Diberi nama presiden Libya itu karena dialah yang menanggung biaya pembangunan masjid itu hingga Rp50 miliar.

DIAN WAHYUDI, Jakarta

PADA 2005, tiba-tiba datang sebuah undangan kepada Ustad Arifin Ilham. Undangan tersebut dari The World Islamic Call Society (WICS). Ini adalah sebuah organisasi dakwah Islam internasional yang berpusat di Tripoli, Libya, bentukan Presiden Libya Muammar Kadhafi.

Dalam undangannya, organisasi yang beranggota lebih dari 250 organisasi Islam dari seluruh dunia tersebut mengharapkan Arifin yang juga pemimpin Majelis Az-Zikra datang ke Libya.

Saat itu tidak disampaikan secara spesifik tujuan undangan tersebut.  Arifin juga tidak tahu mengapa dia yang diundang bukan tokoh Indonesia lainnya. Meski demikian, bersama empat sejawatnya, Arifin memutuskan untuk memenuhi undangan tersebut.

“Di pikiran kami saat memutuskan datang, ya setidaknya silaturahmi sajalah,” ujar Sekretaris Majelis Az-Zikra Setyo Budi Santoso ketika ditemui Jawa Pos di kompleks Masjid Muammar Qaddafy (MQ), Kamis lalu (7/4). Setyo Budi termasuk satu di antara lima orang rombongan yang berangkat ke Libya saat itu.

Di Libya, rombongan tidak bertemu langsung dengan Kadhafi. Mereka hanya ditemui Syekh Mahmoud Reech, salah seorang petinggi WICS yang sempat beberapa kali berkunjung ke Indonesia. “Tapi, di situ iseng-iseng saya sampaikan pembangunan masjid yang sebenarnya sudah lama kami rencanakan,” lanjut Budi.

Tak disangka, tanpa proses berbelit-belit, pihak WICS langsung memberikan lampu hijau. Sebelum rombongan kembali ke tanah air, meski baru secara lisan, pihak Libya sudah menyampaikan komitmen untuk siap membantu. Menunggu hampir sekitar dua tahun, bantuan dana pembangunan masjid itu akhirnya benar-benar turun pada 2007. Total bantuan sekitar Rp50 miliar.

Tak sampai dua tahun, proyek pembangunan masjid tiga lantai dengan total luas bangunan 12.600 meter persegi itu selesai. Dimulai sejak pemancangan tiang pertama pada 22 Juli 2007, masjid tersebut diresmikan pada 16 Februari 2009. “Semua dana dari sana (Libya, Red). Tidak sepeser pun dari pemerintah kita,” tegas Setyo Budi.

Namun, lanjut dia, meski seluruh dana dari Libya, pihak WICS maupun pemerintah Libya tidak pernah campur tangan terhadap urusan masjid. Termasuk, soal desain atau nama masjid sekalipun.

Terkait dengan keputusan Yayasan Majelis Az-Zikra memberi nama Muammar Qaddafy, itu hanyalah persoalan penghargaan dan penghormatan terhadap kepedulian pemimpin Libya tersebut. Terutama, terhadap perkembangan dakwah Islam hingga ke Indonesia. “Seandainya yang ngasih bantuan saya, terus kami kasih nama Masjid Budi kan juga nggak apa-apa kan” selorohnya.

Pihak pemberi dana, lanjut dia, hanya berpesan bahwa masjid yang mereka danai itu tidak boleh digunakan untuk kegiatan ekstremisme dan radikalisme. Termasuk, kegiatan-kegiatan yang melenceng dari Islam, misalnya Ahmadiyah. “Dari awal proses sampai sekarang tidak ada campur tangan dari mereka. Ini memang untuk rakyat Indonesia, masyarakat muslim Indonesia,” papar Budi kembali.

Karena hal itulah, pihak pengurus Majelis Az-Zikra berketetapan hati untuk mempertahankan nama masjid, meski saat ini terjadi gonjang-ganjing politik dan militer di Libya. “Insya Allah tidak akan ada ganti nama atau apa. Ini persoalan amanah, tidak ada hubungannya dengan yang sekarang terjadi di sana,” tegasnya.

Ketika berkunjung ke Libya, Budi menyatakan kekagumannya. “Kekayaan minyak di Libya benar-benar dikuasai negara dan dipakai untuk menggratiskan sekolah warganya dari TK sampai S-3. Juga untuk menggratiskan biaya kesehatan dan yang lain. Bagaimana dengan kita? Kurang kaya apa kita?” sindirnya.

Para petinggi Majelis Az-Zikra memang pantas kagum kepada sosok pemimpin Libya yang sering dianggap diktator oleh banyak pihak tersebut. Sebab, komitmen Kadhafi lewat lembaganya untuk melakukan dakwah di sejumlah negara tetap tak terganggu meski dalam negeri mereka dalam situasi sulit saat ini.

Sekitar akhir Maret lalu, WICS ternyata masih mengirimkan dana operasional tahunan untuk Masjid MQ, Sentul, Indonesia. Besarnya tak tanggung-tanggung, hampir Rp 2 miliar. “Bayangkan, negara masih perang, tapi tetap menjaga komitmen mengirim bantuan,” katanya, dengan nada bergetar.

Masjid MQ berada di dalam kompleks perumahan Bukit Az-Zikra, tak jauh dari tol Jagorawi yang menghubungkan Jakarta-Bogor. Bangunan megah itu tampak semakin gagah karena dibangun di puncak bukit salah satu kawasan di Sentul Selatan. Masjid itu menjadi simbol utama kompleks perumahan yang juga dikonsep menjadi permukiman muslim tersebut.

Bukan hanya diperuntukkan masyarakat muslim, di perumahan yang sedang dalam proses pengembangan itu juga disiapkan aturan kewajiban salat berjamaah bagi warganya. “Ya, tentu tidak harus lima waktu. Mereka yang punya aktivitas kerja di luar setidaknya bisa saat Isya dan Subuh,” jelas Setyo Budi.

Terkait dengan adanya permukiman khusus muslim, Budi menyatakan, hal itu sebenarnya dilakukan untuk menghormati warga nonmuslim. Sebab, setiap bulan Masjid MQ menggelar kegiatan zikir akbar yang diikuti ribuan jamaah dari berbagai daerah. “Atas pertimbangan itu, permukiman di sini disebut pemukiman muslim. Ini agar mereka (nonmuslim) tidak terganggu, karena banyaknya jamaah dari berbagai dari daerah yang datang,” katanya memberikan alasan.

Ke depan, masjid yang memiliki menara sekitar 57 meter di sisi kiri belakang bangunan utama masjid itu akan dikembangkan menjadi Qaddafi Islamic Center (QIC). Menurut rencana, selain mendirikan pondok pesantren, Majelis Az-Zikra berencana mendirikan universitas.

Universitas tersebut didesain seperti cabang atau perwakilan universitas di Libya untuk Asia Tenggara. Seperti diketahui, setiap tahun Libya mengundang sejumlah mahasiswa muslim dari Asia Tenggara, termasuk Indonesia, untuk belajar di negaranya. Biayanya gratis. “Nah, daripada jauh-jauh, rencana didirikan juga (universitas) di sini,” jelas Budi.

Dananya tentu juga dari Libya. “Tapi, Allah masih berkehendak lain. Perang membuat rencana ini sementara tertunda. Tapi, semua akan kami lanjutkan begitu semua selesai,” ujarnya mengakhiri wawancara. (c2/kum/jpnn)