28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 15522

Berebut Lc

AS Roma vs Juventus

ROMA-Untuk meraih tropi scudetto musim ini, rasanya sudah tak mungkin dapat dilakukan AS Roma dan Juventus. Paling realistis bagi keduanya adalah meraih tiket untuk berlaga di ajang Champions League musim depan.
Hanya saja, target itu terlihat semakin berat untuk diraih mengingat konsistensi permainan yang diperlihatkan Napoli (59 poin), Udinese (56 poin) dan Lazio (54 poin) yang menduduki peringkat ketiga, keempat dan kelima klasemen sementara Lega Calcio.

Buruknya performa serta capaian prestasi yang ditorehkan La Vecchia Signora (julukan Juventus) itu tak ditampik Gianluigi Buffon, kiper Juventus yang juga kiper utama Gli Azzuri (julukan timnas Italia).
Ya, sebelum memetik kemenangan 2-1 atas Brescia akhir pekan lalu, Si Nyonya Tua tak pernah menang dalam empat pertandingan terakhir.

“Terdapat sejumlah kesulitan, kami tak boleh menutupinya. Tapi, kami harus mengakhiri musim ini secara terhormat,” ujar Buffon di Football Italia.

“Memang, beberapa pemain Juventus tampil lebih baik bersama Italia saat melawan Slovenia pada pekan ini, jadi problem kami terletak pada situasi psikologis di klub,” tambahnya.

Ungkapan Buffon ini juga tak disanggah rekannya Bonucci. “Kami selalu memiliki motivasi berlebih jika melakoni laga krusial seperti saat meghadapi AS Roma. Kami tak perduli meski selama ini mereka (AS Roma) adalah tim yang kuat bila tampil dihadapan pendukungnya sendiri. Target utama kami tetap meraih tiga poin,” tutur Bonucci.
Tekad yang diapungkan dua punggawa Si Nyonya Tua itu memang terkesan berani. Pasalnya, dini hari nanti mereka bakal tampil timpang pasca  Alessandro Del Pierro dan bek tangguh Giorgio Chiellini mengalami cedera.
Kendati begitu, perlu diingat bahwa AS Roma yang pada dua pekan lalu bermain imbang 2-2 dikandang Fiorentina, memiliki sejarah buruk setiap kali jumpa Juventus. Tercatat, tim asal ibu kota itu hanya meraih 38 kemenangan di saat Juventus telah meraih 73 kemenangan.

Catatan lainnya, sudah tujuh tahun lamanya Giallorossi (julukan AS Roma) tak mampu meraih kemenangan atas Juventus di Stadion Olimpico, Roma. Terakhir kali tim ini meraih kemenangan atas Juventus adalah pada 8 Februari 2004. Saat itu tuan rumah menang dengan skor 4-0.

“AS Roma dan Juventus adalah dua tim besar di Italia. Jadi, tim mana pun yang memenangi pertandingan akan berdampak pada lawan-lawan yang akan dihadapi  pada pertandingan berikutnya. Apalagi, kami juga memiliki kepentingan yang sama dengan mereka, yakni meraih tiket ke Liga Champions,” bilang Vicenzo Mentella, allenatore AS Roma. (bbs/jpnn)

Schumi tak Terima Diremehkan

BRACKLEY – Michael Schumacher tak terima jika timnya, Mercedes GP, dicoret dari kandidat juara Formula 1 musim ini hanya karena satu performa buruk pada seri pembuka di Australia.

Datang dengan kepercayaan diri tinggi di Albert Park, Melbourne, Australia, Schumacher dan rekan setimnya Nico Rosberg tak mampu berbicara banyak saat kualifikasi dan bahkan tak mampu finis saat lomba.

Peraih tujuh gelar juara dunia itu menegaskan Mercedes akan bangkit di GP Malaysia pekan depan. “Tak diragukan lagi kami ingin melakukan yang lebih baik daripada balapan pembuka, yang benar-benar mengecewakan kami,” ujar Schumacher seperti dinukil dari Autosport.

“Kami jelas memandang hal tersebut sebagai tantangan dan terlalu dini untuk mencoret peluang kami. Setiap orang di tim ini masih tetap positif dan bersemangat untuk bertarung. Jadi saya mengharapkan akhir pekan yang lebih baik bagi kami, akhir pekan yang bisa kami manfaatkan,” lanjutnya.

Selain Schumi (panggilan Schumacher), Rosberg juga yakin timnya akan tampil lebih baik lagi di Sepang, Malaysia. Bahkan pembalap asal Jerman itu optimistis timnya akan membuat kejutan.

“Kami menjalani akhir pekan yang berat di Australia tetapi tim ini sudah bekerja keras dan kami yakin mobil ini bisa bertahan di Malaysia,” ujar Rosberg.

“Melbourne punya sirkuit yang unik dan kami tahu kami akan memahami kemampuan kami dengan lebih baik lagi setelah beberapa race ke depan. Saya rasa kami bisa mengejutkan orang-orang hari Minggu depan. Kami tahu kecepatan mobil ini dari tes terakhir di Barcelona, jadi kami harus bekerja membuktikan potensi tersebut,” tuntasnya. (net/jpnn)

Suara Itu…

Cerpen : Dessy Wahyuni

“Bang, Bang, bangun Bang. Tak bisa tidur, ni!” Aku mengeluh sembari mengguncang-guncang tubuh besar di sampingku ini. Sudah dua jam aku berusaha memicingkan mata. Bersusah-payah aku untuk bisa menyusup ke dunia mimpi yang saat ini tengah aku dambakan.

Tetapi segala daya upayaku hanyalah sia-sia. Setumpuk kepenatan yang telah kukumpulkan sejak pagi tadi tak berhasil aku singkirkan. Malah kini kian menggunung dan bahkan mengalahkan tingginya puncak Himalaya. Berbagai penenang yang telah kucekoki pada semua organ tubuhku tak ada yang manjur. Mereka meronta-ronta seakan protes padaku sebab telah diperlakukan semena-mena tanpa istirahat sedikit pun.

Ya, istirahat. Itulah yang dibutuhkan tubuhku kini. Setelah seharian beraktivitas. Mulai dari matahari yang masih dalam peraduannya, kemudian perlahan-lahan muncul dengan malu-malu, setelah itu dengan garangnya memelototi bumi, hingga kemudian letih —atau enggan kepada penguasa malam—kembali lagi ke peraduannya semula. Kali ini bulan memiliki wewenang untuk mengawasi aktivitas makhluk di bumi. Dan selama itu pula aku melakukan puluhan bahkan ratusan kegiatan yang mau tidak mau harus aku lakukan. Mulai dari bangun pagi, membuat sarapan untuk anak-anak dan suamiku, membenahi rumah, memikirkan makan siang kami, dan berbagai tetekbengek lainnya—yang kalau kuurut satu persatu akan membuat sebuah daftar yang sangat panjang dan menjenuhkan.

Aku benar-benar butuh istirahat. Butuh tidur. Tidur yang pulas. Tapi suara-suara itu terus menggangguku. Suara-suara itu berusaha mengendap-endap ke dalam telingaku, memasuki rongga otakku, dan berkeliling ke setiap gang dan bilik yang tersusun rapi di sana. Entah apa yang dicarinya. Kadang ia mengendap bagai pencuri yang menyelinap ke sana ke mari. Namun kadang berlari sekencang-kencangnya bak seorang sprinter­ yang berusaha menaklukkan lintasan 100 meternya. Alhasil, setiap ruang di otakku bagaikan kapal pecah kini. Cruel. Semrawut.
Karena kesal, aku pindah ke kamar anak gadisku. Kubentangkan selembar permadani dan kutata bantal yang sengaja kubawa dari kamar tidurku tadi. Aku merebahkan badan dan berusaha untuk rileks.
“Grookk… groookkk… groookkk!”

Sayup-sayup masih terdengar olehku suara-suara itu. Telah lewat tengah malam kini. Dan perlahan akhirnya aku berhasil menerobos dunia mimpi yang benar-benar kuimpikan ini. Kubawa serta pula gundukan keletihan yang berhasil kuciptakan seharian tadi  dan nantinya akan kutitipkan ia di sana.

***
Ngorok. Itulah yang dilakukan suamiku setiap malam. Dalam istilah kedokteran, pola dengkur atau ngorok ini disebut obstructive sleep apnea syndrome (OSAS) atau gangguan nafas obstruktif saat tidur. Dengkuran yang dihasilkan suamiku itu menandakan adanya penyumbatan di saluran pernafasannya saat sedang tidur. Suara dengkuran tersebut berasal dari usaha udara untuk melewati saluran yang menyempit itu.

Selama tidur, otot—termasuk otot pernafasan—menjadi lebih rileks dibandingkan dengan saat terjaga. Pada sebagian orang keadaan ini tidak jadi masalah. Namun pada beberapa orang, terutama yang berusia lanjut, otot yang rileks membuat saluran nafas menyempit dan mengakibatkan penyumbatan. Hal itu pulalah yang terjadi pada suamiku.
Kondisi ini makin diperparah lagi apabila bang Raja dalam posisi tidur telentang, sehingga lidah yang melemas terjatuh ke belakang. Maka terjadi penyumbatan seperti leher botol. Getaran akibat turbulensi udara pada bagian lunak faring karena tekanan negatif di jalan pernapasan saat tidur itu muncul sebagai dengkuran. Atau ngorok.
Sejak awal aku menikah dengan bang Raja, sebenarnya aku telah terbiasa dengan bunyi-bunyian yang dikeluarkannya ketika tidur. Telah 15 tahun usia pernikahan kami. Dan telah 15 tahun pula aku selalu dihadiahi berbagai macam bunyi tersebut setiap malamnya. Mulai dari yang bunyinya halus, agak keras, hingga yang memekakkan telinga.

Namun entah mengapa, beberapa bulan belakangan ini dengkuran bang Raja kurasa semakin keras dari biasanya. Apa karena usianya yang kini telah hampir setengah abad. Beberapa tahun lagi. Atau karena badannya yang menyubur dan rokoknya yang tiada henti. Perut six-pack kebanggannya beberapa belas tahun yang lalu telah pula sirna.

***
Pagi ini aku bangun kesiangan. Badanku terasa lemas. Mataku terasa sayu dan lingkaran hitam memeta mataku yang dulu selalu dipuji-puji bang Raja. Menurutnya, aku memiliki mata yang indah. Tapi pagi ini, keindahan itu telah sirna. Terdapat kantung yang menggelantung kini di bawah mata itu. Aku tak sanggup melakukan apa-apa sekarang. Aku hanya duduk, mencoba menopang badanku yang lesu lunglai.
Bang Raja terlihat begitu mengkhawatirkanku. Pagi ini, dia yang menggantikan tugasku membuatkan sarapan. Kudengar, dia tengah sibuk di dapur. Lima belas menit kemudian, bang Raja datang membawakan sepiring nasi goreng dan segelas susu untukku.

“Nasi goreng istimewa untuk istriku tercinta.” Bang Raja memberikan nasi gorengnya padaku sambil memperlihatkan senyumnya yang menurutku amat menggoda. Dia menemaniku menikmati nasi goreng buatannya sambil memijat-mijat lembut pundakku. Kemudian dia mencium kepalaku dengan penuh kasih sayang.
Sementara itu, anak-anak pamit kepada kami untuk berangkat ke sekolah. Riana, gadis kami yang berusia tiga belas tahun telah menduduki bangku SMP. Kini ia telah tumbuh menjadi gadis remaja. Aku tersenyum mengingatnya. Sedangkan Radika kini telah duduk di kelas tiga SD. Usianya delapan tahun. Mereka berangkat ke sekolah hanya dengan berjalan kaki, sebab letak sekolah mereka tidak jauh dari rumah. Bahkan suara riuh dari sekolah Radika terdengar di rumah kami.

“Aku antar kau ke dokter ya, Dik,” bang Raja membujukku.
“Tak usahlah, Bang. Kurasa aku hanya butuh istirahat.”
“Tapi aku tak tega melihat kondisimu begini. Barangkali sedikit vitamin dari dokter dapat membuat kau pulih kembali.”
“Kalau cuma vitamin, Abang belikan sajalah di apotek. Sekarang aku hanya butuh istirahat. Aku letih. Aku ingin tidur.”

“Ya sudahlah. Kalau memang itu yang kau mau, sekarang istirahatlah di kamar.” Bang Raja membimbingku ke kamar tidur. Kemudian dia menyelimutiku sambil mengecup lembut keningku.
Suamiku memang sangat menyayangiku. Dia lembut dan penuh perhatian. Aku pun sangat menyayanginya. Tiap hari kurasakan cintaku makin bertambah dalam padanya. Dia adalah pasangan hidupku yang mendekati nilai sempurna—karena nilai sempurna adalah milik Tuhan. Barangkali tidak akan ada wanita yang lebih bahagia daripada diriku.
Tapi, apabila malam menjelang, aku mulai tersiksa lagi dengan suara itu….

***
Malam itu, Radika, anak bungsuku kumat manjanya. Ia ngotot untuk tidur bersama kami. Ia merengek-rengek agar diizinkan untuk tidur di tengah-tengah aku dan suamiku. Bang Raja mendongengkan beberapa cerita untuknya, hingga ia pun terlelap. Dan tanpa disadari suamiku pun ikut terlelap. Aku hanya tersenyum menyaksikan mereka.
Lampu kamar masih menyala. Aku masih belum bisa tidur karena siangnya aku  kebanyakan istirahat. Agar bisa mengantuk, aku membaca beberapa buku. Memang telah menjadi kebiasaanku sejak gadis membaca sebelum tidur. Entah karena itu adalah waktu yang tenang untuk membaca, atau   karena memang saat itulah aku sempat membaca, sebab di siang hari begitu banyak aktivitas yang harus aku lakukan.

Perlahan-lahan, kantukku pun mulai menyerang. Aku bergerak, berdiri dari ranjang menuju saklar lampu. Kunyalakan lampu tidur dan memadamkan lampu kamar yang terang benderang. Kini keadaan kamar telah temaram. Kondisi yang pas untuk memejamkan mata.
Baru saja kucoba memejamkan mata, suara itu muncul kembali….
“Grookk… grookkk… grooooookkk!”

“Oh, Tuhan, tolong aku.” Dalam hati aku mendesah. Aku trauma mendengar suara itu. Tak dapat kubayangkan apa yang akan kualami lagi malam itu. Pada saat itulah rasa kesalku muncul pada suamiku. Dan peristiwa itulah yang telah membuat aku lupa bahwa aku mencintainya. Kejengkelan menggondok di dada. Aku sudah tidak tahan. Aku mencoba memutar otak, memikirkan hal apa yang harus aku lakukan agar terhindar dari suara itu. Dan aku pun mendapatkan ide….
“Ayah, Ayaaah… banguuuun. Banguuun, Yah. Ayaaah, Radika nggak bisa tidur nih!” Anakku tiba-tiba terbangun akibat suara itu. Tapi ayahnya hanya bergumam sambil membalikkan badan. Karena kesal, akhirnya Radika pindah ke kamarnya sendiri. Tak jadi nimbrung di kamar kami.

Aku sudah punya kiat sendiri untuk mengatasi suara ngorok bang Raja. Aku bangkit menuju meja rias. Kuambil kapas pembersih muka yang ada di sana. Kubelah menjadi dua dan kemudian kubulat-bulatkan. Bulatan-bulatan kapas tersebut kumasukkan ke dalam telinga kanan dan kiriku. Kini aku tak bisa mendengarkan apa-apa lagi. Hatiku teramat lega. Aku bisa istirahat dengan tenang. Aku tidur sangat nyenyak.

Tengah malam aku terbangun. Kurasakan cairan yang sangat dingin mengalir di rongga telingaku. Cairan tersebut terus mengalir menjelajahi rongga telingaku dengan perlahan. Aku dapat merasakan sensasi dingin di tiap alirannya. Namun tiba-tiba cairan tersebut berhenti mengalir. Berhenti persis di gendang telingaku. Dinginnya cairan masih dapat kurasakan.

Beberapa detik kemudian, sensasi dingin mulai lenyap, dan kini digantikan dengan rasa hangat yang menjalar hingga ke ubun-ubunku. Aliran cairan berhenti total sekarang, dan aku dapat merasakan cairan yang mulai memadat. Perlahan-lahan. Aku dapat merasakan di tiap inci gerakan memadat itu. Aku mencoba menikmati tiap sensasi yang kurasakan. Hingga akhirnya aku pun terlelap. Karena lelah. Atau karena aku merasa sunyi dan sepi.
Paginya aku terbangun. Aku heran, baru kali itu aku tidak mendengar jam wekerku berbunyi. Apa karena aku terlalu lelah? Tapi, aku tidak mendengar apa-apa. Tak satu suara pun dapat aku dengarkan. Aku seakan-akan berada di dalam gua yang sunyi dan senyap. Kulihat bang Raja masih lelap. Tapi tak dapat kudengar dengkurannya. Dan aku teringat kapas yang telah kusumbatkan di telingaku sebelumnya. Aku menjadi lega.

Kucoba mengarahkan jemariku ke kedua telingaku. Kurogoh lubang telingaku untuk mencabut kapas yang terpasang. Namun tak kutemukan benda lembut itu di sana. Kucoba mencarinya lagi. Tetap tak dapat  kutemukan. Aku bergerak menuju cermin di kamar mandi. Kulihat refleksi diriku dalam cermin yang terpasang di dinding kamar mandi. Aku miring ke kanan, dan kuarahkan lubang telingaku ke sana. Dapat kulihat gambar telingaku, tapi aku tak mendapati lubang telingaku. Aku cemas. Kucoba memasukkan jemariku  ke sana, tapi tak bisa. Terhalang oleh suatu benda yang keras dan berwarna putih. Teramat keras.

Aku mulai panik. Kutarik benda yang teramat keras itu, tapi tak bisa. Sebab benda itu seolah menyatu dengan telingaku. Aku sangat tegang. Kuraba telinga kiriku. Hal yang sama kudapati. Kutekan-tekan benda yang menutupi  rongga telingaku itu. Tak ada reaksi. Aku mulai histeris. Kucoba pecahkan dinding yang tumbuh itu dengan mengetuk-ngetuk kedua telingaku. Hasilnya tetap sama. Dinding itu tetap bergeming. Aku bingung. Aku histeris. Aku panik. Aku tak dapat mendengarkan apa-apa. Aku tak bisa mendengar dengkuran suamiku. Aku terkurung dalam sepi.
“Tidaaaaaaaaaakkkkk……” ***

Dessy Wahyuni, adalah pegawai Balai Bahasa Riau. Selain menulis cerpen, juga menulis esai dan menerjemahkan karya sastra. Tinggal di Pekanbaru.

(riaupos)

PT AP II Beri 2.000 Nasi Bungkus

MEDAN- Sebagai wujud kepedulian kepada korban banjir di Kecamatan Medan Polonia, PT Angkasa Pura (AP) II memberi bantuan berupa 2.000 nasi bungkus kepada warga Kelurahan Sari Rejo Lingkungan I dan VII, Jumat (1/4) malam.

“Kita berikan bantuan ini, karena memang mereka sangat dekat dengan bantaran Sungai Babura dan kondisi mereka cukup parah,” ujar Kepala Cabang (Kacab) PT Angkasa Pura (AP) II, Bram Bharoto Tjiptadi SE.
Selain itu, Bram juga mengatakan, nasi bungkus juga diberikan kepada penduduk di Kelurahan Polonia, yakni ada tiga kelurahan. “Di sini juga banjir cukup parah, khusus di Kelurahan Polonia jumlah nasi bungkus sebanyak 1.100,” ucapnya.

PT Angkasa Pura pun berencana akan memberikan bantuan lainnya, selain nasi bungkus. “Ini sebagai langkah cepat dari kami untuk membantu para korban banjir. Bantuan lain seperti sembako akan menyusul diberikan,” jelasnya.
Pantauan wartawan koran ini, nasi bungkus yang dibagikan diangkut menggunakan mobil pick up milik PT Angkasa Pura II, ada dua mobil yang dipakai. Begitu tiba di lokasi banjir, pengungsi yang sudah menunggu langsung menyerbu nasi bungkus yang dibawa untuk dimakan.(adl/rud)

Polisi Usut Pengeroyok Gobertus

BELAWAN- Polres KP3 Belawan terus menindaklanjuti proses hukum atas tewasnya Torang Panjaitan (46), dan pasangan suami istri Gobertus Sinaga (56) dan Rohani Siregar (50), warga Jalan Maden Baru, Lorong Satahi, Lingkungan IX, Kelurahan Labuhan Deli, Kecamatan Medan Labuhan.

“Kami masih melakukan penyelidikan terhadap kasus ini,” ujar Kasat Reskrim Polres Pelabuhan Belawan, AKP Hamam kepada wartawan, Sabtu (2/4). Dia mengatakan, saat ini pihaknya masih melakukan pemeriksaan kepada beberapa orang saksi untuk dimintai keterangan.

Menurutnya, Polres KP3 Belawan akan tetap menindaklanjuti permasalahan ini dan akan mengusutnya sampai tuntas. “Kami akan tindak tegas orang yang main hakim sendiri dan kita usut sampai tuntas kasus ini,” tambahnya.
Hamam menjelaskan, kesulitan yang dihadapi pihaknya saat ini adalah memeriksa warga sekitar yang melihat kejadian tersebut, karena warga terkesan enggan memberikan keteranga. “Mereka tidak mau banyak memberi keterangan, jadi kami agak kesulitan mengumpulkan data,” jelasnya.

Sementara di rumah Torang Panjaitan, suasana duka masih menyelimiti keluarga itu. Para keluarga dan kerabat dekat terus berdatangan untuk melayat. Sesekali para pelayat melihat rumah Gobertus Sinaga tak jauh dari rumah Torang yang dibakar warga.

Seorang keluarga Torang, J Panjaitan (59) mengatakan, rencananya jenazah Torang akan dikebumikan di kampung halamannya yakni Siborong-borong. “Nanti malam (tadi malam, Red) jenazah akan dibawa ke Siborong-borong untuk dimakamkan di sana. Jenazah akan dibawa menggunakan bus agar keluarga yang lain dapat ikut pergi ke sana mengikuti upacara pemakaman di sana,” tambahnya.(mag-11)

 

Reuni Ala Aquilani di Olimpico

SAAT Juventus bertandang ke Stadion Olimpico Roma, dini hari nanti, sosok Alberto Aquilani akan menjadi perhatian utama Romanisti (julukan fans AS Roma).

Betapa tidak, pemain yang pernah merumput bersama Liverpool itu pernah menimba ilmu di akademi sepakbola Roma. Karenanya, jangan heran bila pada laga nanti Aquilani membobol gawang AS Roma, dirinya tidak melakukan selebrasi.
“Apabila saya mencetak gol melawan I Giallorossi, saya tak akan melakukan selebrasi. Bagi saya, ini akan menjadi pertandingan yang sulit,” tuturnya kepada Football Italia.

Aquilani, yang sempat diprediksi akan menjadi legenda baru Tim Serigala terpaksa dijual ke Liverpool karena Gialorossi  mengalami krisis finansial. (net/jpnn)

Serahkan PSSI Sama Perempuan

Sudah saatnya perempuan memimpin PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia).  Sebab, perempuan memiliki jiwa mengayomi dan banyak kelebihan lainnya yang bisa memacu sepak bola lebih maju.

Begitulah pendapat pribadi Nurhasanah S Sos, anggota dewan Sumut dari Komisi E ini. “Saya pikir, ketimbang PSSI kisruh sana sini, tak ada damainya, lebih baik serahkan saja PSSI di tangan perempuan saja muncul. Perempuan lebih bisa menganyomi kok. Saya yakin, PSSI lebih maju di tangan perempuan,” ujar wanita pecinta olahraga sepak bola ini.

Kemunculan perempuan menjadi calon Ketua Umum PSSI yakni  Diza Rasyid Ali, harusnya didukung bersama. Apalagi, Diza telah lama berkecimpung di sepakbola Nasional menjadi Direktur Klub Divisi II Makassar Utama dan Ketua Vavoca FC. “Bukan hanya Mbak Diza, siapapun perempuan mencalonkan diri jadi Ketua Umum PSSI, harus kita dukung bersama,” kata ibu dari empat anak ini.

Dikatakan Nurhasanah, jangan pernah menyepelekan kemampuan perempuan. Perempuan mampu memimpin di segala bidang, bahkan di tangan perempuan kepemimpinan apapun menjadi semakin baik.  “Contohnya, ekonomi kita morat marit kena krisis terselamatkan Sri Mulyani (mantan Menteri Perekonomian,Red). Kehebatan Sri Mulyani diakui dunia lho. Nah, sepakbola juga sama, kalau bisa ditangani perempuan, ya udahlah, serahkan sama perempuan. Menpora juga harus mendukungnya,” kata wanita yang sebelumnya lama berkecimpung di dunia jurnalis ini.
Menurutnya, sekarang ini dimana saja perempuan punya peluang, di segala bidang perempuan itu mampu. Namun sayangnya masih ada gender di segala aspek, termasuk di sepak bola.

“Gender itu masih sangat melekat di segala aspek. Setiap kali perempuan ingin mencalonkan diri menjadi pemimpin, selalu dianggap sebelah mata karena dia perempuan. Begitu juga saat ini ada calon dari perempuan yang ingin maju menjadi calon Ketua Umum PSSI, masih dianggap sebelah mata,” bilang wanita yang sudah single parent  selama 14 ini.

Dikatakannya, perempuan punya banyak kelebihan yang tak dimiliki laki-laki. Dalam mengambil kebijakan, perempuan lebih mengasah analisisnya bukan dengan egonya seperti laki-laki dan kelebihan lainnya.
“Kita minta dukungan dari Menpora, supaya perempuan memimpin olah raga, termasuk PSSI, siapapun perempuan itu. Asalkan memiliki kemampuan dan  bekerja secara profesional,” pungkasnya. (laila azizah)

Tabrakan Beruntun, Satu Masuk Jurang

TEBING TINGGI- Tabrakan beruntun terjadi di Jalan Lintas Sumatera (Jalinsum) Tebing Tinggi-Kisaran, tepatnya di Dusun I, Desa Paya Pasir, Kecamatan Tebing Tinggi, Serdang Bedagai, Sabtu (2/4) sore pukul 15.00 WIB. Namun tidak ada korban jiwa dalam tabrakan ini, meski mobil Mobil Cevrolet Captiva BM 17 ML yang dikemudikan Abdul Wahid (29), warga Pekanbaru masuk ke jurang sedalam 4 meter.

Kejadian ini bermula ketika Kukuh Anugrah (19), warga Desa Binjai, Kabupaten Serdang Bedagai, mengendarai sepeda motor BK 2480 QO datang dari Kisaran menuju Tebing Tinggi. Saat itu, dia hendak mendahului mobil Cevrolet Captiva BM 17 ML yang ada di depannya. Ternyata saat menyalip, ada mobil Panther yang terparkir di pinggir jalan. Gugup, dia pun tak mampu menghindar dan menghantam mobil tersebut dan terjatuh.

Melihat Kukuh terjatuh, Abdul Wahid yang mengemudikan Cevrolet Captiva BM 17 ML berusaha menghindar. Ternyata, dia malah menghantam mobil Carry BK 1384 VK yang dikemudikan Akmal Dalimunthe (51) bersama istrinya Poniati (27), warga Kota Tebing Tinggi, datang dari arah berlawanan. Akibatnya, mobil yang dikemudikan Abdul Wahid masuk jurang sedalam 4 meter. Sementara Poniati harus dilarikan kerumah sakit karena mengalami patah kaki.
“Terkejut saya, karena pengendara sepeda motor itu motong tiba-tiba. Melihat dia jatuh, saya langsung banting setir dan menabrak mobil Carry di depan saya. Setelah menabrak, mobil saya masuk jurang,” terang Abdul Wahid kepada wartawan koran ini.(mag-3)

Beras Berjamur Sebabkan Kanker Hati

MEDAN- Masyarakat penerima beras miskin (raskin) diminta agar berhati-hati saat menerima beras tersebut. Pasalnya, ada kemungkinan raskin tersebut mengandung jamur Aflatoksin yang jika dikonsumsi dengan intensitas tinggi akan menyebabkan kanker hati.

Nemun begitu, Bulog Drive I Sumut yakin, raskin yang didistribusikan di Sumut bagus dan tidak mengandung jamur tersebut. “Kualitas raskin di Sumut bagus. Malah warnanya putih bersih. Jadi, selama ini memang belum ada kita temukan beras yang mengandung jamur Aflatoksin tersebut,” kata Kasi Humas Bulog Drive I Sumut, Rusli Siregar kepada wartawan, Sabtu (2/4).

Menurut Rusli, memang ada kemungkinan beras raskin tersebut berjamur, namun hal tersebut membutuhkan proses yang lama. Tapi, jika ada warga menemukan raskin berjamur, pemerintah harus segera menghentikan distribusi raskin tersebut.

“Kalau pun beras raskin tersebut berjamur, itu karena tempat penyimpanannya yang lembab dan tidak baik. Tapi itu prosesnya lama, beras yang kualitasnya jelek, warnanya akan menguning lalu menjadi kehitam-hitam,” ujarnya.
Lagipula, katanya, beras impor pasti telah melalui pemeriksaan sebelum di distribusikan ke Sumut. “Beras yang di impor pasti dilakukan pemeriksaan terlebih dahulu dan dikarantina. Jadi proses karantina itu yang menentukan berasnya berjamur atau nggak,” katanya.

Namun, pihaknya akan terus melakukan pemeriksaan. Kalau nanti memang ada ditemukan beras yang mengandung jamur Aflatoksin, akan segera ditindaklanjuti.Dirut Jaringan Kesehatan Masyarakat (JKM) Sumut, dr Delyuzar SpPA mengatakan, jika beras berjamur dikonsumsi dalam jumlah yang banyak dengan intensitas tinggi, besar kemungkinan pengkonsumsinya terkena Afatoksikosis.
“Beras yang tak lagi berwarna putih dan telah hitam atau kekuning-kuningan pasti telah berjamur aflatoksin. Jika dikonsumsi dalam waktu yang lama akan menimbulkan sirosis yang menjadi benih terjadinya kanker hati,” urainya dalam menanggapi rendahnya kualitas raskin di Sumut.

Menurutnya bukan hanya beras, kacang-kacangan juga dapat terkena jamur aflatoksin. Untuk kacang-kacangan warna akan terlihat memudar. Untuk itu penyimpanan beras harus di tempat yang kering. Selain itu, pengawasan terhadap beras juga harus dilakukan.

“Memang kualitas raskin sangat buruk. Kemungkinan karena tempat penyimpanannya yang lembab dan menyebabkan timbulnya jamur dan kutu pada beras. Untuk itu, bulog harus mengawasi beras yang beredar di pasaran. Jangan sampai beras berkualitas buruk dimakan masyarakat dan menimbulkan penyakit,” ujarnya.(mag-7)

Pakai Payung Saat tak Hujan

Ramadhan Batubara

Terus terang saya penasaran, siapa orang bijak yang mengeluarkan kalimat ‘sedia payung sebelum hujan’? Sumpah, saya salut dengan itu. Nah, jika saja saya hidup semasa dengannya, selain mengungkapkan kekaguman kepadanya, saya juga akan bertanya soal ulat bulu padanya. Lho?

Tentu, ini soal kejadian unik yang dialami warga tujuh desa di Probolinggo, Jawa Timur, akhir-akhir ini. Begitulah, ketika Medan dilanda banjir hingga merendam ribuan rumah dan menjebak ribuan kendaraan bermotor, Probolinggo lebih dulu kebanjiran ulat bulu. Sebuah fenomena yang sejatinya mengerikan. Bayangkan saja jika Anda sebagai orang yang geli atau juga anti terhadap ulat bulu, bagaimana Anda bisa bernapas di Probolinggo sana kan?

Awalnya saya tak begitu tertarik dengan kabar itu, pasalnya berita tersebut seakan tenggelam dengan kisruh PSSI. Tapi, beberapa hari yang lalu, melalui sebuah saluran televisi, saya melihat seorang lelaki berpayung di saat hari terang. Dia tersenyum sambil melirik kamera, tak lama kemudian dia masuk rumah, sambil nyengir. Ukh, ini bukan karena lelaki itu agak ‘mentel’ hingga takut dengan matahari, tapi karena dia tak mau tubuhnya dihinggapi ulat buluh yang kemungkinan besar bisa jatuh dari atas pohon. Dan benar saja, ketika kamera mengarah ke payung yang dipakai lelaki tadi, terlihat ada belasan ulat bulu di sana. Fiuh.

Tambah unik, ulat bulu itu seakan tiada henti menghujani kawasan di sana. Diasapi sudah, pohon ditebangi juga sudah, tetap saja masalah ulat bulu belum juga tuntas. Malah, bisa dikatakan warga di sana tinggal pasrah saja. Yang bisa mereka lakukan adalah, selain memakai payung ketika berpergian, menyirami sekiling rumah mereka dengan oli agar ulat buluh tak bisa masuk ke rumah. Selain itu, ya, tidak ada lagi.

Menariknya, Probolinggo kan masih Indonesia. Nah, namanya Indonesia, pasti memiliki pernyataan yang menenangkan ketika ada musibah. Contoh, ketika tabrakan, orang Indonesia akan berkata, “Untung tidak mati.” Begitu kan? Nah, soal ulat bulu, muncul pula p[ernyataan menarik dari Kepala Dinas Pertanian Probolinggo A Hasyim Ashari. Pejabat ini menyatakan kalau hujan ulat bulu juga membawa hikmah. Ya, katanya, pohon mangga yang saat ini meranggas karena diserang ulat bulu ke depannya akan lebih produktif. “Teorinya pohon yang diserang ulat jumlah produksi buahnya akan lebih banyak dibandingkan pohon mangga yang tidak terkena ulat. Lihat saja nanti,” katanya di sebuah media online, Jumat (1/4).

Ia memperkirakan masyarakat akan mengalami panen raya buah mangga antara bulan Oktober-November. Menurut dia, buah mangga adalah buah musiman yang hanya berbuah sekali dalam satu tahun.
“Kalau dihitung mundur 4 bulan akan terjadi pembungaan. Bunga-bunga yang diserang akan lebih banyak dibandingkan yang tidak. Bunganya akan lebih optimal menjadi buah,” tuturnya.

Bah! Kenapa pula berbicara seperti itu  disaat masyarakat masih sibuk menghindari gatal yang disebabkan ulat bulu itu. Tapi, terserahlah, soal sedia payung sebelum hujan memang lebih tepat ditujukan ke Medan dibanding Probolinggo. Apa yang terjadi di Jawa Timur tersebut memang sulit ditebak. Tiba-tiba saja ulat bulu hadir bak hujan di musim penghujan. Nah, di Medan, banjir yang berulang harus sudah bisa ditanggulangi. Memang, hujan adalah sesuatu yang berada di luar kendali manusia.

Namun, dengan teknologi yang ada, bukankah manusia bisa memprediksi kehadirannya. Nah, kemana peringatan dini bagi warga Medan yang beberapa hari lalu harus mengungsi. Adakah mereka tahu banjir akan hadir?

Lalu, jika memang hujan di luar kendali manusia, bukankah tata kota bisa dikendalikan? Tapi, sekali lagi, berbicara soal banjir di Medan hanya akan membuat urat kepala menjkadi ketat, ujung-ujungnya hanya sebatas wacana. Yang menjadi pikiran saya adalah, banjir yang hadir di Medan belakangan ini semakin besar. Maksudnya, jika sebelumnya banjir hanya menghajar kawasan pinggir sungai, kini mulai melebar. Bahkan, rumah dinas pejabat kota maupun provinsi sampai tak bisa mengelak. Yang saya takutkan, jika banjir akan datang lagi, dia akan semakin parah. Lalu, bagaimana dengan lima atau sepuluh tahun ke depan, bisa saja jembatan layang Amplas juga kebanjiran kan? Fiuh.
Begitulah, saya memang salut dengan pencipta kalimat ‘sedia payung sebelum hujan’. Meski tidak menyebut soal ‘ulat bulu’, dia tentunya mengharapkan manusia bisa mempersiapkan sesuatu sebagai bekal di kemudian hari.

Nah, ketika kejadian, payung yang sudah disediakan tinggal dipakai; bukan ketika kejadian payung yang telah ada dilupakan. Jadi, bukan sembarang mencari pemecahan setelah sesuatu terjadi. Ya, kalau begitu kejadiannya, kata bijak pun berubah menjadi pelipur lara kan? Menyedihkan. (*)
1 April 2011