28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 15543

Toke Ikan dan Istri Tewas Diberondong 15 Peluru

Tiga Pelaku Perampokan Kabur, 4 Mobil Dibiarkan

MEDAN- Kapolda Irjen Pol Wisjnu Amat Sastro sedang ‘ditantang’ pelaku tindak kriminal. Baru 6 hari melaksanakan serah terima jabatan kapolda dari Irjen Pol Oegroseno, sebuah teror terjadi pukul 21.30 WIB tadi malam. Sepasang suami istri pengusaha penangkapan ikan dan garam cap Golven, Suwito (36) dan Dora Halim (32), warga Jalan Akasia I No 50, Bambu III Kelurahan Kampung Durian Medan Timur, tewas ditembak orang tak dikenal di mobilnya, Chevrolet Captiva BK 333 TO. Sedangkan seorang baby sitter bernama Aini terkena tembakan di kaki. Sedangkan dua anak Suwito Christovin (2) dan Latresia (5) selamat.

Setelah menembak korban, pelaku langsung melarikan diri dengan sepeda motor, tanpa sempat masuk ke rumah berlantai tiga itu atau membawa barang berharga. Di lokasi kejadian ditemukan 25 selongsong peluru diduga dari senjata api jenis FN. Sementara mobil empat jenis mobil lainnya yakni, Mitshubishi Kuda BK 1338 FR, BMW B 333 WIE, Inova BK 333 TU dan Toyota Fortuner BK 333 WT, masih terparkir di garasi.

Tadi malam, seluruh korban dibawa ke Rumah Sakit Umum Colombia Asia Jalan Listrik Medan.
Menurut informasi yang dikumpulkan dari lokasi, peristiwa itu terjadi di malam gerimis, hanya beberapa saat ketika pasangan suami istri, anak dan baby sitternya itu pulang makan malam di Plaza Medan Fair.

Sesampai di depan rumah, pembantu rumah tangga bernama Hana (40) membuka garasi, hendak diparkirkan dengan posisi mundur. “Di mobil ada lima orang, tuan dan nyonya beserta kedua anaknya dan baby sitter,” ungkap Hana di lokasi kejadian.

Wanita asal Kupang yang telah lima tahun bekerja di rumah keluarga Suwito itu menuturkan, saat mobil masuk dan ia hendak menutup garasi, tiba-tiba muncul sesosok orang tak dikenal. Sosok yang diduga pria itu memakai jaket hitam, celana jins hitam dan juga mengenakan helm warna hitam langsung menodongkan pistol ke arahnya. Seketika, Hana lari ke lantai dua rumah tersebut.

“Aku tidak sempat melihat pelakunya, aku saja terkejut saat itu sedang membuka pintu karena Pak Wito baru pulang,” ujar Hana.

Setelah itu, Hana tidak mengetahui kejadian selanjutnya di garasi. Tetapi dia mendengar suara letusan senjata api puluhan kali. Setelah letusan usai, Hana memberanikan diri turun kembali ke garasi. Melihat kedua majikannya terkapar tak bernyawa lagi, Hana meminta tolong kepada warga setempat. Barulah setelah itu, warga berkerumun di Tempat Kejadian Perkara.

Menurut tetangga Suwito, ada 3 orang yang duduk di atas dua sepeda motor dan seorang berdiri menembaki Suwito dan keluarganya. Sedangkan Amat (48), pedagang sate yang mangkal tak jauh dari lokasi kejadian, mengaku sempat melihat 2 pria mondar mandir di sana.

Saksi mata lain yang juga warga setempat, Diky Zulkarnaen, mengaku melihat pelaku menembaki mobil di garasi. “Pertama mendengar suara letusan, saya pikir suara kembang api. Karena kondisi hujan, saya pikir itu tidak mungkin. Makanya saya curiga dan mengecek langsung dari asal suara. Ternyata ada orang bersenjata api menembaki mobil di garasi,” tuturnya di tempat kejadian perkara (TKP).

Saat pelaku menghujani tembakan, mobil tersebut terlihat berupaya keluar garasi. Mungkin karena tidak sanggup lagi dihujani peluru, mobil tersebut menabrak pintu pintu garasi berwarna abu-abu.
“Tadi mungkin yang di dalam mobil mau berusaha keluar, tapi akhirnya menabrak pintu garasi. Setelah itu, para kawanan tersebut pergi meninggalkan rumah tersebut,” ungkapnya.

Bersama seorang penarik becak bermotor yang tengah berada tidak jauh dari lokasi kejadian, Diky sempat mengejar kawanan bersenjata api tersebut yang diduga berjumlah tiga orang tersebut. Menggunakan balok yang ada di dekat mereka, keduanya tersentak ketika seorang dari tiga pelaku menodongkan pistol. “Karena ditodong pistol kami akhirnya menghindar,” katanya lagi.

Tiga orang tak dikenal kemudian melarikan diri dengan sepeda motor. Satu jenia Jupiter MX, satunya lagi belum diketahui jenisnya.

“Ada dua kereta, satunya Jupiter MX warna hitam. Tapi saya tidak sempat lihat plat BK nya. Satu kereta lagi, saya nggak tahu merknya apa. Tapi yang pasti parkir di depan rumah itu,” lanjutnya.

Tak lama kemudian, polisi datang. Dari lokasi kejadian, polisi mengamankan 27 proyektil peluru yang dimuntahkan dari senpi. Menurut sumber di lapangan, pelaku menggunakan pistol jenis colt kaliber 5 mm dan 6 mm.
Dari pantaun Sumut Pos, selongsong peluru yang menembus kaca mobil bagian depan sebanyak 15 lubang. Di kaca bagian samping setir sebanyak lima lubang, kaca dibagian samping tepatnya dibelakang setir sebanyak dua lubang dan di kaca bagian sisi lainnya sebanyak 3 lubang.

Di garasi tersebut masih terdapat empat jenis mobil lainnya yakni, Mitshubishi Kuda BK 1338 FR, BMW B 333 WIE, Inova BK 333 TU dan Toyota Fortuner BK 333 WT.

Menurut para tetangga yang ditemui Sumut Pos dan enggan menyebutkan namanya, keluarga Suwito sangat tertutup. “Kami kurang kenal Bang, setahu kami pengusaha. Namanya pun nggak tahu. Karena nggak pernah bergaul,” ungkapnya.

Sedangkan menurut Aini saat ditemui di rumah sakit, itu dua orang pria masuk ke pagar dan menembaki kedua majikannya.

Kapolresta Medan Tagam Sinaga yang berada di lokasi kejadian menyatakan, sampai sejauh ini masih dalam penyelidikan. “Motif belum diketahui, karena barang-barang tidak ada yang hilang. Untuk proyektil peluru (dari senjata) jenis FN sebanyak 25 selongsong,” katanya.

Kejadian ini memunculkan keprihatinan banyak orang. Praktisi hukum Nuriyono SH menegaskan, peristiwa ini merupakan pekerjaan rumah (PR) bagi Kapoldasu baru. Apalagi, selama ini peristiwa kejahatan yang menggunakan senjata api tidak pernah terungkap.

Polisi hanya sekadar publikasi atau kamuflase. Polisi sampai saat ini tidak pernah mengetahui kelompok mana yang eksis menggunakan senjata api, dalam aksi-aksi kejahatan yang terjadi,” tegasnya.
Sepengetahuan Nuriyono, sejauh ini memang tingkat kejahatan bisa diminimalisir. Tapi kualitas tindak kejahatan semakin meningkat seperti penggunaan senjata api. Dan inilah yang tidak terdseteksi oleh kepolisian.
“Kenyataan ini menandakan sumber daya mnusia (SDM) khususnya yang dimiliki (Polda) Sumatera Utara dan (Polresta) Medan bukan yang terbaik dan berkualitas. Ini menandakan polisi tidak mampu,” tandasnya.(ari/mag7/mag8)

Kronologis Kejadian Teror di Hujan Gerimis
Selasa, 29 Maret Pukul 21.30 WIB
Lokasi: Jalan Akasia I No 50, Bambu III Kelurahan Kampung Durian Medan Timur.

  • Rombongan Suwito tiba di kediamannya.
  • Mobil Chevrolet Captiva BK 333 TO hendak diparkir dengan posisi mundur
  • Pembantu bernama Hana membukakan pintu garasi
  • Muncul seseorang yang memakai jaket hitam bercelana jins hitam mengenakan helm warna hitam menodongkan pistol ke arah Hana. Hana lari ke lantai dua rumah tersebut.
  • Hana mendengar suara letusan senjata api puluhan kali.
  • Hanna kemudian turun ke garasi dan menemukan kedua majikannya terkapar tak bernyawa lagi lalu menjerit minta tolong.
  • Warga berkerumun di TKP
  • Diky Zulkarnaen bersama seorang penarik becak bermotor sempat mengejar kawan bersenjata api tersebut, karena ditodong pistol mereka lari menghindar.
  • Pelaku diduga 3 orang, mengendarai Jupiter MX warna hitam dan sepeda motor yang belum teridentifikasi jenisnya.
  • Kaca depan mobil Captiva tembus 15 lubang, kaca samping dekat sopir 5 lubang, kaca di jok baris kedua di belakang sopir 2 lubang dan 2 lubang di kaca di sisi lainnya
  • Ditemukan 25 selongsong peluru
  • Polisi menduga pelaku menggunakan senjata FN
  • Mobil di garasi Captiva Bk 333 TO, Mitshubishi Kuda BK 1338 FR, BMW B 333 WIE, Inova BK 333 TU dan Toyota Fortuner BK 333 WT.

Rektor USU Pilih Kabur

Saat Ditanya Kasus Alkes Rp38 M

MEDAN-Pihak USU melalui humasnya, Bisru Hafi, telah mengakui empat profesornya diperiksa Kejatisu terkait dugaan korupsi pengadaan alat kesehatan (Alkes) Fakultas Kedokteran (FK) tahun 2010 senilai Rp38 miliar. Meski demikian, pihak lembaga pendidikan ternama itu masih belum bersedia memberikan penjelasan detail tentang kasus yang diduga melibatkan Prof SYP, Prof DDM, Prof GLN dan Prof CHY tersebut.

Rektor USU, Prof Syharil Pasaribu, berulang kali berusaha ditemui di kampus itu, selalu dihalangi pihak USU. Dihubungi via ponselnya, rektor mengarahkan untuk menemui pihak humas. Hingga tadi malam, saat ditemui wartawan koran ini di tempat praktiknya di RSU Columbia Asia (dulu RSU Glenni Hospital, Red), Jalan Listrik No 2A, ahli penyakit anak dan konsultan infeksi tropis ini berlari menghindar, mengambil langkah seribu. Padahal wartawan koran ini sudah memintanya dengan santun untuk memberikan klarifikasi.

Sebenarnya, upaya meminta klarifikasi dari Prof Syahril Pasaribu telah dilakukan sejak berita tentang kasus Alkes ini diturunkan, lima hari lalu. Namun yang bersangkutan tetap menolak, dan mengaku tidak mengetahui kasus tersebut. Upaya konfirmasi juga telah diupayakan melalui jalur resmi.

elalui humas USU, Bisru Hafi. Namun pejabat humas ini mengaku tidak mengetahui kasus tersebut. Setelah wartawan koran ini mendesak, pejabat humas ini tetap tak memberi akses konfirmasi kepada Prof Syahril.
Setelah beberapa kali didesak, Bisru malah mengarahkan kepada PR II, Prof Armansyah Ginting. Namun saat pertanyaan seputar dugaan korupsi Alkes FK USU yang kini ditangani Kejatisu, Armansyah mengaku tidak bisa menjawab. Dia beralasan sama sekali tidak mengetahui kasus tersebut, karena memang tidak terlibat dalam prosesnya.
Meski telah berkali-kali ditolak oleh Rektor USU, Selasa siang (29/3), wartawan koran ini tetap berupaya meminta penjelasan soal tentang kasus tersebut. Namun saat wartawan koran ini tiba di Biro Rektor, semua pejabat USU tak memberikan akses. Sekitar pukul 11.00 WIB, wartawan koran ini kemudian menelepon Prof Syahril. Namun jawaban yang diberikan tak sesuai harapan. Saat mengetahui inti pertanyaan, Syahril langsung memotong. “Kalau untuk itu, langsung tanyakan saja ke Humas USU ya…,” ujarnya dengan nada terburu-buru.

Tak puas sampai di situ, sekira pukul 17.50 WIB wartawan koran ini kemudian meluncur ke tempat praktiknya di RS Columbia Asia, Jalan Listrik. Informasi yang diterima wartawan koran ini, Prof Syahril berpraktik di rumah sakit ini mulai pukul 18.00 WIB-21.00 WIB. Malam sebelumnya (28/3), sebenarnya wartawan koran ini juga telah mendatangi rumah sakit ini. Namun keburu Syahril yang telah meninggalkan tempat praktiknya. Sekitar 30 menit atau pukul 18.20 WIB wartawan koran ini tiba di RS Columbia Asia.

Setelah bertanya kepada beberapa orang, ternyata Prof Syahril sedang melayani pasien di ruangan praktiknya di Lantai II Ruang 5. Wartawan koran inipun bisa masuk di ruangan yang berada di depan tempat praktiknya. Saat itu seorang petugas mengatakan, baru 13 pasien yang telah dilayani Prof Syahril. Beberapa pasien lainnya masih terlihat antre menunggu panggilan.

Tak ingin mengganggu aktivitasnya melayani pasien, wartawan koran inipun mengirimkan SMS yang isinya meminta izin wawancara terkait dugaan korupsi Alkes FK USU yang beberapa jam sebelumnya telah ditanyakan via telepon. Namun SMS tersebut hingga satu jam kemudian tak dibalasnya juga. Bahkan hingga selesai praktik, Prof Syahril tak juga membalasnya.  Wartawan koran ini yang hanya terpisah satu dinding, sempat melihat Prof Syahril sibuk melayani pasien dari celah pintu. Saat itu Prof Syahril mengenakan kemeja lengan panjang berwarna biru muda bergaris vertikal warna biru tua, celana keper hitam dan memakai sepatu kulit hitam.

Karena lama menunggu, sesekali wartawan berkeliling di lokasi praktik dan beberapa kali keluar-masuk toilet untuk buang air kecil, karena suhu di Lantai II rumah sakit tersebut memang sangat dingin. Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pukul 20.35 WIB, Prof Syahril selesai praktik. Saat keluar dari ruang praktik, Syahril langsung terburu-buru begitu melihat wartawan koran ini. Setengah berlari dia keluar menuju parkir mobil yang ada di halaman depan rumah sakit. Wartawan koran inipun ikut berlari, mengejar Prof Syahril yang berupaya kabur.

Saat berlari itu, wartawan koran ini menyampaikan maksud yang telah diutarakan via SMS sebelumnya. Dengan nada membentak, Prof Syahril mengatakan, “Tidak, tidak… tidak ada konfirmasi dari saya. Tadi siang kamu telepon, dan sudah saya bilang konfirmasi ke Humas USU saja,” tuturnya sambil menuju mobilnya. Setibanya di parkiran, saat itu hujan gerimis, Prof Syahril langsung masuk ke mobilnya jenis Honda Civic dengan plat polisi BK 110 SP, kemudian tancap gas meninggal wartawan koran ini. Saat itu wajah Prof Syahril terlihat sangat tegang.

Sementara itu, sebelumnya di kesempatan beda, Kabag Promosi, Humas dan Protokoler USU Bisru Hafi mengatakan, tidak benar adanya dugaan korupsi di tubuh USU mengenai pengadaan alat kesehatan di FK USU 2010 lalu. “Dalam hal ini, kami telah menelaah dan merasa tak melakukan penyimpangan,” katanya. Bisru juga mengatakan, dalam menghormati proses hukum yang sedang berjalan, yang telah dilakukan oleh pihak kejaksaan, pihak USU masih tetap mempertahankan mosi untuk menunggu perkembangan proses selanjutnya.

Sementara itu, mengenai adanya pihak internal USU yang mengadukan kasus ini ke media, Bisru juga mengatakan hal tersebut tidak benar. Karena menurutnya pihak rektorat telah menggelar rapat koordinasi untuk menanggapi hal tersebut. “Sejauh ini, hasil rapat koordinasi tersebut belum menemukan kebenaran tentang adanya keterlibatan pihak internal USU yang mengadukan kasus ini,” jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, Kajatisu, Sution Usman Adji juga mengakui pihaknya melakukan pengusutan dugaan korupsi pengadaan alat-alat kesehatan (alkes) di Fakultas Kedoktera (FK) USU, untuk anggaran tahun 2010 senilai Rp38 miliar. Namun kasus tersebut belum dilimpahkan intel ke bagian tindak pidana khusus (Pidsus) Kejatisu. “Tim sudah bekerja, namun kasus itu belum dinaikkan statusnya dari penyelidikan ke penyidikan. Saat ini tim intelejen sedang berusaha mencari bukti tentang adanya penyimpangan anggaran,” kata Kepala Sution Usman Adji kepada wartawan, Kamis (25/3).

Ketika disinggung adanya beberapa pejabat di USU yang sudah diperiksa, Sution Usman Adji tidak menampik. Namun Sution belum mau menjabarkan lebih lanjut, karena kasus tersebut masik lidik. “Kasus itu masih penyelidikan, jadi kita belum bisa jabarkan siapa saja yang diperiksa dalam perkara tersebut, baik pejabat yang berkepentingan ataupun perusahaan rekanan,” tegas Sution.

Sution juga mengatakan, bahwa kasus itu masih dipegang bagian intelejen, karena status penyelidikan belum dinaikkan. “Tidak ada kasus yang kita tutupi, kita akan buka dan tuntaskan semuanya. Namun tunggu dululah biar anggota saya bekerja semaksimal mungkin untuk membongkar kasus itu, kalau pun nanti sudah lengkap semuanya maka akan kita ekspos,” tegas Sution.

Sebelumnya, Kasi Penyidikan Pidsus Kejatisu, Jufri Nasution SH juga mengatakan, kasus dugaan korupsi Alkes FK USU itu masih tahap penyelidikan. Jufri juga mengatakan bahwa kasus ini belum sampai ke tangan pidsus. Dia mengaku, masih melakukan beberapa pemeriksaan materi, apakah ada terkait penyelewengan anggaran ataupun di mark up. Diduga, dalam proyek senilai Rp38 miliar itu, terdapat kerugian negara sebesar Rp8M-Rp10 M. (saz)

Beli Senjata Api Naik Sepeda Motor ke Lampung

Sidang Perdana Rampok CIMB Niaga

MEDAN-Luar biasa. Demi mendapatkan senjata AK 47, para perampok Bank CIMB Medan, naik sepeda motor Medan-Lampung-Medan selama empat hari. “Pembayaran senjata tersebut dilakukan setelah senjata tiba di Medan,” ungkap dakwaan jaksa yang dibacakan Iwan Ginting SH dalam persidangan di PN Medan, kemarin (29/3).

Setelah senjata diperoleh, para pelaku membagi tugas. Ada yang masuk ke bank, berjaga-jaga diluar bank dan ada pula yang bertugas untuk melumpuhkan petugas keamanan yang menewaskan seorang anggota Polisi, Brigadir Immanuel Simanjuntak.

“Perampokan dirancang hanya berlangsung lima menit. Kemudian terdakwa dan rekannya melarikan diri dengan sepeda motor dan mobil yang telah diparkirkan tidak jauh dari lokasi perampokan,” ungkap Ginting di depan majelis hakim yan terdiri dari M Nur, Agus Romiko dan Sumabana Hutagalung.

Pelaku perampokan Rp340 juta dari bank CIMB Niaga Cabang Jalan Aksara 18 Agustus 2010 itu menjalani sidang perdana dengan acara dakwaan. Keenam terdakwa masing-masing Jaja Miharza Fadila alias Hasyim alias Syafrizal, Beben Khairul alias Abu Jihad, Agus Sunyoto alias Sayafudin alias Gaplek, Marwan alias Wak Geng, Jumirin alias Sobirin alias Abu Ajab dan Mohammad Khoir alias Butong.

Para terdakwa perampok bersenjata api itu dikenakan pasal teroris dan disidang terpisah di enam ruang sidang yang berbeda. Para terdakwa ini dikenakan dakwaan pasal yang berlapis, salah satunya terdakwa Jumirin yang disidang di ruang Cakra II, yang dipimpin majelis hakim M Nur, Agus Romiko dan Sumabana Hutagalung. Sementara itu pimpinan Jaksa Penuntut Umum (JPU) nya Antonius Simamora SH.

Dakwaan primer untuk Jumirin pasal 15 jo pasal 9 UU RI No 215 No 23 tentang Peraturan Pemerintah Pengganti UU No 1 tahun 2002 tentang pemberantasan tindak pidana teroris. Dengan subsider pasal 13 huruf B, lebih subsider pasal 13 huruf B UU pemberantasan tindak pidana teroris atau ke dua KUHP 480 ke 1.

“Dalam dakwaan disebutkan Jumirin mendapat tugas sebagai anggota tim survey. Dia bahkan sudah melakukan survey di Bank BRI Cabang Asahan. Namun kejahatan itu tidak sempat dilakukan karena terburu sudah ditangkap,” ujar Antonius.

Selama proses persidangan, 671 aparat gabungan TNI/Polri menjaga ketat Pengadilan Medan. Sejumlah pasukan Brimob bersenjata laras panjang dan tameng tampak berjaga-jaga. Penjagaan ketat terlihat dalam radius 500 meter dari pengadilan, seperti di kawasan Jalan Kapten Maulana Lubis dan Jalan Imam Bonjol.

Lima mobil peralatan berat milik Brimobdasu, baik kendaraan water canon, kendaraan perintis (rantis) lapis baja, mobil jihandak dan mobil sekuriti barier disiagakan, baik depan maupun di belakang gedung PN Medan.
Pihak keamanan juga memberlakukan sistem buka tutup di satu pintu masuk dan kaluar kawasan PN Medan. Bagi pengunjung sidang yang hendak masuk ke gedung pengadilan, harus meninggalkan kartu tanda indentitas diri.
Para pengunjung sidang terlebih dahulu menjalani pemeriksaan petugas keamanan dengan metal detector

Kuasa hukum terdakwa, Mahmud Irsad Lubis mengatakan, pihaknya akan mengajukan eksepsi terhadap dakwaan Jaksa Penuntut Umum Dihadapan majelis hakim yang diketuai oleh, ET Pasaribu, terdakwa memberikan keterangan bahwa tak semua kliennya terlibat dalam aksi perampokan. Majelis hakim pempesilakan membacakan eksepsi penasihat hukum pada dakwaan jaksa, sepekan kemudian, Selasa (5/3).

Usai persidangan, M Irsad Lubis, menolak kliennya dikatakan teroris bahkan dia beranggapan kliennya hanya pelaku perampokan. “Jika teroris, gak mungkin mau mengintai dua bank dan akhirnya dipilih salah satu pada hari H,” katanya.

Irsyad juga mengatakan, kalau pengamanan aparat kepolisian terhadap kliennya terlalu berlebihan. “Terlalu dini aparat kepolisian mengatakan, kalau klien saya teroris. Cap teroris bagi klien saya ini hanya komiditi satu institusi untuk pihak asing dan mendapatkan anggaran dari Australia, Amerika dan Singapura. Sehingga klien kami langsung dikatakan teroris. Padahal, uang dari hasil rampokan mereka bagi untuk mereka, dan tidak ada untuk tujuan tertentu yang menyangkut pergerakan tertentu,” tegas Lubis.

Sementara itu, jalannya persidangan berlangsung aman dan tertib. Pengamanan di PN Medan pun, sangat ketat. Bahkan pengunjung yang akan masuk dilakukan pemeriksaan dengan metal detector, yang dipasang di setiap pintu masuk.

Kepala Resort Kepolisian Kota (Polresta) Medan, Kombes Pol Tagam Sinaga pada wartawan, mengatakan bahwa pengaman yang mereka lakukan tidak berlebihan. “Kita hanya mencoba memberikan rasa aman saja, lebih baik kita mengantisipasi ketimbang setelah kejadian. Memang kita akui, untuk bagi masyarakat yang mau berurusan dengan kantor pengadilan ini tertaganggu, pelayanan yang kita sajikan belum maksimal, untuk itu kedepan kita bakal lebih maksimal,” tegas Tagam Sinaga.

Usai persidangan Kepolisian juga melakukan pengawalan ketat pada para jaksa penunut umum untuk kembali ke kantornya, pengamanan ketat kepada hakim dan jaksa penuntut umum yang menangani perkara perampokan Bank CIMB Niaga dan penyerangan markas Polsek Hamparan Perak.(rud)

Laura Basuki, Penghargaan Jelang Nikah

Aktris cantik Laura Basuki kembali mendapat penghargaan sebagai aktris terbaik lewat filmnya 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta. Kali ini, penghargaan diberikan Festival Film Kine Club. Jurinya terdiri atas pelajar dan mahasiswa. Sebelumnya, film yang sama mengantar Laura mendapatkan Piala Citra 2010.

Penghargaan itu diberikan kemarin (29/3) di Gedung Film, Jalan MT Haryono, Jakarta. Laura merasa surprise ketika diberi tahu hal itu.

“Kaget juga. Tahu-tahu, diumumkan bahwa saya dapat penghargaan. Saya juga baru tahu bahwa ada perkumpulan anak-anak muda yang peduli terhadap film,” katanya setelah menerima penghargaan.

Perempuan yang juga dikenal sebagai presenter dan model tersebut merasa bahwa hasil kerjanya diapresiasi. Dia sadar bahwa dirinya belum memiliki banyak pengalaman di bidang akting. “Film saya baru dua, Gara-Gara Bola dan 3 Hati 2 Dunia 1 Cinta,” ujarnya. Dia ingin memperbanyak pengalaman dengan menjajal berbagai peran.
Laura ingin lebih banyak berperan dalam film drama percintaan. Sebab, itu yang dia suka. “Saya lebih suka memainkan peran cinta yang mendalam. Jangan sampai deh main film yang buka-bukaan. Saya tidak mau merusak budaya kita,” jelasnya. Soal kabar yang menyatakan bahwa dirinya sering ditawari main film buka-bukaan, Laura tidak mau menanggapi. “Paling, saya hanya ketawa,” lanjutnya.

Dengan penghargaan teranyarnya tersebut, Laura menuturkan, targetnya sebelum menikah dengan Leo Sanjaya, kekasihnya, terpenuhi. “Saya pernah nyeletuk sambil lalu, sebelum married, ingin dapat piala. Ternyata kesampaian. Saya sudah dapat dua piala,” katanya. Dia dan Leo berpacaran selama dua tahun. Mereka telah melangsungkan lamaran dan akan menikah pertengahan tahun ini. (jan/c12/any/jpnn)

Nurdin Cs Pindah ke Kuningan

Antisipasi Bila Kantor PSSI  Disegel Pemerintah

JAKARTA-Nurdin Halid dan kroninya kini tidak berkutik. Meski sempat melawan dan menyebut Andi Mallarangeng tidak pantas menjadi Menpora, mantan narapidana kasus korupsi bahan pokok itu kemarin (29/3) menuruti keputusan pemerintah yang tidak mengakui kepengurusan PSSI pimpinan dirinya.

Karena itu, kemarin jajaran pengurus otoritas sepak bola nasional tersebut keluar dari kantor PSSI di Kompleks Stadion Utama Gelora Bung Karno, Pintu IX, ke kantor PT Badan Liga Indonesia (BLI) di Kuningan, Jakarta. Sebab, dalam keputusan Menpora, Nurdin dkk dilarang menggunakan aset serta fasilitas pemerintahn termasuk tidak mendapat dana dari APBN.

Direktur Hukum dan Peraturan PSSI Max Boboy menyatakan tidak mengetahui rencana penyegelan terhadap kantor PSSI dan seluruh fasilitasnya tersebut. “Itu bukan wewenang saya,” katanya sesaat setelah meninggalkan Senayan kemarin sore.

Sebelumnya, dia memboyong dokumen yang cukup banyak ke dalam mobil Honda Jazz perak miliknya. Ada orang lain yang membantu membawa tumpukan dokumen tersebut. Ketika ditanya wartawan apakah itu adalah dokumen PSSI, Max menjawab, “Ini barang pribadi.”

Saat itu dia sempat mengungkapkan bahwa kantor sekretariat PSSI akan dipindah ke kantor PT BLI di kawasan Kuningan, Jakarta Selatan. “Pindah ke BLI,” ujarnya. Namun, setelah ditanya ulang, jawaban Max langsung berubah. “Saya tidak tahu,” katanya.

Dia pun kembali ke gedung dan baru keluar lagi sekitar setengah jam kemudian. Max lantas memilih mengubah pernyataannya terkait pemindahan kantor PSSI. Sayangnya, saat akan ditanya lebih jauh, dia memilih bungkam dan berusaha menjauh. Dia tidak meladeni pertanyaan para wartawan.

Salah seorang pengurus PSSI yang tak mau namanya dikorankan membenarkan bahwa kantor PSSI dipindah ke kantor BLI di Kuningan. “Barang-barang itu memang akan dipindah ke sana (Kuningan),” bebernya.
Pemindahan kantor PSSI itu dikuatkan oleh adanya ratusan kardus yang diboyong ke pintu masuk kantor dari Pintu VIII Gelora Bung Karno atau yang juga dikenal sebagai pintu merah.

Pertama, kardus diantar dengan menggunakan sebuah motor. Kurang lebih ada sekitar 50 kardus yang dibawa pada bangku belakang motor dan kemudian dibawa masuk ke dalam kantor PSSI. Berselang satu jam ada sebuah bajaj yang datang dengan jumlah kardus lebih besar. Kardus itu mengisi seluruh ruang penumpang di belakang.

Ada juga tumpukan kardus lain di atas bajaj. Jumlahnya mencapai 100 kardus. Tono, sopir bajaj itu, menyatakan bahwa kardus tersebut memang dipesan untuk diantarkan ke Kantor PSSI melalui pintu merah. “Dari Tanah Abang, saya tidak tahu untuk siapa. Saya hanya mengantar ini saja. Tidak ada lagi setelah ini,” katanya.
Memang, sejak keputusan Nurdin dkk tidak lagi diakui pemerintah, para pengurus PSSI semakin sulit dimintai keterangan. Sekjen PSSI Nugraha Besoes pun tak kunjung mengangkat ponselnya saat dikonfirmasi perihal langkah PSSI tersebut. Namun, seorang pengurus departemen media PSSI, Tubagus Adi, menyebutkan bahwa pihaknya memang sedang mengepak barang-barang di Kantor PSSI.

Menurut dia, itu sengaja dilakukan untuk mengantisipasi tindakan pemerintah terhadap kubunya setelah keluarnya pernyataan pemerintah. “Kami belum pindah. Ini hanya antisipasi karena sudah ada keputusan tidak mengakui kami dari Menpora (menteri pemuda dan olahraga),” kata pria yang akrab disapa Adi tersebut.
Dia menjelaskan, pihaknya memang belum mendapat pemberitahuan resmi untuk segera mengosongkan kantornya. Namun, PSSI optimistis perintah pengosongan itu bakal segera turun seiring dengan tidak diakuinya Nurdin.”PSSI kini tak bisa lagi menikmati fasilitas negara,” jelasnya.

Hanya, Adi menyatakan tidak akan menghentikan pekerjaannya karena pengurus PSSI dan Ketua Umum Nurdin Halid masih sah sesuai dengan aturan FIFA.”Kami sadar dengan sikap Menpora. Kalau masih tidak puas, kami akan pergi secepatnya. Kalau ada perubahan keputusan, kami akan bertahan,” tandasnya.

Secara terpisah, komite pemilihan (KP) dan komite banding pemilihan (KBP) yang dipilih 78 pemilik suara saat kongres tanpa Nurdin dkk di Pekanbaru, Riau, terus melanjutkan langkahnya. Mereka meneruskan proses menuju kongres II untuk memilih Ketum, Waketum, dan Exco PSSI. “Karena waktunya sangat singkat, kami tetap bergerak dan tetap menantikan keputusan FIFA,” kata anggota KP, Usman Fakaubun saat konferensi pers di Kawasan Santa, Jakarta Selatan, kemarin.

Bahkan, mereka juga mematangkan tahap-tahap kerja sampai kongres dilaksanakan pada 29 April mendatang. Bukan hanya itu, mereka telah menentukan Surabaya sebagai kota tempat kongres nanti. “Kami sudah menentukan Kota Pahlawan untuk menggelar kongres. Alasannya, transportasi mudah dan letaknya relatif dekat dari berbagai penjuru Indonesia, berada di tengah-tengah,” ucapnya.

Dia juga sudah menunjukkan berbagai alat kelengkapan pemilihan dan jadwal atau rundown kongres. Prosesnya dimulai hari ini dengan menyerahkan surat dukungan kepada para pemilik suara sah pada kongres PSSI. “Kami sebarkan surat dukungannya mulai besok. Penyerahannya ditutup 5 April nanti,” terangnya.

Aturannya, setiap pemilik suara hanya boleh mengajukan satu nama calon ketua umum, wakil ketua umum, dan Exco PSSI. Dalam proses yang akan memakan waktu 33 hari hingga kongres tersebut, Usman menjelaskan bahwa semua transparan dan perkembangannya terus diumumkan melalui media.Selain itu, mereka yang mendapatkan undangan bukan hanya 78 pemilik suara sah yang membentuk KP dan KBP. Melainkan total 100 suara yang sebelumnya terdaftar dalam kongres I di Riau, 26 Maret lalu. “Kami undang semua. Sebab, kami tidak ingin melakukan hal pernah dilakukan PSSI dulu yang mengotak-ngotakkan. Semua memiliki hak yang sama,” tandasnya.

Persyaratan untuk bakal calon itu disesuaikan dengan Statuta PSSI, terutama yang terkait dengan pasal kriminal. Di dalam surat pencalonan yang akan dibagikan itu disebutkan bahwa setiap nama yang diusung tidak pernah dinyatakan bersalah atas suatu tindak pidana dan/atau dijatuhi hukuman penjara.

Dengan adanya persyaratan seperti itu, Ketua Umum PSSI Nurdin Halid tidak mungkin bisa dicalonkan lagi. Selain itu, Usman menyatakan, pihaknya juga membuka kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun yang dicalonkan sebagai ketua umum, wakil ketua umum, ataupun anggota komite eksekutif. “Yang terpenting, mereka pernah aktif dalam sepak bola. Tidak ada batas waktunya,” ujarnya.

Komite pemilihan memberikan waktu seminggu untuk mendapatkan nama-nama calon tersebut. “Kemudian kami mengumumkan hasil verifikasi pada 12 April,” katanya. Selanjutnya, tugas diserahkan kepada komite banding untuk menerima pengajuan banding dan membuat keputusan. Komite banding mendapatkan jatah dua minggu untuk menjalankan tugas, sebelum akhirnya keputusan tetap akan calon-calon itu disampaikan pada 26 April atau tiga hari sebelum kongres.

Hingga berita ini dilaporkan, belum ada kepastian keputusan dari FIFA terkait dengan sah tidaknya pelaksanaan kongres di Riau. Direktur Olahraga dan Hukum Komite Olimpiade Indonesia (KOI) Timbul Tomas Lubis menyatakan, kepastian dari FIFA sangat mungkin baru datang pada Rabu, 30 Maret 2011. “Karena wakil dari FIFA Frank van Hattum bukan pemegang kebijakan, dia pasti akan melaporkan lebih dulu,” kata Tomas.

Ketua Komite Pemilihan Harbiansyah Hanafiah menyatakan, semua insan sepak bola bisa mencalonkan diri sebagai ketua umum PSSI selama pernah terlibat dalam persepakbolaan dan tidak pernah menjadi terpidana. Dengan demikian, selain Nurdin Halid, kandidat lain seperti George Toisutta, Nirwan Bakrie, dan Arifin Panigoro bisa dicalonkan sebagai ketua umum dalam kongres nanti. “Nurdin Halid sudah tidak bisa lagi (dicalonkan),” kata Harbiansyah.

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi Anggaran DPR Harry Azhar Azis mengatakan, pemerintah tidak bisa menghentikan begitu saja penyaluran anggaran APBN ke Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). “APBN itu dibuat dengan undang-undang, bukan dengan keputusan presiden, apalagi keputusan menteri,” kata Harry.
Menurut Harry, kalaupun Menpora menahan anggaran untuk PSSI, Menpora harus berkonsultasi terlebih dahulu dengan menteri keuangan, kemudian dibawa ke rapat kabinet. “Itu masih harus dibicarakan dengan DPR,” ujarnya.

Timnas Tetap Jalan

Timnas dijamin tetap bisa menjalankan program sesuai dengan rencana yang telah disiapkan. “Sesuai dengan keputusan Menpora, timnas secara otomatis berada di bawah koordinasi Prima (Program Indonesia Emas). Jadi, tidak perlu khawatir dengan persiapan timnas,” kata Komandan Satlak Prima Tono Suratman kemarin (29/3).
Pemerintah sebelumnya menyebutkan, agenda TC timnas menjadi tanggung jawab KONI/KOI yang masuk ke program Prima. Karena itu, pihaknya sudah menyiapkan program untuk persiapan timnas tersebut seminggu lalu.
Ketua Badan Tim Nasional (BTN) Iman Arif menyatakan tidak akan terlalu terpengaruh oleh keputusan tersebut. Dia meyakinkan bahwa kondisi karut-marut PSSI tidak akan memengaruhi timnas. “Masalah organisasi saya tidak ingin membicarakan. Tapi, kalau timnas, saya akan berusaha terus menjalankan agenda seperti yang ada dari semula dibentuk,” katanya kemarin.

“Dia menjelaskan bahwa saat ini pihaknya sedang mencari penyelesaian seiring dengan munculnya keputusan pemerintah mengenai anggaran untuk PSSI yang dicabut dari APBN. Sebab, dia telah memiliki planning persiapan dengan serangkaian uji coba ke luar negeri. “Saat ini dana timnas sudah tidak ada. Sementara kami akan menjalankan rencana meski tanpa anggaran. Nanti dicarikan jalan keluar internal,” ucapnya. (aam/jpnn/iro)

Perjuangan Jatah Saham Inalum

10 Kabupaten-Kota Temui DPD RI

JAKARTA-Upaya mendapatkan jatah saham di PT Inalum pasca 2013 terus dilakukan. Kemarin, (29/3), perwakilan dari Pansus PT Inalum yang dibentuk DPRD Sumut, 10 kabupaten/kota yang ada di sekitar Danau Toba, dan Pemprov Sumut, berbondong-bondong ke Dewan Perwakilan daerah (DPD).

Mereka diterima Wakil Ketua DPD Gusti Kanjeng Ratu Hemas dan empat anggota DPD asal Sumut, Rudolf M Pardede, Rahmat Shah, Parlindungan Purba, dan Darmayanti Lubis di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Kompak, mereka mendesak kontrak Inalum tak diperpanjang lagi. Selanjutnya, dikelola sendiri dan mereka minta agar Pemprov Sumut dan 10 kabupaten/kota memperoleh golden share atau porsi saham PT Inalum pasca- take over.Pansus PT Inalum DPRD Sumut mendukung aspirasi masyarakat Sumut agar Pemerintah Indonesia menasionalisasi PT Inalum setelah masa perjanjian induk berakhir. “Kita harus take over tahun 2013,” ujar Ketua Pansus PT Inalum DPRD Sumut, Bustami HS, yang membaca rumusan Pansus PT Inalum DPRD Sumatera Utara.
Menasionalisasi PT Inalum dan pengelolaannya melibatkan daerah sebagai opsi terbaik, karena hasil evaluasi Pansus PT Inalum DPRD Sumut, membuktikan bahwa PT Inalum, yang beroperasi kurang lebih 28 tahun, kurang bermanfaat bagi Indonesia, terutama masyarakat dan daerah di Sumut.

Dijelaskan, pemerintah 10 kabupaten/kota dan pemerintah provinsi tidak menerima revenue, kecuali kabupaten tertentu menerima royalti (annual fee dan environmental fee) yang relatif tidak signifikan terhadap penerimaan pendapatan asli daerah (PAD) masing-masing. “Ada manfaatnya, tapi sikit-sikit (sedikit),” ujar Wakil Walikota Tanjungbalai Rolel Harahap. Pernyataan Rolel dibenarkan Ketua DPRD Tanjungbalai Romay Noor dan Ketua DPRD Toba Samosir Sahat Panjaitan.

Malahan, Wakil Bupati Toba Samosir Liberty Pasaribu dan Ketua DPRD Toba Samosir Sahat Panjaitan menyatakan, selama beroperasi tersebut PT Inalum tidak mengalirkan listrik ke desa-desa di sekitar turbin pembangkit listriknya. “Di atas Danau Toba, ada turbin mereka. Bayangkan, 640 MW listrik mengalir hanya buat mereka, tidak dialirkan ke desa sekitarnya. Kalau PT Inalum untuk kita, tidak padam listrik di Sumatera Utara. Sebetulnya, pembangunan buat siapa?” cetus Sahat.

Karena lokasi PT Inalum di Kabupaten Batubara, Bupati Batubara OK Arya Zulkarnain dan Ketua DPRD Batubara Selamat Arifin menyatakan bahwa Pemerintah Kabupaten Batubara mengantisipasi akhir masa perjanjian induk tersebut. “Kalau tidak diawasi, Jepang bisa masuk lagi, menguasasi saham dan manajemennya,” tukas Arya. (sam)

Sabu Rp2,1 Miliar Dalam Tas Jinjing

TANGERANG-Upaya penyelundupan narkoba kembali digagalkan petugas Pengawasan dan Pelayanan, Bea dan Cukai Bandara Soekarno-Hatta (Soetta). Kali ini, seorang perempuan Warga Negara (WN) Kenya, Pamila Nkirote (37) dibekuk lantaran membawa 100 butir kapsul berisi methamphetamine atau sabu-sabu seberat 1.460 kilogram. Narkoba itu dia sembunyikan di tas jinjing.

Selain membekuk Pamila plus sabu-sabu Rp2,1 miliar di Terminal 2 D kedatangan, petugas juga menangkap seorang wanita  WN Indonesia berinisial RT dan dan seorang pria WN Kenya berinisial DT. Keduanya dibekuk petugas lantaran menerima barang haram  tersebut di salah satu hotel di Jakarta.

Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Bandara Soetta,  Iyan Rubiyanto menyatakan penumpang pesawat Emirates nomor penerbangan EK 353, rute Dubai-Jakarta itu ditangkap, Jumat (25/3) pukul 23.00 WIB. Terungkap upaya penyelundupan itu, berawal kecurigaan tim customs tactical unit (CTU) terhadap gerak-gerik Pamila saat turun dari pesawat. Petugas yang curiga melakukan pemeriksaan terhadap tas jinjing warna hitam milik pelaku dengan X-ray. Hasilnya, di sela-sela lapisan luar dan dalam tas  terdapat butiran kapsul berisi kristal bening. (gin/jpnn)

Menjambret, Polisi Diamuk Massa

Banda Aceh – Apa jadinya kalau polisi yang harusnya jadi penegak hukum, malah menjadi penjambret. Di Banda Aceh, oknum polisi diamuk massa karena menjambret pemotor perempuan. Dia kini terancam dipecat. Oknum polisi ini adalah Briptu IR, seorang polantas. Aksi IR menjambret dilakukan Senin (28/3) malam pukul 21.30 WIB.

Menurut Kapolresta Banda Aceh Kombes Pol Armensyah Thay pada wartawan, Selasa (29/3/11), IR membuntuti perempuan bernama Rosidah (24). Lokasi kejadian saat itu di Desa Blang Oi, Meuraksa, Banda Aceh.
“Korban sedang pulang ke rumah,” kata Armensyah.

Di kawasan Desa Blang Oi itu, IR memepet Rosidah dan langsung merampas tas yang sedang disandangnya. Kemudian, IR langsung tancap gas meninggalkan Rosidah. Sial bagi IR, karena terlalu ngebut, dia malah tergelincir jatuh. Rosidah berteriak-teriak ada jambret. Warga langsung mengepung IR.

“Dia lalu diamuk massa,” cerita Armensyah.

Menurut Armensyah, karena perbuatannya itu, IR dipastikan bakal dipecat dengan tidak hormat dari kepolisian. “Di samping proses hukumnya tetap berjalan,” katanya.(net/jpnn)

Untung Ada Wartawan

KALAU tidak melayani wawancara wartawan, bisa jadi kemarin (29/3) Menteri Pertahanan (Menhan) Purnomo Yusgiantoro harus bolak-bolak ke Kantor Presiden dalam rentang waktu hanya setengah jam. Ceritanya, dia baru saja selesai mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang memberikan pernyataan resmi RI seputar krisis di Libya tepat pukul 10.00.

Nah, seusai pernyataan presiden, Purnomo bermaksud meninggalkan istana untuk melanjutkan aktivitas lain. Seperti biasa, wartawan memanfaatkan kesempatan itu untuk mewawancarai dia.  Saat itulah ajudannya menginformasikan adanya “panggilan” dari presiden untuk ikut menerima Menlu Australia Kevin Rudd. “Pak, diminta masuk lagi (ke Kantor Presiden), mendampingi presiden,” bisik si ajudan lantas menyampaikan pertemuan akan dimulai pukul 11.00.
Spontan Purnomo menarik lengan jasnya untuk melihat jam tangan. “Untung ada kalian (wartawan, Red),” celetuknya setelah mendapati jarum jamnya menunjuk pukul 10.30. “Kalau nggak, saya sudah kabur,” ujarnya. Akhirnya, Purnomo pun balik kanan kembali berjalan menuju Kantor Presiden. (fal/c5/nw/jpnn)

Selly Menipu Karena Dicerai Suami

JAKARTA-Parasnya lumayan cantik, tutur katanya pun begitu santun. Tetapi, dibalik sikap feminimnya itu  siapa sangka, Selly Yustiawati (27), warga asal Jakarta Selatan ini merupakan buronan tiga kepolisian daerah (Polda).
Perempuan satu orang anak ini masuk dalam Daftar Pencarain Orang (DPO) sejak tahun 2010 lalu. Ia dicokot pada Sabtu (26/3) lalu. Menariknya, saat digrebek anggota Reskrim Polsek Denpasar Selatan, Selly sementara berada bersama pacarnya, Bima yang disebut-sebut anak seorang perwira TNI. Hanya saja, pascapenangkapan itu, orangtua Bima langsung menjemputnya. Sementara, Selly dikerangkeng ke Mapolsek Densel.

Ditemui Senin (28/3) kemarin, Selly mengaku tiba di Bali sejak Kamis (24/3) lalu. Tujuannya yakni semata-mata untuk berlibur bersama sang arjuna, Bima. Hal itu ia lakukan, lantaran keluarga sang arjunannya tidak merestui jalinan cinta mereka.

Terkait kasus penipuan yang dilakoninya terkuak, kata Selly, ia acap bersembunyi di sejumlah daerah. Bahkan, ia sampai memilih kos, ketimbang pulang ke rumah orangtuannya. “Saya memilih kos, orangtua juga tidak tahu keberadaan saya pasca saya dilaporkan,” ungkapnya lantas mengusap air matanya.

Ia pun mengaku menyesali perbuatannya. Perempuan yang mengaku janda beranak satu (memiliki anak perempuan berusia 4 tahun) ini menuturkan. Penyebab ia menjadi penipu lantaran ditinggal oleh sang suami.

“Pasca bercerai dengan suami, saya tidak memiliki pekerjaan tetap,” akunya. Untuk diketahui, perempuan yang mengaku pernah bekerja di Kompas ini menikah pada tahun 2004. Sayangnya, dalam membina rumah tangga, ia acap terlibat pertengkaran dengan sang suami. Klimaksnya, keduanya akhirnya memutuskan berpisah pada tahun 2007 silam.

Menurut dia, percerain itu ditempuh lantaran tidak kuat hidup dengan sang suami yang saat  itu masih kuliah. Selly sendiri merupakan lulusan sarjana komunikasi. Ia angkatan tahun 2000. Ia juga membantah jika setiap kali beraksi mengaku-ngaku sebagai wartawan Kompas.

“Tidak benar, saya tidak pernah ngaku-ngaku seperti itu,” bantahnya. Ia hanya mengakui bahwa sempat menjadi karyawan di Kompas pada tahun 2009. “Tapi di bagian penerimaan surat,” akunya dengan mimik sedih sembari mengakui bahwa ada rekan kerja di Kompas sebanyak enam orang yang menjadi korban, tetapi sudah diselesaikan perkarannya secara kekeluargaan.(dot/jpnn)