29 C
Medan
Wednesday, December 24, 2025
Home Blog Page 15544

Tonggak Perjuangan Kontemporer

Launching Buku Melawan Tirani Lokal

Mahasiswa bagian dari pemuda yang memikul tanggung jawab besar untuk mempelopori perubahan sosial. Suara dan pergerakan yang dilakukan pun sangat strategis terlebih bila diabadikan dalam bentuk buku. Seperti apa?3

INDRA JULI, Medan

Pemahaman itu muncul dalam launching buku “Melawan Tirani Lokal” di Cangkir Coffe Cafe Jalan dr Mansur Medan, Kamis (3/3). Sebagai pembicara hadir Dadang Darmawan SSos MSi, Drs Shohibul Anshor Siregar MSi dan penulis Ansor Harahap. Sebagai moderator, Arifin Saleh Siregar SSos berhasil mengarahkan pembicaraan di antaran
peserta yang terdiri dari mahasiswa dan organisasi pergerakan kemahasiswaan di Sumatera Utara itu menjadi lebih hangat.

“Saat ini kita tengah menghadapi tiga fenomena yang pelik. Yaitu hilangnya nasionalisme, disharmoni, dan distrust (ketidakpercayaan). Jadi gugatan Padang Lawas yang menjadi acuan buku ini mewakili seluruh kabupaten/kota yang ada di Indonesia saat ini,” ucap Dadang Darmawan SSos MSi.

Seperti yang disampaikan Dadang, politik lokal yang ada telah melakukan prosedural yang cacat. Di mana pemekaran daerah yang seyogianya aplikasi dari otonomi daerah hanya buah desakan elit politik dengan sudut bacaan baru dari satu daerah. Kesemuanya itu justru menjauhkan rakyat dari kesejahteraan melalui pembodohan yang dilakukan pelaku kekuasaan itu sendiri.

Prosedural yang cacat itu ditunjukkan dari usaha para birokrat dalam mempertahankan kekuasaannya dengan merebut kepemimpinan partai politik lokal. Kebutuhan akan kemenangan besar dari partai politik pun seolah membuka pintu terhadap langkah tersebut. Tak pelak, fungsi check n balances antara DPRD dan Pemda tak berjalan semestinya.

“Sayangnya gerakan-gerakan kritis saat ini mati suri karena keterbatasan sumber daya dari para aktivis muda. Apalagi mereka berhadapan dengan kekuatan politisi dan penguasa yang jauh lebih menguasai sumber daya. Pasar politik pun akhirnya menghentikan perjalanan para aktivis tadi,” papar Dosen FISIP USU dan Direktur Eksekutif Yayasan Kolektif Medan ini dalam testimoninya.

Sementara itu Drs Shohibul Anshor MSi dalam pemaparannya memberi apresiasi terhadap buku Melawan Tirani Lokal ini. Dirinya menilai meski tidak menggunakan metode ilmiah, buku tulisan Ansor Harahap merupakan ide original dari kaum muda melihat berbagai persoalan di tengah-tengah masyarakat saat ini.

“Banyak buku sejenis yang menggunakan berbagai metode ilmiah dengan tokoh-tokoh terkenal dan cost (biaya) besar. Tapi semua itu tidak menjamin kejujuran dari tujuan penulisannya. Bahkan ini sangat menyedihkan, dimana tokoh-tokoh negara ditempatkan sedemikian rendah hanya karena pengaruh dan kekuasaan yang dimiliki seseorang,” ketus Dosen Sosiologi Politik FISIP UMSU ini.

Koordinator Umum ‘nBASIS ini pun berharap agar Ansor Harahap tidak puas dengan buku perdananya ini tapi terus melahirkan buku-buku baru yang dapat menginspirasi pergerakan mahasiswa demi kesejahteraan masyarakat di daerah. “Meskipun masalah kita ini hanya menentukan apa yang paling mungkin mensejahterakan negeri ini secara lebih akseleratif. Mau unitarisme atau federalisme?” tegasnya.

Penjelasan awal kedua narasumber pun bersambut dengan peserta. Meskipun tidak banyak yang mempertanyakan keberadaan buku yang diterbitkan oleh salah satu penerbit di Yogyakarta itu.

Dalam buku Melawan Tirani Lokal, Ansor Harahap mengupas secara rinci dampak otonomi setengah hati, dari dampak otonomi daerah dewasa ini. Money politics pun bukanlah pandangan yang baru dan berdiri sendiri. Di mana seorang kandidat bupati/wali kota harus menyiapkan Rp100 miliar sampai Rp200 miliar untuk memenangkan Pilkada. Setelah terpilih maka setiap tahunnya pemenang harus menabung Rp30 miliar sampai Rp50 miliar. Illegal logging, lelang jabatan, eksplorasi alam, konsesi tanah ulayat, penyelundupan menjadi pilihan.

Buku ini juga mengangkat beberapa isu nasional yang terindikasi merupakan pembodohan yang dilakukan negara kepada rakyatnya. Seperti kasus Bank Century, Rezin Susilo Bambang Yudhoyono, dan demam anti korupsi yang ada di tengah-tengah masyarakat.

“Otonomi daerah saat ini dipahami hanya untuk eksploitasi belaka bukan untuk kesejahteraan rakyat. Sangat jauh dari tujuan otonomi daerah yang dibuat untuk mendekatkan masyarakat dengan pelayanan yang baik. Kondisi masyarakat di daerah butuh sentuhan dari mahasiswa sebagai motor perubahan,” tegas Ansor.
Buku yang menggambarkan keresahan kaum muda akan situasi negara ini merupakan kumpulan tulisan penulis yang pernah diterbitkan di media cetak lokal dan beberapa yang disampaikan pada pertemuan-pertemuan. Sementara ini buku ini ditemui di ikatan kemahasiswa daerah, komisariat HMI, dan ke depan akan disebar di toko buku di Kota Medan. (*)

Berkas Hilang di BPN Medan

082165374xxx

Sumut Pos tolong sampaikan kepada Bapak Kepala Dinas BPN Kotamadya Medan berapa lama untuk menerbitkan sertifikat? mengapa berkas bisa hilang dalam pengurusan? berapa biaya yang di keluarkan? mohon jawaban Bapak Kadis BPN tingkat 2 Medan pengirim lr.Abdul Munir alamat Tanjung Mulia Hilir Kecamatan Medan Deli.

Kirimkan Nomor Haknya

Terimakasih informasinya, kami sampaikan bahwa untuk mengetahui berkasnya, kami mohonkan kepada pengirim info atau pemohon untuk menyampaikan nomor haknya. Sehingga, kami bisa mengeceknya di kantor kami. Terimkasih.

M Thariq
Kepala Badan Pertanahan
Nasional (BPN) Kota Medan

Paceklik Munchen

BERLIN –  Musim lalu Bayern Munchen berhasil memboyong dua gelar di kancah domestik.  Yakni gelar di ajang Bundesliga dan DFB Pokal alias Piala Jerman.  Tapi, musim ini FC Holywood-julukan Bayern tak akan mendapat gelar apa pun di pentas domestik.

Pasalnya, di ajang Bundesliga Bayern masih tertinggal 16 poin di belakang Borussia Dortmund selaku pemuncak klasemen.  Padahal, pentas Bundesliga hanya tinggal sepuluh pekan.

Nah, satu gelar lainnya, yakni DFB Pokal pun akhirnya harus melayang.  Ini setelah Bayern dipaksa menelan kekalahan tipis 0-1 saat menghadapi Schalke 04 pada laga semifinal di Allianz Arena kemarin dini hari.  Gol penentu kandasnya Bayern dilesakkan Raul Gonzalez pada menit ke-15.

Kubu Bayern jelas kecewa dengan kekalahan tersebut. Ini bisa dimaklumi lantaran Philipp Lahm dkk lebih mendominasi permainan.  Bahkan, mereka berhasil memaksa Schalke bertahan total sepanjang babak kedua.
“Ini merupakan kekecewaan luar biasa. Kami menghadapi tim yang hanya bisa bertahan, tapi bisa mencetak satu gol,” keluh Louis van Gaal, pelatih Bayern kepada Reuters.

“Ya, kami kecewa karena sebetulnya kami lebih berhak tampil di final.  Sekarang, kami hanya fokus mengamankan posisi kedua di Bundesliga untuk mengamankan tiket Liga Champions,” sambung Lahm.
Sebaliknya, kubu Schalke yang akan menghadapi MSV Duisburg pada final di Berlin 21 Mei mendatang, menyambut suka cita kemenangan tersebut. “Ini merupakan kemenangan yang pantas kami raih. Meski, pada babak kedua kami hanya bisa bertahan,” kata pelatih Felix Magath.

Lalu, bagaimana reaksi petinggi Bayern setelah tim mereka dipastikan gagal mempertahankan predikat double winners yang diraihnya musim lalu ?

“Tetap tenang dan terus berjuang,” begitu pesan yang disampaikan CEO Bayern Karl-Heinz Rummenigge.
Kans Bayern meraih gelar musim ini hanya tinggal di kancah Eropa, yakni di ajang Liga Champions.  Karena itu, Rummenigge meminta Lahm dkk untuk fokus memburu satu gelar yang masih tersisa.
“Kami harus menerima kekalahan ini dan terus berjuang.  Kami tak punya pilihan.  Sekarang, kami harus fokus untuk laga berikutnya lawan Hanover Sabtu besok (5/3), dan kami harus bisa mengambil poin dari sana,” tandasnya. (bas/jpnn)

Wali Kota Cup Digelar

TEBING TINGGI- Untuk  mencari bibit-bibit baru pesepakbola di Kota Tebing Tinggi, KONI Tebing Tinggi yang bekerjasama dengan Dinas Olahraga Budaya dan Pariwisata (Dispora Budpar) mengelar Turnamen bola kaki  antar pelajar setingkat SMA, SMK dan MA se- Kota Tebing Tinggi.

Pertandingan sepak bola antar pelajar  yang dilaksanakan selama 22 hari tersebut  di gelar di lapangan bola kaki Markas Brimob Detasmen B Jalan Ahmad Yani Kota Tebing Tinggi, pembukaan perdana digelar, Kamis (3/3) kemarin.

Ketua KONI Tebing Tinggi,  H Muhammad Daniel Sutan mengatakan, kegiatan ini bukanlah sekedar seremoni saja, ini adalah ajang untuk mencari bibit-bibit baru pemain sepak bola di Kota Tebing Tinggi seperti di masa kejayaan sepak bola Tebing Tinggi sekitar tahun 1987-an.

“Nantinya dari acara ini setelah usai, pasti akan kita temukan bibit pemian sepak bola baru di Kota Tebing Tinggi. Bibit pemain tersebut akan kita bina ke depan agar bisa mengaharumakan nama Tebing Tinggi untuk mengikuti kompetisi baik daerah maupun Nasional,” jjar Daniel.

Sepak bola antar pelajar se- kota Tebing Tinggi dengan piala Wali Kota Cup ke III  telah diikuti oleh 18 sekolah setingkat SMA,SMK dan MA.

Sementara itu Penjabat Wali Kota Tebing Tinggi Drs. Eddy Syofian MAP dalam sambutannya mengatakan untuk mengajak para pelajar mencintai olahraga sepak bola.

“Ke depan dengan kegiatan ini kita akan lebih memompa semangat pelajar-pelajar untuk mencintai bola. Tebing Tinggi butuh bibit-bibit pemain bola yang baru. Kita jangan lemah dan harus yakin bahwasanya persepak bolaan di Tebing Tinggi kedepan bisa bangkit lagi,” harap Eddy Syofian yang didampingi Kadis Pora Budpar, H Azhar Efendi Lubis SE. (mag-3)

Bea dan Cukai Kesulitan Musnahkan 3 Kontainer Miras

BELAWAN- Sebanyak 41 ribu botol atau 3.500 karton dan 32 liter minuman keras (miras) dari luar negeri akan dimusnahkan. Tapi, sampai saat ini Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan kesulitan mencari tempat pemusnahan barang sitaan illegal minuman keras tersebut.

Demikian disampaikan Kepala seksi Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Belawan, David saat ditemia dir ung  kerjanya. Kamis (3/3). Menurutnya, minuman keras illegal tersebut disita akhir 2009 di Pelabuhan Belawan yang berasal dari Singapura. “Minuman tersebut masih kami simpan di halaman Bea Cukai sebanyak 3 kontainer,  atau 41 ribu botol. Dan ini sudah satu tahun setengah minuman tersebut belum dimusnakan,” ujarnya.

David beralasan, tidak bisanya dimusnahkan barang illegal tersebut dikarenakan, pihaknya masih memiliki kendala sulitnya mencari tempat untuk pemusnahan minuman keras tersebut. Pasalnya, kalau dimusnahkan di kantor Bea dan Cukai sangat tidak layak. Makanya, masih terus dilakukan pencarian tempat yang layak. “Jumlah minumannya cukup banyak, nanti mabuk pula semua pekerja disini,” tambahnya sambil tertawa.

Dia menambahkan sebenarnya kesulitan mencari tempat dan telah satu setengah tahun barang tersebut tertahan sudah dilapor ke Menteri Keuangan dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Pusat. “Barang tersebut sudah tak bisa dipakai lagi, jadi harus dimusnakan,” ujarnya. (mag-11)

Kontras Tolak Detasemen Anti Anarkis

MEDAN- Keinginan Mabes Polri membentuk Detasemen Anti Anarkis di wilayah rawan aksi kekerasan, seperti  di dua wilayah pulau Jawa, Medan, Palembang dan Makassar, menuai penolakan dari Komisi Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Sumut.

Alasannya, pembentukan detasemen tersebut merupakan ruang bagi polisi bertindak kekerasan dengan alasan menenangkan massa, tanpa melakukan sikap persuasif.  “Tindakan Detasemen Antianarki merupakan penanganan aksi massa, dan terbuka celah lebar di luar prosedur tetap,” ucap Koordinator Kontras Sumut, Muchrizal Syahputra, Kamis (3/3).

Rizal memaparkan, dibentuknya Detasemen Antianarki  ini, polisi  bisa bertindak dan terbuka celah terjadinya pelanggaran HAM. Selanjutnya, ada tiga hal yang menjadi dasar penolakan tim ini, cenderung melakukan penggunaan kekerasan. Selanjutnya, Polri sudah memiliki tim yang khusus dalam penangganan massa, yakni polisi anti huru hara.  Maka, dengan dibentuknya satuan yang telah ada, tentunya detasemen yang akan dibentuk jadi mubajir.  Meski, unsur di dalam detasemen ini dari intelijen yang memiliki peran dalam hal deteksi dini terjadinya kekerasan. Terakhir,  Polri menunjukkan kelemahannya Detasemen Khusus Antiteror (AT) 88 Mabes Polri. “Densus 88 harusnya dievaluasi terlebih dahulu,” sebutnya.

Sementara itu, Polda Sumut mendukung dibentuknya Detasemen Anti Anarkis. Mereka berpendapat detasemen yang akan dibentuk bisa memantau dan menindak peristiwa kekerasan dilakukan masyarakat dan sudah menyalahi koridor hukum bisa ditekan. “Karena polisi itu fleksibel, berada di tengah-masyarakat yang menjadi pengayom masyakarat,” ujar Kabid Humas Poldasu, Kombes Pol Heri Subiansaori.

Polsek Medan Timur  menggelar latihan untuk mengantisipasi unjuk rasa (unras). Latihan ini diikuti sebanyak 100 personel kepolisian gabungan Polsekta Medan Timur dan Sat Samapta Polresta Medan. Latihannya digelar di depan kantor  Polsek  di Jalan Timor.   (mag-1/jon)

Aspac Berambisi Kembalikan Kejayaan

Dalam sejarah basket nasional, Dell Aspac Jakarta merupakan salah satu nama besar. Mereka pernah empat kali beruntun juara pada zaman Kobatama dan IBL mulai 2000 hingga 2003. Musim ini, pada era baru basket nasional NBL Indonesia, Aspac ingin mengembalikan kejayaan.

SUDAH empat musim Dell Aspac Jakarta tidak merasakan gelar juara. Bagi tim dengan nama sebesar Aspac, penantian tersebut memang sangat lama. Tahun pertama NBL Indonesia adalah pembuktian bisa tidaknya tim bentukan Irawan “Kim Hong” Haryono tersebut mengakhiri paceklik gelar.  Aspac sejatinya merupakan legenda terbesar basket nasional. Pada era Kobatama, mereka tiga kali beruntun memenangi gelar sejak 2000. Saat berganti nama menjadi IBL, Aspac mencatat sejarah sebagai tim pertama yang mampu menggamit piala.
Pada 2005, Aspac bahkan mencetak prestasi spektakuler sebagai tim yang tidak pernah terkalahkan (unbeatable) dalam satu musim kompetisi. Namun, sejarah tinggal sejarah. Sejak 2006, Aspac tidak mampu lagi menggusur dominasi Satria Muda Britama Jakarta. Berkali-kali mereka gagal dalam partai puncak.

Sejak awal musim lalu, Kim Hong menegaskan bahwa target Aspac adalah juara. Namun, jalannya sangat terjal. Berbeda dari musim-musim sebelumnya, kini bukan hanya SM yang bisa mengalahkan Aspac. Bahkan tim seperti Stadium bisa memukul mereka pada perebutan tempat ketiga preseason tournament Juli lalu di Malang.
Memang, materi tim Aspac saat ini tidak sekuat sebelumnya. Bukan melulu faktor teknik, tapi juga mentalitas.   Mundurnya pencetak angka utama, small forward Riko Hantono, yang ingin fokus pada pekerjaannya menjadi pukulan telak. “Susah mencari pemain seperti Riko,” keluh Kim Hong.

Mau tidak mau, Aspac bergantung pada talenta-talenta muda. Di antaranya, Xaverius Prawiro, 25; Mario Gerungan, 24; Rizky Effendi, 23; dan Oki Wira Sanjaya, 22. Mereka berkolaborasi dengan skuad senior semacam Vinton Nolland Surawi, M. Isman Thoyib, dan Antonius Joko Endratmo.

Hasilnya tidak terlalu menggembirakan. Mereka finis ketiga di belakang Pelita Jaya Esia Jakarta dan SM. Bahkan hampir sepanjang musim Aspac terus berada di posisi keempat di belakang Nuvo CLS Knights Surabaya.
Kalau sedang on fire, kombinasi pemain muda-senior tersebut memang sangat menakutkan. Namun, yang sering, jika lebih dulu tertinggal, Aspac jarang bisa bangkit. Ujian perdana merengkuh gelar juara adalah saat Aspac berhadapan dengan kuda hitam Stadium Jakarta dalam laga perdana playoff 9 Maret mendatang.   Pelatih Aspac Tjetjep Firmansyah menegaskan bahwa penyakit utama Aspac adalah konsistensi. Sebab, dalam beberapa pertandingan, mereka kerap tampil angin-anginan.

“Satu hal lagi, yakni passion untuk menang. Kadangkala kemauan anak-anak hilang. Saya hanya ingin Aspac konsisten dengan pola yang diterapkan,” tegas Tjetjep. “Kami tidak melihat lawan. Terpenting, kami bermain baik dulu. Masalah hasil tidak ada yang bisa menebak,” imbuhnya. (nur/ru/c5/ang)

Rumah Murah Layak Huni

Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera) gencar meloloskan program rumah murah dengan harga Rp20-26 juta per unit. Sebab, program tersebut untuk mendukung terealisasinya rencana pemerintah dalam pengadaan rumah yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Namun, menurut Deputi Bidang Perumahan Formal Kemenpera, Paul Marpaung, meski dibanderol dengan harga Rp20-26 juta per unit, rumah murah tersebut tetap layak huni. Sebab, memiliki luas bangunan 36 meter persegi dengan luas lahan seluas 60-72 meter persegi. “Jadi, kami tetap mengacu UU (Undang-Undang) Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Pemukiman,” katanya. Seperti diketahui, dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan Pemukiman dinyatakan luas bangunan minimal rumah  . Ukuran luas minimal rumah umum tersebut juga berlaku untuk pembangunan rumah susun.

Selain mengacu UU Perumahan dan Pemukiman, dia menambahkan, rumah murah tersebut juga ditopang sejumlah fasilitas subsidi dari pemerintah pusat maupun daerah, termasuk instansi pemerintah lainnya. “Jadi, dengan harga Rp20-26 juta tetap bertipe 36, karena rumah murah ini akan bebas pajak dan uang muka, serta dapat subsidi selisih bunga bila melalui bank,” ujar Paul.

Bahkan, Paul melanjutkan, untuk pengadaan lahan pun akan didukung oleh pemerintah dengan menyediakan tanah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) atau instansi pemerintah lainnya. Sebelumnya, pemerintah sudah menyiapkan cetak biru rumah murah bagi masyarakat tak mampu. Program rumah sekitar Rp20-26 juta itu harus selesai pekan ini.  (net/jpnn)

Rumah Murah, Cicilan Dibawah Rp200 Ribu

Masyarakat berpenghasilan rendah akan dimudahkan  dalam mendapatkan rumah murah dengan harga Rp20-26 juta. Sebab, cicilan per bulan untuk mendapatkan rumah pro rakyat itu cukup murah, yakni bisa lebih rendah dari Rp200 ribu per bulan.

Menteri Perekonomian, Hatta Rajasa, menuturkan,  Kementerian Perumahan Rakyat  menginginkan adanya cetak biru   atau blue print terhadap  pengadaan rumah sangat murah dan rumah murah.
Melalui cetak biru itu ada peluang untuk membangun rumah murah yang  dapat dicicil masyarakat  berpenghasilan rendah. “Bahkan, bisa dicicil di bawah Rp200 ribu per bulana, ada skemanya.
Bunganya rendah sekali, karena di-mixed antara subsidi dan bunga pemerintah,” ujar Hatta saat ditemui di Jakarta, Kamis, 3 Maret 2011.

Hatta menjelaskan, harga rumah murah senilai Rp25 juta itu hanya untuk bangunan fisik. Sebab, dalam rencana kluster yang akan dibuat pemerintah terdapat sejumlah komponen, antara lain listrik, air bersih, dan rumah sehat, serta sarananya. “Jika rumah tersebut dibangun dalam sebuah kluster, bisa sekaligus dengan membangun rumah dan listriknya,” tuturnya.

Sementara itu, untuk 100 ribu unit rumah murah tersebut, nantinya akan dibangun di Jawa dan luar Jawa.
Namun, menurut Hatta, lokasi tersebut nantinya akan diprioritaskan untuk nelayan. “Nelayan kami prioritaskan,” ujar Hatta. (net/jpnn)

Henry Jhon Dituntut Mundur

MEDAN- Penolakan terhadap Ketua DPC PDIP Kota Medan Henry John Hutagalung SE SH kembali terjadi. Kemarin (3/3), Sebanyak 17 Pimpinan Anak Cabang (PAC) PDI-P Medan meminta Henry Jhon turun dari jabatannya serta kepengurusan PDI-P Medan dibekukan.

Mereka menilai, Henry John terlalu arogan merombak kepengurusan yang baru. “Kami ingin Henry Jhon turun dari jabatannya,” teriak pengunjuk rasa yang dikoordinir, Simon Manalu, Duli, Darwin B, Budi Darma dan Drs Parlindungan S di depan Kantor Sekretariat PDI-P Medan di Jalan Sekip Baru No 26 Medan, Kamis (3/3).

Pengunjuk rasa anti Henry John itu datang ke kantor PDI-P Medan dengan mengendarai sepeda motor, angkot, truk dan mobil. Sesampainya di depan kantor DPC PDI-P Kota Medan, massa langsung menggelar orasi sambil meneriaki tuntutan mereka. Selain meminta Henry John mundur, dalam pernyataan sikap yang disampaikan masing-masing koordinatornya menyindir kebijakan yang diterapkan Henry John yang dianggap bertindak sendiri.
Seperti menggelar rapat koordinasi yang hanya dilakukan Ketua dan Sekrtearis September 2010 lalu, sehingga seluruh PAC tidak mengetahui secara resmi hasil rapat tentang sosialiasi dan konsolidasi partai yang akhirnya berujung pembentukan PAC, Ranting dan Anak Ranting yang baru dibentuk Henry John.

Pengunjuk rasa juga mengkhawatirkan Ketua PAC yang terpilih diragukan kredibilitasnya sebagai anggota PDI-P serta loyalitasnya. Mereka mensinyalir Ketua PAC yang dipilih Henry Jhon disusupkan untuk menghancurkan PDI-P Medan. “Kami sangat kecewa dengan pimpinan Henry John, mengapa ia terlalu arogan dengan membentuk Ketua PAC kandidiatnya sendiri hingga ke ranting-ranting dan anak ranting,” kata Wakil Sekretaris PAC PDI-P Medan Area Suwardian kepada koran ini.

Menurutnya, unjuk rasa yang mereka gelar ini sebenarnya merupakan yang kedua kali. Sebelumnya, 13 Desember 2010 lalu Henry John didemo dengan tuntutan yang sama. Namun kali ini lebih banyak lagi. “Kali ini kami ada 17 PAC kecuali, Medan Barat, Medan Tuntungan, Medan Baru dan Medan Selayang. Jumlah kami berkisar ribuan, sebagian di Jalan Skip Baru dan sebagian lagi di Jalan Wahid Hasyim,” terang Suwardian.
Menyikapi aksi unjuk rasa tersebut, Henry John membantah tuduhan yang ditudingkan kepadanya. Bahkan, Hendry mengancam akan mengadukan mereka dalam kasus pencemaran nama baik ke Polsek Medan Baru. Henry John menilai para pengunjuk rasa itu merupakan kader PDI-P yang selama ini selalu bikin onar. Makanya Henry John berinisiatif membersihkan para kader PDI-P yang selalu bikin onar tersebut termasuk di kepengurusan Medan. Saat kejadian unjuk rasa, Henry John berada di luar. “Saya berada di luar, nanti kita ketemu,” singkat Henry John. (azw)