30 C
Medan
Monday, December 22, 2025
Home Blog Page 15568

Warga Brayan Tolak Pembangunan Kios

MEDAN- Pasca terbakarnya pasar Pulo Brayan, Medan Barat. Kios mulai dibangun, tapi  warga melakukan aksi penolakan pembangunan itu, pasalnya penyelidikan belum tuntas.

Penolakan pembangunan pasar itu disampaikan warga lingkungan VIII dan lingkungan IX, Jalan Pertempuran, Pulo Brayan Kota, Sabtu (26/2) malam .  Seperti diungkapkan, Manegar Manurung (36), warga yang juga kiosnya ikut terbakar pasca kebakaran di Pasar Brayan. Mereka meminta polisi agar menghentikan pembangunan itu karena belum diketahui pasti siapa dalang terbakarnya kios di Pulo Brayan dan pembuka garis polisi.

“Seharusnya sesuai prosedur garis polisi dibuka 30 hari pemeriksaan. Kenapa 2 hari garis polisi sudah dibuka,” ucapnya.   Warga lainnya, Zul Akbar (36) memaparkan, warga menolak pembangunan kios dan sikap Persatuan Pedagang Pasar Tradisional Medan (P3TM) yang membuka dan mengusir lapak dagangan teman mereka. (jon)

Berkat Mangrove, Warga Tenang dari Ancaman Abrasi

SERGAI-Pada 1994 lalu, warga di sekitar Pantai Sungai Nipah, Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Kab Sergai) sempat khawatir. Pasalnya, abrasi sempat mengancam pemukiman mereka. Namun, kini hal itu tak begitu mengerikan lagi. Ya, mereka mulai nyaman berkat mangrove yang mereka tanam tumbuh subur.

“Saat itu (tahun 1994, Red), bukan hanya pemukiman penduduk yang terancam, tetapi hutan bakau tempat habitat hewan khas pantai seperti ikan dan burung juga mulai terancam punah,” bilang Ketua Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai, Tris Jamansyah (36) yang ditemui koran ini, Minggu (27/2).
Menurut Tris, penyebab nomor wahid rusaknya ekosistem di kawasan pantai tersebut yang dimulai pada 1982 adalah ekspansi pembuatan tambak ikan dan udang. “Mereka dengan brutal menebang hutan bakau dengan membuat tambak sampai ke bibir pantai. Bahkan, tanah yang sekarang kita pijak ini, tahun 1995 masih kawasan pantai,” kenang Tris.

Melihat kenyataan itu sekitar tahun 1995, warga yang umumnya bekerja sebagai nelayan tradisional secara swadaya mulai menanam pohon bakau (mangrove). “Bibitnya kami cari dari berbagai tempat, kemudian ditanam secara bergotong royong setiap hari Sabtu. Tanpa terasa,  kini mulai muncul daratan baru tempat tumbuhnya hutan bakau,” cetus  Tris .

Kelompok Konservasi Mangrove juga bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Sergai dalam memperoleh bibit bakau, cemara laut, dan tanaman lainnya. “Kami dulu sering meminta bantuan bibit bakau atau cemara laut dari Dishutbun untuk ditanami. Tetapi, sekarang mulai mampu melakukan pembibitan sendiri,” kata Tris.

Kawasan pantai yang dulunya berair, sekarang seluas lima hektar menjadi darat ditumbuhi hutan bakau. Tentu saja, warga desa mulai mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih baik daripada ketika hutan bakau belum ada. “Sekarang ikan sembilang, ikan belanak, kepiting dan burung ruwak- ruwak, tiung, banyak didapat di kawasan hutan bakau,” tambah Tris.

Bersama kelompoknya, Tris punya rencana menjadikan hutan bakau sebagai lokasi  konservasi sekaligus berwisata alam yang dilakukan secara profesional dengan pendekatan ilmiah. Tetapi tampaknya, hal ini tidak didukung oleh segelintir warga desa yang merasa kurang mengerti manfaat hutan bakau serta perlunya dijaga keberlangsungannya. Buktinya, dari amatan koran ini, tidak jauh dari lokasi Pantai Sungai Nipah dengan mudahnya warga melakukan penebangan kayu api-api dengan berdalih milik masyarakat.

Kepala Dinas Kehutanan dan Kehutanan Pemkab Sergai, Ir Muhammad Taufik Batubara, MSi mengatakan apa yang dilakukan kelompok masyarakat di Desa Nagalawan membuktikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sudah dilakukan. “Dukungan pemerintah dengan memberikan bibit bakau dan pohon cemara laut sebanyal 15 ribu pada tahun 2010 kemarin. Dan, sekarang kita mempersiapkan bibit bakau sebanyak 30 ribu yang sebagian sudah ditanami mereka,” terang Taufik. (mag-15)

Mengusung Konsep Minimalis

Perumahan Konserna Vista

MEDAN-Para pengembang saat ini lebih banyak membangun rumah bertipe minimlais dengan harga terjangkau sesuai selera konsumennya.

Hal ini juga diterapkan pada Perumahan Konserna Vista yang berlokasi di Jalan Sembada/Kompleks Koserna Vista. Perumahan Konserna Vista akan dibangun 19 unit yang mengusung konsep minimalis.  “Perumahan ini akan rampung dibangun Desember 2011 nanti,” ujar Sherly Silalahi, Koordinator Marketing Perumahan Konserna Vista.

Dikatakannya, Perumahan Konserna Vista dibangun hanya satu tipe saja, tipe 45. Tipe ini memiliki luas tanah 6×18 m serta luas bangunan 6×8 m. Namun tipe ini memiliki dua jenis. Tipe yang sama berbeda ukuran tanahnya yakni 6×20 serta luas bangunan 6×8.  Untuk tipe 45 ukuran 6×18 m dibanderol Rp210 juta. Uang mukanya Rp21 juta. “Konsumen bisa membayar cicilan uang muka sebanyak 6 kali dalam kurun waktu 6 bulan. Kami akan memberikan hadiah hadiah TV LCD 26 inci bagi konsumen yang membeli perumahan kami,” tambah Sherly.

Perumahan ini lokasinya strategis karena dekat dengan Citra Garden di Padang Bulan, dekat dengan pusat perbelanjaan seperti carefour serta dekat dengan lokasi sekolah dan kampus USU. “Kami sengaja membangun dekat dengan areal Perumahan Citra Garden dan pusat perbelanjan karena daerah ini saat strategis,” kata Sherly lagi.

Dilanjutkan, selain dekat dengan pusat perbelanjaan, juga lokasi tersebut bebas dari banjir. Sebab, lokasi perumahan tersebut berada di lokasi dataran tinggi dan telah memiliki saluran air (drainase) yang dipasang dengan baik. “Pokoknya, lokasi perumahan tersebut bebas banjir, kalau konsumen tak percaya boleh langsung kroscek ke lokasi perumahan ini,” pungkas Sherly. (omi)

80 Peserta Ikuti Ujian Seleksi PWI

MEDAN- Sebanyak 80 peserta mengikuti pembekalan dan ujian seleksi calon anggota muda Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Cabang Sumut angkatan 2011 di Dinas Komunikasi dan Informasi (Kominfo) Sumut, Sabtu (26/2).
Para peserta diuji pengetahuan umum, Pancasila, Undang-Undang (UU) No 40/1999 tentang Pers, kode etik jurnalistik (KEJ), keorganisasian, peraturan dasar dan peraturan rumah tangga (PD/PRT) PWI, serta menulis berita.

Pada kesempatan ini, Narasumber tamu yang hadir, Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Sumut, Riadil Akhir Lubis , Psikolog, Rahmadani , serta Tim HRte Indonesia.

Ketua PWI Sumut Drs Muhammad Syahrir  berharap agar calon anggota muda PWI mengikuti pembekalan dan ujian seleksi dapat lulus dengan nilai yang memuaskan.  (mag-1)

Kian Matang

Medan Chief vs Real Mataram

MEDAN- Medan Chiefs Deli Serdang semakin menunjukkan kematangannya. Menjamu Real Mataram di Stadion Baharoeddin Deli Serdang Minggu (27/2) kemarin, Medan Chiefs sukses unggul tiga gol tanpa balas.

Anak asuh Jorg Peter mengawali pesta gol timnya, melalaui sundulan kepala penyerang Brayant Braad pada menit 16. Mendapat umpan lambung pemain belakang Fred Pasaribu, Brayant yang tidak mendapatkan pengawalan berarti langsung melesakkan si kulit bundar ke sudut kiri atas yang tidak mampu diantisipasi penjaga gawang Real Mataram yang dikawal Arik Bahtiar.

Unggul satu gol, Medan Chiefs tak menyurutkan serangannya. Jorg tetap menginstruksikan anak asuhnya untuk tetap bermain agresif menyerang.  Namun begitu skor 1-0  tetap bertahan hingga berakhirnya pertandingan babak pertama.

Untuk menambah daya serang anak asuhnya, memasuki babak kedua, beberapa perubahan dilakukan Jorg Peter. Pemain Singapura yang baru saja bergabung, Sharil Ishak masuk menggantikan Febrianto pada menit 51. Menyusul Baihakki yang dimasukkan pada menit 59, menggantikan Risman.

Startegi tersebut ternyata sangat efektif, terbukti, Medan Chiefs mampu menambah perbendaharaan gol melalui kaki Sharil Ishak pada menit 66. Umpan datar dari sisi kiri pertahanan lawan, yang diberikan Laakkad langsung dilesakkan Sharil Ishak yang berdiri bebas di luar kotak  penalti pertahanan lawan.

Menit 87, mendapat umpan terobosan dari Sharil Ishak, Laakkad yang berdiri bebas di daerah pertahanan lawan dan tanpa pengawalan, langsung menggiring bola ke aderah kotak penalti skor 3-0 untuk tuan rumah bertahan hingga usai laga.  Pelatih kepala Real mataram Jose Basualdo, mengakui Medan Chiefs memiliki sejumlah pemain yang berkualitas. “Baru pertama kita lihat secara langsung permainan Medan Chiefs, ternyata mereka bermain sangat luar biasa hari ini,” ungkap Jose. Sementara itu pelatih kepala Medan Chief Jorg Peter, menganggap kemenangan ini  karena bernasib baik.(uma)

Gadis Cantik Dipukuli Preman

Sudah dilecehkan dengan disebut sebagai pekerja seks komersial (PSK), Yuana (20), warga Jalan Aluminium Raya Gang Turi, Tanjung Mulia, Medan Deli, malah dipukuli oleh pemuda yang melecehkannya. Tak senang, Yuana pun
mengadu ke polisi.

Peristiwa ini berawal saat Yuana hendak membeli pulsa. Diperjalanan, dia bertemu dengan Dian (32), yang sedang duduk di sebuah warung. Melihat Yuana, Dian memanggilnya dan mengatakan, “Ini ada uang seratus ribu, bisa sewa kamar,” ujar Dian.

Mendengar ucapan Dian, Yuan yang merupakan wanita baik-baik berang. Namun, Dian malah tak kalah garang. Dia pun melemparkan batu ke arah Yuana. Mendapat perlakuan seperti itu, Yuana langsung mendatangi Dian untuk melabrak Dian. Begitu mendekat, Dian langsung memukuli Yuana.

“Saya tidak senang dibilang seperti itu. Memangnya perempuan apaan?” kata Yuana saat ditemui di Mapolsekta Labuhan Deli. Saat Yuana dipukuli Dian, tak seorang pun warga yang berani melerai. “Saat itu, dia mungkin dalam keadaan mabuk. Mungkin dia preman makanya tak ada yang berani melerai,” tambahnya. Yuana berharap, polisi dapat menindaklanjuti permasalahan tersebut dan menangkap pelaku untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.(mag-11)

Bintang Medan Takluk Lagi

Jika Medan Chiefs sukses menang telak, klub sekotanya Bintang Medan malah terperosok di kandang Semarang United. Anak asuh Michael Feicteinbener itu harus mengakui keunggulan tuan rumah dengan skor tipis 3-2.
Di Stadion Jatidiri Semarang, Minggu (27/2) sore, tuan rumah mencetak tiga gol, masing-masing lewat Amarildo Souza (dua gol) dan Simone Quienteri. Sementara, gol balasan Bintang Medan diceploskan Rochmat Dwi Adi dan An Hyo-yoen.

Begitu laga dimulai, pemain kedua tim langsung menggebrak. Saking semangatnya, laga jadi cenderung keras. Guyuran hujan sejak awal pertandingan tak mampu mendinginkan suasana.

Gol pertama SUFC lahir dari tendangan penalti pada menit ke-5 setelah Amancio Fortes dilanggar kiper Bintang Medan, Decky Ardian Cahyadi. Souza berhasil memanfaatkan peluang itu, 1-0 untuk SUFC. Pada menit ke-24, Quienteri menambah gol untuk timnya usai menerima umpan dari sayap. Dengan kaki kiri, pemain asal Italia itu menceploskan bola ke gawang lawan. Bintang Medang memperkecil ketinggalan enam menit kemudian. Gol yang membuat skor jadi 1-2 itu dicetak Rochmat Dwi Adi.

Memasuki babak kedua, hujan yang terus mengguyur membuat lapangan tambah licin. Permainan kedua tim jadi kurang berkembang. Dalam situasi tersebut Bintang Medan kemudian berhasil menyamakan kedudukan menjadi 2-2 lewat striker asal Korsel, An Hyo-yoen.

Menanggapi kekalahan ini, Dityo Pramono selaku CEO Bintang Medan mengatakan bahwa timnya masih kurang beruntung. Selain faktor cedera pemain yang jadi soal, kondisi lapangan Stadion Jati Diri juga disoal. “Ya kita memang kurang beruntung. Lapangah becek karena hujan,” kata Dityo. (ful)

Gawat, Jajanan Ancam Anak Sekolah

MEDAN- Dugaan keracunan jananan di Kota Medan dan sekitarnya tak kunjung reda. Belum tuntas kasus keracunan yang satu, telah pula muncul kasus lainnya. Keamanan jajanan anak sudah gawat, tapi tak ada satupun kasus keracunan memiliki titik terang.

penyelesaian, apalagi tuntas. Terkesan semua instansi pemerintah baru sibuk, kalau korban keracunan bersifat massif dan dipublikasi media massa.

Banyaknya kasus dugaan keracunan itu harusnya jadi prioritas untuk dituntaskan. Apalagi korbannya adalah anak-anak. Mereka begitu rentan sebagai korban keracunan, tetapi tidak memiliki seleksi rasional memilih jajanan.
“Sangat mungkin penyebab keracunan satu dari penyebab lain adalah pedagang jajanan anak hanya memikirkan keuntungan tanpa mengindahkan kehigienisan makanan yang dijajakan,” kata Direktur Lembaga Advokasi Perlindungan Konsumen (LAPK) Sumut, Farid Wajedi kepada wartawan, Minggu (27/2).

Diungkapkannya, berdasarkan uji petik pada 2010, yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan terhadap jajanan di 4.500 sekolah, sebagian besar mengandung bahan kimia berbahaya seperti boraks, pewarna tekstil dan formalin. Boraks atau asam borat merupakan bahan bersifat antiseptik untuk pembuat detergen yang jika sampai tertelan mengakibatkan gangguan pencernaan, diare, sampai kerusakan ginjal dan kegagalan sistem sirkulasi.
“Bahan kimia ini sering dicampurkan dalam bahan makanan bakso, mi basah, serta kerupuk. Formalin merupakan bahan kimia perekat kayu lapis digunakan untuk mengawetkan tahu dan mi basah. Bila dikonsumsi secara terus-menerus, zat formalin akan menimbulkan gejala diare, sakit kepala, kerusakan hati, jantung, dan otak,” ungkap Farid.
“Dalam menyikapi kejadian tersebut, tentu tidak cukup sekadar meminta orangtua supaya memperhatikan makanan anak-anak mereka. Atau, tidak cukup memberi nasehat anak-anak dibekali makanan dari rumah agar terjamin kehigienisannya,” lanjutnya.

Farid juga mengungkapkan, karena kondisi jajanan anak sudah begitu gawat, pemerintah perlu melakukan langkah antisipasi dengan menggelar razia bersama lintas instansi dengan melibatkan unsur pemerintah, kepolisian, legislatif dan perwakilan masyarakat. “Jika perlu jatuhkan sanksi pidana bagi pelanggarnya,” katanya.
Selain itu, kata Farid, Kementerian Kesehatan dalam hal ini Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan dan BPOM segera menyusun program untuk penelitian dan pengawasan pangan/jajanan di sekolah secara terukur dan berkelanjutan.

Peran Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), guru dan komite sekolah dalam mengembangkan pola dan menjamin mutu jajanan anak di lingkungan sekolah perlu ditingkatkan.

Lebih lanjut Farid mengatakan, pemerintah perlu memfasilitasi pedagang dan industri rumah tangga melalui kerjasama dengan Badan POM, dinas kesehatan, Puskesmas setempat dan dinas perindustrian untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas kantin sekolah, melakukan pembinaan pedagang di kantin sekolah, meningkatkan pengetahuan guru sekolah dan orang tua murid melalui pelatihan (training) tentang zat-zat berbahaya pada makanan, memberikan pelatihan tentang penanganan pangan yang aman kepada para Pedagang Kaki Lima yang sering mangkal di depan sekolah.

“Tentunya upaya ini perlu diusahakan dengan biaya yang relatif murah bila dibandingkan jumlah uang jajan harian yang diterima anak. Kemudian melarang segala bentuk bentuk promosi susu atau makanan jajanan anak di sekolah dengan mengeksploitasi anak-anak dengan dalih apapun.” tandasnya(mag-7)

Pelayanan Gratis Bagi Korban DBD

Penanganan Endemi Demam Berdarah Dengue (DBD) di Medan sampai sekarang belum maksimal. Buktinya, beberapa waktu lalu terdapat tujuh pekerja bangunan asal Jawa Tengah dann Jawa Barat yang bekerja di PT Torganda di Jalan HM Joni terserang DBD. Seperti apa tanggapan anggota Komisi B DPRD Medan Salman Al Farisi mengenai permasalah DBD tersebut? Berikut petikan wawancara wartawan Sumut Pos Ari Sisworo dengan Salman Alfarisi, Minggu (27/2).

Apa yang menyebabkan DBD masih mewabah di Medan?

DBD merupakan endemi yang seharusnya memang jadi tanggung jawab pemerintah, dalam hal ini Pemko Medan. Meskipun dalam kaitannya tidak terlepas dari peran aktif masyarakat. Dalam perkembangannya, DBD ini merupakan salah penyakit yang sangat berbahaya, karena bisa merenggut korban jiwa.

Dari kenyataan yang ada, upaya yang dilakukan Pemko Medan dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Medan belum maksimal. Salah satunya, sejauh ini, pengetahuan dari masyarakat terhadap DBD dan penyebarannya serta penanganan dan antisipasinya, tidak secara keseluruhan diketahui masyarakat. Itu artinya, sosialisasi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan tidak memberikan hasil yang baik.

Bagaimana dengan fogging yang dilakukan Dinas Kesehatan Kota Medan saat ini?

Fogging yang dilakukan selama ini, sudah jadi rahasia umum hanya dilakukan di beberapa rumah saja di satu lingkungan, dan bahkan di satu kelurahan. Kesannya, petugas yang melaksanakan fogging tersebut formalitas saja.

Jadi apa yang harus dilakukan?

Secara tahapan sudah ada sosialisasi, melakukan fogging atau penyemprotan di rumah-rumah warga. Tapi, apa yang dilakukan selama ini terkesan lips service saja. Lakukan pemberantasan dan tindakan antisipatif tersebut dengan cara pendekatan lingkungan. Karena pada prinsipnya, Pemko Medan yang memiliki jajaran hingga ke tingkat kelurahan merupakan motor penggerak pembasmian endemi DBD. Bahkan bukan itu saja, semua persoalan mengenai kesehatan lainnya juga merupakan tanggungjawab dari pemko melalui dinas kesehatannya.

Adakah solusi lainnya?

Secara pribadi, saya pernah mengusulkan, khusus mengenai DBD sebaiknya penderita DBD itu diberi fasilitas berobat gratis di rumah sakit. Fasilitas berobat gratis yang selama ini ada, JPKMS dan Jamkesmas diberikan hanya kepada warga miskin. Kalau dikaji-kaji, penderita DBD ini juga kebanyakan warga miskin. Artinya, pemberian biaya pengobatan gratis itu bisa diberikan kepada keseluruhan warga Medan. Hal ini dikarenakan, apakah ada jaminan kepesertaan JPKMS dan Jamkesmas itu mengakomodir semua warga miskin di Medan. Memang, jumlah peserta di JPKMS dan Jamkesmas mencapai 1 juta jiwa, atau 50 persen dari keseluruhan warga Medan. tapi kembali ke masalah itu, tidak ada jaminan warga miskin itu semua masuk dalam Jamkesmas atau JPKMS. Maka dari itu, menurut hemat saya, ada baiknya kalau keseluruhan warga Medan diberi pelayanan kesehatan secara gratis.

Salah satu contohnya, di Kota Palembang sudah menerapkan seperti itu, begitu juga di salah satu kota di Bali. Mungkin, ini bisa menjadi masukan bagi Pemko Medan. Dengan adanya kebijakan seperti itu, penanganan Gizi Buruk yang masih terjadi di Medan juga bisa terantisipasi. Logikanya seperti ini, kalau nanti ditemukan lagi masalah Gizi Buruk di Medan, itu artinya kepesertaan JPKMS dan Jamkesmas juga belum valid. Karena penderita gizi buruk tidak bisa dipungkiri adalah warga miskin. (*)

SMP Negeri 21 Medan Genjot Try Out, Optimis Lulus UN 100 Persen

Ujian Nasional (UN) tinggal hitungan hari. Hal ini memaksa semua sekolah untuk mempersiapkan semua siswanya dalam menghadapi pesta dunia pendidikan tersebut, termasuk SMP Negeri 21 Medan Jalan Bunga Rampe Kecamatan Medan Tuntungan Kelurahan Simalingkar B Medan.

Tentunya SMP Negeri 21 Medan ingin mengulang kiprah mereka pada tahun pelajaran (TP) 2009/2010 lalu dengan hasil yang maksimal yakni 100 persen lulus UN. Kepala SMP Negeri 21 Medan Marita Yetti SPd MM didampingi Wakil Drs Rela Ginting mengatakan, try out yang digelar sejak 3 bulan terakhir ini dimaksudkan untuk melihat sudah sejauh apa kemampuan siswa menjawab berbagai soal mirip UN. “Dengan begitu kita bisa mengevaluasi pembelajaran yang selanjutnya akan diberikan kepada mereka,” terangnya, Sabtu (26/2).

Lebih lanjut, Marita menegaskan, siswa akan terus digenjot untuk mengikuti try out hingga menjelang UN. Untuk pelaksanaan try out ini kami melakukan kerjasama dengan Penerbit Madju, baik dari pembuatan soal, pemeriksaan hingga pengumuman hasil. “Namun, sebelum soal diujikan, kami tetap mengkonfirmasikan soal-soal tersebut ke Disdik Medan. Karena tak semua soal bisa diujikan langsung ke siswa, harus sesuai prasyarat dan tingkatan yang telah diatur oleh Disdik Medan,” jelasnya. Tak hanya try out yang diberikan ke siswa, tambah Rela, tapi juga les tambahan yang intensitasnya 2 kali seminggu. “Yakni pada Senin dan Rabu.

Jadi setiap setelah try out, di les tambahan inilah kembali dievaluasi setiap kelemahan siswa dalam menjawab soal try out. Mereka lebih dimatangkan di sini,” tegasnya.

Marita kembali menjelaskan dengan didukung berbagai fasilitas, sarana dan prasarana yang ada di sekolah, pihaknya berharap setiap siswa mampu menggunakan fasilitas yang tersedia tersebut secara maksimal. “Saat ini kami telah memiliki laboratorium komputer dengan 40 unit komputer monitor LCD. Laboratorium bahasa dengan 19 unit komputer monitor LCD, laboratorium IPA dan perpustakaan,” ujarnya.

Saat ini SMP Negeri 21 Medan memiliki 812 siswa yang diasuh 68 guru yang sudah sarjana dan seorang diantaranya telah S-2.  “Guru-guru juga selalu diarahkan untuk mengikuti berbagai seminar, lokakarya dan workshop, baik di Kota Medan maupun luar kota.

Hal ini diharapkan untuk meningkatkan mutu pendidikan guru yang berimbas kepada peningkatan mutu siswa pula,” kata Marita.

SMP Negeri 21 Medan juga memiliki 1 program unik bagi siswa baru atau kelas VII, yakni studi tour ke tempat wisata dalam mengimplementasikan pelajaran IPA langsung ke lingkungan hidup. “Sangat tepat waktunya, siswa kelas VII sebanyak empat kelas dari tujuh kelas yang ada, hari ini (26/2) berangkat ke Kebun Binatang Medan.
Jaraknya kebetulan memang dekat dengan sekolah kami, jadi ini menjadi satu kesempatan yang baik dalam memberikan pengalaman sekaligus mental kepada siswa. Karena tak hanya dituntut mengenali hewan-hewan, siswa juga bisa menikmati out bond yang dipandu oleh guru juga petugas kebun binatang,” jelas Marita.

Sekolah yang telah berdiri sejak 1983 ini telah meghasilkan 4000-an lebih alumni yang kini berkiprah diberbagai bidang kerja termasuk kepemerintahan. Dan tak sedikit pula alumni yang memberikan bantuan kepada sekolah untuk peningkatan mutu siswa, baik dari segi penambahan ataupun pembangunan fasilitas, sarana dan prasarana baru. “Seperti musala kami yang kini sudah cukup besar untuk menampung siswa dan guru untuk beribadah setiap harinya yang dibangun di kompleks sekolah. Ini merupakan bantuan dari alumni, komite sekolah, para guru juga pemerintah kota,” papar Marita. Rela menambahkan, peran alumni dalam penignkatan mutu pendidikan di sekolah cukup besar dan sangat diharapkan.

“Siapa lagi yang bisa cukup pedli dengan peningkatan mutu pendidikan di sekolah ini selain para alumni dan sekolah sendiri? Jadi, perhatian-perhatian seperti itu sangat kami harapkan dari para alumni,” katanya. (saz)