28 C
Medan
Saturday, December 20, 2025
Home Blog Page 6

Pemkab Dairi Tangani Jalan Longsor di Parbuluan 4, Bupati Perintahkan BPBD Lakukan Mitigasi Bencana

LONGSOR: Badan jalan di Desa Parbuluan 4, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, longsor, menyebabkan akses jalan terputus. (Istimewa)
LONGSOR: Badan jalan di Desa Parbuluan 4, Kecamatan Parbuluan, Kabupaten Dairi, longsor, menyebabkan akses jalan terputus. (Istimewa)

DAIRI, SUMUTPOS.CO – Pemkab Dairi melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), melakukan penganan terhadap badan jalan yang mengalami longsor di Dusun 3, Desa Parbuluan 4, Kecamatan Parbuluan.

Sebagai langkah awal, Bupati Dairi Vickner Sinaga telah memerintahkan Kepala BPBD Dekman Sitopu dan Camat Parbuluan Landong Napitu, segera merespons dan melakukan mitigasi bencana serta menindaklanjutinya.

Dekman menyampaikan, jalan dimaksud longsor beberapa waktu lalu, saat daerah itu dilanda hujan deras berkepanjangan.

“BPBD bersama tim teknis, sudah survei ke lokasi kejadian, dan dilakukan pemetaan. Dan sudah terdata sebagai bencana,” ungkap Dekman.

Menurut Dekman, langkah penangan juga telah dilaporkan ke Bupati Dairi. Senin (14/12), BPBD, camat, pemerintah kabupaten dan melibatkan warga setempat, melakukan gotong royong untuk penanganan darurat, demi membuka akses jalan. (rud/saz)

TNI Bangun Sumur Bor untuk Pengungsi di Batangtoru

PEMBANGUNAN SUMUR BOR: Prajurit TNI saat melaksanakan pembangunan sumur bor di Batangtoru, Tapsel. Istimewa/Sumut Pos
PEMBANGUNAN SUMUR BOR: Prajurit TNI saat melaksanakan pembangunan sumur bor di Batangtoru, Tapsel. Istimewa/Sumut Pos

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Kodim 0212/Tapanuliselatan (Tapsel) melalui Koramil 01/Batangtoru bersama masyarakat melaksanakan pembuatan sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi warga terdampak banjir di Desa Hutagodang, Kecamatan Batangtoru, Kabupaten Tapanuli Selatan, Minggu (14/12).

Pembangunan sumur bor tersebut dilakukan, mengingat kebutuhan air bersih bagi masyarakat terdampak banjir sangat mendesak, terutama untuk keperluan minum, memasak, dan menjaga kebersihan lingkungan para pengungsi.

Dalam pelaksanaannya, Babinsa Koramil 01/BT bersama warga bergotong royong melakukan pengeboran sumur di titik yang telah ditentukan.

Adapun, sumur bor itu diharapkan dapat dimanfaatkan oleh para pengungsi serta masyarakat sekitar secara berkelanjutan, tidak hanya selama masa tanggap darurat bencana.

Kepala Penerangan Daerah Militer (Kapendam) I/Bukit Barisan (BB), Kolonel Inf Asrul Kurniawan Harahap, saat dikonfirmasi, Senin (15/12), mengatakan, TNI hadir untuk membantu masyarakat dalam situasi darurat bencana dengan memberikan solusi cepat dan tepat.

“Melalui pembuatan sumur bor ini, diharapkan para pengungsi dan masyarakat sekitar dapat memperoleh akses air bersih yang layak, sehingga kesehatan warga tetap terjaga selama masa pemulihan pascabanjir,” ujarnya. (dwi/azw)

Korupsi Bantuan Korban Bencana Alam: Kejahatan Kemanusiaan

Oleh: Faisal Pane, S.Pd, M.Pd

BENCANA alam berskala besar bukan pertama kali terjadi. Pada era presiden-presiden sebelumnya, gempa bumi, banjir, longsor, gunung meletus, kebakaran hutan hingga tsunami berulang kali melanda Tanah Air. Letak geografis Indonesia di pertemuan tiga lempeng tektonik aktif dan dalam sabuk cincin api, serta beriklim tropis dengan curah hujan tinggi menjadikannya salah satu negara paling rentan terhadap bencana alam.

Jumlah bencana alam di setiap kepemimpinan sejak Orde Baru hingga Reformasi. Selain periode kepemimpinan, pendataan yang baru dilakukan secara baik sejak 2008 juga menyebabkan perbedaan jumlah bencana alam yang terdeteksi oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

Setiap negara tidak terlepas dari dua persoalan yang ensensial, ancaman perang dan bencana alam memiliki potensi yang sangat besar untuk menghancurkan sebuah negara. Kedua ancaman ini dapat menimbulkan kerugian fisik, sosial, dan ekonomi yang luar biasa.

Dampak dari Ancaman Bencana Alam dan Perang
Hilangnya nyawa dan korban luka: Kedua peristiwa ini seringkali menyebabkan kematian dan cedera massal pada penduduk, yang menciptakan trauma sosial dan krisis kemanusiaan.

Kerusakan infrastruktur: Perang dan bencana alam merusak rumah, bangunan, jembatan, jalan raya, dan fasilitas penting lainnya, yang mengganggu kehidupan sehari-hari dan menghambat pemulihan ekonomi.

Krisis ekonomi: Kerusakan properti dan infrastruktur, gangguan produksi dan perdagangan, serta biaya pemulihan yang tinggi dapat menyebabkan krisis ekonomi yang parah, meningkatnya pengangguran, dan kemiskinan.

Ketidakstabilan sosial dan politik: Peristiwa semacam ini dapat memperburuk ketegangan sosial, menyebabkan perpindahan penduduk dalam jumlah besar (pengungsi), dan bahkan mengguncang stabilitas pemerintahan atau memicu konflik tambahan.

Meskipun keduanya memiliki dampak yang menghancurkan, kemampuan suatu negara untuk bangkit kembali seringkali bergantung pada kesiapsiagaan, sumber daya, dan bantuan internasional yang diterimanya.

Kalau kita mengulik bencana alam yang pernah ada di negeri ini, maska dapat dipastikan setiap pemimpin negara sudah barang tentu akan mengalami fase bencana alam, baik itu skala kecil, sedang maupun skala besar. Seperti yang terjadi saat akhir tahun 2025 beberapa jumlah daerah di tanah air terkena bencana alam, seperti banjir bandang dan longsor yang menimpa Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Aceh.

Beberapa jam setelah diumumkanya bencana alam oleh pemerintah. Presiden Prabowo Subianto dengan tegas dan keras menyampaikan ke publik yang diperdengar oleh seluruh rakyat indonesia. “Kalau ada pihak-pihak yang melakukan korupsi serta menggunakan bencana untuk memperkaya diri, saya akan tindak sangat keras,” ujar Presiden Prabowo.

Sepertinya ini sinyal kuat kecemasan Presiden akan terjadinya kejahatan kemanusiaan, sebab kita sepakat kecemasan Presiden dikarenakan selalu terjadinya catatan buruk pada tahun-tahun sebelumnya sungguh tega dan biadab, berani tanpa rasa empati dengan menyelewengkan dana di setiap bantuan untuk korban bencana alam, sehingga menambah cacatan kelam jumlah tersangka korupsi dana bantuan bencana alam, ini sangat memalukan bangsa, menurutkan citra bangsa, karena itu perbuatan kejahatan kemanusiaan yang tidak bisa dimaafkan.

Bayangkan saja, masyarakat yang sudah hilang tempat tinggalnya tertimbun tanah longsong, rumah yang terbawa harus air, rumah dan harta yang rusak akibat terendam banjir, kehilangan keluarga, kesulitan mendapatkan air bersih, sulitnya mendapatkan makanan, fasilitas umum porak-poranda, korban luka, yang miris lagi hilangnya nyawa akibat bencana alam, itu sungguh penderitaan yang menyedihkan, maka terkutuk sekali apabila ada manusia yang memasang niat mencari keuntungan, kecurangan dan korupsi diatas penderitaan orang lain maka harus disebut kejatahan kemanusiaan yang sangat keji.

Warning Presiden Prabowo itu sangat tegas dan jelas. Penegasan ini harus mengalir dari hulu hinga ke hilir sampai ke lapangan. Negara harus benar-benar hadir seutuhnya, karena itu pentingnya pengawasan ketat secara berkala dan komitmen dalam pengelolaan anggaran serta bantuan kepada para korban bencana alam. Penegasan dari Presiden tentu saja bukan tanpa alasan. Seperti disampaikan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dibutuhkan anggaran Rp51,81 triliun untuk pemulihan bencana di Sumatera.

Anggaran yang sangat besar dan fantastis ini bukanlah peluang untuk melakukan kecurangan apalagi korupsi. Penyelenggara negara baik dari bawah seperti kepala lingkungan, kepala dusun, kepala desa/lurah sampai sekelas menteri harus menancapkan dihatinya berkerja dengan rasa tulus, ikhlas dan bertanggungjawab, karena rasa kemanusiaan diatas keberagamaan.

Penegakan Hukum yang Tegas

Presiden Prabowo Subianto menyatakan bakal menindak berbagai pihak, khususnya pejabat yang memanfaatkan kondisi bencana di Sumatra untuk melakukan penyelewengan, korupsi maupun memperkaya diri sendiri. Hal itu disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto saat memimpin rapat terkait dengan penanganan dan pemulihan bencana di Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat, Minggu (7/12/2025).

“Kita harus mengelola semua kekayaan kita dengan sebaik-baiknya. Saya ingatkan tidak boleh ada penyelewengan, tidak boleh ada korupsi di semua entitas pemerintahan,”
maka para penegak hukum yang ada ditanah air ini, harus memonitoring, mengingatkan dengan rutin dalam bentuk pengawasan, sehingga siapkan payung sebelum hujan, lebih baik mencegah daripada mengobati.

Selalu diberikan saksi hukum melalui media, pesan hukum bagi yang mencoba-coba curang dan korupsi daripada anggaran dana bantuan korban bencana alam. Apalagi keuangan yang dimiliki negara saat ini harus disiapkan untuk menghadapi dan mengatasi kesulitan rakyat tidak sedikit jumlahnya demi rakyat indonesia. Oleh sebab itu, instansi dan badan penegak hukum juga menghimbau kepada seluruh pimpinan di setiap institusi negara termasuk pemerintah daerah untuk melakukan pengawasan dengan baik secara rutin, dan benar-benar kroscek dilapangan agar terlihat jelas dan jernih bantuan-bantuan yang ada sesuai dengan anggaran. Kalaulah pengawasan itu dengan serius dijalankan, maka kita yakin dan sepakat tidak ada celah sedikitpun bagi oknum-oknum yang ingin berbuat curang hanya untuk kepentingan pribadinya.

Untuk itu marilah kita semua saling bahu-membahu, saling empati, membatu setiap penderitaan saudara-saudara kita yang sedang berjuang lepas dari penderitaan bencana alam, dan yang terpenting apabila ada kecurangan yang dicuriagi hendaklah laporakan kepada instansi yang terkait agar tidak terjadi kecurangan dan korupsi bantuan korban bencana.

Penulis adalah Guru SMAN 1 Hamparan Perak

TNI Bantu Warga Perbaiki Tanggul Pascabanjir di Langkat

PERBAIKI: Prajurit TNI saat memperbaiki tanggul yang jebol di Langkat. (Istimewa)
PERBAIKI: Prajurit TNI saat memperbaiki tanggul yang jebol di Langkat. (Istimewa)

LANGKAT, SUMUTPOS.CO – Koramil 07/Stabat Kabupaten Langkat bersama warga sekitar melaksanakan perbaikan tanggul yang kembali jebol di Langkat, pada Sabtu (13/12) kemarin, akibat hujan deras. Tanggul ini jebol pascabanjir yang melanda wilayah tersebut beberapa hari sebelumnya.

Perbaikan tanggul dilakukan Minggu (14/12), untuk mencegah banjir susulan yang berpotensi mengancam pemukiman warga. Pekerjaan dilakukan secara bergotong royong dengan menebalkan tanggul menggunakan material tanah dan pasir.

Warga Desa Stabat Lama menyambut baik bantuan TNI dan turut aktif dalam proses perbaikan. Kepala Desa Stabat Lama, M Rasid menyampaikan apresiasinya atas kepedulian TNI dan pihak terkait.

“Kami sangat berterima kasih kepada TNI dan semua pihak yang telah membantu memperbaiki tanggul pasca banjir,” ungkap Rasid.
Terpisah, Kapendam I/Bukit Barisan (BB), Kolonel Inf Asrul Kurniawan Harahap menegaskan, kegiatan Babinsa di wilayah binaan merupakan bagian dari pembinaan teritorial untuk memperkuat kemanunggalan TNI dengan rakyat.

“Kehadiran Babinsa di tengah masyarakat memberikan dampak positif dalam menumbuhkan kepedulian bersama terhadap keamanan dan ketertiban wilayah,” katanya, Minggu (14/12) sore.

Sebelumnya, Kodim 0203/Langkat melalui Koramil 09/Hinai terus menyalurkan bantuan bagi warga terdampak banjir, pada Jumat (12/12) kemarin di Dapur Lapangan Pasar 4,5 Kelurahan Kebun Lada, Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat.

Bantuan tersebut dioperasikan untuk menyiapkan sarapan, makan siang, dan makan malam bagi masyarakat serta personel yang bertugas di lapangan.

Kegiatan memasak dilakukan secara kolaboratif antara personel TNI dan warga pengungsi, sehingga proses distribusi makanan menjadi lebih cepat dan efektif. Saat pendistribusian, masyarakat langsung menikmati makanan di tenda dapur lapangan sesuai kebutuhan keluarga masing-masing.

Menanggapi hal itu, Kapendam I/BB, Kolonel Inf Asrul Kurniawan Harahap menyampaikan, dapur lapangan ini hadir untuk memastikan warga terdampak banjir tetap terpenuhi kebutuhan pangannya.

“Kolaborasi TNI dan masyarakat juga mempercepat proses pelayanan di lapangan,” pungkasnya. (dwi/saz)

Koramil Siais Buka Akse Jalan Longsor di Tapsel

TAPSEL, SUMUTPOS.CO – Koramil 19/Siais yang dipimpin langsung Danramil Kapten Inf H Sirait berjibaku memasang jalan buatan dengan menggunakan kayu bulat yang disusun memanjang untuk membuka akses jalan yang menutup jalan satu-satunya keluar masuk 4 lorong; Lorong Huta Tonga, Huta Jae, Kampung Nias, dan Lumban Dolok Lingkungan dua Kelurahan Tapian Nauli Tapanuli Selatan (Tapsel). Kini, 157 kepala keluarga (KK) yang menghuni empat lorong tersebut dapat bernapas lega setelah sembilan hari terkurung akibat longsor yang merusak dan menutup akses jalan itu.

“Jalan ini kami buat secara swadaya dengan dana sendiri. Kasihan warga tidak dapat beraktivitas keluar masuk kampong,” ujar Danramil 19/Siais Kapten Inf H Sirait, Kamis (11/12)

Pantau wartawan di lokasi terlihat tanah di bukit longsor menutup dan rusak jalan menuju jembatan kayu (rambin) yang menghubungkan lingkungan 2 ke lingkungan 3 dan 4.

“Awal longsor, jangankan kendaraan roda, jalan kaki aja sangat sulit sehingga kami di sini terkurung. anak-anak tidak ke sekolah dan hasil kebun tidak dapat keluar untuk dijual ke toke sekaligus belanja kebutuhan pokok ke pekan (Poken),”ungkap Rendi Zebua, warga yang menjadi korban longsor.

Material tanah longsor menutup dan merusak jalan cor beton sehingga warga yang bermukim di 4 lorong tersebut tidak bisa kemana-mana.
“Padahal stok makanan kami mulai menipis dan kami panik karena bukit di sekitar pemukiman kami juga banyak longsor. Syukurlah Pak Danramil beserta anggotanya dibantu warga membuat akses jalan buatan sementara,” tutur Rendin Zebua, (zeb/azw)

Karyawan Korban Banjir Dipecat, DPRD Medan Minta Pemko Bertindak

Anggota DPRD Kota Medan, Hadi Suhendra.
Anggota DPRD Kota Medan, Hadi Suhendra.

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pimpinan DPRD Kota Medan dari Fraksi Partai Golkar, Hadi Suhendra, mengaku sangat prihatin sekaligus miris atas pengaduan masyarakat di kawasan Medan Utara yang mengaku dipecat oleh perusahaan tempatnya bekerja usai banjir besar melanda Kota Medan pada 27 November 2025 lalu.

Pengaduan tersebut disampaikan oleh seorang warga yang bekerja di salah satu perusahaan di Kawasan Industri Medan (KIM). Warga itu mengaku diberhentikan dari pekerjaannya lantaran tidak masuk kerja selama beberapa hari.

Padahal, ketidakhadirannya disebabkan rumah yang ditempatinya terendam banjir cukup parah hingga memaksanya bersama keluarga mengungsi.

“Ada warga melapor kepada saya bahwa dirinya dipecat oleh perusahaan tempat dia bekerja di KIM karena tidak masuk kerja selama beberapa hari. Sementara dia tidak masuk kerja karena rumahnya terendam banjir. Bahkan dia dan keluarganya sampai harus mengungsi selama empat hari karena genangan air di rumahnya tidak kunjung surut. Saya sangat miris mendengar laporan seperti ini,” ucap Hadi Suhendra kepada Sumut Pos, Minggu (14/12/2025).

Suhendra menjelaskan, bencana banjir yang melanda kawasan Medan Utara telah berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat. Ribuan warga kehilangan tempat tinggal sementara, harta benda rusak, bahkan tidak sedikit dokumen penting yang hilang atau tidak bisa diselamatkan akibat terendam air.

“Banjir kemarin benar-benar memukul warga Medan Utara. Rumah terendam, barang-barang rusak, surat-surat penting hilang. Sepulang dari pengungsian, warga masih harus kembali berjibaku membersihkan rumah dari lumpur dan sisa banjir. Itu semua membutuhkan waktu dan tenaga yang tidak sedikit,” ujarnya.

Menurut Wakil Ketua DPRD Kota Medan itu, kondisi psikologis korban banjir juga patut menjadi perhatian. Tekanan mental akibat kehilangan harta benda dan ketidakpastian hidup pascabencana, kata dia, sangat wajar membuat korban tidak mampu langsung kembali bekerja.

“Belum lagi beban mental yang mereka rasakan. Sangat wajar bila korban banjir tidak masuk kerja selama beberapa hari. Namun yang terjadi justru ada perusahaan yang tega memecat karyawannya dalam kondisi seperti itu, hanya karena alasan tidak masuk kerja,” tegas Suhendra.

Ia menilai, sikap perusahaan yang memecat karyawan korban banjir mencerminkan tidak adanya empati dan kepedulian terhadap kondisi kemanusiaan. Padahal, seharusnya perusahaan dapat bersikap bijaksana dan memaklumi keadaan karyawan yang sedang tertimpa musibah.

“Seharusnya perusahaan membantu meringankan beban karyawannya yang tertimpa bencana, bukan malah menambah musibah baru dengan memecat mereka. Ini sangat tidak manusiawi,” katanya.

Suhendra meyakini, kasus pemecatan seperti ini tidak hanya dialami oleh satu orang karyawan saja. Ia menduga masih banyak pekerja lain di Medan Utara yang mengalami nasib serupa namun belum berani melapor.

Untuk itu, ia menegaskan bahwa DPRD Kota Medan siap membuka ruang pengaduan dan memperjuangkan hak-hak para pekerja yang menjadi korban banjir dan merasa dicurangi oleh pihak perusahaan.

“Saya pastikan DPRD Kota Medan siap menampung setiap keluhan karyawan yang menjadi korban banjir. Jangan ada perusahaan yang memanfaatkan situasi bencana untuk berbuat curang atau menekan pekerja,” ujarnya.

Lebih lanjut, Suhendra mendesak Pemerintah Kota Medan melalui Dinas Ketenagakerjaan (Disnaker) agar tidak tinggal diam melihat persoalan tersebut. Ia meminta Disnaker segera turun tangan dan menindak tegas perusahaan yang terbukti melakukan pemecatan sepihak terhadap karyawan korban banjir.

“Disnaker Medan jangan diam saja. Tindak tegas perusahaan yang memecat karyawan yang sedang tertimpa musibah. Di saat Pemko Medan sedang giat menolong warga korban banjir, justru ada perusahaan yang bertindak sebaliknya,” ungkapnya.

Menurut Suhendra, perusahaan-perusahaan yang memecat karyawan korban banjir tidak dapat ditolerir. Apalagi, Wali Kota Medan telah menetapkan dan memperpanjang masa Tanggap Darurat Bencana hingga 25 Desember 2025 guna memastikan proses pemulihan korban berjalan maksimal.

“Wali Kota Medan sudah menetapkan dan memperpanjang masa tanggap darurat agar pemulihan bisa berjalan optimal. Seharusnya perusahaan mendukung kebijakan itu dengan membantu karyawannya yang menjadi korban banjir, bukan malah membuat mereka semakin terpuruk dengan pemecatan,” pungkas Suhendra. (map/ila)

Serap Aspirasi soal Banjir, Keamanan hingga Investasi, Rico Waas Sapa Warga di Medan Kota

SAPA: Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas saat Sapa Warga di Jalan Santun, Kelurahan Sudirejo I, Kecamatan Medan Kota, Sabtu (13/12/2025).
SAPA: Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas saat Sapa Warga di Jalan Santun, Kelurahan Sudirejo I, Kecamatan Medan Kota, Sabtu (13/12/2025).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Program “Sapa Warga” yang digagas Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas, kembali menjadi ruang dialog langsung antara pemerintah dan masyarakat. Kali ini, kegiatan tersebut digelar berbarengan dengan gotong royong dan dipusatkan di Jalan Santun, Kelurahan Sudirejo I, Kecamatan Medan Kota, Sabtu (13/12/2025).

Dalam suasana penuh keakraban, sejumlah isu krusial mengemuka. Mulai dari persoalan banjir, perbaikan infrastruktur lingkungan, keamanan wilayah, hingga upaya peningkatan ekonomi melalui investasi menjadi topik utama yang disampaikan warga kepada orang nomor satu di Pemko Medan tersebut.

Menanggapi keluhan terkait banjir yang disampaikan seorang warga bernama Marlina, Wali Kota Medan Rico Waas menegaskan komitmen Pemko Medan dalam menekan dampak banjir di berbagai wilayah Kota Medan.

Ia menjelaskan, Pemko Medan bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Sumatera II terus melakukan normalisasi sungai dan saluran drainase, sekaligus menyiapkan sejumlah titik kolam retensi untuk mengurangi volume air saat curah hujan tinggi.

“Kami terus melakukan normalisasi sungai dan drainase, serta menyiapkan kolam retensi di beberapa titik. Namun, kami juga mengimbau masyarakat agar tidak membuang sampah sembarangan, karena penyempitan drainase sering terjadi akibat tumpukan sampah,” ujar Rico Waas.

Menurutnya, kegiatan gotong royong yang dirangkaikan dengan Sapa Warga diharapkan dapat membangkitkan kembali kesadaran masyarakat untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan.

“Harapan dari gotong royong ini adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat agar menjaga kebersihan di lingkungannya masing-masing,” ujarnya.

Tak hanya menyampaikan keluhan, sejumlah warga juga mengapresiasi langkah cepat Pemko Medan dalam menangani persoalan banjir. Seorang warga bernama Rosita mengungkapkan rasa terima kasihnya karena Gang Sumatera yang sebelumnya kerap dilanda banjir kini sudah tidak lagi tergenang setelah dilakukan pengorekan drainase.

“Gang Sumatera yang selama ini banjir, sekarang sudah tidak lagi banjir setelah drainasenya dikorek,” ucap Rosita, sembari meminta agar lampu penerangan jalan di gang tersebut segera diperbaiki.

Mendengar hal itu, Rico Waas langsung menginstruksikan jajaran Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Medan untuk segera melakukan pengecekan ke lokasi dan memperbaiki lampu penerangan jalan yang dikeluhkan warga.

Dalam kegiatan Sapa Warga yang turut dihadiri pimpinan perangkat daerah, Camat Medan Kota Raja Ian Andos Lubis, serta unsur Muspika Kecamatan Medan Kota, Rico Waas juga menyampaikan apresiasi atas peran aktif masyarakat dalam menjaga keamanan lingkungan.

Apresiasi tersebut disampaikan setelah seorang warga bernama Rustam melaporkan bahwa warga setempat telah mengaktifkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling) dengan mendirikan 13 pos kamling, yang masing-masing dijaga oleh dua orang personel. “Saat ini sudah berdiri 13 poskamling. Target kita ke depan adalah 16 poskamling,” ujar Rico Waas.

Sementara itu, warga lainnya, Jontas, menanyakan langkah Pemko Medan dalam meningkatkan perekonomian masyarakat guna mencegah terjadinya kerawanan sosial. Menanggapi hal tersebut, Rico Waas memaparkan bahwa upaya peningkatan ekonomi erat kaitannya dengan penciptaan lapangan pekerjaan, salah satunya melalui dorongan investasi ke Kota Medan.

“Capaian investasi Kota Medan tahun ini sudah melampaui target yang kita tetapkan, yakni sebesar Rp9 triliun. Kita berharap investasi ini dapat membuka lapangan pekerjaan yang luas bagi masyarakat,” jelasnya.

Selain mendorong investasi, Pemko Medan juga terus memberikan pelatihan keterampilan kepada generasi muda agar memiliki keahlian tambahan, baik untuk bekerja di sektor formal maupun membuka usaha mandiri. “Kita juga membantu permodalan dengan menghubungkan masyarakat dengan perbankan,” kata Rico Waas.

Ia juga mengungkapkan bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) turut memberikan kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja melalui dapur Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).

“Saat ini sudah ada sekitar 51 titik SPPG di Kota Medan yang menyerap sekitar 7.000 hingga 8.000 tenaga kerja. Kita berharap jumlah ini terus bertambah,” ungkapnya.

Menutup sesi Sapa Warga tersebut, Rico Waas menegaskan komitmennya untuk terus hadir di tengah masyarakat dan mendengarkan langsung setiap keluhan serta aspirasi warga Kota Medan.

“Kami ingin terus menyapa warga dan mendengar langsung apa yang menjadi kebutuhan dan permasalahan masyarakat,” pungkasnya. (map/ila)