Gelaran Lomba Peneliti Belia Sumatera Utara (LPBSU) 2018 kembali dibuka. Ada yang berbeda dari gelaran tahun ini. Heartindo sebagai lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang untuk kali keenam dipercaya menjadi penyelenggara, mengatakan ada yang berbeda lomba tahun ini.
Perbedaan dalam LPBSU tahun ini ada penambahan kategori penelitian, yakni social science, berupa penelitian ilmu sosial atau IPS meliputi sejarah, psikologi, geografi, dan budaya.
Ketua Pelaksana LPBSU 2018, Nining Kartikasari mengatakan, penelitian tersebut bertujuan untuk menciptakan manusia yang memiliki kemampuan untuk memodifikasi sumber daya lama menjadi sebuah produk baru. Hal ini tentunya akan berdampak demi kemudahan serta memberikan solusi bagi hidup manusia, lingkungan, daerah dan bagi negaranya. “Penelitian juga akan menjawab berbagai masalah dalam kehidupan.
Banyak penelitian akan menghasilkan solusi dan banyak produk alternatif bagi kehidupan, maka hal ini merupakan nilai tambah bagi sebuah daerah. Apalagi jika hasil penelitian tersebut ditindaklanjuti atau bahkan dipatenkan, maka tentu masing-masing daerah akan memiliki keunggulan dari sebuah penelitian,” ungkap Nining didampingi Manajer Program Heartindo, Dede Hariani MS, di Istana Koki, Kamis (6/9).
Ia mengaku, banyak hasil-hasil penelitian yang menarik dari para peseta didik yang ikut dalam kompetisi ini. Seperti di tahun lalu pernah peserta asal Medan meneliti tentang abu vulkanik Gunung Sinabung yang bisa digunakan untuk penjernih udara. “Dan kemudian, ada lagi temuan lain yakni cangkang dari sejenis kepiting darat yang dicampur sejumlah bahan kimia bisa menjadi obat diabetes. Ini kan sangat menarik, setidaknya meski masih hasil penelitian awal bisa dikembangkan,” katanya.
Untuk itu ia berharap pemerintah menaruh perhatian lebih terhadap pelaksanaan LPBSU ini. Nining bermimpi dengan dilaksanakan lomba penelitian tersebut akan muncul lembaha penelitian di 33 kabupaten/kota.
“Jadi itu mimpi kami sejak beberapa tahun lalu. Tiap-tiap kabupaten kota memiliki lembaga penelitian meski sampai sekarang belum ada. Sehingga kami berharap pemerintah bisa melihat hal ini dengan serius, sangat banyak bakat-bakat peserta yang tak menjadi perhatian,” paparnya.
Diketahui panitia LPBSU mendapat undangan kerja sama Surya Institute pada tahun 2010, yang kemudian berubah ke badan bernama CYS (Centre of Young Scientists).
CYS sendiri memiliki visi agar para siswa terbiasa belajar dengan cara melakukan penelitian, sehingga dengan demikian ilmu akan lebih mudah diserap oleh siswa.
Fungsi dari CYS sendiri membantu untuk mensinkronkan antara lembaga riset dan perguruan tinggi agar bersama-sama mendukung program penelitian ini, sehingga kedepannya banyak dari anak-anak yang menghasilkan sebuah jurnal.
Rencananya seleksi akan dihelat Sabtu, 6 Oktober 2018 pukul 08.00 WIB hingga selesai yang berlokasi di Hall Istana Koki Jalan T Cik Ditiro Medan.
Jenjang lomba pada kegiatan LPBSU adalah seleksi poster penlitian kemudian menyusul presentasi penelitian.
Sementara untuk jenjang yakni Seleksi Provinsi (LPBSU), Seleksi Nasional (CYS), Seleksi Asia Pasifik (APCYS) atau Seleksi Internasional (ICYS). “Rencananya asal daerah peserta penelitian dari Kota Medan, Kota Tebingtinggi, Kabupaten Toba Samosir, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah. Setidaknya baru enam kabupaten/kota ini yang tertarik untuk menjadi peserta,” ujar Nining.
Lomba ini ditujukan bagi siswa-siswi di Sumut tingkat SMP dan SMA sederajat. Bagi pelajar yang ingin mengikuti ajang ini dapat mendaftar secara online (www.heartindo.com) atau ke alamat panitia di Kompleks Taman Setia Budi Indah (Tasbi) Blok W No 123, Medan Selayang.
Persyaratan untuk menjadi peserta di antaranya usia 13-18 tahun. Penelitian dapat dilakukan perorangan atau berkelompok (maksimal 3 orang). Mengisi formulir paling lambat 30 September dan mempersiapkan poster ilmiah (ukuran 120 cm x 90 cm). (dvs/azw)