31.7 C
Medan
Thursday, May 16, 2024

Disdik Medan Siap Vaksinasi Pelajar SD,Tunggu Izin dari Kemenkes

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan dalam keadaan emergensi vaksin Covid-19 Coronavac bagi anak usia 6-11 tahun. Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menggodok rencana terkait prosedur pelaksanaan vaksin Covid-19 tersebut. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan, program vaksin Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun itu bisa dilaksanakan pada awal 2022.
Meski begitu, Dinas Pendidikan Kota Medan mengaku sudah siap untuk melaksanakan vaksinasi terhadap anak-anak usia sekolah dasar (SD) tersebut. “Kalau nanti sudah ada izin dari Kemenkes, tentu kita siap menggelar Vaksinasi Covid-19 untuk siswa SD,” kata Plt Kadis Pendidikan Kota Medan Topan OP Ginting kepada Sumut Pos, Minggu (7/11).
Sama halnya dengan Vaksinasi Covid-19 untuk siswa SMP, Topan optimis pelaksanaannya akan berjalan dengan cepat. “Sesuai instruksi Pak Wali, setiap harinya ada 5.000 siswa yang divaksin, dan saat ini siswa SMP sudah masuk Vaksinasi tahap kedua,” ungkapnya.
Begitu pun, mantan Camat Medan Tuntungan itu mengaku, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang kelanjutan rencana vaksinasi anak usia 6-11 tahun tersebut. “Kita tunggu saja izin dari Kemenkes turun. Kalau sudah turun, pasti pelaksanaannya segera kita lakukan,” tegasnya.
Terkait pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 SD yang telah berlangsung selama sepekan, Topan mengklaim berjalan lancar. Tak ubahnya dengan PTMT tingkat SMP, Dinas Pendidikan Kota Medan tidak menemukan adanya klaster penyebaran Covid-19 di sekolah. “Untuk PTMT tingkat SD kelas 4 sampai kelas 6, kemarin hari Sabtu tepat berjalan satu pekan. Kita bersyukur tidak ada laporan tentang adanya klaster di sekolah. Sama seperti SMP yang PTMT nya sudah berjalan 4 pekan,” ungkap Topan.
Namun begitu, kata Topan, lancarnya PTMT tingkat SD kelas 4 hingga kelas 6, tidak serta merta membuat Pemko Medan terburu-buru untuk membuka PTMT untuk kelas 1 hingga kelas 3 SD. Ia menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum menerima arahan atau keputusan untuk pelaksanaan PTMT bagi siswa SD kelas 1 hingga kelas 3. Pihaknya mengaku masih berfokus terlebih dahulu untuk pelaksanaan PTMT bagi siswa SD kelas 4 hingga kelas 6 dalam beberapa waktu ke depan.
“Kita fokus dulu untuk yang kelas 4 sampai kelas 6 ini. Apalagi kan baru berjalan satu pekan. Mungkin kalau dalam beberapa waktu ke depan tetap bisa terkendali seperti ini, baru akan dibuka. Nanti pasti akan di bahas kapan PTMT untuk siswa SD kelas 1 sampai kelas 3 ini dibuka, sampai sekarang belum ada arahan kesana. Sabar dulu,” pungkasnya.
Sementara itu, kepada Sumut Pos, Wakil Ketua DPRD Medan H Rajuddin Sagala, meminta Pemko Medan dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk tetap mempersiapkan diri dalam rencana pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bagi pelajar tingkat SD atau anak usia 6 sampai 11 tahun. “Sekalipun masih dalam batas rencana, saya pikir Dinkes dan Disdik sudah harus mempersiapkan diri pada rencana vaksinasi pelajar tingkat SD,” ucap Rajuddin.
Pun begitu, Pemko Medan diminta untuk berfokus terlebih dahulu kepada capain realisasi Vaksinasi Covid-19 untuk kategori lansia yang sampai saat ini masih terbilang cukup rendah. “Tapi saat ini, Dinkes juga harus berfokus pada vaksinasi lansia (lanjut usia). Infonya sampai saat ini vaksinasi lansia kita masih cukup rendah, itu dulu harusnya yang difokuskan,” ujarnya.
Pasalnya, sejak awal Vaksin Covid-19 masuk ke Indonesia, Pemerintah telah memasukkan 3 golongan masyarakat dalam kategori penerima vaksin yang wajib menjadi prioritas. Adapun ketiga kategori tersebut yakni, Tenaga Kesehatan (Nakes), Pelayan Publik (TNI, Polri, dll), dan Masyarakat Lansia.
“Di Medan, nakes dan pelayan publik capaian realisasinya sudah tinggi, bahkan sudah di atas target 70 persen yang ditetapkan pemerintah. Tapi untuk lansia ini masih di bawah 70 persen, ini harus dikejar,” katanya.
Setidaknya, hingga akhir tahun 2021 yang menyisakan waktu kurang lebih 2 bulan ini, Dinas Kesehatan Kota Medan sudah harus dapat mengejar realisasi Vaksinasi Covid-19 untuk kategori Lansia di Kota Medan. Dinas Kesehatan pun diminta untuk berkolaborasi dengan seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Medan agar dapat mendata warganya yang masuk dalam kategori Lansia namun belum juga divaksinasi hingga saat ini. “Bila dalam dua bulan ini fokus pada vaksinasi lansia ini, kita optimis target vaksinasi lansia bisa tercapai di tahun ini,” tutupnya.

Beri Rasa Aman PTM
Hingga saat ini, capaian vaksinasi terhadap para pelajar telah mencapai 80 persen dari jumlah total 105.651 pelajar SMP di Kota Medan. Sedangkan capaian vaksinasi terhadap guru yang berada di bawah wewenang Dinas Pendidikan Kota Medan yakni TK/PAUD, SD dan SMP, Pemko Medan telah memvaksin sebanyak 86 persen tenaga pendidik. Sedangkan guru yang belum divaksin, sebagian karena adanya komorbid maupun sedang hamil dan masuk dalam batas kehamilan yang tidak boleh divaksin.
Dikatakan Wali Kota Medan, Bobby Nasution, penyebaran Covid-19 tidak hanya bisa terjadi dari dalam sekolah saja, tapi juga dari luar sekolah. Saat para siswa sudah keluar dari gerbang sekolah, jelasnya, mereka sudah tidak menjadi tanggung jawab guru-gurunya lagi. Takutnya, ungkap Bobby, saat berada di angkutan kota (angkot) atau nongkrong di luar setelah pulang sekolah, para siswa tertular virus Corona. “Salah satu upaya mengatasinya tentunya melalui vaksinasi,” kata Bobby baru-baru ini.
Selain vaksinasi, Bobby juga minta agar masing-masing sekolah melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat serta membentuk Satgas Covid-19 yang bertugas melakukan pengawasan secara ketat. Selain mencegah terjadinya penyebaran virus sekolah, juga sebagai upaya mencegah terjadinya klaster pelajar. Hal itu dilakukan karena menantu Presiden Joko Widodo ini lebih mengutamakan kesehatan siswa, termasuk para guru. “Yang perlu dipastikan lagi bukan hanya anak-anaknya saja yang wajib disiplin menerapkan prokes, tetapi guru-guru juga harus taat prokes guna mencegah terjadinya penyebaran Covid-19,” tegas Bobby.
Pengamat Pendidikan Kota Medan Dr Hj Fitriani Manurung MPd memuji langkah cepat yang dilakukan Bobby Nasution dalam percepatan vaksinasi guru dan pelajar. Sebab, semakin tinggi angka vaksinasi, maka semakin aman proses PTM. “Instruksi Pak Wali benar sekali. Prokes harus dijalankan dengan penuh disiplin, sedangkan vaksinasi berperan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran Covid-19,” jelas Fitriani.
Menurut Fitriani, sekolah merupakan tempat membangun budaya. Di tengah pandemi ini, prokes 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) merupakan budaya baru yang harus dijalankan. Melalui proses pendisplinan prokes 3M yang ketat dan disiplin, ungkapnya, harapannya budaya sehat dan aman tumbuh di benak sanubari anak-anak.
“Mereka akan menjadi terbiasa dan terlatih untuk menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya masing-masing. Sebab, semua orang tidak tahu sampai kapan pandemi ini berlangsung. Semakin baik menjalankan prokes 3M, maka roda kehidupan bisa berjalan dan ekonomi bergulir, pendidikan berlangsung, masyarakat mendapat pendapatan serta anak-anak bisa mendapatkan pendidikan,” ungkapnya.
Jadi pelaksaan prokes 3M yang ketat, tegas Fitriani, tidak bisa dipandang hanya untuk mencegah klaster sekolah, tetapi juga untuk membangun budaya sehat dan aman di masa depan. Agar prokes berjalan dengan baik, ia mengatakan, unsur pengawasan menjadi kuncinya. Untuk itu harapnya pengawasan sebaiknya dilakukan pihak internal dan eksternal sekolah. “Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan prokes di sekolah, menjadi kunci penting untuk memastikan sekolah aman dan sehat,” jelasnya.
Kemudian Firiani menilai, Bobby Nasution sukses mempercepat vaksinasi bagi para guru dan pelajar serta memperkuat prokes di sekolah-sekolah. Sebab, percepatan vaksinasi dan memperketat prokes ini dinilai sebagai salah satu kunci untuk memberi rasa aman bagi para guru dan pelajar pada saat PTM berlangsung. Apalagi, ungkapnya, mencapai angka vaksinasi pelajar sebanyak 80% dan guru sebanyak 86% itu bukanlah perkara mudah. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari ketersediaan vaksin, vaksinator dan warga sekolah yang mau divaksin.“Pak Wali sukses di tiga bidang ini, mulai menyediakan vaksin yang cukup, pendistribusian yang baik serta berhasil mendorong kepercayaan warga sekolah untuk mau divaksin,” paparnya.
Diakui Fitriani, tingginya angka vaksinasi yang telah dicapai akan membuat lebih percaya diri dalam melakukan PTM. Rasa percaya diri ini, jelasnya, akan membuat lebih merasa aman dan nyaman. “Namun harus terus diingat, vaksin tidak membuat kita kebal dan masih bisa terpapar virus Corona. Apalagi mutasi virus ini masih terus berlangsung, jadi masih banyak kemungkinan kita terpapar Covid-19 dengan varian yang lebih membahayakan. Jadi vaksinasi harus selalu diikuti dengan pelaksanaan prokes 3M yang ketat,” terangnya. (map/rel)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) telah mengeluarkan izin penggunaan dalam keadaan emergensi vaksin Covid-19 Coronavac bagi anak usia 6-11 tahun. Saat ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) tengah menggodok rencana terkait prosedur pelaksanaan vaksin Covid-19 tersebut. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menargetkan, program vaksin Covid-19 untuk anak usia 6-11 tahun itu bisa dilaksanakan pada awal 2022.
Meski begitu, Dinas Pendidikan Kota Medan mengaku sudah siap untuk melaksanakan vaksinasi terhadap anak-anak usia sekolah dasar (SD) tersebut. “Kalau nanti sudah ada izin dari Kemenkes, tentu kita siap menggelar Vaksinasi Covid-19 untuk siswa SD,” kata Plt Kadis Pendidikan Kota Medan Topan OP Ginting kepada Sumut Pos, Minggu (7/11).
Sama halnya dengan Vaksinasi Covid-19 untuk siswa SMP, Topan optimis pelaksanaannya akan berjalan dengan cepat. “Sesuai instruksi Pak Wali, setiap harinya ada 5.000 siswa yang divaksin, dan saat ini siswa SMP sudah masuk Vaksinasi tahap kedua,” ungkapnya.
Begitu pun, mantan Camat Medan Tuntungan itu mengaku, pihaknya akan terus berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Medan tentang kelanjutan rencana vaksinasi anak usia 6-11 tahun tersebut. “Kita tunggu saja izin dari Kemenkes turun. Kalau sudah turun, pasti pelaksanaannya segera kita lakukan,” tegasnya.
Terkait pelaksanaan pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) untuk siswa kelas 4, 5, dan 6 SD yang telah berlangsung selama sepekan, Topan mengklaim berjalan lancar. Tak ubahnya dengan PTMT tingkat SMP, Dinas Pendidikan Kota Medan tidak menemukan adanya klaster penyebaran Covid-19 di sekolah. “Untuk PTMT tingkat SD kelas 4 sampai kelas 6, kemarin hari Sabtu tepat berjalan satu pekan. Kita bersyukur tidak ada laporan tentang adanya klaster di sekolah. Sama seperti SMP yang PTMT nya sudah berjalan 4 pekan,” ungkap Topan.
Namun begitu, kata Topan, lancarnya PTMT tingkat SD kelas 4 hingga kelas 6, tidak serta merta membuat Pemko Medan terburu-buru untuk membuka PTMT untuk kelas 1 hingga kelas 3 SD. Ia menegaskan, sampai saat ini pihaknya belum menerima arahan atau keputusan untuk pelaksanaan PTMT bagi siswa SD kelas 1 hingga kelas 3. Pihaknya mengaku masih berfokus terlebih dahulu untuk pelaksanaan PTMT bagi siswa SD kelas 4 hingga kelas 6 dalam beberapa waktu ke depan.
“Kita fokus dulu untuk yang kelas 4 sampai kelas 6 ini. Apalagi kan baru berjalan satu pekan. Mungkin kalau dalam beberapa waktu ke depan tetap bisa terkendali seperti ini, baru akan dibuka. Nanti pasti akan di bahas kapan PTMT untuk siswa SD kelas 1 sampai kelas 3 ini dibuka, sampai sekarang belum ada arahan kesana. Sabar dulu,” pungkasnya.
Sementara itu, kepada Sumut Pos, Wakil Ketua DPRD Medan H Rajuddin Sagala, meminta Pemko Medan dalam hal ini Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan Kota Medan untuk tetap mempersiapkan diri dalam rencana pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 bagi pelajar tingkat SD atau anak usia 6 sampai 11 tahun. “Sekalipun masih dalam batas rencana, saya pikir Dinkes dan Disdik sudah harus mempersiapkan diri pada rencana vaksinasi pelajar tingkat SD,” ucap Rajuddin.
Pun begitu, Pemko Medan diminta untuk berfokus terlebih dahulu kepada capain realisasi Vaksinasi Covid-19 untuk kategori lansia yang sampai saat ini masih terbilang cukup rendah. “Tapi saat ini, Dinkes juga harus berfokus pada vaksinasi lansia (lanjut usia). Infonya sampai saat ini vaksinasi lansia kita masih cukup rendah, itu dulu harusnya yang difokuskan,” ujarnya.
Pasalnya, sejak awal Vaksin Covid-19 masuk ke Indonesia, Pemerintah telah memasukkan 3 golongan masyarakat dalam kategori penerima vaksin yang wajib menjadi prioritas. Adapun ketiga kategori tersebut yakni, Tenaga Kesehatan (Nakes), Pelayan Publik (TNI, Polri, dll), dan Masyarakat Lansia.
“Di Medan, nakes dan pelayan publik capaian realisasinya sudah tinggi, bahkan sudah di atas target 70 persen yang ditetapkan pemerintah. Tapi untuk lansia ini masih di bawah 70 persen, ini harus dikejar,” katanya.
Setidaknya, hingga akhir tahun 2021 yang menyisakan waktu kurang lebih 2 bulan ini, Dinas Kesehatan Kota Medan sudah harus dapat mengejar realisasi Vaksinasi Covid-19 untuk kategori Lansia di Kota Medan. Dinas Kesehatan pun diminta untuk berkolaborasi dengan seluruh Kecamatan dan Kelurahan yang ada di Kota Medan agar dapat mendata warganya yang masuk dalam kategori Lansia namun belum juga divaksinasi hingga saat ini. “Bila dalam dua bulan ini fokus pada vaksinasi lansia ini, kita optimis target vaksinasi lansia bisa tercapai di tahun ini,” tutupnya.

Beri Rasa Aman PTM
Hingga saat ini, capaian vaksinasi terhadap para pelajar telah mencapai 80 persen dari jumlah total 105.651 pelajar SMP di Kota Medan. Sedangkan capaian vaksinasi terhadap guru yang berada di bawah wewenang Dinas Pendidikan Kota Medan yakni TK/PAUD, SD dan SMP, Pemko Medan telah memvaksin sebanyak 86 persen tenaga pendidik. Sedangkan guru yang belum divaksin, sebagian karena adanya komorbid maupun sedang hamil dan masuk dalam batas kehamilan yang tidak boleh divaksin.
Dikatakan Wali Kota Medan, Bobby Nasution, penyebaran Covid-19 tidak hanya bisa terjadi dari dalam sekolah saja, tapi juga dari luar sekolah. Saat para siswa sudah keluar dari gerbang sekolah, jelasnya, mereka sudah tidak menjadi tanggung jawab guru-gurunya lagi. Takutnya, ungkap Bobby, saat berada di angkutan kota (angkot) atau nongkrong di luar setelah pulang sekolah, para siswa tertular virus Corona. “Salah satu upaya mengatasinya tentunya melalui vaksinasi,” kata Bobby baru-baru ini.
Selain vaksinasi, Bobby juga minta agar masing-masing sekolah melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat serta membentuk Satgas Covid-19 yang bertugas melakukan pengawasan secara ketat. Selain mencegah terjadinya penyebaran virus sekolah, juga sebagai upaya mencegah terjadinya klaster pelajar. Hal itu dilakukan karena menantu Presiden Joko Widodo ini lebih mengutamakan kesehatan siswa, termasuk para guru. “Yang perlu dipastikan lagi bukan hanya anak-anaknya saja yang wajib disiplin menerapkan prokes, tetapi guru-guru juga harus taat prokes guna mencegah terjadinya penyebaran Covid-19,” tegas Bobby.
Pengamat Pendidikan Kota Medan Dr Hj Fitriani Manurung MPd memuji langkah cepat yang dilakukan Bobby Nasution dalam percepatan vaksinasi guru dan pelajar. Sebab, semakin tinggi angka vaksinasi, maka semakin aman proses PTM. “Instruksi Pak Wali benar sekali. Prokes harus dijalankan dengan penuh disiplin, sedangkan vaksinasi berperan untuk meminimalisir terjadinya penyebaran Covid-19,” jelas Fitriani.
Menurut Fitriani, sekolah merupakan tempat membangun budaya. Di tengah pandemi ini, prokes 3M (memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak) merupakan budaya baru yang harus dijalankan. Melalui proses pendisplinan prokes 3M yang ketat dan disiplin, ungkapnya, harapannya budaya sehat dan aman tumbuh di benak sanubari anak-anak.
“Mereka akan menjadi terbiasa dan terlatih untuk menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya masing-masing. Sebab, semua orang tidak tahu sampai kapan pandemi ini berlangsung. Semakin baik menjalankan prokes 3M, maka roda kehidupan bisa berjalan dan ekonomi bergulir, pendidikan berlangsung, masyarakat mendapat pendapatan serta anak-anak bisa mendapatkan pendidikan,” ungkapnya.
Jadi pelaksaan prokes 3M yang ketat, tegas Fitriani, tidak bisa dipandang hanya untuk mencegah klaster sekolah, tetapi juga untuk membangun budaya sehat dan aman di masa depan. Agar prokes berjalan dengan baik, ia mengatakan, unsur pengawasan menjadi kuncinya. Untuk itu harapnya pengawasan sebaiknya dilakukan pihak internal dan eksternal sekolah. “Keterlibatan dan partisipasi masyarakat dalam mengawasi pelaksanaan prokes di sekolah, menjadi kunci penting untuk memastikan sekolah aman dan sehat,” jelasnya.
Kemudian Firiani menilai, Bobby Nasution sukses mempercepat vaksinasi bagi para guru dan pelajar serta memperkuat prokes di sekolah-sekolah. Sebab, percepatan vaksinasi dan memperketat prokes ini dinilai sebagai salah satu kunci untuk memberi rasa aman bagi para guru dan pelajar pada saat PTM berlangsung. Apalagi, ungkapnya, mencapai angka vaksinasi pelajar sebanyak 80% dan guru sebanyak 86% itu bukanlah perkara mudah. Sebab, banyak faktor yang mempengaruhi, mulai dari ketersediaan vaksin, vaksinator dan warga sekolah yang mau divaksin.“Pak Wali sukses di tiga bidang ini, mulai menyediakan vaksin yang cukup, pendistribusian yang baik serta berhasil mendorong kepercayaan warga sekolah untuk mau divaksin,” paparnya.
Diakui Fitriani, tingginya angka vaksinasi yang telah dicapai akan membuat lebih percaya diri dalam melakukan PTM. Rasa percaya diri ini, jelasnya, akan membuat lebih merasa aman dan nyaman. “Namun harus terus diingat, vaksin tidak membuat kita kebal dan masih bisa terpapar virus Corona. Apalagi mutasi virus ini masih terus berlangsung, jadi masih banyak kemungkinan kita terpapar Covid-19 dengan varian yang lebih membahayakan. Jadi vaksinasi harus selalu diikuti dengan pelaksanaan prokes 3M yang ketat,” terangnya. (map/rel)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/