25.6 C
Medan
Sunday, June 16, 2024

Sebulan PTM, Muncul Klaster Sekolah

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas baru berjalan sekitar sebulan. Namun, sejumlah daerah sudah melaporkan terjadinya klaster baru di satuan pendidikan.

CEK SUHU TUBUH: Guru mengecek suhu tubuh siswa sebelum pembelajaran tatap muka (PTM). Sebulan pemberlakuan PTM, sejumlah daerah melaporkan terjadinya klaster baru di sekolah.istimewa/sumutpos.

Hal itu terungkap dari laporan mingguan WHO yang diterbitkan pertengahan minggu lalu. Disebutkan, ada beberapa klaster Covid-19 yang dilaporkan di awal September.

SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat, misalnya. Sebanyak 54 siswa dikabarkan positif Covid-19 saat menjalani PTM terbatas.

Kemudian, klaster Institut Shanti Bhuana di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Per 12 September, kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat melaporkan 139 mahasiswan

positif Covid-19 dari hasil tes PCR.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti mengatakan, PTM terbatas tetap dilanjutkan meski terjadi kasus.

Menurut dia, munculnya kasus Covid-19 di sekolah tak lantas menutup seluruh sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan PTM terbatas. “Kalau ada kejadian satu, bukan berarti satu Indonesia ditutup,” tuturnya.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga angkat bicara soal penularan Covid-19 yang mulai bermunculan di sekolah. Wiku menegaskan, pemerintah mengizinkan pembukaan sekolah tatap muka dengan sejumlah syarat yang ketat.

Jika masih terjadi penularan, maka Wiku menilai syarat-syarat tersebut belum dijalankan dengan baik. “Apabila terjadi klaster atau kasus baru di dalam sekolah, itu tentunya terkait dengan proses pembukaan yang mungkin belum sempurna dalam melakukan simulasinya,” kata Wiku.

“Kalau itu semua dilakukan dengan baik seharusnya tidak terjadi klaster-klaster di sekolah atau mana pun juga,” ujar Wiku.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim baru-baru ini menegaskan, sekolah wajib membuka opsi belajar tatap muka jika vaksinasi Covid-19 terhadap guru telah rampung. Menurut Nadiem, opsi belajar tatap muka harus segera dilakukan supaya sekolah lekas beradaptasi dengan penerapan protokol kesehatan baru di masa pandemi Covid-19.

Selanjutnya, mengutip situs resmi Kemendikbudristek per Kamis (16/9) lalu, baru 42 persen atau 115.592 sekolah yang telah menggelar belajar tatap muka terbatas di masa pandemi. Masih ada sekitar 158 ribu sekolah mulai jenjang PAUD hingga menengah yang belum menggelar tatap muka. Sekolah tatap muka masih didominasi oleh TK yang angkanya mencapai 60,60 persen, lalu SD 56,69 persen, SMK 51,97 persen, SMA 51,75 persen, dan SMP 52,48 persen.(jpc/bbs)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas baru berjalan sekitar sebulan. Namun, sejumlah daerah sudah melaporkan terjadinya klaster baru di satuan pendidikan.

CEK SUHU TUBUH: Guru mengecek suhu tubuh siswa sebelum pembelajaran tatap muka (PTM). Sebulan pemberlakuan PTM, sejumlah daerah melaporkan terjadinya klaster baru di sekolah.istimewa/sumutpos.

Hal itu terungkap dari laporan mingguan WHO yang diterbitkan pertengahan minggu lalu. Disebutkan, ada beberapa klaster Covid-19 yang dilaporkan di awal September.

SMA 1 Padang Panjang, Sumatera Barat, misalnya. Sebanyak 54 siswa dikabarkan positif Covid-19 saat menjalani PTM terbatas.

Kemudian, klaster Institut Shanti Bhuana di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat. Per 12 September, kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Barat melaporkan 139 mahasiswan

positif Covid-19 dari hasil tes PCR.

Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) Suharti mengatakan, PTM terbatas tetap dilanjutkan meski terjadi kasus.

Menurut dia, munculnya kasus Covid-19 di sekolah tak lantas menutup seluruh sekolah di Indonesia yang telah melaksanakan PTM terbatas. “Kalau ada kejadian satu, bukan berarti satu Indonesia ditutup,” tuturnya.

Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga angkat bicara soal penularan Covid-19 yang mulai bermunculan di sekolah. Wiku menegaskan, pemerintah mengizinkan pembukaan sekolah tatap muka dengan sejumlah syarat yang ketat.

Jika masih terjadi penularan, maka Wiku menilai syarat-syarat tersebut belum dijalankan dengan baik. “Apabila terjadi klaster atau kasus baru di dalam sekolah, itu tentunya terkait dengan proses pembukaan yang mungkin belum sempurna dalam melakukan simulasinya,” kata Wiku.

“Kalau itu semua dilakukan dengan baik seharusnya tidak terjadi klaster-klaster di sekolah atau mana pun juga,” ujar Wiku.

Sebelumnya, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Makarim baru-baru ini menegaskan, sekolah wajib membuka opsi belajar tatap muka jika vaksinasi Covid-19 terhadap guru telah rampung. Menurut Nadiem, opsi belajar tatap muka harus segera dilakukan supaya sekolah lekas beradaptasi dengan penerapan protokol kesehatan baru di masa pandemi Covid-19.

Selanjutnya, mengutip situs resmi Kemendikbudristek per Kamis (16/9) lalu, baru 42 persen atau 115.592 sekolah yang telah menggelar belajar tatap muka terbatas di masa pandemi. Masih ada sekitar 158 ribu sekolah mulai jenjang PAUD hingga menengah yang belum menggelar tatap muka. Sekolah tatap muka masih didominasi oleh TK yang angkanya mencapai 60,60 persen, lalu SD 56,69 persen, SMK 51,97 persen, SMA 51,75 persen, dan SMP 52,48 persen.(jpc/bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/