29 C
Medan
Thursday, May 23, 2024

Antisipasi Gelombang Ketiga Covid-19, Kuncinya 3T, 3M, dan PeduliLindungi

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – SAAT ini kasus Covid-19 di Tanah Air mulai terkendali. Meski begitu, pemerintah terus mewaspadai adanya lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga dari varian baru SARS-CoV-2 Mu atau B.1.621.

Luhut Binsar Pandjaitann Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) .

Pada 6 September lalu diberitakan oleh WHO, sebanyak 43 negara melaporkan kasus virus mutasi baru tersebut. Adapun negara yang melaporkan menemukan varian ini ialah Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

“Presiden tetap mengingatkan kami (para menteri kabinet) dan kita semua agar super waspada, karena mungkin ada gelombang ketiga,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual, Senin (20/9).

Untuk mencegah lonjakan Covid-19 dari varian Mu, pemerintah membatasi pintu masuk perjalanan internasional ke Indonesia dan memperketat proses karantina bagi warga negara asing maupun Indonesia yang datang dari luar negeri. “Khusus untuk pintu masuk udara hanya dibuka di Jakarta dan Manado, untuk Laut hanya di Batam dan Tanjung Pinang dan untuk Jalur Darat hanya dapat dibuka di Aruk, Entikong, Nunukan dan Motaain,” jelas Luhut.

Proses karantina pun dijalankan dengan ketat tanpa terkecuali dengan waktu karantina 8 hari dan melakukan PCR sebanyak 3 kali. Selain itu, tambah Luhut, pemerintah juga meningkatkan kapasitas karantina dan testing, terutama di pintu masuk darat. “TNI dan Polri akan ditugaskan untuk melakukan peningkatan pengawasan di jalur-jalur tikus, baik di darat maupun laut,” urainya.

Luhut juga menyampaikan, berdasarkan salah satu studi di scientific report berjudul Multiwave Pandemic Dynamics Explained How to Tame The Next Wave of Infectious Diseases, kunci menahan gelombang baru adalah mengendalikan jumlah kasus pada masa strolling (ketika kasus sedang rendah). Dipaparkannya, dalam studi tersebut, jumlah kasus disarankan ditahan pada tingkat 10 kasus per juta penduduk per hari atau dalam kasus Indonesia di sekitar 2.700 atau 3.000-an kasus. “Saya yakin kita bisa mengendalikan kasus pada angka tersebut dan kuncinya adalah 3T, 3M, serta Penggunaan Peduli Lindungi,” ungkapnya.

Dalam pelaksanaan PPKM, Luhut mengklaim, meski jumlah kasus sudah turun signifikan, tetapi jumlah testing terus mengalami peningkatan sehingga positivity rate mampu diturunkan di hingga di Bawah Standar WHO sebesar 5 persen. Saat ini angka positivity rate Indonesia berada di bawah 2 persen. “Hal ini lagi- lagi mengindikasikan penanganan Pandemi yang sudah berjalan baik dan sesuai acuan,” ucapnya.

Selain itu, jumlah yang di-tracing dari hari ke hari juga terus meningkat. Luhut menyebut, saat ini proporsi kabupaten kota di Jawa Bali dengan tingkat tracing di bawah 5 hanya sebesar 36 persen dari total. ’’Ke depan, testing, tracing, dikombinasikan dengan isolasi terpusat menjadi bagian penting untuk mengidentifikasi secara dini potensi penyebaran kasus Covid-19,” ungkap dia.

Secara umum, Luhut menyampaikan, capaian kasus harian Covid-19 sudah menunjukkan tren yang terus membaik. Kasus konfirmasi secara nasional hari ini berada di bawah 2000 kasus dan kasus aktif sudah lebih rendah dari 60 ribu. “Kasus baru hari ini ada1.932, kasus sembuh ada 6.799 orang, yang meninggal ada 166, dengan testing 165 ribu sekian. Jadi angka ini kerja keras semua tim yang membuahkan hasil yang menggembirakan,” tandasnya.

Sementara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, ada beberapa hal yang harus tetap dijalankan, meski kasus Corona di Tanah Air sudah turun dan tetap mengacu pada strategi penanganan pandemi. “Ini yang perlu kita pahami untuk mencegah gelombang ketiga di pandemi ini. Atau sudah berubah menjadi endemi tetap guidance dari WHO harus kita jalankan,” kata Menkes.

Hal itu disampaikan Menkes dalam konferensi pers yang digelar secara virtual melalui kanal Youtube @Sekretariat Presiden, Senin (20/9).

Dalam kesempatan itu, Menkes juga mengatakan, selain memperkuat protokol kesehatan, deteksi kasus meliputi testing, tracing, dan treatment tidak boleh diabaikan. Lebih lanjut Budi Gunadi Sadikin juga mengaungkapkan, program vaksinasi dan pelayanan rumah sakit juga harus ditingkatkan.

Sebelumnya disebutkan transmission rate atau tingkat penularannya pun di bawah rata-rata dunia. Dalam laporan itu tercatat, transmission rate per 14 september adalah 0,59 atau di dibawah rata-rata 1. Walau mulai terkendali, masih ada risiko kenaikan kasus karena adanya kenaikan mobilitas sehingga perlu tetap berhati-hati dan waspada. (bbs)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – SAAT ini kasus Covid-19 di Tanah Air mulai terkendali. Meski begitu, pemerintah terus mewaspadai adanya lonjakan kasus Covid-19 gelombang ketiga dari varian baru SARS-CoV-2 Mu atau B.1.621.

Luhut Binsar Pandjaitann Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) .

Pada 6 September lalu diberitakan oleh WHO, sebanyak 43 negara melaporkan kasus virus mutasi baru tersebut. Adapun negara yang melaporkan menemukan varian ini ialah Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

“Presiden tetap mengingatkan kami (para menteri kabinet) dan kita semua agar super waspada, karena mungkin ada gelombang ketiga,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam konferensi pers virtual, Senin (20/9).

Untuk mencegah lonjakan Covid-19 dari varian Mu, pemerintah membatasi pintu masuk perjalanan internasional ke Indonesia dan memperketat proses karantina bagi warga negara asing maupun Indonesia yang datang dari luar negeri. “Khusus untuk pintu masuk udara hanya dibuka di Jakarta dan Manado, untuk Laut hanya di Batam dan Tanjung Pinang dan untuk Jalur Darat hanya dapat dibuka di Aruk, Entikong, Nunukan dan Motaain,” jelas Luhut.

Proses karantina pun dijalankan dengan ketat tanpa terkecuali dengan waktu karantina 8 hari dan melakukan PCR sebanyak 3 kali. Selain itu, tambah Luhut, pemerintah juga meningkatkan kapasitas karantina dan testing, terutama di pintu masuk darat. “TNI dan Polri akan ditugaskan untuk melakukan peningkatan pengawasan di jalur-jalur tikus, baik di darat maupun laut,” urainya.

Luhut juga menyampaikan, berdasarkan salah satu studi di scientific report berjudul Multiwave Pandemic Dynamics Explained How to Tame The Next Wave of Infectious Diseases, kunci menahan gelombang baru adalah mengendalikan jumlah kasus pada masa strolling (ketika kasus sedang rendah). Dipaparkannya, dalam studi tersebut, jumlah kasus disarankan ditahan pada tingkat 10 kasus per juta penduduk per hari atau dalam kasus Indonesia di sekitar 2.700 atau 3.000-an kasus. “Saya yakin kita bisa mengendalikan kasus pada angka tersebut dan kuncinya adalah 3T, 3M, serta Penggunaan Peduli Lindungi,” ungkapnya.

Dalam pelaksanaan PPKM, Luhut mengklaim, meski jumlah kasus sudah turun signifikan, tetapi jumlah testing terus mengalami peningkatan sehingga positivity rate mampu diturunkan di hingga di Bawah Standar WHO sebesar 5 persen. Saat ini angka positivity rate Indonesia berada di bawah 2 persen. “Hal ini lagi- lagi mengindikasikan penanganan Pandemi yang sudah berjalan baik dan sesuai acuan,” ucapnya.

Selain itu, jumlah yang di-tracing dari hari ke hari juga terus meningkat. Luhut menyebut, saat ini proporsi kabupaten kota di Jawa Bali dengan tingkat tracing di bawah 5 hanya sebesar 36 persen dari total. ’’Ke depan, testing, tracing, dikombinasikan dengan isolasi terpusat menjadi bagian penting untuk mengidentifikasi secara dini potensi penyebaran kasus Covid-19,” ungkap dia.

Secara umum, Luhut menyampaikan, capaian kasus harian Covid-19 sudah menunjukkan tren yang terus membaik. Kasus konfirmasi secara nasional hari ini berada di bawah 2000 kasus dan kasus aktif sudah lebih rendah dari 60 ribu. “Kasus baru hari ini ada1.932, kasus sembuh ada 6.799 orang, yang meninggal ada 166, dengan testing 165 ribu sekian. Jadi angka ini kerja keras semua tim yang membuahkan hasil yang menggembirakan,” tandasnya.

Sementara, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut, ada beberapa hal yang harus tetap dijalankan, meski kasus Corona di Tanah Air sudah turun dan tetap mengacu pada strategi penanganan pandemi. “Ini yang perlu kita pahami untuk mencegah gelombang ketiga di pandemi ini. Atau sudah berubah menjadi endemi tetap guidance dari WHO harus kita jalankan,” kata Menkes.

Hal itu disampaikan Menkes dalam konferensi pers yang digelar secara virtual melalui kanal Youtube @Sekretariat Presiden, Senin (20/9).

Dalam kesempatan itu, Menkes juga mengatakan, selain memperkuat protokol kesehatan, deteksi kasus meliputi testing, tracing, dan treatment tidak boleh diabaikan. Lebih lanjut Budi Gunadi Sadikin juga mengaungkapkan, program vaksinasi dan pelayanan rumah sakit juga harus ditingkatkan.

Sebelumnya disebutkan transmission rate atau tingkat penularannya pun di bawah rata-rata dunia. Dalam laporan itu tercatat, transmission rate per 14 september adalah 0,59 atau di dibawah rata-rata 1. Walau mulai terkendali, masih ada risiko kenaikan kasus karena adanya kenaikan mobilitas sehingga perlu tetap berhati-hati dan waspada. (bbs)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/