25 C
Medan
Sunday, September 29, 2024

Guru Didorong Menjadi Penulis

Menulis bagi seorang guru sangat berkaitan dengan kualitas kompetensi. “Dengan menulis, kualitas kompentensi guru akan meningkat sehingga terbentuk profesionalisme yang lebih tinggi,” kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Perwakilan Sumut, Darmayanti Lubis di Hotel Asean International Medan, Minggu (27/3).

Berbicara dalam acara Semiloka Guru Menulis yang diadakan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Darmayanti menegaskan, menulis merupakan salah satu aspek profesionalitas. Bahkan untuk membuat kebijakan pendidikan perlu satu karya tulis.

“Apapun itu, tuangkan saja dengan menulis. Dengan begitu guru akan terlatih dan kapasitasnya sebagai tenaga pengajar menjadi lebih baik,” ucapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Medan, Hasan Basri menambahkan, bukti seorang guru sudah menjadi tenaga pengajar professional adalah dengan sertifikasi. Untuk memperoleh sertifikasi, salah satu syaratnya adalah pembuatan karya tulis ilmiah. ”Jadi guru harus tahu bagaimana menulis karena itu menjadi salah satu syarat profesionalisme,” ucapnya.

Diakui, pembuatan karya ilmiah tidak gampang, namun bila enggan memulainya tentu tidak akan pernah bisa. “Sertifikasi itu penting. Jadi guru diminta memulai menulis karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan,” ujarnya.

Seorang penulis Gramedia, Clara Ng mengatakan, untuk menjadi penulis tidak sesulit yang dibayangkan. Sebagai langkah awal, setiap penulis harus menentukan tema terlebih dahulu. Tidak perlu pusing memikirkan tema apa, cukup perhatikan sekeliling untuk diangkat sebagai tema.

“Menulis adalah hal menyenangkan apabila kita sudah paham alurnya. Mulai dari mencari tema, kemudian terus ke bagian isi hingga penutup. Seluruh bagian harus dibuat dengan trik agar menarik bagi pembaca,” ucapnya.
Sementara itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar mengatakan, menulis adalah ramuan yang terdiri dari 1 persen bakat dan 99 persen kerja keras dan semangat pantang menyerah. Untuk menjadi penulis, tidak boleh hanya merasa puas dengan sekali dua kali menulis. Tidak boleh putus asa kalau tulisannya tidak dimuat. “Bila tulisan kelima belum berhasil dimuat, kirimkan lagi tulisan keenam,” kata Pimpinan Redaksi KESKAP, Jurnal Ilmiah Fisip UMSU ini.

Ketua Panitia Semiloka Guru Menulis Nina Rialita Ginting mengatakan, acara ini diiringi Pelantikan Pengurus FJPI Periode 2010-2011 dan peluncuran www.jurnalisperempuan.com ini bertujuan meningkatkan kapasitas guru serta jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak di Sumut.(saz)

Menulis bagi seorang guru sangat berkaitan dengan kualitas kompetensi. “Dengan menulis, kualitas kompentensi guru akan meningkat sehingga terbentuk profesionalisme yang lebih tinggi,” kata Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Perwakilan Sumut, Darmayanti Lubis di Hotel Asean International Medan, Minggu (27/3).

Berbicara dalam acara Semiloka Guru Menulis yang diadakan Forum Jurnalis Perempuan Indonesia (FJPI), Darmayanti menegaskan, menulis merupakan salah satu aspek profesionalitas. Bahkan untuk membuat kebijakan pendidikan perlu satu karya tulis.

“Apapun itu, tuangkan saja dengan menulis. Dengan begitu guru akan terlatih dan kapasitasnya sebagai tenaga pengajar menjadi lebih baik,” ucapnya.

Kepala Dinas Pendidikan Medan, Hasan Basri menambahkan, bukti seorang guru sudah menjadi tenaga pengajar professional adalah dengan sertifikasi. Untuk memperoleh sertifikasi, salah satu syaratnya adalah pembuatan karya tulis ilmiah. ”Jadi guru harus tahu bagaimana menulis karena itu menjadi salah satu syarat profesionalisme,” ucapnya.

Diakui, pembuatan karya ilmiah tidak gampang, namun bila enggan memulainya tentu tidak akan pernah bisa. “Sertifikasi itu penting. Jadi guru diminta memulai menulis karya ilmiah sebagai salah satu syarat kelulusan,” ujarnya.

Seorang penulis Gramedia, Clara Ng mengatakan, untuk menjadi penulis tidak sesulit yang dibayangkan. Sebagai langkah awal, setiap penulis harus menentukan tema terlebih dahulu. Tidak perlu pusing memikirkan tema apa, cukup perhatikan sekeliling untuk diangkat sebagai tema.

“Menulis adalah hal menyenangkan apabila kita sudah paham alurnya. Mulai dari mencari tema, kemudian terus ke bagian isi hingga penutup. Seluruh bagian harus dibuat dengan trik agar menarik bagi pembaca,” ucapnya.
Sementara itu, Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Arifin Saleh Siregar mengatakan, menulis adalah ramuan yang terdiri dari 1 persen bakat dan 99 persen kerja keras dan semangat pantang menyerah. Untuk menjadi penulis, tidak boleh hanya merasa puas dengan sekali dua kali menulis. Tidak boleh putus asa kalau tulisannya tidak dimuat. “Bila tulisan kelima belum berhasil dimuat, kirimkan lagi tulisan keenam,” kata Pimpinan Redaksi KESKAP, Jurnal Ilmiah Fisip UMSU ini.

Ketua Panitia Semiloka Guru Menulis Nina Rialita Ginting mengatakan, acara ini diiringi Pelantikan Pengurus FJPI Periode 2010-2011 dan peluncuran www.jurnalisperempuan.com ini bertujuan meningkatkan kapasitas guru serta jaringan kelembagaan pemberdayaan perempuan dan anak di Sumut.(saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/