26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Melati Nilai Bertabur ‘A’

Bagi Melati, belajar bukan harus seintensif mungkin, tapi biarkan pikiran serileks mungkin. Dengan begitu setiap materi belajar mampu diterima dan diserap otak dengan baik.

Gadis kelahiran Jakarta 6 Februari 1991 ini awalnya menerapkan cara belajar yang diatur oleh orangtuanya. Yakni dengan melakukan belajar tambahan di bimbingan belajar dan harus belajar keras. Namun, hal tersebut malah menjadikan nilai dan prestasinya anjlok. “Setelah saya memberikan pengertian kepada orangtua saya, akhirnya mereka memberikan kebebasan kepada saya untuk menerapkan cara belajar yang saya inginkan. Dan hasilnya, banyak prestasi yang saya raih seperti menjadi pemilik indeks prestasi (IP) tertinggi di Jurusan Sistem Informasi STMIK ITMI,” katanya, Rabu (25/5).

Bahkan, pada semester lima lalu, Melati sempat meraih IP sempurna, yakni 4. “Pada semester empat saya juga meraih indeks prestasi yang lumayan bagus, yakni 3,8. Dan mudah-mudahan pada semester enam ini nilai saya tetap bertahan. Karena dengan prestasi ini pihak kampus memberikan beasiswa hingga 50 persen dan ini sangat membantu perekonomian keluarga saya,” tuturnya.

Anak sulung dari dua bersaudara pasangan Murdan (alm) dan Mawar ini juga menceritakan bagaimana cara belajarnya hingga bisa mencapai nilai sempurna tersebut. “Tak ada cara yang istimewa dalam cara belajar saya. Maksimal saya membaca hanya dua jam dan itu saya lakukan pada siang hari. Karena pada pukul 08.00-11.00 WIB dan 17.30-20.30 WIB saya menjalani perkuliahan,” jelas Melati.

Tapi tak hanya siang hari, lanjut Melati, Ia mengaku belajar setiap moodnya sedang datang. “Tidak tak bisa dipaksa, malah sia-sia jadinya,” kata gadis yang hobi menonton ini.

Prestasi yang paling membanggakan bagi Melati adalah saat ia mendapatkan IP sempurna tadi. “Saya juga terkejut saat mendapat nilai itu, A semua. Saya memberitahukan kepada mama. Ia tetap memotivasi saya untuk jangan cepat puas terhadap prestasi yang diraih,” katanya. (saz)

Bagi Melati, belajar bukan harus seintensif mungkin, tapi biarkan pikiran serileks mungkin. Dengan begitu setiap materi belajar mampu diterima dan diserap otak dengan baik.

Gadis kelahiran Jakarta 6 Februari 1991 ini awalnya menerapkan cara belajar yang diatur oleh orangtuanya. Yakni dengan melakukan belajar tambahan di bimbingan belajar dan harus belajar keras. Namun, hal tersebut malah menjadikan nilai dan prestasinya anjlok. “Setelah saya memberikan pengertian kepada orangtua saya, akhirnya mereka memberikan kebebasan kepada saya untuk menerapkan cara belajar yang saya inginkan. Dan hasilnya, banyak prestasi yang saya raih seperti menjadi pemilik indeks prestasi (IP) tertinggi di Jurusan Sistem Informasi STMIK ITMI,” katanya, Rabu (25/5).

Bahkan, pada semester lima lalu, Melati sempat meraih IP sempurna, yakni 4. “Pada semester empat saya juga meraih indeks prestasi yang lumayan bagus, yakni 3,8. Dan mudah-mudahan pada semester enam ini nilai saya tetap bertahan. Karena dengan prestasi ini pihak kampus memberikan beasiswa hingga 50 persen dan ini sangat membantu perekonomian keluarga saya,” tuturnya.

Anak sulung dari dua bersaudara pasangan Murdan (alm) dan Mawar ini juga menceritakan bagaimana cara belajarnya hingga bisa mencapai nilai sempurna tersebut. “Tak ada cara yang istimewa dalam cara belajar saya. Maksimal saya membaca hanya dua jam dan itu saya lakukan pada siang hari. Karena pada pukul 08.00-11.00 WIB dan 17.30-20.30 WIB saya menjalani perkuliahan,” jelas Melati.

Tapi tak hanya siang hari, lanjut Melati, Ia mengaku belajar setiap moodnya sedang datang. “Tidak tak bisa dipaksa, malah sia-sia jadinya,” kata gadis yang hobi menonton ini.

Prestasi yang paling membanggakan bagi Melati adalah saat ia mendapatkan IP sempurna tadi. “Saya juga terkejut saat mendapat nilai itu, A semua. Saya memberitahukan kepada mama. Ia tetap memotivasi saya untuk jangan cepat puas terhadap prestasi yang diraih,” katanya. (saz)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/