BOGOR- Penyaluran kredit rumah subsidi untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui program Fasilitas Likuidatas Pembiayaan Perumahan (FLPP) masih jauh dari target. Dari target 133.000 unit rumah di 2012, baru terealisasi 59.112 unit hingga 5 Desember atau hanya 44,44 persen.
Berdasarkan data Kementerian Perumahan Rakyat (Kemenpera), realisasi penyaluran FLPP terdiri dari 59.107 unit rumah tapak, dan hanya 5 unit untuk rumah susun (Rusun) dari target 500 unit rusun. Jumlah unit pun terefleksi pada realisasi dana kredit FLPP, hingga 5 Desember baru mencapai Rp 2,679 triliun. Ini terdiri dari FLPP jenis rumah tapak Rp 2,67 triliun dan rumah susun Rp 192 juta saja.
Padahal target pembiayaan FLPP di 2012 mencapai Rp 7,091 triliun, terdiri dari Rp 7,021 triliun untuk rumah tapak dan Rp 70 miliar untuk rusun.
Deputi Bidang Pembiayaan Kemenpera Sri Hartoyo beralasan, kinerja yang ‘melempem’ ini disebabkan oleh tiga faktor, yaitu daya beli masyarakat yang cenderung rendah, minimnya pasokan unit rumah FLPP, dan ketidakharmonisan regulasi di setiap daerah.
“Ada tantangan dalam penyaluran KPR FLPP, dan kita harap akan lebih baik,” kata Sri dalam media gathering di Villa Renata, Cimacan, Jawa Barat.
Artinya, masih menyisakan pekerjaan rumah amat tinggi untuk meyerap sisa 73.848 unit rumah sederhana dengan nilai Rp 4,41 triliun. Menyisakan waktu tiga minggu sebelum tutup tahun 2012, Kemenpera pun mengaku sulit untuk mencapai target pembiayaan FLPP. Dari target 133.000 unit, maksimal akan terealisasi KPR FLPP 80.000 unit. (net/jpnn)