25 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Warga Indonesia Paling Banyak Beli Properti di Sydney

JAKARTA, SUMUTPOS.CO-Dari sejumlah investor asing yang membeli properti di Sydney, Australia, paling banyak adalah pembeli dari Tiongkok. Lalu nomor dua diikuti pembeli dari Indonesia.

Ilustrasi properti
Ilustrasi properti

Crown Group Country Director of Indonesia Michael Ginarto menyebutkan, dari total investor asing yang memiliki hunian apartemen di Sydney, investor dari Tiongkok mendominasi paling banyak, disusul investor dari Indonesia.

“Yang nomor satu itu Tiongkok, kedua Indonesia sekitar 20%, yang Tiongkok lebih banyak dari Indonesia,” terang Michael saat diskusi dengan wartawan di Restoran Seribu Rasa, Jl KH Agus Salim, Jakarta.

Namun, Michael tidak menyebutkan berapa banyak investor dari Tiongkok yang memiliki properti di negeri Kanguru tersebut.

Michael menyebutkan, orang-orang kaya di Indonesia yang membeli proyek properti di Australia memiliki dua alasan. Pertama adalah karena kebutuhan, kedua adalah untuk investasi.

“Investor beli karena anak-anaknya mau sekolah di sana. Itu untuk kebutuhan, tapi tidak ada 50 persen (dari jumlah pembeli),” kata Michael.

Michael melanjutkan, lebih banyak jumlahnya untuk investor yang membeli properti di Australia, khususnya Sydney, untuk tujuan investasi “Lebih dari 60-70 persen itu investor nyari untung. Kalau investasi properti dengan perencanaan itu lebih menguntungkan. Kita bayar hari ini, jualnya dua tahun lagi. Orang Indonesia itu sudah pintar,” tambah Michael.

Regulasi yang mengatur kepemilikan rumah di Australia pun tak serumit di Indonesia. Kemudahan itu pun dirasakan masyarakat setempat ataupun orang asing yang ingin membeli properti di sana.

Michael mengatakan, investor asing yang ingin membeli properti di Australia hanya tinggal menunjukan paspor dan bukti penghasilan per tahun. Menurutnya, rata-rata syarat penghasilan per tahun AUD 60.000.

“Kalau di sini, kartu keluarga, KTP, slip gaji, rekening koran, surat keterangan. Di sana cuma paspor sama keterangan penghasilan. Nggak ribet, nggak njelimet,” paparnya.

Crown Group adalah perusahaan pengembang properti yang telah membangun banyak proyek di Sydney Australia. Tingginya angka backlog atau kebutuhan rumah di Sidney, Australia, dimanfaatkan oleh pengembang properti asal Indonesia yang berbasis di Australia, Crown International Holdings Group.

Di Sidney, kebutuhan rumah tiap tahunnya mencapai 50 ribu unit. Sedangkan yang mampu dibangun pengembang hanya sekitar 20 ribu unit, dan itu selalu bertambah tiap tahunnya.

General Marketing & Communication Crown Kirsty Bradley menjelaskan, Sidney merupakan salah satu kota di Australia yang paling diminati kaum imigran.

Sidney yang merupakan Ibu kota dari negara bagian New south Wales ini menyimpan potensi yang menggiurkan di sektor properti. Lahannya yang banyak belum digarap dan harga tanah yang masih jauh lebih murah membuat Sidney dimimati oleh investor dari Asia.

“Harga apartemen rata-rata di Sidney berkisar USD600 ribu, sedangkan harga apartemen rata-rata yang dijual Crown mulai dari USD300 ribu per unitnya (Rp3,4 miliar, kurs Rp11.348 per USD),” ucapnya.

Dalam berinvestasi di Sidney, Kirsty menyebut ada tiga keuntungan yang bisa diperoleh para investor. Pertama adalah laba investasi di Sidney yang mencapai 10 hingga 20 persen per tahun. Lalu keuntungan dari sewa apartemen yang mencapai 5 persen per tahun, dan menguatnya nilai tukar dolar Australia belakangan ini. (bbs/ila)

JAKARTA, SUMUTPOS.CO-Dari sejumlah investor asing yang membeli properti di Sydney, Australia, paling banyak adalah pembeli dari Tiongkok. Lalu nomor dua diikuti pembeli dari Indonesia.

Ilustrasi properti
Ilustrasi properti

Crown Group Country Director of Indonesia Michael Ginarto menyebutkan, dari total investor asing yang memiliki hunian apartemen di Sydney, investor dari Tiongkok mendominasi paling banyak, disusul investor dari Indonesia.

“Yang nomor satu itu Tiongkok, kedua Indonesia sekitar 20%, yang Tiongkok lebih banyak dari Indonesia,” terang Michael saat diskusi dengan wartawan di Restoran Seribu Rasa, Jl KH Agus Salim, Jakarta.

Namun, Michael tidak menyebutkan berapa banyak investor dari Tiongkok yang memiliki properti di negeri Kanguru tersebut.

Michael menyebutkan, orang-orang kaya di Indonesia yang membeli proyek properti di Australia memiliki dua alasan. Pertama adalah karena kebutuhan, kedua adalah untuk investasi.

“Investor beli karena anak-anaknya mau sekolah di sana. Itu untuk kebutuhan, tapi tidak ada 50 persen (dari jumlah pembeli),” kata Michael.

Michael melanjutkan, lebih banyak jumlahnya untuk investor yang membeli properti di Australia, khususnya Sydney, untuk tujuan investasi “Lebih dari 60-70 persen itu investor nyari untung. Kalau investasi properti dengan perencanaan itu lebih menguntungkan. Kita bayar hari ini, jualnya dua tahun lagi. Orang Indonesia itu sudah pintar,” tambah Michael.

Regulasi yang mengatur kepemilikan rumah di Australia pun tak serumit di Indonesia. Kemudahan itu pun dirasakan masyarakat setempat ataupun orang asing yang ingin membeli properti di sana.

Michael mengatakan, investor asing yang ingin membeli properti di Australia hanya tinggal menunjukan paspor dan bukti penghasilan per tahun. Menurutnya, rata-rata syarat penghasilan per tahun AUD 60.000.

“Kalau di sini, kartu keluarga, KTP, slip gaji, rekening koran, surat keterangan. Di sana cuma paspor sama keterangan penghasilan. Nggak ribet, nggak njelimet,” paparnya.

Crown Group adalah perusahaan pengembang properti yang telah membangun banyak proyek di Sydney Australia. Tingginya angka backlog atau kebutuhan rumah di Sidney, Australia, dimanfaatkan oleh pengembang properti asal Indonesia yang berbasis di Australia, Crown International Holdings Group.

Di Sidney, kebutuhan rumah tiap tahunnya mencapai 50 ribu unit. Sedangkan yang mampu dibangun pengembang hanya sekitar 20 ribu unit, dan itu selalu bertambah tiap tahunnya.

General Marketing & Communication Crown Kirsty Bradley menjelaskan, Sidney merupakan salah satu kota di Australia yang paling diminati kaum imigran.

Sidney yang merupakan Ibu kota dari negara bagian New south Wales ini menyimpan potensi yang menggiurkan di sektor properti. Lahannya yang banyak belum digarap dan harga tanah yang masih jauh lebih murah membuat Sidney dimimati oleh investor dari Asia.

“Harga apartemen rata-rata di Sidney berkisar USD600 ribu, sedangkan harga apartemen rata-rata yang dijual Crown mulai dari USD300 ribu per unitnya (Rp3,4 miliar, kurs Rp11.348 per USD),” ucapnya.

Dalam berinvestasi di Sidney, Kirsty menyebut ada tiga keuntungan yang bisa diperoleh para investor. Pertama adalah laba investasi di Sidney yang mencapai 10 hingga 20 persen per tahun. Lalu keuntungan dari sewa apartemen yang mencapai 5 persen per tahun, dan menguatnya nilai tukar dolar Australia belakangan ini. (bbs/ila)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/