JAKARTA-Beberapa tahun lalu harga properti seperti rumah yang harganya miliaran rupiah paling dicari karena dianggap paling cepat mengalami kenaikan harga. Namun, Indonesia Property Watch (IPW) memastikan pasar properti segmen menengah atas mulai jenuh, kini bergeser ke segmen menengah yang sebagian besar adalah end user (pengguna).
“Para pengembang pun telah mulai membidik pasar tersebut dengan melakukan strategi resizing dengan menjual tipe-tipe yang lebih kecil dengan harga berkisar antara Rp500 juta-Rp1 miliar yang diperkirakan akan menjadi primadona pasar properti tahun 2014,” kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam situs resminya, Minggu (20/10)
Dia mengatakan adanya kemungkinan penurunan permintaan pasar di tahun 2014 yang diakibatkan kenaikan suku bunga kredit perumahaan rakyat (KPR), perlambatan daya beli, dan pemberlakuan aturan Bank Indonesia.
Ali memperkirakan siklus perlambatan ini akan terus berlanjut sampai tahun 2016 sehingga dipastikan para pengembang harus lebih jeli membidik dan mengatur cash flow mereka masing-masing. Profil konsumen pun akan bergeser dari motif spekulasi ke motif end user dan investasi jangka panjang.
“Siklus alamiah ini seharusnya tidak menjadi momok bagi dunia bisnis properti karena permintaan properti tetap tumbuh,” serunya.
Menurutnya perlambatan pasar properti sudah mulai terasa memasuki akhir tahun 2013. Dari sisi supply dan demand relatif mulai menunjukkan penurunan. Indonesia Property Watch telah memprediksi adanya siklus tertinggi pasar properti di tahun 2013 dan mulai melambat di tahun 2014.
Ali menambahkan tidak banyak lagi proyek-proyek yang diluncurkan di triwulan akhir 2013 ini. Di sisi lain terlihat penjualan proyek-proyek yang ada mulai mengalami penurunan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya.(net)
2014, Rumah Harga Rp500 Juta Jadi Primadona
JAKARTA-Beberapa tahun lalu harga properti seperti rumah yang harganya miliaran rupiah paling dicari karena dianggap paling cepat mengalami kenaikan harga. Namun, Indonesia Property Watch (IPW) memastikan pasar properti segmen menengah atas mulai jenuh, kini bergeser ke segmen menengah yang sebagian besar adalah end user (pengguna).
“Para pengembang pun telah mulai membidik pasar tersebut dengan melakukan strategi resizing dengan menjual tipe-tipe yang lebih kecil dengan harga berkisar antara Rp500 juta-Rp1 miliar yang diperkirakan akan menjadi primadona pasar properti tahun 2014,” kata Direktur Eksekutif IPW Ali Tranghanda dalam situs resminya, Minggu (20/10)
Dia mengatakan adanya kemungkinan penurunan permintaan pasar di tahun 2014 yang diakibatkan kenaikan suku bunga kredit perumahaan rakyat (KPR), perlambatan daya beli, dan pemberlakuan aturan Bank Indonesia.
Ali memperkirakan siklus perlambatan ini akan terus berlanjut sampai tahun 2016 sehingga dipastikan para pengembang harus lebih jeli membidik dan mengatur cash flow mereka masing-masing. Profil konsumen pun akan bergeser dari motif spekulasi ke motif end user dan investasi jangka panjang.
“Siklus alamiah ini seharusnya tidak menjadi momok bagi dunia bisnis properti karena permintaan properti tetap tumbuh,” serunya.
Menurutnya perlambatan pasar properti sudah mulai terasa memasuki akhir tahun 2013. Dari sisi supply dan demand relatif mulai menunjukkan penurunan. Indonesia Property Watch telah memprediksi adanya siklus tertinggi pasar properti di tahun 2013 dan mulai melambat di tahun 2014.
Ali menambahkan tidak banyak lagi proyek-proyek yang diluncurkan di triwulan akhir 2013 ini. Di sisi lain terlihat penjualan proyek-proyek yang ada mulai mengalami penurunan di bandingkan tahun-tahun sebelumnya.(net)