27 C
Medan
Friday, June 28, 2024

Airlangga Mundur, Calon Tinggal Ical

Foto: Kombinasi Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto, calon ketua umum Partai Golkar.
Foto: Kombinasi
Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto, calon ketua umum Partai Golkar. Airlangga pilih mundur dari bursa.

SUMUTPOS.CO – Kuatnya isu rekayasa dalam Musyawarah Nasional ke-IX Partai Golongan Karya, membuat calon ketua umum Airlangga Hartarto, menarik diri. Satu-satunya pesaing kuat Ical itu memutuskan mundur, setelah melihat bahwa kondisi pelaksanaan Munas memang benar-benar tidak demokratis.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung. Pada kesempatan ini saya menarik diri dari proses pencalonan di Munas, dan saya menyatakan tidak bertanggung jawab atas segala hasil akhir Munas,” ujar Airlangga, dalam keterangan pers, usai paripurna Munas yang mengagendakan pandangan umum terkait laporan pertanggungjawaban Ketua Umum Aburizal Bakrie, di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin (1/12) malam.

Airlangga tidak sendiri. Ketua DPP Partai Golkar itu didampingi sejumlah pendukungnya, seperti Melchias Markus Mekeng, Ridwan Mukti, Edwin Kawilarang, dan puluhan pengurus DPD Partai Golkar tingkat kabupaten/kota.

Airlangga menyatakan, selama dua hari pelaksanaan Munas Bali, dirinya sudah mencoba untuk terus mengikuti semua proses. Namun, kenyataannya, pandangan umum daerah yang seharusnya menjadi evaluasi Partai Golkar, diubah sedemikian rupa. Hal ini mencederai proses demokrasi dalam paripurna berikutnya, yang akan mengagendakan pemilihan Ketua Umum.

“Soal tatib saja, teman-teman banyak yang tidak memperoleh tatib saat tadi subuh. Saat sidang, hanya ditanya apakah sudah diterima. Saya melakukan interupsi, termasuk Wantim yang meminta dibahas satu persatu, tapi tetap saja diketok langsung disahkan,” ujarnya.

Pasal yang memberatkan, kata Airlangga, lagi-lagi terkait perubahan mekanisme pemilihan. Dalam AD ART, pemilihan calon ketum dilakukan dua tahap melalui voting tertutup. Voting pertama untuk menentukan calon yang memenuhi ambang batas 30 persen pemilik suara, voting kedua untuk menentukan calon ketum yang memperoleh suara terbanyak.

Namun, mekanisme itu ditabrak dalam Munas Bali kali ini. Voting tertutup tahap I diubah menjadi surat dukungan terbuka. Anehnya, surat dukungan itu bukanlah surat yang selama ini dipegang para kandidat untuk mencalonkan diri.

“Surat dukungan adalah yang ditandatangani periode Munas saat ini. Peraturan ini belum pernah dipublikasikan, (padahal) tatib diberlakukan tadi pagi (kemarin, Red),” ujarnya.

Airlangga menjelaskan, surat dukungan yang sudah dapat, adalah sebanyak 251 daerah. Nah, surat itu tidak berlaku, karena harus dikonversi menjadi surat baru, dan dikumpulkan pada Munas hari ini.

“Ini sudah terlihat tanda-tanda ruang demokrasi ini ditutup. Dimana-mana, suara itu disampaikan dalam bilik suara,” ujarnya.

Dia menggambarkan, proses paripurna yang diduga penuh rekayasa. Setiap perwakilan DPD tingkat provinsi membacakan pandangan, perwakilan DPD kabupaten/kota ikut-ikutan berdiri. “Saya tidak pernah takut bersaing, tapi saat ruang demokratis itu ditutup, dengan melihat situasi yang ada, upaya yang dilakukan kawan-kawan juga tidak bisa dicapai,” ujarnya.

Pria 52 tahun kelahiran Surabaya itu menyatakan, dirinya prihatin dengan kondisi ini. Namun, dia memastikan akan terus berada di Munas mengawal proses demokrasi. “Saya akan tetap berada di Partai Golkar. Saya bersedia menjadi anggota partai, tapi saya tidak bersedia menjadi pengurus,” tegasnya. Dirinya juga meminta para pendukungnya juga melakukan hal yang sama, mengawal proses demokrasi.

Dengan mundurnya Airlangga, maka Ical -sapaan akrab Aburizal- dipastikan akan menjadi calon kuat. Paripurna pemilihan Ketum Partai Golkar dipastikan akan melalui aklamasi.

Ical saat dikonfirmasi terkait mundurnya hanya menanggapi enteng. Menurut dia, hal itu merupakan keputusan pribadi beliau. Dirinya tidak menanggapi jika dirinya ditetapkan aklamasi. “Saya belum tahu, karena baru 248 DPD (yang mendukung),” kata Ical.

Ical sempat mengatakan tak keberatan jika nantinya Airlangga mundur dari bursa calon ketua umum Golkar. “Bagus jika seperti itu (mundur). Tidak tahu (ada aklamasi atau tidak). Tergantung ada atau tidak calon lain,” ujar Ical. (bay/jpnn/rbb)

Foto: Kombinasi Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto, calon ketua umum Partai Golkar.
Foto: Kombinasi
Aburizal Bakrie dan Airlangga Hartarto, calon ketua umum Partai Golkar. Airlangga pilih mundur dari bursa.

SUMUTPOS.CO – Kuatnya isu rekayasa dalam Musyawarah Nasional ke-IX Partai Golongan Karya, membuat calon ketua umum Airlangga Hartarto, menarik diri. Satu-satunya pesaing kuat Ical itu memutuskan mundur, setelah melihat bahwa kondisi pelaksanaan Munas memang benar-benar tidak demokratis.

“Saya mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung. Pada kesempatan ini saya menarik diri dari proses pencalonan di Munas, dan saya menyatakan tidak bertanggung jawab atas segala hasil akhir Munas,” ujar Airlangga, dalam keterangan pers, usai paripurna Munas yang mengagendakan pandangan umum terkait laporan pertanggungjawaban Ketua Umum Aburizal Bakrie, di Hotel Westin, Nusa Dua, Bali, Senin (1/12) malam.

Airlangga tidak sendiri. Ketua DPP Partai Golkar itu didampingi sejumlah pendukungnya, seperti Melchias Markus Mekeng, Ridwan Mukti, Edwin Kawilarang, dan puluhan pengurus DPD Partai Golkar tingkat kabupaten/kota.

Airlangga menyatakan, selama dua hari pelaksanaan Munas Bali, dirinya sudah mencoba untuk terus mengikuti semua proses. Namun, kenyataannya, pandangan umum daerah yang seharusnya menjadi evaluasi Partai Golkar, diubah sedemikian rupa. Hal ini mencederai proses demokrasi dalam paripurna berikutnya, yang akan mengagendakan pemilihan Ketua Umum.

“Soal tatib saja, teman-teman banyak yang tidak memperoleh tatib saat tadi subuh. Saat sidang, hanya ditanya apakah sudah diterima. Saya melakukan interupsi, termasuk Wantim yang meminta dibahas satu persatu, tapi tetap saja diketok langsung disahkan,” ujarnya.

Pasal yang memberatkan, kata Airlangga, lagi-lagi terkait perubahan mekanisme pemilihan. Dalam AD ART, pemilihan calon ketum dilakukan dua tahap melalui voting tertutup. Voting pertama untuk menentukan calon yang memenuhi ambang batas 30 persen pemilik suara, voting kedua untuk menentukan calon ketum yang memperoleh suara terbanyak.

Namun, mekanisme itu ditabrak dalam Munas Bali kali ini. Voting tertutup tahap I diubah menjadi surat dukungan terbuka. Anehnya, surat dukungan itu bukanlah surat yang selama ini dipegang para kandidat untuk mencalonkan diri.

“Surat dukungan adalah yang ditandatangani periode Munas saat ini. Peraturan ini belum pernah dipublikasikan, (padahal) tatib diberlakukan tadi pagi (kemarin, Red),” ujarnya.

Airlangga menjelaskan, surat dukungan yang sudah dapat, adalah sebanyak 251 daerah. Nah, surat itu tidak berlaku, karena harus dikonversi menjadi surat baru, dan dikumpulkan pada Munas hari ini.

“Ini sudah terlihat tanda-tanda ruang demokrasi ini ditutup. Dimana-mana, suara itu disampaikan dalam bilik suara,” ujarnya.

Dia menggambarkan, proses paripurna yang diduga penuh rekayasa. Setiap perwakilan DPD tingkat provinsi membacakan pandangan, perwakilan DPD kabupaten/kota ikut-ikutan berdiri. “Saya tidak pernah takut bersaing, tapi saat ruang demokratis itu ditutup, dengan melihat situasi yang ada, upaya yang dilakukan kawan-kawan juga tidak bisa dicapai,” ujarnya.

Pria 52 tahun kelahiran Surabaya itu menyatakan, dirinya prihatin dengan kondisi ini. Namun, dia memastikan akan terus berada di Munas mengawal proses demokrasi. “Saya akan tetap berada di Partai Golkar. Saya bersedia menjadi anggota partai, tapi saya tidak bersedia menjadi pengurus,” tegasnya. Dirinya juga meminta para pendukungnya juga melakukan hal yang sama, mengawal proses demokrasi.

Dengan mundurnya Airlangga, maka Ical -sapaan akrab Aburizal- dipastikan akan menjadi calon kuat. Paripurna pemilihan Ketum Partai Golkar dipastikan akan melalui aklamasi.

Ical saat dikonfirmasi terkait mundurnya hanya menanggapi enteng. Menurut dia, hal itu merupakan keputusan pribadi beliau. Dirinya tidak menanggapi jika dirinya ditetapkan aklamasi. “Saya belum tahu, karena baru 248 DPD (yang mendukung),” kata Ical.

Ical sempat mengatakan tak keberatan jika nantinya Airlangga mundur dari bursa calon ketua umum Golkar. “Bagus jika seperti itu (mundur). Tidak tahu (ada aklamasi atau tidak). Tergantung ada atau tidak calon lain,” ujar Ical. (bay/jpnn/rbb)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/