30 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Gus Irawan Sebut Penggantian Asmadi Bukan Karena Mahar

Foto: Kombinasi Asmadi Lubis (kiri) dan Gus Irawan (kanan).
Foto: Kombinasi
Asmadi Lubis (kiri) dan Gus Irawan (kanan).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Sumatera Utara (Sumut), Gus Irawan Pasaribu, membantah telah melakukan penipuan mahar politik terhadap Asmadi Lubis. Ia menegaskan, keputusan mengganti Asmadi Lubis sebagai bakal calon bupati Toba Samosir (Tobasa), bukan karena mahar politik.

“Dia (Asmadi) diganti sebagai Ketua DPC Toba Samosir karena menyatakan tidak akan menjalankan perintah partai (DPP) untuk mendaftarkan calon bupati yang ditunjuk. Seharusnya ’kan keputusan pusat dijalankan,” ujar Gus Irawan kepada wartawan, Kamis (6/8).

Atas keputusan DPP Gerindra mendukung calon lain, menurut Gus Irawan, Asmadi tampaknya tidak bisa menerima.

Gus kemudian menurutkanm sejak awal DPD Gerindra Sumut merekomendasi Asmadi Lubis sebagai kandidat bupati Tobasa dari Gerindra. Pihaknya mengikuti proses pemberian dukungan hingga ke DPP. ”Namun kemudian, Gerindra ternyata tidak bisa mengusung sendiri calonnya, harus koalisi,” sebut anggota DPR RI itu.

Jumlah kursi Gerindra di DPRD Tobasa hanya 4 kursi. Sementara untuk mendaftarkan pasangan calon, harus memenuhi kuota 20 persen kursi legislatif atau minimal 6 kursi. Atas hal itu, Gerindra memberikan waktu kepada Asmadi Lubis untuk membangun koalisi dengan partai lain, sebelum dibukanya pendaftaran bakal calon pada 26-28 Juli.

“Sampai pada 24 Juli dini hari, dia (Asmadi) tidak mampu mendapatkan koalisi dengan partai lain. Dengan waktu yang sedikit, disegerakanlah untuk memberikan dukungan kepada yang lain (sebelum pendaftaran ditutup). Nah itulah alasan mengapa diganti. Jadi bukan karena mahar, tidak ada itu,” katanya lagi.

Gus sendiri memahami kekecewaan kader partainya itu. Diakuinya, di bawah kepemimpinan Asmadi pada Pileg 2014 lalu, partai Gerindra mendapatkan posisi pimpinan di DPRD Tobasa. Sehingga ia memberikan apresiasi atas keberhasilan tersebut. Namun menuding tanpa bukti soal permintaan mahar, menurutnya adalah tidak benar.

“Saya paham kondisi beliau yang sudah bersiap-siap maju sebagai calon bupati. Pasti situasinya lagi galau. Tetapi karena sejak awal dia sudah menyatakan tidak mau mendaftarkan, DPP sudah menyiapkan SK (surat keputusan) untuk menggantikan posisi Ketua DPC Tobasa sementara,” terangnya.

Disinggung soal jabatan Asmadi sebagai Wakil Ketua DPRD Tobasa, Gus Irawan mengatakan, tidak ada masalah. Namun dirinya tidak dapat menjamin apakah pimpinan pusat tidak akan memberikan sanksi berupa pemberhentian jabatan, pemecatan, atau lainnya atas tindakannya yang dinilai berbohong dan mencemarkan nama baik partainya sendiri. Kebohongan dimaksud adalah ketika menyebutkan ada permintan mahar dari DPD Gerindra Sumut sebesar Rp2,5 miliar kepada media, yang kemudian angkanya berubah.

“Dia ’kan menyampaikan berita-berita bohong, terutama soal mahar. Padahal ’kan itu tidak ada,” lanjutnya.

Dirinya pun menyayangkan tudingan Asmadi kepada dirinya bahkan melaporkannya ke pihak kepolisian. Gus dituding melakukan tindakan penipuan dengan meminta mahar Rp600 juta, sebagai uang muka pembayaran perahu politik.

“Saya heran, kok nggak konsisten? Yang lalu beda, yang sekarang kok beda lagi, udah turun angkanya. Ya sementara kita tunggu dari DPP lah,” katanya.

Foto: Kombinasi Asmadi Lubis (kiri) dan Gus Irawan (kanan).
Foto: Kombinasi
Asmadi Lubis (kiri) dan Gus Irawan (kanan).

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Sumatera Utara (Sumut), Gus Irawan Pasaribu, membantah telah melakukan penipuan mahar politik terhadap Asmadi Lubis. Ia menegaskan, keputusan mengganti Asmadi Lubis sebagai bakal calon bupati Toba Samosir (Tobasa), bukan karena mahar politik.

“Dia (Asmadi) diganti sebagai Ketua DPC Toba Samosir karena menyatakan tidak akan menjalankan perintah partai (DPP) untuk mendaftarkan calon bupati yang ditunjuk. Seharusnya ’kan keputusan pusat dijalankan,” ujar Gus Irawan kepada wartawan, Kamis (6/8).

Atas keputusan DPP Gerindra mendukung calon lain, menurut Gus Irawan, Asmadi tampaknya tidak bisa menerima.

Gus kemudian menurutkanm sejak awal DPD Gerindra Sumut merekomendasi Asmadi Lubis sebagai kandidat bupati Tobasa dari Gerindra. Pihaknya mengikuti proses pemberian dukungan hingga ke DPP. ”Namun kemudian, Gerindra ternyata tidak bisa mengusung sendiri calonnya, harus koalisi,” sebut anggota DPR RI itu.

Jumlah kursi Gerindra di DPRD Tobasa hanya 4 kursi. Sementara untuk mendaftarkan pasangan calon, harus memenuhi kuota 20 persen kursi legislatif atau minimal 6 kursi. Atas hal itu, Gerindra memberikan waktu kepada Asmadi Lubis untuk membangun koalisi dengan partai lain, sebelum dibukanya pendaftaran bakal calon pada 26-28 Juli.

“Sampai pada 24 Juli dini hari, dia (Asmadi) tidak mampu mendapatkan koalisi dengan partai lain. Dengan waktu yang sedikit, disegerakanlah untuk memberikan dukungan kepada yang lain (sebelum pendaftaran ditutup). Nah itulah alasan mengapa diganti. Jadi bukan karena mahar, tidak ada itu,” katanya lagi.

Gus sendiri memahami kekecewaan kader partainya itu. Diakuinya, di bawah kepemimpinan Asmadi pada Pileg 2014 lalu, partai Gerindra mendapatkan posisi pimpinan di DPRD Tobasa. Sehingga ia memberikan apresiasi atas keberhasilan tersebut. Namun menuding tanpa bukti soal permintaan mahar, menurutnya adalah tidak benar.

“Saya paham kondisi beliau yang sudah bersiap-siap maju sebagai calon bupati. Pasti situasinya lagi galau. Tetapi karena sejak awal dia sudah menyatakan tidak mau mendaftarkan, DPP sudah menyiapkan SK (surat keputusan) untuk menggantikan posisi Ketua DPC Tobasa sementara,” terangnya.

Disinggung soal jabatan Asmadi sebagai Wakil Ketua DPRD Tobasa, Gus Irawan mengatakan, tidak ada masalah. Namun dirinya tidak dapat menjamin apakah pimpinan pusat tidak akan memberikan sanksi berupa pemberhentian jabatan, pemecatan, atau lainnya atas tindakannya yang dinilai berbohong dan mencemarkan nama baik partainya sendiri. Kebohongan dimaksud adalah ketika menyebutkan ada permintan mahar dari DPD Gerindra Sumut sebesar Rp2,5 miliar kepada media, yang kemudian angkanya berubah.

“Dia ’kan menyampaikan berita-berita bohong, terutama soal mahar. Padahal ’kan itu tidak ada,” lanjutnya.

Dirinya pun menyayangkan tudingan Asmadi kepada dirinya bahkan melaporkannya ke pihak kepolisian. Gus dituding melakukan tindakan penipuan dengan meminta mahar Rp600 juta, sebagai uang muka pembayaran perahu politik.

“Saya heran, kok nggak konsisten? Yang lalu beda, yang sekarang kok beda lagi, udah turun angkanya. Ya sementara kita tunggu dari DPP lah,” katanya.

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/