JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Pangeran Cendana, Hutomo Mandala Putra alias Tommy Soeharto menantang kubu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono duduk bersama menyelesaikan konflik Golkar yang belum juga berujung. Tommy mengintervensi parpol tertua itu setelah marah atas tindakan Ketum AMPG Yorrys Raweyai yang menggeruduk ruang Fraksi Partai Golkar di DPR, beberapa waktu lalu.
“Saya mengundang kedua kubu untuk Mediasi Kekeluargaan. Silakan Atur waktu Kapan dan di mana,” kicau Tommy di jejaring sosial Twitter, Selasa (14/4).
Tommy menjelaskan tawaran perundingan kepada kedua kubu itu dilempar mengingat mediasi Partai Golkar di ruang sidang antara Ical dan Agung masih alot.
Putra bungsu mantan Presiden Soeharto itu menegaskan baik Aburizal (Ical) maupun Agung datang langsung ke pertemuan itu. “Tunjukkan keseriusan jangan hanya mengirim perwakilan jika serius ingin membesarkan partai,” ujar dia.
Sebelumnya, Tommy sempat menyampaikan beberapa tips untuk menyelamatkan sekaligus memulihkan citra Golkar yang terkoyak akibat konflik berkepanjangan antara kubu Ical dan Agung.
“Saran saya untuk menyelamatkan Partai Golkar adalah dengan membentuk Plt (Pelaksana tugas) Partai sebelum Munas 2016 nanti, jadi tidak ada dua ketua umum,” kicau Tommy di jejaring sosial Twitter.
Plt itu, lanjut Tommy, terdiri dari empat orang. Dua orang dari kader muda dan tua kubu Ical dan dua orang lagi dari DPP hasil munas Ancol. PLT Partai Terdiri dari 4 orang, masing-masing kubu Munas Bali satu kader muda dan satu kader senior, begitu juga dengan Ancol.
Tommy menyampaikan beberapa tips untuk menyelamatkan sekaligus memulihkan citra Partai Golkar yang terkoyak akibat konflik berkepanjangan antara kubu Ical dan Agung.
“Saran saya untuk menyelamatkan Partai Golkar adalah dengan membentuk Plt (Pelaksana tugas) Partai sebelum Munas 2016 nanti, jadi tidak ada dua ketua umum,” katanya.
Plt itu, lanjut Tommy, terdiri dari empat orang. Dua orang dari kader muda dan tua kubu Ical dan dua orang lagi dari DPP hasil munas Ancol.
“Selamatkan nasib kader-kader yang akan maju dalam ajang perhelatan Akbar Pilkada nanti. Jangan hanya memikirkan urusan pribadi masing-masing,” imbuhnya.
Selain itu, seluruh kader Golkar harus bersatu mengawasi kepengurusan di bawah kepemimpinan empat Plt tersebut. “Saya rasa jika satu atap dalam melaksanakan fungsi partai tidak akan ada lagi perpecahan. Silakan pikirkan saran saya tentang Plt partai,” saran Tommy.
Dia juga meminta ketum dari kedua kubu untuk legowo menyerahkan pimpinan sementara dilaksanakan Plt yang dipilih dari masing-masing kubu.
“Ingat tanpa simpatisan Partai Golkar bukan apa-apa. Simpatisan lebih penting daripada pengurus. Tidak ada simpatisan, apa yang akan dibangga kan?” tukasnya.
Sebelum mengirimkan saran perdamaian, Tommy mengecam tindakan yang dilakukan Ketua Umum Angkatan Muda Partai Golkar (AMPG) Yorrys Raweyai saat mengomandoi perebutan Fraksi Partai Golkar DPR di bawah kendali Ical. “Selama ini Anda saya anggap teman, tapi lebih pantas dianggap pecundang,” tegasnya.
Dia menilai, perilaku Yorrys tak ubahnya seperti anak kecil yang mengikuti senior-seniornya belajar tawuran.
“Belajar mengikuti kakak-kakaknya yang lebih dulu memiliki mental tawuran. Mental memang doyan tawuran, namun selalu berusaha tampil di belakang saat bertemu lawan,” paparnya.
Tommy pun mengancam Yorrys jika tetap melakukan tindakan premanisme dalam sengketa kepengurusan Golkar. “Kalau mau main keras saya juga punya sisi keras, sebaiknya jangan main-main dalam masalah ini. Partai Golkar jangan sampai Anda jadikan ‘Arena Perang’ jika Anda sendiri tidak ingin diperangi,” kicaunya.
Dalam kisruh kepengurusan Golkar, Tommy menegaskan tidak memihak kubu manapun. Namun, jika ada pihak yang ingin menghancurkan partai berlambang pohon beringin tersebut, dia pun siap untuk bertindak.
“Saya berbicara seperti ini bukan karena membela saudara, tapi tindakan Anda sepertinya ingin memancing seberapa besar kesabaran saya,” tuturnya. “Anda sopan saya segan, Anda arogan saya makan!!! Begitu saja kok repot,” lanjutnya.
Waketum Partai Golkar, Siti Hediati Haryadi atau yang lebih dikenal Titiek Soeharto menganggap wajar bila adiknya Tommy marah besar kepada pihak-pihak yang mengacak-acak partai yang didirikan mendiang ayahnya itu.
“Ya, tentu saja (Tommy) marah ya. Ini kan partai kita semua, partai besar tapi kok diacak-acak,” kata Titiek saat ditemui di gedung DPR, Jakarta, Selasa (14/4).
Titiek mengungkapkan, keluarga besarnya di Jalan Cendana, Jakarta Pusat telah bertemu dengan Aburizal Bakrie alias Ical selaku ketua umum Partai Golkar hasil musyawarah nasional (munas) di Bali. Pertemuan itu digelar untuk membahas konflik internal di Golkar.
“Kami sekeluarga yang undang Pak Ical atas nama partai, untuk mengetahui apa yang terjadi di Golkar. Apa yang bisa kita sinergikan untuk menyelesaikan itu semua. Alhamdulillah beliau-beliau mau datang ke tempat kita makan siang,” jelas Titiek tanpa merinci isi pertemuan itu.
Apakah dalam pertemuan itu Tommy juga menyampaikan keinginan untuk aktif kembali di Golkar? Titiek mengatakan, adiknya adalah pengurus DPP Golkar hasil munas Bali.
“Sebetulnya Tommy di kepengurusan Bali dia masuk Wantim (dewan pertimbangan),” jawab Titiek, sembari berharap dengan keterlibatan Tommy, konflik partainya bisa segera diakhiri.
Soal angkat bicaranya anak-anak mantan Presiden Soeharto, Tommy Soeharto dan Bambang Trihatmodjo dalam konflik Partai Golkar, Akbar Tandjung, mantan ketum yang juga tokoh senior partai beringin tersebut, berpendapat, adalah hal wajar jika Tommy dan Bambang bersikap keras terhadap perilaku kubu Agung.
Dia mengatakan peristiwa pengambilan paksa ruang fraksi mengakibatkan sejumlah anggota fraksi Golkar tidak bisa keluar dari ruangan.
“Apalagi peristiwa perebutan kantor fraksi. Mengakibatkan anggota DPR tidak bisa keluar dari ruang. Dimana salah satu anggota DPR-nya ibu Titiek Soeharto. Tentu dia marah,” ujar Akbar.
Akbar mengakui, cara-cara yang dipakai kubu Agung sudah di luar batas dan tidak rasional. “Kalau berbeda ya berbeda saja. Jangan cara-cara gitu. Pakai yang rasional jangan pakai cara kasar,” kata Akbar
Menurut Akbar, tindakan kubu Agung, bukan hanya memancing Tommy, namun juga kakak Tommy, Bambang Trihatmodjo yang memiliki pendapat sama bahwa perilaku kubu Agung tidak bisa ditoleransi.
“Kemudian ternyata Mas Bambang punya pendapat yang sama. Jadi mereka berdua punya sikap yang sama. Dengan cara-cara mereka yang punya tindakan pendudukan kantor fraksi. cara-cara itu tidak setujui,” katanya
Akbar mengatakan, Tommy dan Bambang sebagai kakak adik yang merasa pernah menjadi bagian organisasi partai Golkar pasti kesal melihat saudaranya (Titiek Soeharto) yang berada di pihak Golkar Ical diperlakukan seperti itu.
“Dimana anggota-anggota Golkar ada di ruang fraksi tidak bisa keluar dan salah satunya Mbak Titiek. Kakaknya Mas Tommy. Tentu dia merasa sebagai saudara. Dia merasa bagian dari Golkar. Kenapa Golkar diperlakukan kayak gini. Kemudian Mas Bambang juga merasa setelah dia tanya ke Mas Tommy, langkah-langkah yang dilakukan ini tidak benar,” terangnya. (bbs/fat/jpnn/val)