MEDAN – Ketua Umum Partai Demokrat (PD) Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diingatkan untuk tidak salah memilih calon presiden (capres) yang akan dijagokan pada Pilpres 2014 nanti.
Dari 11 nama yang berlaga di Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat, Presiden SBY diingatkan sekali lagi untuk objektif memilih figur yang layak dijual dan bisa bersanding dengan kandidat dari partai lain. Jika salah memilih lewat konvensi, bisa-bisa capres usungan Partai Demokrat tak laku dijual dalam Pilpres Juli mendatang.
“Beban berat yang dipikul SBY itu karena Dahlan Iskan sebagai salah seorang peserta konvensi itu, jauh lebih populer dan diterima rakyat ketimbang calon lainnya. Sementara itu, tidak sedikit petinggi dan kader partai menginginkan Pramono Edhi Wibowo supaya dipilih,” ungkap Koordinator Pusat Monitoring Politik dan Hukum Indonesia (PMPHI), Gandi Parapat, Kamis (23/1).
Gandi mengatakan, Dahlan Iskan yang menjabat sebagai Menteri Negara BUMN, dikenal masyarakat karena kesederhanaan dan kinerjanya. Pemberitaan media massa atas aksi spontan Dahlan Iskan, dan tidak menginginkan kerjanya melalui agenda protokoler, sangat menguntungkan. Dengan mau turun langsung ke lapangan, termasuk tak pernah ambil jarak dengan masyarakat, Dahlan Iskan menjadi pejabat publik idola.
“Aksi spontan Dahlan Iskan tidak luput dari perhatian media massa ketika turun dari kendaraan, kemudian mengurai kemacetan kendaraan di pintu tol. Dahlan Iskan juga mau begadang dan berbaur dengan karyawan saat menjelang peresmian Bandara Kualanamu. Lebih mengagumkan, dia tidur tanpa kasur bersama para pengungsi korban letusan Gunung Sinabung di Tanahkaro,” ungkapnya.
Menurut Gandi, popularitas Dahlan Iskan merupakan imbas atas kerja tulusnya yang ingin membawa perubahan dimanapun dia ditempatkan. Berbeda dengan Pramono Edi yang selama ini berkarir di militer, dikatakan dia, kinerja ipar Presiden SBY ini belum terukur.
Bahkan, masyarakat belum melihat sesuatu yang lebih dari Pramono Edi. Kader Demokrat menginginkan adik Ani Yudhoyono menjadi capres PD karena kepentingan.
“Proses penjaringan capres lewat konvensi Partai Demokrat dengan memperlihatkan para calon ke berbagai daerah, dipastikan tidak membawa hasil yang memuaskan. Sebab, pilihan rakyat bukan karena partai melainkan sosok pemimpin yang merakyat. SBY menangi pilpres tahun 2004 dan 2009, karena populer dan mendapatkan empaty dari rakyat di Tanah Air,” ujarnya.
Simpatik masyarakat yang mengantarkan SBY menjadi Presiden ini pun justru tidak sama dengan capres yang dijagokan PD dalam bursa kontestan Pilpres di tahun 2014 ini.
Kekuatan dari seorang calon yang dijagokan Partai Demokrat harus dapat mengimbangi kepopuleran Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi). Lawan berat Jokowi jika dijagokan PDI Perjuangan menjadi capres saat Pilpres ini hanya Dahlan Iskan. Jika menjagokan Pramono Edi, lanjut Gandi, amat berisiko terhadap kelangsungan partai berlambang mercy itu di kancah politik.
Dia menambahkan, sesaat sebelum debat peserta konvensi PD di Istana Maimun, banyak masyarakat mendatangi dan meminta Dahlan Iskan supaya mau diajak berpose bareng.
Masyarakat merasa senang dan bangga karena Dahlan tidak menolak ajakan tersebut. Berbeda dengan calon lain yang melaksanakan kegiatan karena diagendakan lewat sekretariat. Agenda kegiatan Dahlan Iskan, disebutkan Gandi, berjalan natural dan jauh dari kosmetik politik.
“Ada sesuatu yang diciptakan saat debat konvensi itu dimulai. Ketika menyebut nama Pramono Edi, moderator justru kelihatan seperti mengagungkannya, yang kemudian disertai tepuk tangan yang seakan sengaja diciptakan. Tapi terdengar berbeda saat memanggil nama peserta capres lain,” katanya. (bbs/val)