26 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Pasangan Agus-Sylvi jadi Kuda Hitam

Foto: ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS Pasangan bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta dari koalisi Cikeas Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendaftar di KPUD DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusar, Jumat (23/9). Pasangan ini didukung oleh empat partai yakni Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.
Foto: ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS
Pasangan bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta dari koalisi Cikeas Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendaftar di KPUD DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusar, Jumat (23/9). Pasangan ini didukung oleh empat partai yakni Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Munculnya tiga kandidat Cagub-Cawagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaha Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan – Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono– Sylviana Murni. Pasangan Agus-Sylvi yang diusung koalisi Cikeas dinilai berpotensi menjadi kuda hitam.

Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Institute Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi, Jumat (23/9). Menurut Pangi, jika dipoles dengan maksimal, sosok Agus memiliki peluang untuk mengalahkan Ahok, sapaan akrab Basuki, yang saat ini berstatus incumbent.

”Agus-Sylviana, basis pemilihnya adalah pemilih pemula, yang suka dengan wajah baru, wajah ganteng, punya segudang prestasi,” kata Pangi.

Menurut Pangi, dua sosok itu saling melengkapi, Agus dengan latar belakang TNI adalah sosok yang disiplin, tegas, humanis, dan intelektual. Sementara Sylviana memiliki jam terbang tinggi di pemerintahan. Sylviana adalah birokrat betawi yang dipastikan memiliki basis pemilih. ”Sylviana mewakili kelompok ibu-ibu, paham tata kelola pemerintahan, karena memulai dari bawah,” ujarnya.

Menurut Pangi, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tentu memiliki perhitungan untuk mengajukan putra sulungnya. Dengan mengorbankan status Agus sebagai perwira TNI, SBY dipastikan akan terjun langsung untuk memenangkan pasangan itu. ”Saya kira ini bukan sekolah-sekolah (politik) lagi buat Agus. Ini nggak main-main, SBY serius,” ujarnya.

Berbeda dengan Pangi, Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Fadli Zon menilai, pasangan yang diusung partainya, Anies – Sandi lebih memiliki peluang. Menurut Fadli, pesaing terberat Anies – Sandi tak lain dan tak bukan adalah pasangan incumbent saat ini.

”Pasti yang incumbent ya, karena dia sudah punya modal politik yang lebih awal dan lebih besar. Kalau Pak Agus kan modal politiknya masih kecil,” kata Fadli.

Fadli mengaku tidak tahu persis alasan SBY yang justru mengusung putranya. Bisa saja, lanjut Fadli, penetapan itu terkait dengan kelanjutan karier politik Agus di masa mendatang. ”Mungkin pertimbangannnya untuk mempersiapkan kali ke depan,” katanya.

Menurut Fadli, pasangan Anies – Sandi memiliki potensi menang, didasarkan berbagai hasil survei. Fadli menilai masih ada waktu bagi Partai Gerindra dan PKS untuk meningkatkan popularitas Anies – Sandi. Dalam hal ini, tersisa waktu lima bulan menuju pemungutan suara pilkada serentak 2017 pada Februari nanti. ”Dulu aja kami dukung Jokowi-Ahok cuma bentar waktunya apalagi ini lebih panjang jadi yakin pertarungannya cukup waktu untuk memenangkan,” tandasnya.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris juga menilai, dimunculkannya Agus bukan untuk target utama memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Sebagai pemain baru, putra sulung SBY itu diyakini dipersiapkan untuk Pemilihan Presiden 2019. ”Besar kemungkinan nanti Agus yang diusung, jadi sudah bisa terlihat,” kata Syamsuddin.

Selain itu, imbuh dia, kemunculan Agus juga bisa dilihat sebagai upaya meneruskan dinasti politik Cikeas pasca SBY. ”Saya pikir, Demokrat cukup realistis melihat pilkada kali ini,” tandasnya.

Terpisah, meski tidak secara langsung mengamini, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo mengakui bahwa ada pertimbangan penunjukan Agus tidak semata-mata pertimbangan kalah menang. Ada kepentingan untuk membuat mesin partai menjadi tidak stagnan. Bahwa, dengan mengusung calon gubernur, mesin partai akan bekerja optimal.

”Selain itu, bagi yang bersangkutan ini panggilan tugas juga. Untuk negara, untuk ibukota yang lebih baik, panggilan tugas tentu akan dipenuhi,” tegas Roy.

Dia menyadari, kalau banyak pihak yang mempertanyakan atau bahkan menyayangkan karir militer Agus yang akhirnya harusnya terhenti. ”Ini lah pilihan. Semua sudah dipikir panjang, termasuk oleh yang bersangkutan,” tandas mantan menpora itu. (bbs/jpg/ril)

Foto: ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS Pasangan bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta dari koalisi Cikeas Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendaftar di KPUD DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusar, Jumat (23/9). Pasangan ini didukung oleh empat partai yakni Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.
Foto: ANDREAN KRISTIANTO/JAWA POS
Pasangan bakal calon Gubernur dan wakil Gubernur DKI Jakarta dari koalisi Cikeas Agus Harimurti Yudhoyono dan Sylviana Murni mendaftar di KPUD DKI Jakarta, Salemba, Jakarta Pusar, Jumat (23/9). Pasangan ini didukung oleh empat partai yakni Demokrat, PPP, PKB, dan PAN.

JAKARTA, SUMUTPOS.CO – Munculnya tiga kandidat Cagub-Cawagub DKI Jakarta, Basuki Tjahaha Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, Anies Baswedan – Sandiaga Uno dan Agus Harimurti Yudhoyono– Sylviana Murni. Pasangan Agus-Sylvi yang diusung koalisi Cikeas dinilai berpotensi menjadi kuda hitam.

Seperti disampaikan Direktur Eksekutif Voxpol Institute Pangi Syarwi Chaniago saat dihubungi, Jumat (23/9). Menurut Pangi, jika dipoles dengan maksimal, sosok Agus memiliki peluang untuk mengalahkan Ahok, sapaan akrab Basuki, yang saat ini berstatus incumbent.

”Agus-Sylviana, basis pemilihnya adalah pemilih pemula, yang suka dengan wajah baru, wajah ganteng, punya segudang prestasi,” kata Pangi.

Menurut Pangi, dua sosok itu saling melengkapi, Agus dengan latar belakang TNI adalah sosok yang disiplin, tegas, humanis, dan intelektual. Sementara Sylviana memiliki jam terbang tinggi di pemerintahan. Sylviana adalah birokrat betawi yang dipastikan memiliki basis pemilih. ”Sylviana mewakili kelompok ibu-ibu, paham tata kelola pemerintahan, karena memulai dari bawah,” ujarnya.

Menurut Pangi, Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono tentu memiliki perhitungan untuk mengajukan putra sulungnya. Dengan mengorbankan status Agus sebagai perwira TNI, SBY dipastikan akan terjun langsung untuk memenangkan pasangan itu. ”Saya kira ini bukan sekolah-sekolah (politik) lagi buat Agus. Ini nggak main-main, SBY serius,” ujarnya.

Berbeda dengan Pangi, Wakil Ketua Umum Partai Gerakan Indonesia Raya Fadli Zon menilai, pasangan yang diusung partainya, Anies – Sandi lebih memiliki peluang. Menurut Fadli, pesaing terberat Anies – Sandi tak lain dan tak bukan adalah pasangan incumbent saat ini.

”Pasti yang incumbent ya, karena dia sudah punya modal politik yang lebih awal dan lebih besar. Kalau Pak Agus kan modal politiknya masih kecil,” kata Fadli.

Fadli mengaku tidak tahu persis alasan SBY yang justru mengusung putranya. Bisa saja, lanjut Fadli, penetapan itu terkait dengan kelanjutan karier politik Agus di masa mendatang. ”Mungkin pertimbangannnya untuk mempersiapkan kali ke depan,” katanya.

Menurut Fadli, pasangan Anies – Sandi memiliki potensi menang, didasarkan berbagai hasil survei. Fadli menilai masih ada waktu bagi Partai Gerindra dan PKS untuk meningkatkan popularitas Anies – Sandi. Dalam hal ini, tersisa waktu lima bulan menuju pemungutan suara pilkada serentak 2017 pada Februari nanti. ”Dulu aja kami dukung Jokowi-Ahok cuma bentar waktunya apalagi ini lebih panjang jadi yakin pertarungannya cukup waktu untuk memenangkan,” tandasnya.

Pengamat politik dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Syamsuddin Haris juga menilai, dimunculkannya Agus bukan untuk target utama memenangkan Pilkada DKI Jakarta. Sebagai pemain baru, putra sulung SBY itu diyakini dipersiapkan untuk Pemilihan Presiden 2019. ”Besar kemungkinan nanti Agus yang diusung, jadi sudah bisa terlihat,” kata Syamsuddin.

Selain itu, imbuh dia, kemunculan Agus juga bisa dilihat sebagai upaya meneruskan dinasti politik Cikeas pasca SBY. ”Saya pikir, Demokrat cukup realistis melihat pilkada kali ini,” tandasnya.

Terpisah, meski tidak secara langsung mengamini, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Roy Suryo mengakui bahwa ada pertimbangan penunjukan Agus tidak semata-mata pertimbangan kalah menang. Ada kepentingan untuk membuat mesin partai menjadi tidak stagnan. Bahwa, dengan mengusung calon gubernur, mesin partai akan bekerja optimal.

”Selain itu, bagi yang bersangkutan ini panggilan tugas juga. Untuk negara, untuk ibukota yang lebih baik, panggilan tugas tentu akan dipenuhi,” tegas Roy.

Dia menyadari, kalau banyak pihak yang mempertanyakan atau bahkan menyayangkan karir militer Agus yang akhirnya harusnya terhenti. ”Ini lah pilihan. Semua sudah dipikir panjang, termasuk oleh yang bersangkutan,” tandas mantan menpora itu. (bbs/jpg/ril)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/