Di lain pihak, penggalangan opini dan operasi senyap yang dilakukan tim siluman Jokowi untuk merebut PDIP diyakini akan gagal. Kongres banteng moncong putih 9 April nanti di Bali pun akan menetapkan Megawati Seokarnoputri sebagai Ketua Umum PDIP.
“Tidaklah mudah menggoyang Megawati dari posisi orang nomor satu di PDIP. Sampai saat ini dari pengamatan dan penelitian kami hampir 91 persen kader PDIP kecewa dengan Jokowi,” kata Direktur Eksekutive Indonesia Development Monitoring, Fahmi Hafel, kemarin.
Menurut dia kekecewaan kader PDIP terhadap Jokowi muncul karena dianggap kurang mengakomodir kader PDIP di pemerintahan. Bukan hanya itu, Jokowi makin menjaga jarak dengan PDIP setelah dilantik jadi Presiden.
“Kader PDIP juga menilai banyak kebijakan Jokowi yang melenceng dari garis partai, semangat Trisakti dan Nawacita. Jokowi dianggap tidak berpihak pada wong cilik,” papar Fahmi.
Operasi senyap tim siluman Jokowi antara lain dilakukan melalui penggalangan opini dan survei yang seolah-olah menempatkan Jokowi di urutan teratas sebagai tokoh yang layak dan diinginkan publik memimpin PDIP. Ini dilakukan untuk mengubah pandangan kader PDIP pemilik suara dalam kongres nanti.
Operasi senyap juga dilakukan oleh tim siluman Jokowi dengan mempengaruhi pimpinan PDIP di daerah agar mereka mendukung Jokowi sebagai Ketua Umum PDIP pada Kongres nanti dengan iming-iming dimajukan sebagai calon kepala daerah.
Karena itulah, kata Fahmi, Megawati harus waspada terhadap manuver tim siluman Jokowi. Untuk menjaga kongres tidak gaduh dan memutuskan Megawati sebagai orang nomor satu di PDIP maka sebaiknya Jokowi tidak diundang ke kongres. Apalagi Jokowi juga tidak punya hak suara dalam memilih Ketua Umum PDIP.
“Dan Megawati juga sebaiknya mulai memunculkan lebih banyak lagi trah Sukarno seperti Puti Guntur Soekarnoputra dan Prananda Prabowo dalam jajaran elite PDI Perjuangan untuk mulai berkecimpung secara aktif,” tukas Fahmi.