30.6 C
Medan
Monday, May 20, 2024

Medan Butuh Wali Kota Peduli Kesehatan Gigi

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemko Medan dinilai belum maksimal dalam melakukan sosialisasi terkait kesehatan gigi di Kota Medan. Padahal, ada sejumlah penyakit tertentu yang justru bisa timbul karena gigi yang tak sehat sehingga menjadi sumber infeksi.

Siti Salmiah.
Siti Salmiah.

Menurut Praktisi Kesehatan Gigi Anak, drg Siti Salmiah, berdasarkan hasil riset data kesehatan (Riskesdas) pada 2018, Sumatera Utara (Sumut) mencatat proporsi masalah gigi pada penduduk usia 3 tahun yang memiliki gigi berlubang sekitar 43,07 persen. Adapun Kota Medan menyumbang 39,15 persen dari angka itu.

Walaupun proporsi perilaku menyikat gigi untuk masyarakat sangat tinggi, tapi sangat disayangkan, masyarakat yang melakukan penyikatan gigi dengan waktu yang benar hanya 1,57 persen untuk Sumut, dan 2,49 persen untuk Kota Medan.

“Hasil ini menunjukkan, informasi mengenai usaha untuk mencegah terjadinya gigi berlubang masih belum diterima masyarakat dengan baik. Masyarakat belum mendapat informasi tentang cara penyikatan gigi yang benar, baik dari segi frekuensi, waktu,durasi dan teknik menyikat gigi yang benar,” ungkap Siti, Minggu (25/10).

Padahal menurut Siti, gigi merupakan awal pintu masuk makanan yang apabila tidak terpelihara dengan baik dapat menyebabkan gangguan sistemik nantinya. Gigi juga dapat menjadi sumber infeksi untuk penyakit tertentu seperti penyakit jantung dan gagal ginjal, serta demam berkepanjangan.

“Untuk itu, demi tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut masyarakat, sudah selayaknya pemerintah khususnya Pemko Medan, dan pihak terkait, lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan perawatan kesehatan gigi kepada masyarakat,” tegas Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) Sumut ini.

Hal ini berhubungan dengan target Kementerian Kesehatan, rakyat Indonesia bebas karies di 2030. Usaha yang dapat dilakukan pemerintah seperti semakin memperkuat kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi yang dimulai sejak ibu hamil (oral hiegene monitoring dan oral health care), pemeliharaan kesehatan mulut bayi sejak bayi di bawah satu tahun, oral health care (penyikatan gigi sejak dini, cara minum susu yang benar, menghindari penggunaan botol susu dan aplikasi topikal flour) dapat dilakukan pada anak sejak giginya pertama kali tumbuh/balita.

Usaha lain yang dapat dilakukan Pemko Medan adalah dengan intervensi terhadap sekolah-sekolah yang ada untuk menyiapkan ruangan yang memadai untuk penyuluhan dan pemeriksaan gigi untuk pelajar sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Pengadaan mobil dengan dental unit juga bisa jadi pertimbangan untuk membantu dokter gigi Puskesmas yang bekerja di lapangan agar mudah untuk melakukan penyuluhan dan perawatan kesehatan gigi untuk masyarakat sekitar.

“Untuk itu diharapkan Wali Kota Medan selanjutnya dapat mengakomodir sarana prasarana perbaikan kesehatan gigi, agar tujuan Kemenkes untuk Indonesia bebas karies 2030, bukan hanya sekadar impian,” pungkas Siti. (ris/saz)

MEDAN, SUMUTPOS.CO – Pemko Medan dinilai belum maksimal dalam melakukan sosialisasi terkait kesehatan gigi di Kota Medan. Padahal, ada sejumlah penyakit tertentu yang justru bisa timbul karena gigi yang tak sehat sehingga menjadi sumber infeksi.

Siti Salmiah.
Siti Salmiah.

Menurut Praktisi Kesehatan Gigi Anak, drg Siti Salmiah, berdasarkan hasil riset data kesehatan (Riskesdas) pada 2018, Sumatera Utara (Sumut) mencatat proporsi masalah gigi pada penduduk usia 3 tahun yang memiliki gigi berlubang sekitar 43,07 persen. Adapun Kota Medan menyumbang 39,15 persen dari angka itu.

Walaupun proporsi perilaku menyikat gigi untuk masyarakat sangat tinggi, tapi sangat disayangkan, masyarakat yang melakukan penyikatan gigi dengan waktu yang benar hanya 1,57 persen untuk Sumut, dan 2,49 persen untuk Kota Medan.

“Hasil ini menunjukkan, informasi mengenai usaha untuk mencegah terjadinya gigi berlubang masih belum diterima masyarakat dengan baik. Masyarakat belum mendapat informasi tentang cara penyikatan gigi yang benar, baik dari segi frekuensi, waktu,durasi dan teknik menyikat gigi yang benar,” ungkap Siti, Minggu (25/10).

Padahal menurut Siti, gigi merupakan awal pintu masuk makanan yang apabila tidak terpelihara dengan baik dapat menyebabkan gangguan sistemik nantinya. Gigi juga dapat menjadi sumber infeksi untuk penyakit tertentu seperti penyakit jantung dan gagal ginjal, serta demam berkepanjangan.

“Untuk itu, demi tetap menjaga kesehatan gigi dan mulut masyarakat, sudah selayaknya pemerintah khususnya Pemko Medan, dan pihak terkait, lebih proaktif dalam memberikan penyuluhan tentang pentingnya melakukan perawatan kesehatan gigi kepada masyarakat,” tegas Ketua Ikatan Dokter Gigi Anak Indonesia (IDGAI) Sumut ini.

Hal ini berhubungan dengan target Kementerian Kesehatan, rakyat Indonesia bebas karies di 2030. Usaha yang dapat dilakukan pemerintah seperti semakin memperkuat kegiatan pemeliharaan kesehatan gigi yang dimulai sejak ibu hamil (oral hiegene monitoring dan oral health care), pemeliharaan kesehatan mulut bayi sejak bayi di bawah satu tahun, oral health care (penyikatan gigi sejak dini, cara minum susu yang benar, menghindari penggunaan botol susu dan aplikasi topikal flour) dapat dilakukan pada anak sejak giginya pertama kali tumbuh/balita.

Usaha lain yang dapat dilakukan Pemko Medan adalah dengan intervensi terhadap sekolah-sekolah yang ada untuk menyiapkan ruangan yang memadai untuk penyuluhan dan pemeriksaan gigi untuk pelajar sekolah dari tingkat TK sampai perguruan tinggi. Pengadaan mobil dengan dental unit juga bisa jadi pertimbangan untuk membantu dokter gigi Puskesmas yang bekerja di lapangan agar mudah untuk melakukan penyuluhan dan perawatan kesehatan gigi untuk masyarakat sekitar.

“Untuk itu diharapkan Wali Kota Medan selanjutnya dapat mengakomodir sarana prasarana perbaikan kesehatan gigi, agar tujuan Kemenkes untuk Indonesia bebas karies 2030, bukan hanya sekadar impian,” pungkas Siti. (ris/saz)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/