25 C
Medan
Friday, November 22, 2024
spot_img

Isi Lahan Dengan Konsep Agroforestry

Agroforestry adalah suatu konsep manajemen lahan dengan berbagai penggunaan dengan kombinasi komoditi kehutanan dan pertanian.

“Agro itu pertanian dan forestry itu hutan, jadinya kombinasi tanaman hutan dan pertanian,”ucap Guru Besar Fakultas Pertanian USU, Prof Dr Abdul Rauf di kediamannya di Jalan Binjai Km 13,5 Pasar Kecil Pondok Miri Desa Sei Semayang, Gang Pribadi, Guru Besar Fakultas Pertanian USU.

Jangan biarkan lahan Anda kosong melompong tak terpakai. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengisi dan memanfaatkan lahan di pekarangan kantor, pabrik dan perumahan. Salah satunya dengan sistem agroforestry. Tak masalah sesempit sempit atau luas. Yang jelas, system ini memungkinkan setiap jengkal lahan memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

Dia mencontohkan kombinasi hutan dan kolam. Menurutnya, manfaat pada ekonomi sendiri yang pastinya jika kayu hutan bisa di jual, begitu pula hasil pertaniannya. Sedangkan manfaat sosial yang didapat, masyarakat setempat bisa berkunjung dan memancing ke sana dan menciptakan status sosial. “Sedangkan manfaat lingkungan sendiri pastinya sejuk, menahan banjir dan menekan polusi udara,” jelasnya.

Kata Abdul, Jika kombinasi hutan, dan kolam saja itu disebut agro aqua forestry, sedangkan, tanaman dan ternak namanya agro silvo pastoral. “Jadi semua itu ada iteraksi tanaman pohon hutan, ternak dan tumbuhan lainnya,” ucapnya

Dikatakan Abdul, untuk lahan sebenarnya tidak ada masalah baik lahan yang luas maupun kecil. Apalagi rumah di daerah perkotaan yang sudah menyediakan lahan yang sempit. “Hanya saja lahannya yang berbeda, kalau konsepnya masih bisa di pakai,” ucapnya sambil menunjukkan lahan di belakang rumahnya yang mengadopsi pola agroforestry.

Untuk perkarangan perkotaan sendiri, konsep yang dilakukan dengan cara tanaman pola bertingkat. Jadinya, tanaman yang di buat bertingkat itu dibawahnya ada kolam ikan dan dekat kolam itu harus ada pohon hutannya.

Artinya, mengkobinasi antara pohon hutan seperti pohon mahoni, sengon, ketapang, jati dan lainnya, hewan ternak (kambing, ikan dan lainnya) dan sayur-sayuran, cabai dan lainnya.

Intinya, menurutnya ada kemauan yang mendasar bagi masyarakat perkotaan untuk menanam agar di lingkungannya semakin asri, dan harus dibarengi sedikit pengetahuan tenatang pertanian. “Kalau untuk modal sebenarnya tidak besar, kalau pandai memanfaatkan barang-barang bekas bisa meminimalisir dana,” ucapnya.

Dibebernya, konsep agroforestry sudah dilakukan oleh nenek moyang dahulu yang memanfaatkan lahan tersebut. Sampai ada istilah penelitaian pertanian dari luar negeri Indonesia sebagai negara agroforest. “Kalau untuk yang penelitian dan percobaan  kita lakukan pada 2001 kemarin,” ucapnya. (ban)

Agroforestry adalah suatu konsep manajemen lahan dengan berbagai penggunaan dengan kombinasi komoditi kehutanan dan pertanian.

“Agro itu pertanian dan forestry itu hutan, jadinya kombinasi tanaman hutan dan pertanian,”ucap Guru Besar Fakultas Pertanian USU, Prof Dr Abdul Rauf di kediamannya di Jalan Binjai Km 13,5 Pasar Kecil Pondok Miri Desa Sei Semayang, Gang Pribadi, Guru Besar Fakultas Pertanian USU.

Jangan biarkan lahan Anda kosong melompong tak terpakai. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk mengisi dan memanfaatkan lahan di pekarangan kantor, pabrik dan perumahan. Salah satunya dengan sistem agroforestry. Tak masalah sesempit sempit atau luas. Yang jelas, system ini memungkinkan setiap jengkal lahan memberikan manfaat ekonomi, sosial dan lingkungan.

Dia mencontohkan kombinasi hutan dan kolam. Menurutnya, manfaat pada ekonomi sendiri yang pastinya jika kayu hutan bisa di jual, begitu pula hasil pertaniannya. Sedangkan manfaat sosial yang didapat, masyarakat setempat bisa berkunjung dan memancing ke sana dan menciptakan status sosial. “Sedangkan manfaat lingkungan sendiri pastinya sejuk, menahan banjir dan menekan polusi udara,” jelasnya.

Kata Abdul, Jika kombinasi hutan, dan kolam saja itu disebut agro aqua forestry, sedangkan, tanaman dan ternak namanya agro silvo pastoral. “Jadi semua itu ada iteraksi tanaman pohon hutan, ternak dan tumbuhan lainnya,” ucapnya

Dikatakan Abdul, untuk lahan sebenarnya tidak ada masalah baik lahan yang luas maupun kecil. Apalagi rumah di daerah perkotaan yang sudah menyediakan lahan yang sempit. “Hanya saja lahannya yang berbeda, kalau konsepnya masih bisa di pakai,” ucapnya sambil menunjukkan lahan di belakang rumahnya yang mengadopsi pola agroforestry.

Untuk perkarangan perkotaan sendiri, konsep yang dilakukan dengan cara tanaman pola bertingkat. Jadinya, tanaman yang di buat bertingkat itu dibawahnya ada kolam ikan dan dekat kolam itu harus ada pohon hutannya.

Artinya, mengkobinasi antara pohon hutan seperti pohon mahoni, sengon, ketapang, jati dan lainnya, hewan ternak (kambing, ikan dan lainnya) dan sayur-sayuran, cabai dan lainnya.

Intinya, menurutnya ada kemauan yang mendasar bagi masyarakat perkotaan untuk menanam agar di lingkungannya semakin asri, dan harus dibarengi sedikit pengetahuan tenatang pertanian. “Kalau untuk modal sebenarnya tidak besar, kalau pandai memanfaatkan barang-barang bekas bisa meminimalisir dana,” ucapnya.

Dibebernya, konsep agroforestry sudah dilakukan oleh nenek moyang dahulu yang memanfaatkan lahan tersebut. Sampai ada istilah penelitaian pertanian dari luar negeri Indonesia sebagai negara agroforest. “Kalau untuk yang penelitian dan percobaan  kita lakukan pada 2001 kemarin,” ucapnya. (ban)

Artikel Terkait

spot_imgspot_imgspot_img

Terpopuler

Artikel Terbaru

/