28 C
Medan
Tuesday, July 2, 2024

Berkat Mangrove, Warga Tenang dari Ancaman Abrasi

SERGAI-Pada 1994 lalu, warga di sekitar Pantai Sungai Nipah, Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Kab Sergai) sempat khawatir. Pasalnya, abrasi sempat mengancam pemukiman mereka. Namun, kini hal itu tak begitu mengerikan lagi. Ya, mereka mulai nyaman berkat mangrove yang mereka tanam tumbuh subur.

“Saat itu (tahun 1994, Red), bukan hanya pemukiman penduduk yang terancam, tetapi hutan bakau tempat habitat hewan khas pantai seperti ikan dan burung juga mulai terancam punah,” bilang Ketua Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai, Tris Jamansyah (36) yang ditemui koran ini, Minggu (27/2).
Menurut Tris, penyebab nomor wahid rusaknya ekosistem di kawasan pantai tersebut yang dimulai pada 1982 adalah ekspansi pembuatan tambak ikan dan udang. “Mereka dengan brutal menebang hutan bakau dengan membuat tambak sampai ke bibir pantai. Bahkan, tanah yang sekarang kita pijak ini, tahun 1995 masih kawasan pantai,” kenang Tris.

Melihat kenyataan itu sekitar tahun 1995, warga yang umumnya bekerja sebagai nelayan tradisional secara swadaya mulai menanam pohon bakau (mangrove). “Bibitnya kami cari dari berbagai tempat, kemudian ditanam secara bergotong royong setiap hari Sabtu. Tanpa terasa,  kini mulai muncul daratan baru tempat tumbuhnya hutan bakau,” cetus  Tris .

Kelompok Konservasi Mangrove juga bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Sergai dalam memperoleh bibit bakau, cemara laut, dan tanaman lainnya. “Kami dulu sering meminta bantuan bibit bakau atau cemara laut dari Dishutbun untuk ditanami. Tetapi, sekarang mulai mampu melakukan pembibitan sendiri,” kata Tris.

Kawasan pantai yang dulunya berair, sekarang seluas lima hektar menjadi darat ditumbuhi hutan bakau. Tentu saja, warga desa mulai mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih baik daripada ketika hutan bakau belum ada. “Sekarang ikan sembilang, ikan belanak, kepiting dan burung ruwak- ruwak, tiung, banyak didapat di kawasan hutan bakau,” tambah Tris.

Bersama kelompoknya, Tris punya rencana menjadikan hutan bakau sebagai lokasi  konservasi sekaligus berwisata alam yang dilakukan secara profesional dengan pendekatan ilmiah. Tetapi tampaknya, hal ini tidak didukung oleh segelintir warga desa yang merasa kurang mengerti manfaat hutan bakau serta perlunya dijaga keberlangsungannya. Buktinya, dari amatan koran ini, tidak jauh dari lokasi Pantai Sungai Nipah dengan mudahnya warga melakukan penebangan kayu api-api dengan berdalih milik masyarakat.

Kepala Dinas Kehutanan dan Kehutanan Pemkab Sergai, Ir Muhammad Taufik Batubara, MSi mengatakan apa yang dilakukan kelompok masyarakat di Desa Nagalawan membuktikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sudah dilakukan. “Dukungan pemerintah dengan memberikan bibit bakau dan pohon cemara laut sebanyal 15 ribu pada tahun 2010 kemarin. Dan, sekarang kita mempersiapkan bibit bakau sebanyak 30 ribu yang sebagian sudah ditanami mereka,” terang Taufik. (mag-15)

SERGAI-Pada 1994 lalu, warga di sekitar Pantai Sungai Nipah, Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai (Kab Sergai) sempat khawatir. Pasalnya, abrasi sempat mengancam pemukiman mereka. Namun, kini hal itu tak begitu mengerikan lagi. Ya, mereka mulai nyaman berkat mangrove yang mereka tanam tumbuh subur.

“Saat itu (tahun 1994, Red), bukan hanya pemukiman penduduk yang terancam, tetapi hutan bakau tempat habitat hewan khas pantai seperti ikan dan burung juga mulai terancam punah,” bilang Ketua Kelompok Konservasi Mangrove Muara Baimbai, Tris Jamansyah (36) yang ditemui koran ini, Minggu (27/2).
Menurut Tris, penyebab nomor wahid rusaknya ekosistem di kawasan pantai tersebut yang dimulai pada 1982 adalah ekspansi pembuatan tambak ikan dan udang. “Mereka dengan brutal menebang hutan bakau dengan membuat tambak sampai ke bibir pantai. Bahkan, tanah yang sekarang kita pijak ini, tahun 1995 masih kawasan pantai,” kenang Tris.

Melihat kenyataan itu sekitar tahun 1995, warga yang umumnya bekerja sebagai nelayan tradisional secara swadaya mulai menanam pohon bakau (mangrove). “Bibitnya kami cari dari berbagai tempat, kemudian ditanam secara bergotong royong setiap hari Sabtu. Tanpa terasa,  kini mulai muncul daratan baru tempat tumbuhnya hutan bakau,” cetus  Tris .

Kelompok Konservasi Mangrove juga bekerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Pemkab Sergai dalam memperoleh bibit bakau, cemara laut, dan tanaman lainnya. “Kami dulu sering meminta bantuan bibit bakau atau cemara laut dari Dishutbun untuk ditanami. Tetapi, sekarang mulai mampu melakukan pembibitan sendiri,” kata Tris.

Kawasan pantai yang dulunya berair, sekarang seluas lima hektar menjadi darat ditumbuhi hutan bakau. Tentu saja, warga desa mulai mendapatkan hasil tangkapan ikan lebih baik daripada ketika hutan bakau belum ada. “Sekarang ikan sembilang, ikan belanak, kepiting dan burung ruwak- ruwak, tiung, banyak didapat di kawasan hutan bakau,” tambah Tris.

Bersama kelompoknya, Tris punya rencana menjadikan hutan bakau sebagai lokasi  konservasi sekaligus berwisata alam yang dilakukan secara profesional dengan pendekatan ilmiah. Tetapi tampaknya, hal ini tidak didukung oleh segelintir warga desa yang merasa kurang mengerti manfaat hutan bakau serta perlunya dijaga keberlangsungannya. Buktinya, dari amatan koran ini, tidak jauh dari lokasi Pantai Sungai Nipah dengan mudahnya warga melakukan penebangan kayu api-api dengan berdalih milik masyarakat.

Kepala Dinas Kehutanan dan Kehutanan Pemkab Sergai, Ir Muhammad Taufik Batubara, MSi mengatakan apa yang dilakukan kelompok masyarakat di Desa Nagalawan membuktikan kesadaran pentingnya menjaga lingkungan sudah dilakukan. “Dukungan pemerintah dengan memberikan bibit bakau dan pohon cemara laut sebanyal 15 ribu pada tahun 2010 kemarin. Dan, sekarang kita mempersiapkan bibit bakau sebanyak 30 ribu yang sebagian sudah ditanami mereka,” terang Taufik. (mag-15)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/