Satu hari sebelum operasi, datanglah sang donatur ke tempat Butet dirawat. Disepakatilah kalau besok bakal diakukan operasi pemasangan ginjal dari sang donatur.
Waktu itu Butet teringat suaminya yang pergi, ia berkata dalam dirinya : “Suami apaan dia ini, istrinya operasi, eh dia pergi meninggalkanku terkapar dalam ruangan bedah operasi”.
Operasi berhasil dengan begitu baik. Seminggu kemudian Tongat datang. Wajahnya tampak kelelahan. Tanpa sepengetahuan sang istri, ternyata Tongat lah sang donatur itu. Dia menghibahkan satu ginjalnya tanpa sepengetahuan sang istri, tetangga serta siapa pun terkecuali dokter yang dimintanya supaya merahasiakannya.
Sembilan bulan setelah operasi, Butet melahirkan. Jadi bergembira lah pasangan ini, keluarga besar serta beberapa tetangga. Keadaan rumah tangga kembali normal, serta Tongat sudah merampungkan studi S2 serta S3-nya di satu fakultas syari’ah serta sudah bekerja sebagai seseorang panitera.
Suatu hari, Tongat ada pekerjaan dinas jauh. Karena buru-buru, dia lupa menyimpan buku hariannya dari atas meja. Tak sengaja, Butet menemukan dan membaca buku harian itu.
Butet nyaris pingsan saat mengetahui rahasia tentang diri dan rumah tangganya, yakni perihal siapa yang mandul dan donator ginjal. Ia menangis meraung-raung. Sesudah agak reda, dia menelpon suaminya, serta menangis sejadi-jadinya, dia berulang-kali mengulang minta maaf kepada Tongat. Tongat cuma bisa membalas nada telpon istrinya dengan menangis juga.
Sejak terungkapnya rahasia pengorbanan Tongat, selama tiga bulan, Butet sama sekali tidak berani menatap wajah sang suami. Jika ada keperluan, dia bicara dengan menundukkan mukanya. Tak ada kemampuan untuk memandangnya.
Berselang sekian waktu, Butet meninggal dunia karena kelainan pada organ ginjalnya. Begitu terpukulnya Tongat. Sejak itu, Tongat berjanji akan merawat anaknya serta tidak bakal menikah lagi demi cintanya pada Butet.(net/ras)