25.6 C
Medan
Monday, May 27, 2024

Institut Kesehatan Helvetia Buka Fakultas Kedokteran

SUMUTPOS.CO – INSTITUT Kesehatan Helvetia mewisuda 618 lulusan diploma 3, strata 1 dan strara 2 dari 12 progrsm studi di Gedung Selecta Medan, Selasa (21/3). Usai wisuda juga dilakukan kegiatan capping day bagi 117 mahasiswa Prodi kebidanan dan keperawatan.

Kegiatan ini dihadiri antara lain ketua dan anggota senat Institut Kesehatan Helvetia, Pemilik sekaligus Pembina Yayasan Helvetia Dr dr Razia Begum Suroyo MKes, Kepala LLDikti Sumut Prof Saiful Anwar Matondang MA PhD, Ketua ABP-PTSI Sumut Dr H Bahdin Nur Tanjung serta mewakili ketua Aptisi Sumut, ketua IBI Sumut dan PPNI Sumut.

Rektor Institut Kesehatan Helvetia Assoc Prof Dr H Ismail Efendy MSi meminta lulusan mengemban tanggung  jawab dalam memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan bangsa Indonesia terutama dalam bidang kesehatan.

”Pendidikan dan pengalaman belajar selama menjalani kuliah di Institut Kesehatan Helvetia dapat menjadi bekal dalam berpikir dan bertindak sebagai insan intelektual pada bidang kesehatan yang mengedepankan pelayanan yang baik, perilaku yang bermartabat dan berbudaya,” katanya.

Sejalan dengan Program Indonesia Sehat 2025 yang dicanangkan pemerintah, Institut Kesehatan Helvetia dan segenap lulusannya harus bisa mengambil peran aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan kompetensinya, melalui penyuluhan untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Sebagaimana sasaran pembangunan kesehatan tahun 2025 yang ditunjukkan indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.

Rektor juga menjelaskan menurunnya angka kematian bayi dari 32,3 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2025.

Kemudian menurunnya angka kematian ibu dari 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2025. Lalu menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.

”Pada tahun 2023  yang masih menjadi perhatian bagi pemerintah adalah tingginya persentase balita penderita stunting. Yaitu  kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu  yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan,” kata Assoc Prof Dr H Ismail Efendy MSi

Stunting berpotensi  memperlambat  perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas. Padahal, kata rektor Institut Kesehatan Helvetia, Balita inilah yang kelak menjadi tenaga produktif bagi bangsa Indonesia.

Saat ini Yayasan Helvetia   vv kembali diberi kesempatan untuk terus berkembang, hal ini terbukti dari beberapa prestasi yang sudah diraih baik dosen dan mahasiswa.

”Diantaranya 14 dosen sedang menempuh program doktor di Universitas Sultan Zainul Abidin Terangganu Malaysia. Tiga dosen sedang menempuh program doktor di Lincoln University.

Rektor menambahkan saat ini beberapa kampus dibawah naungan Yayasan Helvetia telah diakselerasi  untuk menjadi Institut Kesehatan Helvetia Pekanbaru dan Institut Kesehatan Bina Husada  Serang Banten.

”Ini berarti Yayasan Helvetia memiliki tiga institut kesehatan. Persiapan untuk fakultas jedokteran di Institut Kesehatan Helvetia juga telah melalui proses yang panjang dan hampir final. Harapan kita semoga pada tahun ini rencana pembukaan Fakultas Kedokteran segera terwujud,” ujar rektor. (dmp)

SUMUTPOS.CO – INSTITUT Kesehatan Helvetia mewisuda 618 lulusan diploma 3, strata 1 dan strara 2 dari 12 progrsm studi di Gedung Selecta Medan, Selasa (21/3). Usai wisuda juga dilakukan kegiatan capping day bagi 117 mahasiswa Prodi kebidanan dan keperawatan.

Kegiatan ini dihadiri antara lain ketua dan anggota senat Institut Kesehatan Helvetia, Pemilik sekaligus Pembina Yayasan Helvetia Dr dr Razia Begum Suroyo MKes, Kepala LLDikti Sumut Prof Saiful Anwar Matondang MA PhD, Ketua ABP-PTSI Sumut Dr H Bahdin Nur Tanjung serta mewakili ketua Aptisi Sumut, ketua IBI Sumut dan PPNI Sumut.

Rektor Institut Kesehatan Helvetia Assoc Prof Dr H Ismail Efendy MSi meminta lulusan mengemban tanggung  jawab dalam memberikan sumbangsih kepada masyarakat dan bangsa Indonesia terutama dalam bidang kesehatan.

”Pendidikan dan pengalaman belajar selama menjalani kuliah di Institut Kesehatan Helvetia dapat menjadi bekal dalam berpikir dan bertindak sebagai insan intelektual pada bidang kesehatan yang mengedepankan pelayanan yang baik, perilaku yang bermartabat dan berbudaya,” katanya.

Sejalan dengan Program Indonesia Sehat 2025 yang dicanangkan pemerintah, Institut Kesehatan Helvetia dan segenap lulusannya harus bisa mengambil peran aktif dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Sesuai dengan kompetensinya, melalui penyuluhan untuk mewujudkan lingkungan dan perilaku hidup sehat serta memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan terjangkau bagi seluruh masyarakat.

Sebagaimana sasaran pembangunan kesehatan tahun 2025 yang ditunjukkan indikator meningkatnya Umur Harapan Hidup (UHH) dari 69 tahun pada tahun 2005 menjadi 73,7 tahun pada tahun 2025.

Rektor juga menjelaskan menurunnya angka kematian bayi dari 32,3 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 15,5 per seribu kelahiran hidup pada tahun 2025.

Kemudian menurunnya angka kematian ibu dari 262 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2005 menjadi 74 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2025. Lalu menurunnya prevalensi gizi kurang pada balita dari 26% pada tahun 2005 menjadi 9,5% pada tahun 2025.

”Pada tahun 2023  yang masih menjadi perhatian bagi pemerintah adalah tingginya persentase balita penderita stunting. Yaitu  kondisi ketika balita memiliki tinggi badan dibawah rata-rata. Hal ini diakibatkan asupan gizi yang diberikan, dalam waktu  yang panjang, tidak sesuai dengan kebutuhan,” kata Assoc Prof Dr H Ismail Efendy MSi

Stunting berpotensi  memperlambat  perkembangan otak, dengan dampak jangka panjang berupa keterbelakangan mental, rendahnya kemampuan belajar, dan risiko serangan penyakit kronis seperti diabetes, hipertensi hingga obesitas. Padahal, kata rektor Institut Kesehatan Helvetia, Balita inilah yang kelak menjadi tenaga produktif bagi bangsa Indonesia.

Saat ini Yayasan Helvetia   vv kembali diberi kesempatan untuk terus berkembang, hal ini terbukti dari beberapa prestasi yang sudah diraih baik dosen dan mahasiswa.

”Diantaranya 14 dosen sedang menempuh program doktor di Universitas Sultan Zainul Abidin Terangganu Malaysia. Tiga dosen sedang menempuh program doktor di Lincoln University.

Rektor menambahkan saat ini beberapa kampus dibawah naungan Yayasan Helvetia telah diakselerasi  untuk menjadi Institut Kesehatan Helvetia Pekanbaru dan Institut Kesehatan Bina Husada  Serang Banten.

”Ini berarti Yayasan Helvetia memiliki tiga institut kesehatan. Persiapan untuk fakultas jedokteran di Institut Kesehatan Helvetia juga telah melalui proses yang panjang dan hampir final. Harapan kita semoga pada tahun ini rencana pembukaan Fakultas Kedokteran segera terwujud,” ujar rektor. (dmp)

Artikel Terkait

Terpopuler

Artikel Terbaru

/